TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Obat Anti Nyamuk
a. Definisi
Obat nyamuk bakar umumnya berbentuk lingkaran spiral. Ujung
lingkaran dibakar untuk menghasilkan asap dan asap inilah yang dapat
menghalau serta membunuh nyamuk (Agustin, 2019).
Obat anti nyamuk adalah kebiasaan menggunakan obat nyamuk
bakar, repellent, penyemprotakan insektisida untuk menghindari gigitan
nyamuk (Amiruddin, 2013).
Obat anti nyamuk bakar adalah pengusir nyamuk dengan asap atau
baunya, biasanya dibuat dengan cara mencampurkan bahan aktif, yang
umumnya adalah piretroid atau knockdown agent, dengan bahan
pembawa seperti tepung tempurung kelapa, tepung kayu, tepung
lengket, pasta kering dari pyrethrum bubuk dan bahan lainnya seperti
pewangi, anti jamur dan bahan pewarna. Warnanya bermacam-macam
(biasanya hanya hijau), bentuknya yang tidak selalu melingkar, dan
berbagai jenis bahan pewangi untuk menarik pembeli (Kemenkes RI,
2012).
Jadi obat nyamuk adalah obat yang digunakan untuk mengusir
nyamuk yang tersedia dalam bentuk bakar dan seprot yang didalamnya
sudah menggandung bahan aktif pengusir nayamuk.
b. Etiologi
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti
bakteri, virus, jamur dan aspirasi. Bakteri penyebab ISPA antara lain
adalah Diplococcus Pneumoniea, Pneumococcus, Strepococus
Pyogenes Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza, dan lain-
lain. Virus penyebab ISPA antara lain adalah Influenza, Adenovirus,
Sitomegagalovirus. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus Sp,
Gandida Albicans Histoplasm, dan lain-lain. Penyakit ISPA selain
disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur juga disebabkan oleh aspirasi
seperti makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, cairan
amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian) mainan plastic kecil,
dan lain-lain (Kunoli, 2013).
Terjadinya ISPA tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu
kondisi lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan
bakar memasak, kepadatan anggoata keluarga, kondisi ventilasi rumah
kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas
pelayanan kesehatan serta langkahlangkah pencegahan infeksi untuk
pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, kapasitas ruang isolasi), factor penjamu (usia, kebiasaan 10
merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi
sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain,
kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan,
daya tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba).
Kondisi lingkungan yang berpotensi menjadi faktor firiko ISPA adalah
lingkungan yang banyak tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan
bakar minyak, asap hasil pembakaran serta benda asing seperti mainan
plastik kecil (Rosana, 2016)
e. Cara Penularan
Menurut Najmah (2016) penyakit ISPA merupakan penyakit yang
tergolong kedalam air borne disease dimana penularannya dapat terjadi
melalui udara yang telah tercemar bibit penyakit dan masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan. penularan melalui udara terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.
Namun, pada kenyataannya sebagian besar penularan melalui udara
dapat juga menular melalui kontak langsung dengan penderita yang
mengidap penyakit ISPA. Pada ISPA dikenal 3 cara penularan infeksi
ini:
1) Melalui aerosol yang lambat, terutama oleh karena batuk-batuk.
2) Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk-batuk dan
bersin-bersin.
3) Melalui kontak langsung/ tidak langsung dari benda-benda yang
telah dicemari jasad renik (hand to hand transmission).
g. Pengeobatan ISPA
Menurut Mahawati, Eni, dkk (2021) beberapa cara agar tubuh dapat
merasa lebih baik melawan ISPA yaitu:
1) Istirahat yang cukup
2) Minum banyak cairan
3) Gunakan humidifier
4) Gunakan nasal spray
5) Untuk anak kecil, gunakan suction untuk membersihkan lendir
6) Menghirup uap panas dari semangkok air
7) Guakan madu untuk meredahkan bagi orang dewasa dan anak-anak
minimal 1 tahun lebih.
h. Pencegahan
Menurut Najmah (2016) pencegahan adalah cara terbaik dalam
menangani ISPA. Berikut ini adalah beberapa pola hidup higienis yang
bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap ISPA.
1) Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat
umum
2) Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata
dengan tangan agar Anda terlindung dari penyebaran virus dan
bakteri
3) Hindari merokok.
4) Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
5) Ketika Anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau tangan.
Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit kepada
orang lain
6) Berolahraga secara teratur juga bisa membantu meningkatkan
kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penularan infeksi. Semakin
sering berolahraga, semakin kecil pula resiko tertular ISPA.
3. Balita
a. Definisi
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang
jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita
termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan
gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan
memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan
anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status
gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak
(Ariani, 2017).
Anak bawah lima tahun atau sering disingkat Anak Balita. Balita
adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun sampai lima
tahun atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan.
Para ahli menggolongkan usia balita sebagai tahapan perkembangan
anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan
nutrisi jenis tertentu (Kemenkes RI, 2015).
Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5
tahun (Adriani & Wirjadmadi, 2014).
b. Karakteristik Balita
Menurut Septiari, Bety (2012) menyatakan karakteristik balita
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak
menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju 7
pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam
sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah
porsi kecil dengan frekuensi sering.
2) Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak
beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak
makanan yang disediakan orang tuanya.