DEDY ISWAHYUDI
NIM. 1KA21018B
DEDY ISWAHYUDI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue,
termasuk dalam famili Flaviviridae dan terdapat 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, serta DEN-4. Infeksi dengue ditularkan oleh nyamuk betina Ae. aegypti
juga Ae. albopictus. Nyamuk ini juga menularkan virus chikungunya, demam
kuning (yellow fever), dan infeksi Zika. Insidens infeksi dengue meningkat
dramatis secara global dan diperkirakan 390 (284–528) juta orang setiap
tahunnya mulai asimtomatis sampai 96 (67–136) juta di antaranya bermanifestasi
klinis, khusus pada dua dekade terakhir terjadi peningkatan kasus hingga 8 kali
lipat. Studi prevalens memperhitungkan terdapat 3,9 milyar orang di 129 negara
berisiko terinfeksi dengue, namun demikian 70% mengancam penduduk di Asia.
Tahun 2019 tercatat sebagai tahun dengan kasus dengue tertinggi secara global.
Kejadian infeksi dengue lebih tinggi pada anak dibandingkan dengan dewasa dan
persentase yang memerlukan perawatan rumah sakit lebih tinggi pada anak Asia
dibandingkan ras lainnya. Angka kematian dengue secara global telah dapat
ditekan menjadi kurang dari 1%, artinya case fatality rate (CFR) menurun
sebesar 28% antara tahun 2010–2016. Kondisi dengue berat terjadi pada saat
epidemi dengue di Filipina dan Thailand pada tahun 1950-an, sedangkan di
Indonesia dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya.
Kasus infeksi dengue di Indonesia pada tahun 2019 meningkat menjadi
138.127 dibanding tahun 2018 yang berjumlah 65.602 kasus. Angka kesakitan
(incidence rate) tahun 2019 meningkat dibandingkan tahun 2018, yaitu dari 24,75
menjadi 51.48 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat infeksi dengue
pada tahun 2018 sebanyak 467 orang, dengan CFR 0,71% pada tahun 2018,
namun angka kematian meningkat lagi pada tahun 2019 menjadi 919 orang
dengan CFR 0,67%. Penelitian terkait insidens infeksi dengue di Indonesia
selama 50 tahun menunjukkan peningkatan tajam, pada tahun 1968 adalah 0,05
kasus per 100.000 menjadi 77,96 kasus per 100.000 pada tahun 2016 dengan
siklus setiap 6–8 tahun. Pada tahun 2017, tercatat 59.047 kasus demam berdarah
dengue (DBD) dan kematian terkait DBD tersebut sebanyak 444 atau insidens
DBD 22,55 per 100.000/tahun dengan CFR 0,75%. Sejak tahun 1999, kelompok
usia >15 tahun dengan infeksi dengue meningkat lebih tinggi dari kelompok usia
0-14 tahun. Anak Indonesia adalah kelompok rentan mengalami infeksi dengue,
sejak tahun 2016 sampai 2019 kasus usia 0–14 tahun insidensnya berturut-turut
54,74%, 51,66%, 51,76%, 53,08%, dan sampai pertengahan tahun 2020
mencapai 53,41%, oleh karena itu tatalaksana tepat pada anak dan remaja penting
dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas infeksi dengue di Indonesia.
Perubahan epidemiologi dengue memicu masalah penggunaan klasifikasi WHO
yang sejak lama diterapkan. Klasifikasi WHO 1997 dan 2011 membagi infeksi
dengue menjadi tiga kategori berdasarkan gejala penyebabnya yaitu demam yang
tidak dapat dikenali, demam dengue (DD), dan DBD, selanjutnya DBD dibagi
lagi dalam empat stadium, stadium III dan IV dikenal sebagai sindrom syok
dengue (Dengue Shock Syndrome/DSS). Kesulitan dalam menggunakan kriteria
DBD pada praktik klinis di fasilitas dan sarana yang terbatas, karena diagnosis
merupakan gambaran retrospektif disertai adanya peningkatan kasus yang berat
seperti DBD/DD dengan komorbid, DD dengan perdarahan, keterlibatan organ
(hati, jantung, ensefalopati, dan lain-lain), yang tidak memenuhi kriteria DBD
WHO 1997, mendorong perlunya dipergunakan klasifikasi baru.
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi Dengue, antara lain
faktor host, lingkungan dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan
dan respon imun. Faktor lingkungan yaitu kondisi geografi (ketinggian dari
permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); kondisi demografi
(kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Tempat
perindukan air juga termasuk kedalam faktor lingkungan yang potensial sebagai
tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Tempat perindukan nyamuk
Aedes aegypti umumnya berupa tempat-tempat teduh dimana air tergenang. Air
tempat nyamuk bertelur harus jernih, bukan air kotor, atau air yang langsung
bersentuhan dengan tanah, melainkan air jernih yang berada dalam wadah dan
tergenang tenang tak terusik. Keberadaan tempat perindukan sangat berperan
dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti, karena semakin banyak tempat
perindukan maka akan semakin padat populasi nyamuk Aedes aegypti.
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti adalah pada
tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu
tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum,
biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak
dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan
tanah.
Letak tempat penampungan air merupakan keadaan dimana wadah yang
menampung air baik untuk keperluan sehari-hari maupun bukan untuk keperluan
sehari-hari diletakkan baik di dalam maupun di luar rumah. Hal ini memiliki
peranan yang penting terhadap perindukan nyamuk Aedes sp. Wadah yang
terletak di dalam rumah berpeluang lebih besar untuk terdapat jentik. Sesuai
dengan kesukaan nyamuk ini untuk beristirahat di tempat-tempat yang gelap,
lembab dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan yang terlindungi dari
sinar matahari langsung.11 Keberadaan penutup tempat perindukan erat
kaitannya dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, tempat air yang tertutup
longgar lebih disukai oleh nyamuk betina sebagai tempat bertelur, dibandingkan
dengan tempat air yang terbuka. Karena tutupnya jarang dipasang secara baik
dan sering dibuka mengakibatkan ruang didalamnya relatif lebih gelap
dibandingkan dengan tempat air yang terbuka. Dengan kebiasaan masyarakat
yang terkadang lupa atau tidak menutup rapat tempat penampungan air sehingga
dapat memungkinkan nyamuk untuk masuk dan berkembangbiak di dalam
tempat penampungan air tersebut.11 Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti
merupakan sarana sebagai wadah tempat berkembangbiaknya nyamuk dan sangat
berperan penting terhadap keberadaan jentik nyamuk. Kepadatan jentik nyamuk
Aedes aegypti pada tempat penampungan air di suatu lokasi dapat dilakukan
beberapa survei yang dapat di ukur dengan indikator House Index (HI),
Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu
jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik perjumlah rumah/bangunan
yang diperiksa (%) dengan metoda survei jentik secara Single Larva, yaitu
dengan cara mengambil satu jentik disetiap tempat-tempat penampungan air yang
ditemukan ada jentiknya untuk selanjutnya dilakukan identifikasi lebih lanjut
mengenai jenis jentiknya. ABJ merupakan angka bebas jentik yang dapat
menggambarkan besaran masalah DBD. Data kepadatan jentik di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo khusunya di Kelurahan Gurun Laweh belum tersedia, hal
ini dikarenakan puskesmas tidak melaksanakan kegiatan Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) secara rutin, disamping itu kegiatan kader Juru Pemantau Jentik
(JUMANTIK) tidak berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan keadaan-
keadaan tersebut di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian
tentang kepadatan larva aedes aegypti dan resiko infeksi Dengue di kelurahan
Telaga Bertong kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah analisis resiko infeksi dengue berdasarkan indeks entomologi di
kelurahan telaga bertong kecamatan taliwang kabupaten sumbawa barat tahun
2023?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui kepadatan larva Aedes Aegypti dan resiko Infeksi Dengue di
Lingkungan Telaga Bertong A Kelurahan telaga bertong Kecamatan Taliwang
Kabupaten Sumbawa Barat
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kepadatan larva Aedes Aegypti di Lingkungan Telaga
Bertong A Kelurahan telaga bertong Kecamatan Taliwang Kabupaten
Sumbawa Barat
b. Mendeskripsikan resiko Infeksi Dengue di Lingkungan Telaga Bertong A
Kelurahan Telaga Bertong Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa
Barat
c. Menganalisis hubungan kepadatan larva Aedes Aegypti dengan resiko
infeksi Dengue di Lingkungan Telaga Bertong A Kelurahan Telaga
Bertong Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai informasi dan masukan untuk Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa
Barat tentang situasi kepadatan larva Aedes Aegypti serta resiko terjadinya
infeksi Dengue di Lingkungan Telaga Bertong A Kelurahan Telaga Bertong
Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa sehinggan pengambil keputusan
dapat menyusun rencana strategis yang efektif dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang kepadatan larva Aedes
Aegypti dan resiko terjadinya Infeksi Dengue
3. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan informasi tambahan bagi lembaga-lembaga penelitian dan
peneliti-peneliti lain untuk serta melakukan penelitian lebih lanjut.
4. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tambahan untuk mengetahui faktor risiko kejadian
penyakit Demam Berdarah dengue, agar selalu memperhatikan dan lebih
peduli terhadap kesehatan lingkungan sekitar mereka.
5. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan referensi bagi para peneliti lainnya untuk mengembangkan
pengetahuan tentang Entomologi kesehatan.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian sebelumnya yang sejenis dengan penelitian kami adalah
sebagai berikut:
A. Kerangka Konsep
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang bertujuan untuk
mendeskripsikan distribusi frekuensi penyakit menurut penyakit serentak pada
individu-individu dalam populasi tunggal pada satu saat orang, tempat dan waktu.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang)
yaitu rancangan penelitian yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan
(faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan atau satu periode
untuk mengetahui kepadatan larva Aedes Aegypti dan Potensi Penularan
berdasarkan indikator Entomologi
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Lingkungan Telaga Bertong A Kelurahan
Telaga Bertong Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat pada bulan
Januari 2023.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian dalam sebuah
penelitian. Variabel independent pada penelitian ini adalah indeks entomologi
Variabel dependent pada penelitian ini adalah resiko infeksi dengue
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini memberikan penjelasan dan batasan
mengenai variabel yang akan diteliti ( Tabel 3.1)
1. Tinggi ≥50
2. Breteau 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑎i𝑛𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑠i𝑡if
∑j𝑒𝑛𝑡i𝑘 2. Rendah <50
index ( BI) 𝐵𝐼 = x100% (WHO:1972;WH
∑ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑i𝑝𝑒𝑟i𝑘𝑠𝑎
O:2
002)
3. House
index (HI) ∑ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑠i𝑡if
j𝑒𝑛𝑡i𝑘
𝐻𝐼 = × 100
∑ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑i𝑝𝑒𝑟i𝑘𝑠𝑎
2.Resiko
infeksi
dengue
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat dimana data diolah
secara statistik dengan menggunakan program computer. Analisis ini dilakukan
tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase tiap variabel