Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
1. Obat Anti Nyamuk
a. Definisi
Obat nyamuk bakar umumnya berbentuk lingkaran spiral. Ujung
lingkaran dibakar untuk menghasilkan asap dan asap inilah yang dapat
menghalau serta membunuh nyamuk (Agustin, 2019).
Obat anti nyamuk adalah kebiasaan menggunakan obat nyamuk
bakar, repellent, penyemprotakan insektisida untuk menghindari gigitan
nyamuk (Amiruddin, 2013).
Obat anti nyamuk bakar adalah pengusir nyamuk dengan asap atau
baunya, biasanya dibuat dengan cara mencampurkan bahan aktif, yang
umumnya adalah piretroid atau knockdown agent, dengan bahan
pembawa seperti tepung tempurung kelapa, tepung kayu, tepung
lengket, pasta kering dari pyrethrum bubuk dan bahan lainnya seperti
pewangi, anti jamur dan bahan pewarna. Warnanya bermacam-macam
(biasanya hanya hijau), bentuknya yang tidak selalu melingkar, dan
berbagai jenis bahan pewangi untuk menarik pembeli (Kemenkes RI,
2012).
Jadi obat nyamuk adalah obat yang digunakan untuk mengusir
nyamuk yang tersedia dalam bentuk bakar dan seprot yang didalamnya
sudah menggandung bahan aktif pengusir nayamuk.

b. Kanduangan Obat Anti Nyamuk


Menurut Agustin, Sienny (2019) beberapa bahan aktif yang
terkandung di kebanyakan obat nyamuk yang beredar di pasaran:
1) DEET
DEET sudah digunakan selama puluhan tahun untuk mengusir
serangga, seperti nyamuk, kutu, dan lalat. Umumnya, zat aktif ini
terdapat pada obat nyamuk semprot dan losion antinyamuk. DEET
aman digunakan, asalkan konsentrasinya tidak lebih dari 30 persen
dan tidak digunakan pada kulit yang terluka.
2) Picaridin (KBR 3023)
Picaridin merupakan zat aktif yang sama efektifnya dengan DEET.
Namun, zat ini memiliki risiko iritasi lebih ringan jika terpapar atau
terhirup.
3) Minyak Eukliptus Lemon (PMD)
PMD merupakan bahan alami yang juga sama efektifnya dengan
DEET. Meski demikian, PMD tidak boleh digunakan pada anak
berusia di bawah 3 tahun. Bahan alami ini biasanya terdapat pada
losion anti nyamuk.
4) Piretrin
Piretrin merupakan pestisida yang umumnya tidak beracun. Namun,
bahaya kandungan obat nyamuk yang satu ini dapat menyebabkan
gangguan pernapasan jika terhirup dalam jumlah besar. Zat ini
banyak terdapat pada obat nyamuk semprot.
5) Karbamat dan organofosfat
Karbamat dan organofosfat merupakan zat yang berbahaya jika
terjadi kontak dengan tubuh. Jenis pestisida ini dapat dengan cepat
diserap melalui kulit, paru-paru, selaput lendir, dan saluran
pencernaan. Gejala biasanya muncul beberapa jam setelah terminum
atau terhirup.

Merek Bahan Aktif


Baygon (Kaleng, Cair dan Propuxpur 4.05 g/l
Bakar) Transflutrin 0.162 g/l
Bayer (Cair, Botol, Bakar) Propuxpur 1%
Transflutrin 0.04%
Mafu (Semua Jenis) Propuxpur 2.4 g/l
Bioletrin 0.24 g/l
Raid (Cair, Kaleng) Propuxpur 5 g/l
Dichlorovnil
dimenthylphosphate 1%
Raid (Cair, Botol) Propuxpur 0.75 g/l
Dichlorovnil
dimenthylphosphate 1%
Vape (Semua Jenis) Praletrin 0.25 g/l
Sifenotrin 1.105 g/l
Pro Vap Propuxpur 8.90 g/l
Diklorvos 8.05 g/l
Mortein (Cair) Esbiortin 0.18 %
Tiga Roda (Cair dan Bakar) Propuxpur 6.11 g/l
D- Alletrin 0.56 g/l
Ridsect Praletrin 6.11 g/l
Sifenotrin h/l
Tabel 2.1 Bahan Aktif Dalam Obat Nyamuk Beredar
Sumber : Indonesian Pharmaceuciticcal Watch (iPhW) 2001

c. Jenis-Jenis Obat Anti Nyamuk


Menurut Decca, Putri Dinny (2019) jenis-jenis obat anti nayamuk
antara lain:
1. Obat Nyamuk Bakar
Cara kerja mengunsir nyamuk dengan asapnya.
2. Obat Nyamuk Semprot
Mengandung bahan aktif yang termasuk golongan organofosfat yang
bersifat racun pembunuh serangga.
3. Obat Nyamuk Oles
Mamafaat aroma tertentu yang tidak disukai oleh nyamuk.
4. Obat Nyamuk Elektrik
Obat nayamuk yang memanfaatkan panas yang di timbulkan oleh
energy listrik untuk menguapkan bahan kimia tertentu dan aromanya
tidak disukai nyamuk atau serangga lainnya.

d. Bahaya Obat Anti Nyamuk


Menurut Nareza, Meva (2020) mengatakan Sebagian orang bisa
sensitif terhadap beberapa zat yang terkandung pada obat nyamuk
bakar. Kondisi ini dapat memunculkan keluhan, seperti pusing, sakit
kepala, mual, sesak napas, mata perih atau iritasi mata, dan juga sesak
napas, saat orang tersebut terpapar asap obat nyamuk bakar. Selain itu,
dalam jangka panjang penggunaan obat nyamuk bakar mungkin untuk
menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius seperti:
1) Keracunan karbon monoksida
Asap obat nyamuk bakar mengandung karbon monoksida. Nah,
paparan karbon monoksida secara berlebih dan dalam jangka waktu
yang lama dapat membuat Anda mengalami keracunan zat ini.
Apalagi jika obat nyamuk bakar digunakan pada ruangan tertutup
atau dengan ventilasi yang buruk. Keracunan karbon
monoksida ditandai dengan berbagai macam gejala, mulai dari sakit
kepala, sesak napas, pusing, mual dan muntah, napas cepat, detak
jantung cepat, hingga nyeri dada. Pada kasus yang lebih parah,
keracunan karbon monoksida bisa menyebabkan kerusakan otak,
komplikasi pada jantung, hingga keguguran.
2) Infeksi saluran pernafasan aku (ISPA)
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat nyamuk bakar
dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko terkena ISPA.
Infeksi ini ditandai dengan beberapa gejala, seperti batuk, pilek,
hidung tersumbat, sakit tenggorokan, kelelahan, pusing, demam
tinggi, hingga sesak napas. Adapun selain dapat menyebabkan ISPA,
zat berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran obat nyamuk bakar,
misalnya formaldehida atau formalin, bisa memicu penyakit asma.
Kandungan sulfur dioksida pada obat nyamuk bakar juga bisa
memperburuk kondisi kesehatan penderita asma dan bronkitis.
3) Kanker paru-paru
Penelitian mengungkap bahwa seseorang yang menggunakan obat
nyamuk bakar secara teratur (3 kali per minggu) berisiko lebih tinggi
untuk terkena kanker paru-paru dibanding mereka yang tidak
menggunakan obat nyamuk bakar. Kandungan formaldehida pada
obat nyamuk bakar juga mungkin untuk memicu penyakit kanker
lain, seperti kanker nasofaring.
2. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
a. Definisi
Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA) adalah penyakit yang
menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung
hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura (Nelson, 2013).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi
yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan andeksanya, seperti sinus, 8 rongga telinga tengah, dan pleura.
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama
14 hari (Jalil, 2018).
ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebar melalui udara (air
borne disease). ISPA dapat menular bila agen penyakit ISPA, seperti
virus, bakteri, jamur, serta polutan yang ada di udara masuk dan
mengendap di saluran pernapasan sehingga menyebabkan
pembengkakan mukosa dinding saluran pernapasan dan saluran
pernapasan tersebut menjadi sempit (Noviantari, 2018).
Jadi ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas yang sisebakan
oleh virus, bakteri, jamur, serta polutan sehingga mengakibatkan
penyempitan pada saluran nafas.

b. Etiologi
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti
bakteri, virus, jamur dan aspirasi. Bakteri penyebab ISPA antara lain
adalah Diplococcus Pneumoniea, Pneumococcus, Strepococus
Pyogenes Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza, dan lain-
lain. Virus penyebab ISPA antara lain adalah Influenza, Adenovirus,
Sitomegagalovirus. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus Sp,
Gandida Albicans Histoplasm, dan lain-lain. Penyakit ISPA selain
disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur juga disebabkan oleh aspirasi
seperti makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, cairan
amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian) mainan plastic kecil,
dan lain-lain (Kunoli, 2013).
Terjadinya ISPA tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu
kondisi lingkungan (polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan
bakar memasak, kepadatan anggoata keluarga, kondisi ventilasi rumah
kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan dan efektifitas
pelayanan kesehatan serta langkahlangkah pencegahan infeksi untuk
pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, kapasitas ruang isolasi), factor penjamu (usia, kebiasaan 10
merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi
sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain,
kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan,
daya tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba).
Kondisi lingkungan yang berpotensi menjadi faktor firiko ISPA adalah
lingkungan yang banyak tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan
bakar minyak, asap hasil pembakaran serta benda asing seperti mainan
plastik kecil (Rosana, 2016)

c. Mekanisme Terjadinya ISPA


ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebar melalui udara (air
borne disease). ISPA dapat menular bila agen penyakit ISPA, seperti
virus, bakteri, jamur, serta polutan yang ada di udara masuk dan
mengendap di saluran pernapasan sehingga menyebabkan
pembengkakan mukosa dinding saluran pernapasan dan saluran
pernapasan tersebut menjadi sempit. Agen mengiritasi, merusak,
menjadikan kaku atau melambatkan gerak rambut getar (cilia) sehingga
cilia tidak dapat menyapu lender dan benda asing yang masuk di
saluran pernapasan. Pengendapan agen di mucociliary transport
(saluran penghasil mukosa) menimbulkan reaksi sekresi lender yang
berlebihan (hipersekresi). Bila hal itu terjadi pada anak-anak, kelebihan
produksi lender tersebut akan meleleh keluar hidung karena daya kerja
mucociliary transport sudah melampaui batas. Batuk dan lender yang
keluar dari hidung itu menandakan bahwa seseorang telah terkena
ISPA.
Seseorang yang terkena ISPA bisa menularkan agen penyebab
ISPA melalui transmisi kontak dan transmisi droplet. Transmisi kontak
melibatkan kontak langsung antar penderita dengan orang sehat, seperti
tangan yang terkontaminasi agen penyebab ISPA. Transmisi droplet
ditimbulkan dari percikan ludah penderita saat batuk dan bersin di
depan atau dekat dengan orang yang tidak menderita ISPA. Droplet
tersebut masuk melalui udara dan mengendap di mukosa mata, mulut,
hidung, dan tenggorokan orang yang tidak menderita ISPA. Agen yang
mengendap tersebut menjadikan orang tidak sakit ISPA menjadi sakit
ISPA (Noviantari, 2018)

d. Menifestasi Klinis ISPA


Menurut Rosana (2016) tanda dan gejala ISPA biasanya muncul
dengan cepat, yaitu dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Penyakit
ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam macam tanda dan
gejala. Tanda dan gejala ISPA seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit
tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.
Menurut Rosana (2016) gejala ISPA berdasarkan tingkat
keparahan adalah sebagai berikut:
1) Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Batuk
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis).
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C
2) Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih untuk umur 2 -< 5 tahun.
b) Suhu tubuh lebih dari 39°C.
c) Tenggorokan berwarna merah.
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
3) Gejala dari ISPA Berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala - gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
a) Bibir atau kulit membiru.
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
d) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas.
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
f) Tenggorokan berwarna merah.

e. Cara Penularan
Menurut Najmah (2016) penyakit ISPA merupakan penyakit yang
tergolong kedalam air borne disease dimana penularannya dapat terjadi
melalui udara yang telah tercemar bibit penyakit dan masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan. penularan melalui udara terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.
Namun, pada kenyataannya sebagian besar penularan melalui udara
dapat juga menular melalui kontak langsung dengan penderita yang
mengidap penyakit ISPA. Pada ISPA dikenal 3 cara penularan infeksi
ini:
1) Melalui aerosol yang lambat, terutama oleh karena batuk-batuk.
2) Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk-batuk dan
bersin-bersin.
3) Melalui kontak langsung/ tidak langsung dari benda-benda yang
telah dicemari jasad renik (hand to hand transmission).

f. Klasifikasi ISAP Pada Balita


Menurut Halimah (2019) klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan
berdasarkan golongannya dan golongan umur yaitu :
1) ISPA Berdasrakan Golongannya
a) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli).
b) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold),
radang tenggorokan (pharyngitis), tonsilitisi dan infeksi telinga
(otomatis media).
2) ISPA Dikelompokan Berdasrkan Golongan Umur
a) Untuk Anak Usia 2-59 Bulan
 Bukan pneumonia bila frekuensi pernapasan kurang dari 50
kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali
permenit untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada
dinding dada.
 Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi
pernafasan sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-
11 bulan dan frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali
permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada
dinding dada.
 Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fast
breathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah
dalam (servere chest indrawing).
b) Untuk Anak Usia Kurang dari 2 Bulan
 Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60
kali permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.
 Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih
dari 60 kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan
dinding dada tanpa nafas cepat.

g. Pengeobatan ISPA
Menurut Mahawati, Eni, dkk (2021) beberapa cara agar tubuh dapat
merasa lebih baik melawan ISPA yaitu:
1) Istirahat yang cukup
2) Minum banyak cairan
3) Gunakan humidifier
4) Gunakan nasal spray
5) Untuk anak kecil, gunakan suction untuk membersihkan lendir
6) Menghirup uap panas dari semangkok air
7) Guakan madu untuk meredahkan bagi orang dewasa dan anak-anak
minimal 1 tahun lebih.

h. Pencegahan
Menurut Najmah (2016) pencegahan adalah cara terbaik dalam
menangani ISPA. Berikut ini adalah beberapa pola hidup higienis yang
bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap ISPA.
1) Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat
umum
2) Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata
dengan tangan agar Anda terlindung dari penyebaran virus dan
bakteri
3) Hindari merokok.
4) Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
5) Ketika Anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau tangan.
Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit kepada
orang lain
6) Berolahraga secara teratur juga bisa membantu meningkatkan
kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penularan infeksi. Semakin
sering berolahraga, semakin kecil pula resiko tertular ISPA.
3. Balita
a. Definisi
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang
jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita
termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan
gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan
memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan
anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status
gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak
(Ariani, 2017).
Anak bawah lima tahun atau sering disingkat Anak Balita. Balita
adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun sampai lima
tahun atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan.
Para ahli menggolongkan usia balita sebagai tahapan perkembangan
anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan
nutrisi jenis tertentu (Kemenkes RI, 2015).
Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5
tahun (Adriani & Wirjadmadi, 2014).
b. Karakteristik Balita
Menurut Septiari, Bety (2012) menyatakan karakteristik balita
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak
menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju 7
pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam
sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah
porsi kecil dengan frekuensi sering.
2) Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak
beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak
makanan yang disediakan orang tuanya.

c. Tumbuh Kembang Balita


Menurut Soetjiningsih (2012) menjelaskan tumbuh kembang
adalah suatu proses yang berkelanjutan dari konsepsi sampai dewasa
yang dipengaruhi oleh faktor genetic dan lingkungan. Pertumbuhan
paling cepat terjadi pada masa janin, 0-1 tahun dan masa pubertas.
Sedangkan tumbuh kembangan dapat dengan mudah diamati pada masa
balita. Pada saat tumbuh kembang setiap anak mempunyai pola
perkembangan yang sama, akan tetapi kecepatannya berbeda.
Menurut Purba, dkk (2020) beberaap jenis perkembangan anak di
usia balita antara lain:
1) Perkembangan Psikoseksual
Anak berada dalam tahap  falik. Dalam tahap ini kesenangan anak
berpusat di alat genetalia. Beriring dengan hal ini kesadaran dan
superego anak mulai berkembang. Beberapa anak menunjukkan
masa oedipus yaitu di mana anak mengalami rasa cemburu dan
memiliki rasa bersaing dengan orang tua yang berjenis kelamin sama
dengan anak dan menyayangi orang tua yang berjenis kelamin
berbeda dengan anak. Tahap ini biasanya mulai memudar pada akhir
masa prasekolah yaitu ketika anak memulai mengembangkan
identitas yang kuat dengan orang tua yang memiliki jenis kelamin
yang sama dengan anak.
2) Perkembangan Psikososial
Anak balita berada di perbatasan tahap perkembangan
psikososial tahap inisiatif versus rasa bersalah. Dalam tahap ini anak
senang untuk melakukan hal yang menyenangkan orang tua. Anak
belajar untuk merencanakan  aktivitas, membuat permainan,
mengajak teman untuk bermain dengannya. Berperilaku seolah-olah
seperti orang lain dan menyenangi hal-hal yang baru. Anak
mengembangkan identitas seksual dan kesadarannya dan mulai
menunjukkan rasa kesal/frustasi dengan saudara kandung. Lebih
lanjut lagi, anak mulai menyukai olahraga, berbelanja, memasak, dan
bekerja. Anak mulai bersikap menyesal ketika membuat pilihan yang
salah atau berperilaku dengan buruk. Dalam tahap ini juga anak
mampu melakukan permainan bersama dengan anak lain dan belajar
melakukan negosiasi dengan anak lain saat menemukan konflik.
3) Perkembangan Kognitif
Anak Balita masuk dalam tahap pra konseptual yang masuk
dalam tahap pertama praoperasional. Anak menunjukkan pola
pemikiran yang egosentris yang mulai berkurang saat anak mencapai
usia 4 tahun. Anak memiliki rentang perhatian yang pendek dan
belajar memulai observasi dan perilaku meniru. Anak  mulai
membentuk konsep sederhana yang tidak selengkap atau selogis
orang dewasa. Saat anak mencapai usia 4 tahun, anak mulai
memahami konsep lawan kata seperti kata dingin berlawanan dengan
kata panas dan kata Lembut berlawanan dengan kata kasar. Anak
mulai dapat melakukan pemberian alasan secara sederhana dan
memiliki imajinasi yang aktif.
4) Perkembangan Moral
Anak balita berada dalam tahap orientasi tentang hukuman dan
orientasi kepatuhan. Anak mulai dapat menentukan sikap baik yang
berlawanan dengan sikap buruk dengan menghubungkannya saat
anak mendapatkan hukuman. Anak mempelajari perilaku yang tidak
sesuai dalam tahap ini jika orang tua tidak memberikan intervensi
atas perilaku tidak baik yang ditunjukkan. Misalnya ketika anak
memukul, menggigit, atau mengucapkan kata-kata yang tidak baik
tetapi anak tidak mendapatkan hukuman atas Aktivitas ini, maka
anak akan memandang perilaku- perilaku aku ini sebagai hal yang
yang baik dan memutuskan untuk melanjutkan perilaku tersebut.
5) Perkembangan Motorik
Seiring dengan waktu anak mulai mengalami kematangan organ
dan sistem muskuloskeletal. Proses ini menyebabkan perkembangan
motorik anak mengalami kemajuan dan mulai membentuk
pencapaian-pencapaian motorik yang baru.Anak mulai memiliki
kemampuan yang disadari untuk mengontrol pergerakannya dan
tidak terlalu ceroboh seperti dalam tahapan usia sebelumnya.
B. Kerangka Teori

Etilogi ISPA Balita:


Diplococcus Pneumoniea, Obat Nyamuk
Pneumococcus, Strepococus
Pyogenes Staphylococcus Aureus,
Haemophilus Influenza, dll
Jenis Obat Nyamuk:
1. Obat Nyamuk Bakar
2. Obat Nyamuk Semprot
Balita Infeksi Saluran Pernafasan Atas 3. Obat Nyamuk Oles
(ISPA) 4. Obat Nyamuk Elektrik

Karakteristik Balita: Menifestasi Klinis:


Kandungan Obat
1. Anak Usia (1-3 1. Ringan: Baruk, serak, pilek, Nyamuk:
Tahun) Konsumen panas 1. DEET
Pasif 2. Sedang: Pernafasan cepat, 2. Picaridin (KBR 3023)
2. Anak Usia demam, timbul bercak, sakit 3. Minyak Eukliptus
Prasekolah (3-5 telinga, mendengkur Lemon (PMD)
Tahun) Konsumen 3. Berat: Kulit membiru, kesadaran 4. Piretrin
Aktif menurun, nadi cepat, 5. Karbamat dan
tenggorokan merah organofosfat

Bahaya Obat Nyamuk:


1. Keracunan karbon
monoksida
2. Infeksi saluran
pernafasan aku (ISPA)
3. Kanker paru-paru

Gambar 2.1 Kerangka Teori


C. Hipotesis
1) Ha: ada hubungan penggunaan obat nyamuk bakar dengan kejadian ISPA
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Badas Unit I.
2) Ho: Tidak ada hubungan hubungan penggunaan obat nyamuk bakar dengan
kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Badas Unit I.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M dan Wirjadmadi, B. 2014. Gizi dan Kesehatn Balita Peranan Mikro
Zinc Pada Pertumbuhan Balita. Jakarta: Kencana.
Agustin, Sienny. 2019. Bahaya Obat Nyamuk Bagi Kesehatan.
https://www.alodokter.com/bahaya-obat-nyamuk-bagi-kesehatan. Di Unduh
Pada Tanggal 11 Agustus 2021 Pukul 11.58 WITA
Amiruddin, Ridwan. 2013. Surveilant Kesehatan Masayarakat. Bogor: IPB Press.
Ariani, P.A. 2017. Ilmu Gizi.Yogyakarta: Nuha Medika Busr
Decca, Putri Dinny. 2019. Katalog Dalam Terbitan KTD; Rumus Pocked Fisika
SMP/MTs Kelas 7, 8, 9. Jakarta: PT Grasindo
Halimah. 2019. Kondisi Lingkungan Rumah Pada Balita Penderita Infeksi Saluran
Pernafasan Akut ( ISPA ) di Desa Teke Kecamatan Palibelo Kabupaten
Bima Tahun 2019 . Tersedia dalam http://repository.poltekeskupang.ac.id.
Diakses tanggal 6 September 2021 Jam 09.12 WITA.
Jalil, R. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabangka Kecamatan Kabangka
Kabupaten Muna. Tersedia dalam http://ojs.uho.ac.id. Diakses tanggal 6
September 2021 Jam 08.25 WITA.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kunoli, F. J. 2013. Epidemiologi Penyakit Menular (A. W. Arrasyid, ed.). Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Lestari, Andi Suci Indah, dkk. 2020. Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dengan
Kejadian Ispa Pada Balita Di TPA Tamangappa Antang Makassar Tahun
2020. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Mahawati, Eni, Martina Pakpahan, Fitria Wulandari, Deasy Handayani Purba,
Mila Sari, Lalu Unsuniddal, Deborah Siregar, Lenci Aryani, Agung Aji
Perdana, Haeranah Ahmad, Lakhmudien, Handri Maika Saputra. 2021.
Penyakit Berbasis Lingkungan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Muhammad, Iqbal. 2020. Hubungan Pengetahuan, Kebiasaan Menggunakan
Obat Nyamuk Bakar, Dan Merokok Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin Tahun 2020.Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Kalimantan MAB.
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.
Nareza, Meva. 2020. Awas Bahaya Obat Nyamuk Bagi Kesehatan.
https://www.alodokter.com/awas-bahaya-obat-nyamuk-bakar-bagi-
kesehatan. Diundur Pada Tanggal 11 Desember 2021 Jam 13.00.
Nelson. 2013. Pengertian Definisi Operasional Info. Jakarta:PT. Obor.
Noviantari Dwi. 2018. Gambaran Karakteristik Balita dan Kondisi Lingkungan
Dalam Ruangan Terhadap Keluhan Gejala ISPA di Taman Penitipan Anak.
Tersedia dalam http://repository.uinjkt.ac.id. Diakses tanggal 6 September
2021 Jam 09.19 WITA.
Purba, Deasy Handayani, Lia Kartika, Agus Supinganto, Hasnidar, Wahyuni,
Yenni Ferawati Sitanggang,Agung Mahardika Venansius Purba,Martinaa
Maxmila Yoche A Apelaby, Deborah Siregar Fiolenty B Marulianna
Sitorus, Evanny Indah Manurung, Martina Pakpahan, Adventina Delinma
Hutapea. 2020. Ilmu Kesehatan Anak. Medan: Yayasan Kita Menulis
Profil Kesehatan Provinsi. Nusa Tenggara Barat Tahun 2020. Mataram; 2020.
Riduan. 2019. Hubungan Perilaku Merokok dan Penggunaan Obat Anti Nyamuk
Bakar dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Kelurahan Kelayan Selatan
RT 14 Banjarmasin Tahun 2019. Fakultas Kesehatan Masyarakat Uniska
Banjarmasin.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Rosana, E. N. 2016. Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari
Lingkungan Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Blado 1 : Tesis.
Universitas Indonesia. Jakarta. Tersedia dalam https://lib.unnes.ac.id.
Diakses tanggal 6 September 2021 Jam 08.25 WITA.
Septiari Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta : Nuha Medika
Soetjiningsih, C. H. 2012. Perkembangan Anak. Jakarta: Prenada

Anda mungkin juga menyukai