Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu
penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang.
ISPA hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
anak di negara berkembang. Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA) adalah
penyakit yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari
hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura (Nelson, 2013). Sedangkan menurut Jalil (2018)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya,
seperti sinus, 8 rongga telinga tengah, dan pleura. ISPA merupakan infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.
Kejadian ISPA ini terjadi oleh beberapa penyebab salah satunya
penggunaan obat anti nyamuk dalam waktu yang lama. Menurut Kunoli (2013)
penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,
jamur dan aspirasi. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah Diplococcus
Pneumoniea, Pneumococcus, Strepococus Pyogenes Staphylococcus Aureus,
Haemophilus Influenza, dan lain-lain. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
Influenza, Adenovirus, Sitomegagalovirus. Jamur penyebab ISPA antara lain
Aspergilus Sp, Gandida Albicans Histoplasm, dan lain-lain. Penyakit ISPA
selain disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur juga disebabkan oleh aspirasi
seperti makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, cairan amnion
pada saat lahir, benda asing (biji-bijian) mainan plastic kecil, dan lain-lain.
Penyebab ISPA yang disebabkan oleh asap bisa di dapatkan salah satunya
dari penggunaan obat nyamuk bakar. Menurut Agustin (2019) obat nyamuk
bakar umumnya berbentuk lingkaran spiral. Ujung lingkaran dibakar untuk
menghasilkan asap dan asap inilah yang dapat menghalau serta membunuh

1
nyamuk. Sedangkan menurut Amiruddin, (2013) obat anti nyamuk adalah
kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar, repellent, penyemprotakan
insektisida untuk menghindari gigitan nyamuk.
Menurut WHO (2016) kasus ISPA di seluruh dunia sebanyak 18.8 miliar
dan kematian sebanyak 4 juta Orang per tahun. Kejadian ISPA di negara
berkembang ialah 2-10 kali lebih banyak dari pada negara maju. Perbedaan
tersebut berhubungan dengan etiologi dan faktor resiko. Prevalensi ISPA di
Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) dan gejala tahun
2013 mencapai 25.0% dan pada tahun 2018 sebanyak 9.3%. dan Pada Provinsi
Banten ISPA padmencapai lebih dari 25% dan pada tahun 2018 mencapai lebih
10% (Kemenkes Ri, 2018).
Di Indonesia ISPA masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama dan
merupakan penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan, kunjungan
berobat ke puskesmas akibat ISPA sebesar 40-60%, dan 15-30% kunjungan
berobat di rawat jalan dan rawat inap rumah sakit. Depkes RI prevalensi ISPA
pada tahun 2014 adalah 25%, dan prevalensi ISPA yang tertinggi terjadi pada
kelompok umur 1-4 tahun sebesar 25.8% (Depkes, 2015). Data terbaru
menurut RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) prevalensi penyakit menular
ISPA tahun 2018 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil
RISKESDAS 2013, yaitu dari 13,8% menjadi 4.4%, namun demikian angka
kejadian ini masih bisa mengalami kenaikan di tahun lainnya (Riskesdas,
2018).
Penyakit ISPA masuk dalam kategori 10 penyakit terbanyak di Nusa
Tenggara Barat dengan jumlah kunjungan tertinggi yaitu 174.213 (Profil
Kesehatan NTB, 2020). Di Sumbawa sudah menangani 3.143 pasien.
Mayoritas penyakit ISPA, penyakit kulit karena terendam banjir, dan pegal.
Diare masih sedikit sekitar 40-an, tapi yang kita takutkan diare itu pasca banjir,
bukan pada saat banjir. Karena sampai kemarin dari 1.900 sumur yang
terdampak banjir baru 600 yang baru dibersihkan. Di Wilayah Kerja
Puskesmas Labuhan Badas Unit I data kejadian ISPA dari Bulan Januari

2
samapai dengan Bulan Juli 2021 mencapai 806 kasus (Dinas Kabupaten
Sumbawa, 2020).
Banyaknya kejadian ISPA ini dikarenakan beberpa faktor penyebab yaitu
seperti bakteri, virus, jamur dan aspirasi. Bakteri penyebab ISPA antara lain
adalah Diplococcus Pneumoniea, Pneumococcus, Strepococus Pyogenes
Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza, dan lain-lain. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah Influenza, Adenovirus, Sitomegagalovirus. Jamur
penyebab ISPA antara lain Aspergilus Sp, Gandida Albicans Histoplasm, dan
lain-lain. Penyakit ISPA selain disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur juga
disebabkan oleh aspirasi seperti makanan, asap kendaraan bermotor, bahan
bakar minyak, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian) mainan
plastic kecil, dan lain-lain (Kunoli, 2013).
Terjadinya ISPA tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi
lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar memasak,
kepadatan anggoata keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban, kebersihan,
musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas pelayanan kesehatan serta
langkahlangkah pencegahan infeksi untuk pencegahan penyebaran (vaksin,
akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi), factor
penjamu (usia, kebiasaan 10 merokok, kemampuan penjamu menularkan
infeksi, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan
oleh pathogen lain, kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara
penularan, daya tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis
mikroba). Kondisi lingkungan yang berpotensi menjadi faktor firiko ispa
adalah lingkungan yang banyak tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan
bakar minyak, asap hasil pembakaran serta benda asing seperti mainan plastik
kecil (Rosana, 2016).
Berdasrka etilogi diatas salah satu penyebab kejadia ISPA yang ada di
sumbawa yaitu adanya penggunaan obat nyamuk yang di gunakan oleh
masayrakat. Obat anti nyamuk bakar adalah pengusir nyamuk dengan asap atau
baunya, biasanya dibuat dengan cara mencampurkan bahan aktif, yang
umumnya adalah piretroid atau knockdown agent, dengan bahan pembawa

3
seperti tepung tempurung kelapa, tepung kayu, tepung lengket, pasta kering
dari pyrethrum bubuk dan bahan lainnya seperti pewangi, anti jamur dan bahan
pewarna. Warnanya bermacam-macam (biasanya hanya hijau), bentuknya yang
tidak selalu melingkar, dan berbagai jenis bahan pewangi untuk menarik
pembeli (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan penelitian Muhammad, Iqbal (2020) terkait dengan penelitian
tentang hubungan pengetahuan, kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar,
dan merokok dengan kejadian ispa pada balita yaitu disarankan kepada pihak
puskesmas dapat bekerjasama dengan masyarakat untuk mengadakan
penyuluhan tentang rumah sehat serta tentang ISPA sehingga menambah
pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Andi Suci Indah, dkk (2020) tentang
hubungan sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita yaitu
diharapkan kepada instansi puskesmas untuk selalu memberikan edukasi atau
penyuluhan kepada masyarakat terutama orangtua yang mempunyai balita
untuk tidak merokok di dalam rumah atau dekat dengan anak.
Seteah dilakukan studi pendahuluan pada tanggal 15 November 2021 telah
dilakukan wawancara kepada 5 keluarga pasien yang memiliki anak dengan
ISPA didapatkan 5 diantaranya mengatakan hal yang sama di rumah mereka
menggunakan obat nyamuk bakar dan obat nyamuk semprot hamper setiap
hari, dan rata-rata di rumahnya ada anggota keluarga yang angktif merokok.
Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab anak-anak mengamalami ISPA. Rata-
rata keluarga juga mengatakan bahwa ruang rumah tergolong sempit dan kecil
sehingga asap dari obat nyamu dan seprot nyamuk kadang mengedap didalam
ruang rumah.
Berdasarkan dari pembahasan diatas dapat disimpulkan banyak kasus
ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Badas Unit I masih banyak
masyarakat yang menggunakan obat nyamuk bakar sehingga bisa menyebakan
anggota keluarga terkena penyakit ISPA. Hal ini menjadi alasan peneliti untuk
meneliti “Apakah Ada Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar

4
dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan
Badas Unit I ?”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Apakah Ada Hubungan Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar dengan
Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Badas Unit I
?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan
kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Badas Unit
I.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik responden
b. Diketahui penggunaan obat anti nyamuk bakar oleh masayarakat yang
mempunyai balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Labuhan
Badas Unit I.
c. Diketahuinya angka kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Labuhan Badas Unit I.
d.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi karya tulis ilmiah,
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan atau memberikan informasi
tentang hubungan penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan kejadian
ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Labuhan Badas
Unit I..
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Kesehatan STIKES Griya Husada Sumbawa

5
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan kejadian ISPA
Pada balita sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bagi mahasiswa
keperawatan ataupun pihak STIKES untuk mengatasi permasalahan yang
ditimbulkan.
b. Bagi Dosen Prodi S1 Ilmu Keperawatan
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan sumbangan
pemikiran untuk lebih meningkatkan pemantauan kepada mahasiswa
oleh dosen dan sebagai salah satu penerapan kasus ISPA pada balita
ketika mahasiswa ditempatkan di lapangan.
c. Bagi STIKES Griya Husada Sumbawa.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
membuat karya tulis ilmiah dan sebagai penerapan ilmu pengetahuan
yang telah didapatkan selama kuliah khususnya STIKES Griya Husada
Sumbawa.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi penelitian
lain yang ingin meneliti tentang penggunaan obat anti nyamuk bakar
dengan kejadian ISPA Pada Balita di lingkungan STIKES Griya Husada
Sumbawa

E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Andi Suci Indah, dkk (2020)
dengan judul “Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada
Balita Di TPA Tamangappa Antang Makassar Tahun 2020”. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study yang
dilakukan di TPA Tamangappa Antang Makassar dengan jumlah sampel 90
balita menggunakan teknik Non Random Sampling jenis Purposive
Sampling. Pengumpulan data dari responden dilakukan menggunakan
kuesioner dan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji chi square
p< φ < 1,00. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan dengan ventilasi

6
(p=0,000, φ=0,433), ada hubungan dengan kelembapan (p=0,000,
φ=0,456), ada hubungan dengan kepadatan hunian (p=0,036, φ=0,264), ada
hubungan dengan pencahayaan rumah (p=0,002, φ=0,344), ada hubungan
dengan paparan asap rokok (p=0,000, φ=0,531), dan ada hubungan dengan
penggunaan obat nyamuk (p=0,001, φ=0,382).
Perasamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis
penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Kemudian salah satu variablenya sama.
Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti
meneliti hubungan penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan kejadian
ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Labuhan Badas
Unit I dimana ada perbedaan salah satu variable, tempat penelitian, waktu
penelitian, dan jumlah sampel yang akan dilakukan penelitian

2. Penelitian dilakukan oleh Muhammad, Iqbal (2020) dengan judul


“Hubungan Pengetahuan, Kebiasaan Menggunakan Obat Nyamuk Bakar,
Dan Merokok Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Kuin Raya
Banjarmasin Tahun 2020”. Penelitian ini menggunakan metode
observasional analitik dengan menggunakan rancang bangun cross
sectional. Sampel sebanyak 100 responden dengan teknik pengambilan
sampel simple random sampling. Penelitian ini menggunakan uji statistik
chi square untuk mengetahui antara Pengetahuan , Kebiasaan menggunakan
Obat nyamuk bakar, dan merokok dengan kejadian ISPA pada balita.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
Pengetahuan (p=0,001), Kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar
(p=0,000), Kebiasaan merokok (p=0,000), dengan kejadian ISPA.
Disarankan kepada pihak puskesmas dapat bekerjasama dengan masyarakat
untuk mengadakan penyuluhan tentang rumah sehat serta tentang ISPA
sehingga menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang memiliki
balita.

7
Perasamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis
penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Kemudian salah satu variablenya sama.
Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti
meneliti hubungan penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan kejadian
ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Labuhan Badas
Unit I dimana ada perbedaan salah satu variable, tempat penelitian, waktu
penelitian, dan jumlah sampel yang akan dilakukan penelitian

3. Penelilitian yang dilakukan oleh Riduan (2019) denga judul “Hubungan


Perilaku Merokok dan Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar dengan
Kejadian ISPA Pada Balita di Kelurahan Kelayan Selatan RT 14
Banjarmasin Tahun 2019”. Jenis penelitian menggunakan metode analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yaitu seluruh orang
tua yang mempunyai balita dengan sampel sebanyak 40 orang. Pengablina
sampel dengan menggunakan total sampling dan anaslis data menggunakan
chi square. Hasil penelitian analisa dengan menggunakan rumus koefisien
korelasi chi square diperoleh perilaku merokok (0,014<0,05), dan
penggunaan obat anti nyamuk bakar (0,028<0,05) yang berarti ada
hubungan bermakna anatara perilaku merokoko dan penggunaan obat
nyamuk bakar dengan kejadian ISPA pada balita.
Perasamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis
penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Kemudian salah satu variablenya sama.
Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti
meneliti hubungan penggunaan obat anti nyamuk bakar dengan kejadian
ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Labuhan Badas
Unit I dimana ada perbedaan salah satu variable, tempat penelitian, waktu
penelitian, dan jumlah sampel yang akan dilakukan penelitian

8
9

Anda mungkin juga menyukai