Anda di halaman 1dari 8

PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA KUCING

Kelompok 1
Avidia Arinta Tandiontong1 (O11114019), A. Fidiah Fasirah J1 (O11114004), Anggun Widja
Arlin1 (O11114005), Muhammad Dirga Gifardi1 (O11114308), Nurmauliah S.1 (O11114001),
Sri Ravida1 (O11114507)

Asisten: Rusmin Indra


1
Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi
Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Korespondensi penulis: avidiatandiontong20@gmail.com

ABSTRAK
Kulit merupakan organ yang membatasi tubuh kucing dengan dunia
luar. Kondisi kulit dapat dijadikan indikator terhadap adanya gangguan
pada kucing yang termasuk gangguan pada kulit itu sendiri. Penyakit kulit
yang umum dan paling sering menjangkit kucing diantaranya adalah
ringworm, skabies dan pedikulosis. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui, menjelaskan dan menganalisa penyakit kulit dan parasit
darah serta penanganannya pada kucing. Praktikum dilaksanakan di Klinik
Hewan Kantor Balai Besar Karantina Pertanian Makassar dengan
menggunakan anjing yang berumur di atas 1 tahun. Alat yang digunakan
dalam praktikum yaitu stetoskop, termometer, penlight, palu refleks,
stopwatch, sarung tangan dan masker. Metode yang digunakan adalah
demonstrasi. Hasil dari praktikum ini diperoleh bahwa hewan terinfeksi
penyakit kulit yaitu ringworm, skabies dan pedikulosis. Hal ini dapat dilihat
pada data-data pemeriksaan yang diperoleh pada rekam medik
menunjukkan adanya kelainan pada pasien.

Kata Kunci: Kucing, kulit, pedikulosis, ringworm, skabies

PENDAHULUAN menyadari saat kucing peliharaannya


Kulit merupakan organ terbesar pada sudah mengalami perubahan yang
tubuh kucing yang membatasi tubuh signifikan seperti kebotakan, kulit
dengan dunia luar, selain itu kondisi kulit kemerahan bahkan terdapat luka, berbau
merupakan refleksi kesehatan kucing dan lain sebagainya. Apabila penyakit kulit
secara umum serta dapat merupakan sudah menginfeksi melebihi 40% area
indikator terhadap adanya penyakit dalam tubuh kucing maka kucing tersebut
tubuh kucing tersebut. Penyakit kulit berpotensi mengalami infeksi sekunder
merupakan jenis penyakit yang sering yang dapat menyebabkan kematian.[1]
menginfeksi kucing, terkadang kucing Dengan demikian penyakit kulit pada
yang terkena penyakit kulit tampak baik- kucing merupakan jenis penyakit yang
baik saja dan tidak merasa terganggu harus ditangani dengan benar, cepat dan
sehingga pemilik kucing tidak terlalu tepat oleh pemiliknya secara dini. Fakta
menghiraukan. Namun bila hal tersebut inilah yang menjadi alasan pemilihan
dibiarkan secara terus-menerus, maka akan penyakit kulit pada kucing sebagai
berakibat fatal bahkan dapat menyebabkan permasalahan agar dapat melakukan
kematian. Pemilik kucing terkadang baru tindakan yang cepat dalam penanganan
penyakit kulit pada kucing. Pengobatan Skabies merupakan salah satu
terhadap penyakit kulit memang dapat penyakit kulit yang dapat menyebabkan
dilakukan, oleh karena itu pemilik kucing kematian pada kucing. Penyakit skabies
harus mengetahui gejala awal penyakit menimbulkan rasa gatal yang teramat
kulit yang terjadi pada kucing sangat, gatal yang dirasakan oleh kucing
peliharaannya. Dengan demikian pemilik dapat memicu hilangnya nafsu makan.
kucing dapat mengetahui jenis penyakit Apabila kucing sudah terinfeksi skabies
yang diderita dan dapat memberikan dalam tingkatan parah, maka akan
langkah pengobatan. Dokter hewan mengalami penurunan daya tahan tubuh
spesialis anjing dan kucing di Indonesia dan akan mati. [1]
mayoritas membuka praktek di kota-kota Sarcoptes scabiei adalah Arthropoda
besar saja. Sehingga tidak jarang para yang masuk ke dalam kelas Arachnida, sub
pemilik kucing yang terlambat kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan
memberikan penanganan pada penyakit famili Sarcoptidae. Tungau S. scabiei
kulit sejak gejala awal terjadi. [1] berwarna putih krem dan berbentuk oval
yang cembung pada bagian dorsal dan
Ringworm pipih pada bagian ventral. Tungau betina
Penyebab ringworm ialah cendawan dewasa berukuran 300 - 500 x 230 - 340
dermatofit yaitu sekelompok cendawan μm sedangkan yang jantan berukuran 213 -
dari genus Epidermophyton, Microsporum 285 x 160 - 210 μm. Permukaan tubuhnya
dan Trichophyton. Cendawan dermatofit bersisik dan dilengkapi dengan kutikula
penyebab ringworm menurut taksonomi serta banyak dijumpai garis-garis paralel
tergolong fungi imperfekti yang berjalan transversal. Stadium larva
(Deuteromycetes), karena pembiakannya mempunyai 3 pasang kaki sedangkan
dilakukan secara aseksual, namun ada juga dewasa dan nimpa mempunyai 4 pasang
yang secara seksual tergolong kaki. Siklus hidup dari telur hingga
Ascomycetes. Klasifikasi adalah sebagai menjadi tungau dewasa memerlukan waktu
berikut:[2] 10 - 14 hari sedangkan tungau betina
Divisi : Amastigomycotina mampu hidup pada induk semang hingga
Sub Divisi : Ascomycotina 30 hari. Tungau betina mengeluarkan telur
Kelas : Deuteromycetes sebanyak 40 – 50 butir dalam bentuk
Ordo : Moniliales kelompok-kelompok, yaitu dua-dua atau
Sub Ordo : Moniliaceae empat-empat. Telur akan menetas dalam
Genus :Microsporum, waktu 3 - 4 hari dan hidup sebagai larva di
Trichophyton lorong-lorong lapisan tanduk kulit. Larva
Jenis :M. canis, M. gypseum, akan meninggalkan lorong, bergerak ke
T.mentagrophytes lapisan permukaan kulit, membuat saluran-
saluran lateral dan bersembunyi di dalam
Prevalensi pada kucing relatif besar folikel rambut. Larva berganti kulit dalam
meski tak mencapai 50%, di Denmark waktu 2 – 3 hari menjadi protonimpa dan
29,1%; Inggris 27%, Amerika Serikat tritonimpa yang selanjutnya menjadi
30,8%, Jerman 36,0% dan Selandia baru dewasa dalam waktu 3 - 6 hari.[3]
35,2% dari berbagai macam jumlah sampel Pada hewan muda, angka kematian
dan tahun berbeda. Kasus-kasus pada dapat mencapai lebih dari 50 % bila diikuti
kucing dan anjing sebenarnya banyak di oleh infeksi sekunder.[4]
temukan pada pasien klinik dokter hewan
praktek namun belum banyak laporan Pedukulosis
resmi (publikasi ilmiah), misalnya pada Infestasi kutu paling banyak
anjing 10,2% dan kucing 44% dengan dilakukan oleh kutu menggigit
jumlah sampel hewan dan tahun kejadian yang termasuk subordo
yang berbeda. [2] mallophaga dan kutu penghisap
yang termasuk subordo
Skabies
Anopleura. Dari subordo pertama yang yang meliputi sinyalemen, anamnesis,
terbanyak dilakukan oleh kutu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Heterodoxus sp dan Trichodectes sp,
sedang dari yang kedua oleh Linognathus HASIL DAN PEMBAHASAN
sp. Kutu berbentuk sebagai insekta tanpa Hasil
sayap berukuran 1-3 mm, ditopang oleh 6 Terlampir dalam rekam medis
kaki, tidak bisa bergerak cepat. Mereka
adalah ektoparasit yang bersifat host- Pembahasan
specific. Ditularkan lewat kontak antar 1. Ringworm
hewan. Kutu dewasa bertelur di batang Patogenesa
rambut, melekat erat, dan di dalam Jamur Microsporum sp menular
mencapai dewasa mengalami perubahan melalui kontak langsung dan berinfestasi di
bentuk beberapa kali. [5] permukaan kulit. Pada lapisan permukaan
Kutu yang banyak dilaporkan kulit, terutama stratum corneum, akan
menginfestasi kucing adalah terjadi eksudat dan keluar merembes dari
Felicola subrostratus (atau F. kulit yang rusak dan bercampur dengan
subrostrata) yang termasuk dalam sisa-sisa dari kulit dan rambut membentuk
subordo Mallophaga. Parasit hidup lapisan kerak. Lapisan kerak berwarna
pada permukaan kulit dan hidup putih keabuan tampak menonjol disekitar
dari makanan reruntuhan epitel. kulit.[11]
Felicola subrostratus bersifat Produk ekstra-seluler dari dermatofit
host-specific hingga tidak (keratinase, elastase, dan collagenase)
sangat berperan penting dalam patogenitas
merupakan ancaman bagi hewan
penyakit. Enzim-enzim tersebut mencerna
lain yang beda spesies.[5]
jaringan dari induk semang untuk
Penyakit kulit yang juga sering
mendapatkan nutrisi guna
menyerang hewan seperti pedikulosis.
pertumbuhannya. Enzim ini bisa
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit
menimbulkan reaksi radang dari dermatofit
ektoparasit yang disebabkan oleh kutu
tertentu pada induk semang.[11]
yakni Felicola subrostratus. Keseluruhan
Cendawan cenderung tumbuh
prevalensi penyakit ini di Indonesia adalah
menyebar menjauhi radang untuk
95,8%.[13]
mencapai jaringan normal hingga
MATERI DAN METODE terbentuk cincin. Teori terbentuknya cincin
Materi adalah bahwa tubuh membentuk zat inti
Praktikum kali ini menggunakan yang membatasi pertumbuhan cendawan.
anjing dengan kisaran umur di atas 1 tahun Microsporum hanya hidup pada rambut
yang memiliki ciri-ciri atau gejala yang dan kulit. Cendawan ini terlihat bagai
diduga terserang ringworm, skabies, dan selubung mosaik yang terdiri dari spora
pedikulosis. Alat yang digunakan yaitu kecil di sekeliling batang rambut.[4]
stetoskop, sarung tangan, baju lab,
Gejala Klinis
penlight, masker, termometer, stopwatch,
Gejala ringworm pada kucing,
dan palu refleks.
terutama oleh M. canis, sering tidak jelas.
Metode Umumnya akan dapat diketahui bila telah
Praktikum dilakukan pada hari ada penularan yang nyata pada manusia
Selasa, tanggal 19 September 2017 di akibat kontak. Ditandai dengan adanya
Klinik Hewan Kantor Balai Besar pembentukan sisik tanpa adanya lesi yang
Karantina Pertanian Makassar. bersifat agak ringan, gatal-gatal adakalanya
Metode praktikum berupa metode ditemukan kerontokan bulu (rambut)
demonstrasi, yaitu praktikan melakukan sehingga daerah itu agak gundul, atau
pemeriksaan langsung terhadap pasien dalam hal ini terjadi lesi yang lebih berat,
dapat berbentuk kerak-kerak yang nyata,
lesi ini sering ditemukan di daerah muka
dan kaki, dalam keadaan infeksi yang lebih sampel mengering sehingga bakteri yang
parah dapat meluas ke beberapa bagian mencemari mati, dan spora kapang
tubuh.[2] dermatofit bertahan hidup. Di
Gejala tampak pada setiap bagian laboratorium, sampel diperiksa langsung
tubuh dengan kerusakan dari bulu yang dengan melarutkan sedikit sampel di dalam
tipis. Bagian yang terkena penyakit larutan KOH atau NaOH (10-20%) di atas
mengalami kebotakan berbentuk bulat/ kaca objek dan ditutup dengan gelas
lingkaran dengan batas jelas, meninggi, penutup. Pemeriksaan di bawah mikroskop
berwarna merah akibat peradangan dan akan memperlihatkan komponen kapang
ditutupi sisik. Bagian yang terkena dermatofit (miselium bersekat atau
biasanya kepala, hidung, telinga, jari kaki berbuku, mikro atau makrokonidia) yang
depan dan akhirnya seluruh tubuh. Ukuran khas. Pada sampel bulu akan terlihat
diameter berkisar antara 1 cm atau lebih, gambaran rantai sel konidia/spora yang
tergantung dari keparahannya.[6] bulat di sekeliling atau di dalam bulu
Bentuk cincin pada kucing biasanya (folikel bulu).[6]
dijumpai pada telinga, daerah muka dan  Pemeriksaan kulturil dengan
kaki. Kerusakan kulit disertai bercak penanaman sampel pada SDA
kemerahan dengan rambut patah atau (Sabouraud Dextrose Agar)
rambut rontok disertai keropeng dan Sampel kerokan kulit atau bulu
bersisik. Gejala atipikal kadang muncul diambil secukupnya, lalu ditanamkan ke
sebagai papula dan pustula tanpa dalam SDA yang mengandung
pembentukan alopesia atau sisik, lesi kloramfenikol (0,05%) dan aktidion
dengan batas jelas, menonjol, eritrema, (0,5%), masing-masing berfungsi untuk
alopesia atau nodul diakhiri dengan kerion mencegah kontaminasi oleh bakteri dan
cincin, bisa diikuti dengan reaksi kapang lain. Inkubasi di dalam suhu
hipersensitif. Pada kucing bisa tidak ruangan (25-27oC). Koloni kapang yang
menunjukkan gejala lesi atau hanya sedikit tumbuh diperiksa secara makro dan
rambut rontok sekitar muka, dan telinga. mikroskopik.[6]
Hewan ini sering menjadi carrier dan
menimbulkan masalah pada pembiakan Diagnosa Banding
kucing.[4] Ringworm sering dikelirukan dengan
perubahan kulit yang lain seperti penyakit
Diagnosa kudis, gigitan serangga, infeksi bakteri dan
Diagnosa dilakukan berdasarkan radang kulit yang lain. Diagnosa dapat
pada hasil pemeriksaan klinis dan dibuat dengan menemukan cendawan baik
laboratoris. Pemeriksaan klinis seperti langsung maupun tidak langsung.[4]
yang sudah diterangkan sebelumnya, yaitu
dengan melihat gejala yang diakibatkan Predisposisi
oleh penyakit. Pemeriksaan laboratoris Sebaran geografis keberadaannya
meliputi pemeriksaan langsung pada cukup luas, namun penyakit ini lebih
sampel kerokan kulit dan bulu dari bagian banyak ditemukan di daerah beriklim
yang terkena penyakit secara mikrokopik, tropis dan subtropis, terutama daerah
serta penanaman sampel pada media agar dengan kondisi udara panas dan
glukosa Sabouraud (SGA).[6] kelembaban yang tinggi. Kemudian pada
 Pemeriksaan sampel langsung daerah yang mempunyai empat musim,
Bersihkan bagian kulit yang terkena setelah periode multiplikasi kapang pada
penyakit dengan alkohol 70%, lalu kerok bulu selama musim panas. Di negara-
bagian tepinya (batas kulit yang negara yang beriklim subtropis atau dingin,
berpenyakit dan yang sehat/normal), kejadian ringworm lebih sering, karena
dengan menggunakan pisau skalpel. dalam bulan-bulan musim dingin, hewan-
Sampel berupa kerokan kulit dan bulu hewan selain kurang menerima sinar
disimpan di dalam kertas sampul atau matahari secara langsung, juga sering
toples plastik steril bertutup longgar agar bersama-sama di kandang, sehingga kontak
langsung di antara sesama individu lebih dengan pemeliharaan hewan harus
banyak terjadi.[2] didisinfeksi.[6]
Prognosa 2. Skabies
Sebagian besar hewan sehat mampu Patogenesa
membersihkan infeksi jamur dengan Masa inkubasi bervariasi antara 10-
sendirinya, namun proses ini memakan 42 hari. Perjalanan penyakit terbagi dalam
waktu berbulan-bulan. Karena potensi 3 (tiga) fase. Fase pertama, terjadi 1-2 hari
zoonosis dari penyakit ini, perawatan setelah infestasi. Saat ini tungau mulai
medis harus digunakan untuk mempercepat menembus lapisan epidermis sehingga
eliminasi dan mengurangi kontaminasi pada pemukaan kulit terdapat banyak
lingkungan dengan spora jamur infektif.[10] lubang kecil. Pada fase kedua, tungau telah
berada di bawah lapisan keratin,
Pencegahan dan Pengobatan permukaan kulit telah ditutup oleh
Usaha pencegahan penyakit perlu kerak/keropeng yang tebal dan kerontokan
dilakukan dengan mempertahankan standar bulu. Fase kedua ini terjadi 4-7 minggu
pemeliharaan yang baik, terutama untuk setelah infestasi. Adapun pada fase ketiga
hewan berumur muda atau tua, di waktu yang terjadi 7-8 minggu setelah infestasi,
hamil, hewan mengalami stres. Skrining kerak mulai mengelupas sehingga pada
agen penyakit dengan secara kultural permukaan kulit kembali terlihat lubang
adalah penting sebagai cara pengontrolan. kecil, dan pada saat itu beberapa tungau
Pengobatan secara topikal menggunakan meninggalkan bekas lubang tersebut.[4]
obat berbentuk krem dilakukan 2 kali Lesi skabies biasanya mulai dari
sehari, sekurang-kurangnya selama 4 moncong, tepi daun telinga, dan ke arah
minggu. Bisa juga dengan memandikan belakang dari badan. Perubahan patologi
hewan dengan cara direndam di dalam air berupa eritema, pruritus, dan lalu timbul
yang mengandung 67 gram (25%) papula yang pecah. Selanjutnya terjadi
tetraethylthiurum monosulfida di dalam pengelupasan kulit, terbentuk sisik-sisik,
alkohol, volume akhir 1 liter. Perendaman dan kudis. Bentuk kudis mungkin kering,
dilakukan dalam interval 3 minggu. kurang jelas berbatas, dan tepinya tampak
Penggunaan larutan iodium 10% secara tidak beraturan. Pada hewan muda selain
tersendiri mungkin efektif. Bisa juga rasa gatal, mungkin tanpa disertai
dengan menggunakan 1,5% griseofulvin di pembentukan papula. Rasa gatal
dalam DMSO (dimethyl sulfoxide), selama menyebabkan hewan menggosokkan
5-7 hari. Sedangkan pengobatan secara bagian yang gatal ke objek keras dan
sistemik, yaitu dengan pemberian obat berakibat terjadinya lecet serta rontoknya
secara oral griseofulvin 25 mg/kg berat rambut. Akibat lecet akan keluar cairan
badan/hari di dalam air minum atau pakan serum, yang segera kering dan tampak
(0,375 g/lb pakan) selama 14 hari. Dalam keropeng. Bagian rambut yang masih kuat
pengobatan, mula-mula dilakukan terikat, lengket dan mengarah tegak tidak
penjepitan bulu atau rambut di bagian lesi sejajar dengan arah rambut sehat lainnya.
penyakit, lalu diberi obat shampoo yang Selanjutnya terjadi keratinasi dan
bersifat keratolitik, povidone-iodine proliferasi jaringan ikat dengan akibat kulit
cleansing agent, lim-sulfur dip, atau obat menebal, berkerut tidak rata
anti jamur topikal (mikonazol atau permukaannya. Rambut jadi jarang dan
clotrimazole bentuk krem). Pengobatan bahkan dapat tercabut karena tidak dapat
secara oral dengan pemberian griseofulvin makanan dan kemudian rontok di tempat
dilakukan dalam kondisi penyakit yang lesi skabies.[5]
parah, dan jangan digunakan untuk hewan Lesi primer yang terbentuk akibat
breeding atau hamil. Setiap pengobatan infeksi skabies pada umumnya berupa
dilanjutkan pada waktu paling tidak 2 terowongan yang berisi tungau, telur, dan
minggu setelah gejala penyakit hilang. hasil metabolisme. Terowongan berwarna
Semua alat atau barang yang berhubungan putih abu-abu, tipis dan kecil seperti
benang dengan struktur linear atau dan diikuti dengan hilangnya rambut atau
berkelok-kelok kurang lebih 1-10 mm yang alopesia.[8]
merupakan hasil dari pergerakan tungau di
dalam stratum korneum. Di ujung Diagnosa
terowongan dapat ditemukan vesikel atau Penegakan diagnosis skabies dapat
papul kecil. Terowongan dapat ditemukan dilakukan dengan melihat gejala klinis dan
bila belum terdapat infeksi sekunder. dikonfirmasi dengan pemeriksaan
Ketika menggali terowongan, tungau laboratorik. Kerokan kulit dapat dilakukan
mengeluarkan sekret yang dapat di daerah sekitar papula yang lama maupun
melisiskan stratum korneum. [12] yang baru. Hasil kerokan diletakkan di atas
Sekret dan eksret tersebut akan kaca objek dan ditetesi dengan KOH 10%
menyebabkan sensitisasi sehingga kemudian ditutup dengan kaca penutup dan
menimbulkan lesi sekunder. Lesi sekunder diperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis
berupa papul, vesikel, pustul, dan skabies positif jika ditemukan tungau,
terkadang bula. Selain itu dapat pula nimfa, larva, telur atau kotoran S. scabiei.[3]
terbentuk lesi tersier berupa ekskoriasi, Membuat tes tinta terowongan
eksematisasi, dan pioderma. Meskipun dengan cara menggosok papula yang
dapat terbentuk lesi sekunder dan tersier, terdapat pada kulit menggunakan ujung
namun tungau hanya dapat ditemukan pada pena yang mengandung tinta. Setelah
lesi primer. Lesi primer pada skabies papula tertutup oleh tinta dan didiamkan
sangat menular melalui jatuhnya krusta selama 20 - 30 menit, tinta kemudian
yang berisi tungau. Krusta tersebut diusap/dihapus dengan kapas yang
menyediakan makanan dan perlindungan dibasahi alkohol. Tes ini dinyatakan positif
bagi tungau yang memungkinkan mereka bila tinta masuk ke dalam terowongan dan
untuk bertahan hidup. [12] membentuk gambaran khas berupa garis-
garis zig-zag[7]
Gejala Klinis Strategi lain untuk melakukan
Gejala klinis skabies timbul setelah diagnosis skabies adalah
kira-kira 3 minggu, sejak larva skabies videodermatoskopi, biopsi kulit dan
membuat terowongan di dalam kulit. mikroskopi epiluminesken.
Gejala klinik tersebut antara lain rasa Videodermatoskopi dilakukan
gatal-gatal yang ditandai dengan menggunakan sistem mikroskop video
terlihatnya bintik-bintik kecil berwarna dengan pembesaran seribu kali dan
kemerah-merahan berbentuk garis-garis memerlukan waktu sekitar lima menit.
atau alur-alur pada kulit yang panjangnya Umumnya metode ini masih dikonfirmasi
dapat mencapai antara beberapa milimeter dengan hasil kerokan kulit. Pengujian
sampai 3 cm, dapat terbentuk papula dan menggunakan mikroskop epiluminesken
vesikula.[7] dilakukan pada tingkat papilari dermis
Pada kucing lesi biasanya bermula di superfisial dan memerlukan waktu sekitar
sekitar bibir dan telinga, kemudian lima menit serta mempunyai angka positif
menyebar ke muka dan akhirnya di seluruh palsu yang rendah.[3]
kepala, atau berkembang meluas ke bagian Berdasarkan teknik ELISA telah
ventral tubuh dan kaki. Hewan yang dikembangkan metode untuk mendeteksi
terserang sering mengalami perdarahan antibodi S. scabiei pada babi dan anjing
kulit terutama daerah moncong, telinga yang telah dikomersialisasikan di Eropa.
leher, pangkal ekor dan kaki, selain itu Uji tersebut menggunakan antigen tungau
pertumbuhan hewan akan terhambat dan yang diperoleh dari S. scabiei var suis dan
kurus. Perdarahan kulit lebih lanjut dapat S. scabiei var vulpes. Adanya reaksi silang
diikuti pengeluaran cairan atau eksudat antara varian S. scabiei yang telah
yang kemudian, dapat pula membentuk dibuktikan untuk mendeteksi antibodi
lepuh-lepuh bernanah. Bagian kulit akan skabies anjing dan domba menggunakan
terlihat mengeras, menebal, berlipat-lipat var. vulpes. Sejauh ini belum ada laporan
yang mengevaluasi var. suis dan var.
vulpes untuk mendiagnosis skabies pada 100-200 mg/kg bb setiap hari selama 7
manusia. Pengembangan uji var. hominis hari.[4]
relatif sulit dilakukan karena terbatasnya
jumlah tungau yang diperoleh dan kendala 3. Pedikulosis
mengembangkan tungau secara in vitro. [3] Patogenesa
Penularan kutu adalah dengan kontak
Diagnosa Banding langsung dengan hewan peliharaan yang
Dermatitis yang disebabkan oleh terinfeksi. Alat-alat yang digunakan untuk
jamur, dan kadang sulit dibedakan dengan perawatan juga dapat sebagai sumber
demodekosis tipe skuamosa (pada anjing). penularan. Kutu akan meletakkan telurnya
[4] pada batang rambut. Siklus hidup
membutuhkan waktu sekitar 21 hari untuk
Predisposisi selesai.[9]
Umumnya prevalensi skabies
meningkat saat musim hujan. Peternakan Gejala Klinis
yang terlalu padat akan rnemberi peluang Tanda yang paling spesifik dari kutu
yang baik bagi peningkatan populasi yaitu menyebabkan rambut kering yang
tungau. Selain itu, lalu lintas hewan yang berantakan. Kerontokan rambut bisa terjadi
tidak terkontrol dan penggunaan pejantan dan hewan menjadi gatal, kadang-kadang
yang menderita skabies subklinis dapat sangat parah. Pada infestasi kutu penghisap
menjadi sumber penularan skabies.[4] darah yang sangat berat (menggigit),
hewan bisa mengalami anemia.[9]
Pengobatan dan Pencegahan
Penderita skabies dapat diobati Diagnosa
secara langsung mengenai kulit Diagnosa pedikulosis
(perendaman/dipping, disikat/brushing, didasarkan pada ditemukannya
penyemprotan/spraying), oral dan kutu yang tidak begitu sulit dan
paranteral. Pengobatan sebaiknya diulang untuk identifikasi perlu
sampai 2-3 kali dengan interval 1-2 diperhatikan morfologi, warna dan
minggu, untuk memutuskan siklus hidup anatomi kutu.[5]
tungau. Obat yang digunakan secara
langsung pada kulit antara lain larutan Pengobatan
coumaphos 0,1%, benzena hexa chloride Mengingat daur hidup kutu
(1% larutan yang berisi serbuk BHC berlangsung dan diselesaikan pada hospes
dengan kadar 0,625%), emulasi benzyl secara individual pengobatannya dilakukan
benzoate 25%, kombinasi benzyl berzoate dengan menggunakan insektisida baku.
dan BHC, phosmet 20%, odylen 20% Obat yang digunakan untuk mengatasi
(dimenthyl-diphenylene disulphide), skabies maupun demodekosis dipandang
lindane 20%, amitraz 0,1%, malathion, mencukupi, dengan ulangan 1 munggu
phoxim. Mengingat lokasi tungau kemudian. Penderita yang memiliki rambut
Sarcoptes berada di dalam kulit, maka panjang, perlu dicukur pendek. Untuk
pengobatan agak sulit dan membutuhkan kucing pengobatan dengan selamektin
kesabaran. Pada kasus yang sudah lanjut, secara topikal 6 mg/kg dan injeksi
keropeng yang tebal dapat menghambat ivermektin 250µg/kg injeksi subkutan
penetrasi akarisida. Hasil yang baik baru memberikan hasil baik.[5]
diperoleh bila keropeng tersebut Dari semua parasit kucing dan
dibersihkan terlebih dahulu, namun hal ini anjing, kutu adalah yang paling mudah
kurang praktis di lapangan. Obat yang untuk dihilangkan, dan tidak menimbulkan
bersifat sistemik dan cukup ampuh adalah ancaman. Pengobatannya tergolong
ivermektin, diberikan secara subkutan sederhana. Kucing dimandikan dengan
dengan dosis 200 mg/kg bb. Secara oral, sampo piretrin yang telah disetujui untuk
ivermektin tablet diberikan dengan dosis kucing. Setelah kucing benar-benar kering,
semprotan atau bubuk piretrin bisa
diaplikasikan. Perawatan ini perlu diulang (Ringworm) pada Kelinci. Lokakarya
dalam 10-14 hari. Sebagai alternatif, Nasional Potensi dan Peluang
fipronil (Frontline) telah disetujui untuk Pengembangan Usaha Agribisnis
perawatan dan pengendalian kutu pada Kelinci, Balai Penelitian Veteriner.
kucing. Pilihan lainnya adalah 7. Toliban Iskandar. 2004. Masalah
mencelupkan belerang pada konsentrasi Skabies Pada Hewan Dan Manusia
2%. Biasanya tidak perlu mengobati Serta Penanggulangannya.
lingkungan, tapi bisa membantu terutama WARTAZOA Vol. 10 No. 1 Th. 2000
pada kasus yang parah. Jaga agar semua 8. Tjahajati I. 2002. Efektivitas
peralatan perawatan tetap bersih.[9] Doramectin Untuk Pengobatan
Skabies Pada Kucing. J. Sain Vet. Vol.
KESIMPULAN XX No. 1, 2002
Penyakit kulit pada kucing seperti 9. Foster dan Smith Educational Staff.
ringworm, skabies dan pedikulosis sering 2017. Lice (Pediculosis) In Cats.
menyerang kucing akibatnya kurangnya Foster & Smith Inc,.
perawatan dan juga nutrisi yang diberikan. 10. Anonim. 2009. Dermatophytosis,
Lingkungan juga sangat berpengaruh besar Microsporum canis, Trichophyton
pada kesempatan kucing untuk terjangkit mentagrophytes, Microsporum
penyakit kulit. Oleh karena itu, dengan gypseum. Greenville Veterinary Clinic
perawatan dan nutrisi yang baik serta LLC. Greenville.
lingkungan yang sehat dan bersih akan 11. Djaenudin Gholib dan S. Rachmawati.
menghindarkan kucing terkena penyakit 2010. Kapang Dermatofit
kulit. Trichophyton Verrucosum Penyebab
Penyakit Ringworm pada Sapi. Balai
DFTAR PUSTAKA
Penelitian Veteriner Bogor. Bogor.
1. David palguna, Jusak dan Erwin
12. Firza Syailindra dan Hanna Mutiara.
Sutomo. 2014. Sistem Pakar Diagnosis
2016. Skabies. Majority Volume 5
Penyakit Kulit Pada Kucing
Nomor 2 April 2016 Hal 37
Menggunakan Metode Certainty
13. Sathaporn Jittapalapong, Arkom
Factor. Jurnal Sistem Informasi,
Sangvaranond, Tawin Inpankaew,
JSIKA Vol 3, No 1 (2014) ISSN 2338-
Nongnuch Pinyopanuwat, Wissanuwat
137X.
Chimnoi, Chanya Kengradomkij, and
2. Riza Zainuddin Ahmad. 2006.
Sirichai Wongnakphet. 2008.
Permasalahan dan Penanggulangan
Ectoparasites of Stray Cats in
Ringworm pada Hewan. Lokakarya
Bangkok Metropolitan Areas Thailand.
Nasional Penyakit Zoonosis, Balai
Kasetsart J. (Nat. Sci.) 42 : 71 – 75.
Penelitian Veteriner.
3. April H. Wardhana, Joses Manurung
dan Tolibin Iskandar. 2007. Skabies:
Tantangan Penyakit Zoonosis Masa
Kini dan Masa Datang. WARTAZOA
Vol. 16 No. 1 Th. 2006
4. Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian. 2014. Textbook Manual
Penyakit Hewan Mamalia. Dirjennak
dan Keswan Kementan Press. Jakarta.
5. Subronto. 2006. Penyakit Infeksi
Parasit dan Mikroba pada Anjing dan
Kucing. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
6. Djaeniddin Gholib. 2008. Penyakit
Kulit Oleh Kapang Dermatofit

Anda mungkin juga menyukai