PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
adalah Aedes aegypti. Pada tahun 2016 WHO merekomendasikan vaksin Dengue
infeksi dengue sebelumnya, karena ditakutan mengkin saja vaksin tersebut dapat
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyatakan 3,9
milyar penduduk dunia di negara tropis dan sub tropis terdapat 128 negara
berisiko terinfeksi virus dengue dengan 96 juta kasus. DBD merupakan masalah
besar di Asia Tenggara, karena selama periode 40 tahun terjadi kematian 67.295
dari total kematian di seluruh dunia sebanyak 68.977. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi kematian rata-rata 1.682/tahun karena DBD. Jumlah kasus DBD tertinggi
pada bulan Januari-Agustus 2019 yaitu di Vietnam dengan jumlah 9.449 kasus
yang dilaporkan dari 55 provinsi di Vietnam. Dari kasus yang di laporkan, ada
7.565 rawat inap di rumah sakit. Jumlah kasus telah meningkat sejak bulan April
2019 dan berada di atas tingkat musiman. Sejak 1 Januari 2019, ada total 115.186
dengan periode yang sama di 2018 dari 34.773 kasus termasuk 9 kematian.
8.295 dilaporkan di seluruh negeri. Pada 13 Juli 2019, jumlah kasus kumulatif
adalah 130.303 dengan 561 kematian. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan
67.690 kasus dengan 367 kematian dilaporkan selama periode yang sama di 2018
(WHO, 2019).
masyarakat yang belum dapat ditanggulangi, dan menyebar luar serta sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Kasus DBD pada tahun 2018
berjumlah 65,602 kasus dengan jumlah kematian atau Case Fasility Rate (CFR)
sebanyak 467 orang dan angka kesakitan atau Incidence Rate (IR) 24,75 per
100.000 penduduk. Kasus DBD pada tahun 2010 cenderung tinggi sebesar 65,70
sebanyak 27,67 per 100.000 penduduk. Tetapi kembali tren cenderung meningkat
sampai tahun 2016 sebesar 78,85 per 100.000 penduduk. Namun kembali
mengalami penurunan drastis pada tahun 2017 berjumlah 68,407 kasus dengan
jumlah kematian sebanyak 493 orang dan angka kesakitan 26,10 per 100.000
penduduk dan pada tahun 2018 juga mengalami penurunan kasus berjumlah
65,602 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 467 orang dan angka kesakitan
kabupaten yaitu Kabupaten Konawe Kepulauan dan Muna Barat yang bebas dari
DBD, ini berarti penularan DBD telah menyebar pada hampir seluruh
yang relatif sangat tinggi adalah Kota Kendari 93 kasus, Kota Baubau 116 kasus,
Konawe Selatan 120 kasus, Kolaka 243 kasus, Konawe 107 kasus, dan Buton
Utara 73 kasus. Pada semua kabupaten/kota tersebut telah ditetapkan sebagai
Data Dinas kesehatan Kota Kendari trend kasus kejadian Demam Berdarah
Dengue tahun 2012-2017 yaitu pada tahun 2012 terdapat 114 kasus DBD, tahun
2013 menjadi 231 kasus. Pada tahun 2014 mengalami penurunan kasus menjadi
30 kasus, tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 78 kasus.
kasus. Pada tahun 2016 jumlah DBD yang dilaporkan sebanyak 1.093 kasus, pada
tahun 2017 terdapat 96 kasus dan pada tahun 2018 terdapat 249 kaus kejadian
menampung air seperti ember, kaleng dan tempurung kelapa yang dilengkapi
dengan padel (kayu, bambu, kain, kertas) yang diletakkan didalamnya yang
Alat yang digunakan dalam survei telur disebut ovitrap. Penggunaan perangkap
Alat ini dikembangkan pertama kali oleh Fay dan Eliason. (BC,Zeichner.1999).
Kemudian digunakan oleh Central for Diseases Control and Prevention (CDC)
Teng.2001).
Menurut penelitian Zulfikar (2015) tentang efektifitas ovitrap bambu terhadap
jumlah jentik Aedes aegypti yang terperangkap menunjukkan bahwa hasil jumlah
plastik, penelitian tentang ovitrap aqua plastik untuk menurunkan populasi vektor
nyamuk Aedes aegypti di Kota Kendari. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian
lebih lanjut mengenai ovitrap aqua plastik untuk menurunkan populasi vektor
ovitrap aqua plastik dalam menurunkan populasi vektor nyamuk Aedes aegypti di
plastik dalam menurunkan populasi vektor nyamuk Aedes aegypti di Kota Kendari
2019.
peneliti dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh peneliti selama
mengikuti perkuliahan.
Nyamuk Aedes Aegypti Di Kota Kendari Tahun 2019. Yang dibimbingi oleh
S.KM., MHS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ovitrap secara bahasa dapat diartikan sebagai perangkap telur. Ovi berarti
telur dan trap berarti perangkap, sehingga dapat didefinisikan sebagai perangkap
telur nyamuk sederhana. Ovitrap adalah alat perangkap nyamuk untuk bertelur di
Aedes albopictus. Penggunaan ovitrap ini dilakukan pada saat populasi rendah dan
survei larva tidak efektif (misalnya BI < 5). Secara khusus, ovitrap digunakan
Ovitrap merupakan sebuah perangkap telur nyamuk yang terdiri dari wadah
berisi air untuk memerangkap telur nyamuk. Terdapat dua macam ovitrap yaitu
ovitrap alami, seperti tempurung kelapa dan ovitrap buatan, seperti gelas kaca.
nyamuk pada keadaan densitas (kepadatan) populasi yang rendah dan survei larva
nyamuk Aedes aegypti di suatu wilayah yakni survei larva, survei nyamuk dewasa,
dan survei telur. Survei telur terbukti cukup efektif mendeteksi keberadaan
nyamuk Aedes aegypti di suatu daerah, bahkan pada saat kepadatan vektor berada
Perangkap telur atau ovitrap yang digunakan untuk surveilan Aedes dapat
aegypti dewasa dan menghasilkan hampir 100% kematian larva uji selama satu
Thailand selama bulan Mei hingga September 2000. Ovitrap silinder gerabah
tanah liat tanpa tambahan insektisida maupun bentuk perangkap lainnya dipasang
di dalam rumah. Larvatrap dari plastik dipasang di kamar mandi atau dekat tandon
air. Larva yang muncul dibuang setiap hari. Setelah 4 minggu berjalan, tidak
ditemukan lagi larva di tandon air lainnya, dan setelah 9 minggu tidak ditemukan
(oviposisi). Nyamuk akan terperangkap atau lengket pada kertas perekat yang
dipasang pada media bertelur saat hinggap untuk melakukan oviposisi. (S, Milana,
2015).
Awal penggunaan ovitrap sebagai alat untuk survei keberadaan jentik nyamuk
dari perubahan ukuran yang digunakan. Bahan pembuat wadah juga diganti
dari wadah yang terbuat dari kaca juga diubah menggunakan wadah plastik,
logam, ban bekas, dan wadah alami seperti tempurung kelapa, guci tanah liat,
jenis tutup datar sebanyak 30.43 % dan tutup lengkung sebanyak 43.48 %
Ada beberapa jenis ovitrap yang saat ini telah dikembangkan, antara
1. Sticky Ovitraps
betina dewasa dengan cara memodifikasi ovitrap. Pada tahun 2001, Sticky
ovitraps pertama kali dibuat dengan menggunakan kontainer plastik berwarna
hitam berukuran 3,8 liter. Yang membedakan ovitrap jenis ini dengan ovitrap
pada umunnya adalah bahwa ovitrap ini tidak menggunakan padel pada sisi
dalamnya, melainkan sisi dalam kontainer yang berada diatas garis tepi air
dilapisi dengan perekat yang dapat menjerat nyamuk dewasa yang hendak
bertelur.
Ovitrap jenis ini memiliki keunggulan berupa kita dapat mengetahui berapa
jumlah betina yang bertelur pada ovitrap.Adapun kelemahan dari ovitrap jenis ini
adalah bahwa Sticky ovitraps kurang sensitif jika digunakan pada daerah ber
Jepang pada tahun 1989. Ovitrap ini menggunakan dua wadah yang berbeda
ukuran. Wadah pertama berukuran 1,5 liter. Pada wadah ini air dibiarkan terus
mengalir dan air yang dikeluarkan mengalir dari lubang kecil bagian samping.
Kemudian air yang keluar akan ditampung pada wadah kedua berukuran 50 ml.
Ketika wadah kedua ini penuh, maka air akan tumpah dan jatuh pada wadah yang
lebih kecil yang dibuat berbentuk kincir air yang telah terhubung dengan ovitrap
melalui kertas saring berukuran 4 x 120 cm. Kertas saring ini berfungsi sebagai
tempat menempelnya telur pada wadah ovitrap. Kertas saring akan berputar
tahun 1977. Ovitrap ini memiliki dua padel yang diletakkan disekitar jaring
ini dibuat dengan menggunakan wadah dan cincin polistiren yang telah
memiliki jaring nilon. Kemudian dua padel direkatkan pada cincin polistiren yang
berguna sebagai tempat meletakkan telur yang bagian dasarnya kontak dengan air.
Ketika telur menetas, maka larva akan terjebak dibawah jaring sehingga tidak
dapat berubah menjadi nyamuk dewasa. Ovitrap jenis ini sangat berguna jika
Air yang mengisi ruas bambu, yang biasanya ada pada pot yang terbuat dari
bambu sering digunakan sebagai tempat bertelur buatan untuk menarik perhatian
nyamuk yang bertelur pada bambu. Hal ini dikarenakan sisi dalam dari bambu
memiliki kontur yang bergelombang dan terkadang kasar serta memiliki retakan
Ovitrap ini terbuat dari ban mobil yang sudah tidak dipakai lagi. Kemudian
sisi dalam ban mobil diisi air, ban mobil dapat diletakkan secara vertikal maupun
yang lebih spesifik, lebih ekonomis, dan sensitif untuk pengambilan sampel
populasi dengan area yang lebih luas. Namun, penggunaan ovitrap sebagai metode
Penggunaan ovitrap lebih ditekankan untuk monitoring Aedes aegypti, perlu juga
diperhatikan indeks ovitrap sebagai salah satu acuan dalam interpretasi data
sebagai alat surveilans vektor Aedes aegypti. Selain itu dapat menggambarkan
Nyamuk merupakan salah satu contoh dari kelas insekta. Kelas insekta di
kenal sebagai serangga yang memiliki beberapa ciri-ciri seperti, tubuhnya terdiri
dari tiga bagian yaitu kepala (cephala), dada (thorax), dan perut (abdomen)
(Hasyimi,M 2010).
merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang
langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali
melebihi 15 mm. Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai "Mosquito",
berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti
lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania
2.500 jenis nyamuk di dunia yang termasuk ke dalam dua subfamili yaitu
Anophelinae dengan tiga jenis dan Culicinae dengan 109 jenis. Jenis nyamuk
yang banyak berperan sebagai vektor utama penyakit dari subfamili Anophelinae
adalah Anopheles spp. Sedangkan dari Culicinae yaitu Culex spp, Mansonia spp,
nyamuk biasanya di lubang pohon, genangan air bersih, air kotor, air payau, dan
nutrisi yang cukup untuk telurnya hingga dewasa (Rattanarithikul dan Harrison,
2005).
berkelompok. Setiap jenis nyamuk memiliki cara meletakkan telur yang berbeda.
Pada Culex diletakkan secara berkelompok (raft). Dalam satu kelompok biasanya
terdapat puluhan hingga ratusan telur nyamuk. Nyamuk Anopheles dan Aedes
meletakkan telurnya secara satu per satu pada permukaan air. Telur-telur ini akan
menetas dua hingga tiga hari setelah diletakkan. Fase perkembangan nyamuk dari
ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di
bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembapan.
itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok
berdekatan membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. (Sembel, 2009)
Aedes merupakan jenis vektor utama yang dapat membawa virus dengue
mendapat virus dengue sewaktu menghisap darah orang yang Demam Berdarah
Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang
seluruh jaringan tubuh nyamuk termaksud kelenjar liur. Virus ini dapat berada
dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Sebelum menghisap darah, nyamuk ini
akan mengeluarkan air liur melalui proboscis agar darah yang dihisap tidak
membeku bersamaan dengan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari
Aedes aegypti Merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis yang banyak
menyebar di wilayah antara garis lintang 35oLU dan 35oLS. Penyebaran nyamuk
ini dibatasi oleh ketinggian karena nyamuk ini tidak dapat dijumpai pada daerah
dengan ketinggian lebih dari 1000 meter. Nyamuk Aedes aegypti sangat suka
bersarang dan berkembang biak di genangan air yang bersih dan tidak berkontak
langsung dengan tanah seperti penampungan air, sisa kaleng bekas, bak mandi,
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue
betina menghisap darah manusia yang diperlukan untuk pematangan telur yang
vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan persebaran dengue di desa dan
berwarna hitam dan merah. Nyamuk jenis ini memiliki kebiasaan menggigit pada
siang hari (pukul 09.00-10.00) dan pada sore hari (pukul 16.00-17.00). (Anggraini
2010).
berikut
Kindom : Animalia
Filum : arthropoda
Kelas : insect
Ordo : diptera
Family : culicidae
Sub famili : culicidae
Genus : aedes
(Anggraeni,2010):
1. Nyamuk Aedes aegypti memiliki tubuh berwarna hitam dengan belang putih
di seluruh tubuhnya.
tempat umum.
4. Nyamuk betina aktif menghisap darah pada pagi dan sore hari. Sementara
memiliki tubuh yang lebih kecil dibanding betina, dan terdapat rambut-rambut
Sama halnya dengan jenis nyamuk lain, nyamuk Aedes aegypti memiliki
1. Telur
Telur Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran 0.8 mm, berbentuk oval
dan mempunyai katup pada salah satu ujungnya dan bersifat ticnotatic yaitu
satu-persatu diatas permukaan air(Dep Kes, 2005). Sebagian besar nyamuk betina
dan lembab. Namun bila lingkungan tidak mendukung seperti kering, telur akan
menjalani masa pengeringan yang lama dan mampu bertahan hingga lebih dari
satu tahun. Setelah lingkungan baik, telur kemudian akan menetas, namun
tidak semua telur akan menetas pada waktu yang sama (WHO, 2005).
Gambar 2 Telur nyamuk Aedes aegypti
2. Larva
(Susanna,2011):
Setiap staduim berbeda baik bulunya, setiap pergantian stadiu akan diikuti
dengan pergantian kulit. Larva stadium 1 dan 2 biasanya pada genangan air
yang cukup luas akan mengumpul di tempat dimana telur diletakkan. Pada
stadium 3 dan 4, larva akan bergerak bergerak dan memiliki daya tahan yang baik
(Susanna, 2011).
Gambar 3 Larva nyamuk Aedes aegypti
3. Pupa
Pada tahap pupa, calon nyamuk dewasa akan lebih sering berada di permukaan air
sebab pupa memiliki alat apung pada bagian toraks. Pada tahap pupa, calon
4. Nyamuk Dewasa
Lamanya stadium pupa terjadi 1-2 hari, namun dapat lebih lama jika
lingkungan tidak mendukung. Nyamuk jantan dewasa akan lebih dahulu menetas
dari pada nyamuk betina. Jumlah nyamuk jantan dengan nyamuk betina juga
relatif sama. Segera setelah muncul, nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk
betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah dalam 24-36 jam (Susanna,
2011).
Nyamuk betina hanya akan kawin sekali saja dalam sepanjang hidupnya. Sel
sperma jantan yang telah nyamuk betina terima akan disimpan pada
spermateka betina dan setiap melakukan pembuahan sel telur, sperma akan
diambil dari spermateka betina. Setelah nyamuk betina dibuahi, nyamuk betina
segera mencari darah guna pematangan sel telur yang telah dibuahi. Pada proses
ini, nyamuk betina dewasa yang sudah dibuahi akan mencari darah dengan
kondisi unfed (tidak ada darah dalam abdomen), kemudian setelah menghisap
darah hingga kenyang (blood- fed), telur akan mengalami setengah pematangan
akan dikeluarkan dan diletakkan (oviposisi), nyamuk kembali pada posisi unfed
dan kembali mencari darah untuk melakukan siklus tersebut hingga beberapa
kali. Siklus gonotrofik ini akan berlangsing 5-7 kali selama hidup nyamuk betina
termasuk nyamuk yang aktif mengisap darah waktu siang hari, terutama nyamuk-
nyamuk yang masih muda berumur antara 1-8hari. Semakin tua umur
nyamuk,kebiasaan menghisap darah berubahan yaitu lebih aktif mengisap darah
2. Perilaku Istirahat
Perilaku istirahat untuk nyamuk memiliki dua arti yaitu istirahat yang
umumnya nyamuk memillih tempat yang teduh, lembab, dan aman untuk
3. Perilaku Berkembangbiak
terdapat air jernih terutama di bak mandi dan tempat penampungan air didalam
rumah lainnya. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Sekali
bertelur nyamuk dapat mengeluarkan telur sebanyak 50–150 butir telur. Lama
daur hidupnyamuk Aedes aegypti mulai telur sampai dewasa rata-rata 8–14 hari
jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai
untuk nyamuk Aedes aegypti dewasa tidak pergi jauh dari tempat saat stadium
larva karena daya terbangnya hanya dalam radius100–200 m saja dan rata-rata
lama hidup Aedes aegypti betina hanya 10 haridan akan bertelur tiga hari
1. Pengendalian Fisik
untuk pemanasan, pembekuan dan alat listrik untuk pengadaan angin, penyinaran
cahaya yang dapat membunuh atau mengganggu kehidupan vektor. Suhu 60̊ dan
suhu beku akan membunuh serangga dan suhu dingin dapat mengakibatkan
2. Pengendalian Biologi
vektor. Beberapa parasit, bakteri, dan virus dapat dipakai sebagai pengendali
dari antrofilik menjadi lebih zoofilik dengan meletakkan kandang hewan di antara
3. Pengendalian Kimiawi
Rahayu, 2011:5).
dengan cakupan yang luas, sehingga dapat menekan populasi vektor dalam waktu
yang singkat. Kelemahan dari pengendalian ini adalah dapat membunuh hewan
Penelitian yang di lakukan oleh Mia Dzahara yang berjudul “Pengaruh Jenis
Koleksi Telur Dan Nyamuk Aedes Aegypti L.” bahwa terdapat pengaruh yang
Penelitian yang di lakukan oleh Arvita Kumala Sari, dkk yang berjudul
Air Rendaman Cabai Merah (Capsicum Annum) Terhadap Jumlah Telur Aedes Sp.
ovitrap adalah 1021 butir. Jumlah telur yang terperangkap dalam kontrol (sumur
air), air rendaman cabai merah dan larutan atraktan ragi-sugart masing-masing
adalah 929 butir (91%), 60 butir (5,9%) dan 32 butir (3,1%). Jumlah telur yang
Penelitian yang di lakukan oleh Gusti Rati, dkk yang berjudul “Perbandingan
Efektivitas Berbagai Media Ovitrap terhadap Jumlah Telur Aedes Spp yang
telur nyamuk Aedes spp yang terperangkap selama penelitian adalah 3.090 butir
dengan sebaran 1.563 butir di luar rumah dan 1.527 butir di dalam rumah.
Berdasarkan media ovitrap, telur yg terperangkap pada media air jerami 1.758
butir, air mineral 576 butir, air kolam 523 butir, air sumur 233 butir.
2016” bahwa jumlah telur nyamuk yang paling banyak pada jenis atraktan air
rendaman jerami (1.933 butir) dan jenis bahan ovitrap gelas plastik (1436 butir).
2.4. Kerangka Teori
pengendalian biologi, fisika, dan kimia. Pengendalian dengan cara kimia sudah
banyak dilakukan yaitu dengan menggunakan obat anti nyamuk untuk mencegah
nyamuk yang akan mendekat ke tubuh manusia. Selain itu juga menggunakan
penanggulangan secara fisik salah satunya menggunakan gelas aqua plastik yang
di isi air dan diberikan kasa dalam gelas aqua plastik yang disebut perangkap
Pengendalian
Nyamuk
Fooging, Abate,
Perangkap Telur Ikan Sebagai
Pemakaian Obat
Nyamuk (Ovitrap) Predator.
Anti Nyamuk
Jumlah telur
nyamuk yang
terperangkap pada
Ovitrap
hubungan antara variabel bebas ovitrap dan variabel terikat jumlah terul nyamuk
Jumlah Telur
Nyamuk Yang
Terperangkap
Ovitrap
Kondisi Lingkungan
Keterangan :
: Variabel Terikat
: Variabel Bebas
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan menggunakan rancangan post test only design untuk melihat perbedaan
Kelurahan Bungkutoko.
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua telur nyamuk Aedes aegypti
yang terperangkap pada ovitrap dengan menggunakan media bambu dan gelas
aqua plastik.
3.3.2. Sampel
Variabel terikat pada penelitian ini adalah ovitrap, variabel bebas pada
penelitian ini adalah jumlah telur nyamuk Aedes yang terperangkap dan kondisi
a. Alat :
2) Air
3) Kertas kasa
4) Hekter
6) Kuas cat
b. Bahan :
1) Buku Tulis
2) Alat tulis
3) Kamera
4) Penampung air
2. Cara kerja
keringkan.
2) Bila sudah kering pasangkan kertas kasa ke dalam gelas aqua plastik jepit
menggunakan hekter.
3) Kemudian isi air perkirakan jangan sampai kena kertas kasa
1) Ovitrap adalah suatu alat yang berupa kontainer terbuat dari bahan kaleng,
plastik, gelas ataupun bambu yang diisi air, diletakkan pada tempat-tempat
3) Jumlah telur nyamuk adalah jumlah telur nyamuk Aedes aegypti yang
Data primer pada penelitian ini diperoleh dari data hasil perlakuan yang
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber seperti
hasil penelitian sebelumnya, data dari Dinas Kesehatan Kota Kendari maupun dari
referensi lainnya.
Analisis data dari hasil penelitian yang akan di lakukan menggunakan index