Insect Repellent
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Meldian Tallu Tondok
Rima Meiriani Todan
Jevita
Ika Yulia ningsih
Noviyanti Srikandi
Regsa Claudia
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang berada di daerah tropis, sehingga merupakan
daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang diperan-tarai penyebarannya oleh
nyamuk seperti demam berdarah, malaria dan filariasis. pengendalian nyamuk
maupun perlindungan terhadap gigitan nyamuk merupakan usaha untuk
mencegah penyebaran penyakit tersebut.
Perlindungan diri dapat berupa penggunakan anti nyamuk untuk
menghidarkan dari gigitan nyamuk, penjadwalan untuk mengunjungi daerah yang
terkenal endemis saat musim transmisi nyamuk sedang rendah, dan gunakan baju
yang tertutup agar terhindar dari gigitan nyamuk. Sedangkan dari lingkungan bisa
dilakukan dengan mengeliminasi genangan air di sekitar dan tidur menggunakan
kelambu. Penggunaan kemoprofilaksis baru terbatas pada penyakit malaria saja
Sebagai upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk selain digunakan
pembasmi nyamuk baik dalam bentuk semprotan atau obat nyamuk bakar, sediaan
dalam bentuk repelan juga praktis digunakan dengan cara diaplikasikan pada
permukaan kulit tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Sediaan
Adalah sediaan yang digunakan dengan tujuan untuk mengatasi gangguan insect,
dengan jalan memberikan perlindungan pada tubuh inangnya, atau pun dengan
membuat inang tampang tidak menarik bagi insect tersebut.
Pada dasarnya repellent tidak mampu untuk membunuh insect.
B. Syarat Sediaan
Topikal Repellent
adalah sediaan repellent yang diaplikasikan pada kulit inangnya.
(contoh: lotion, gel, spray)
Clothing Repellent
adalah sediaan repellent yang diaplikasikan pada pakaian inangnya.
(contoh: spray)
Spatial Repellent
adalah
sediaan
hama dan
repellent
yang
diaplikasikan
pada
daerah
keduanya.
(contoh: penggunaan kelambu, obat nyamuk semprot)
Obat antinyamuk diedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
diantara
sangat
berpotensi
menyebakan
kanker,
menghambat
Lotion
Lotion adalah produk kosmetik yang ditujukan untuk pemakaian luar
yakni pada kulit. umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan
yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir
dibawah pengaruh gravitasi (Wilkinson, 1982). Proses pembuatan lotion
adalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air
pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan
pengadukan (Schmitt, 1996). Lotion merupakan campuran dari air, alkohol,
emolien, humektan, bahan pengental, bahan pengawet dan bahan pewangi
(Mitsui, 1997).
Bahan pengental atau thickening agents digunakan untuk mengatur
kekentalan produk sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan
mempertahankan kestabilan dari produk tersebut (Mitsui, 1997). Bahan
pengental yang digunakan dalam pembuatan skin lotion bertujuan untuk
mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble polymers
digunakan sebagai bahan pengental yang diklasifikasikan sebagai polimer
alami, semi sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui, 1997). Menurut
Schmitt (1996), bahan pengental polimer seperti gum alami, derivat selulosa
dan karbomer lebih sering digunakan dalam sistem emulsi dibandingkan
repellency% untuk 2 jam pertama, di mana produk pembasmi alami yang paling
efektif untuk 30-60 menit pertama dan dibutuhkan reapplication menjadi efektif
selama beberapa jam.
a. DEET
Adalah
diethyltoluamide
atau
N,N-dietyhl-meta-toluamide.
Merupakan zat aktif paling banyak digunakan sebagai repellent saat ini.
Digunakan pada formula dengan kadar 5 -100 %. Dimana, semakin tinggi
konsentrasinya memberikan efek perlindungan semakin lama. DEET biasa
diformulasikan pada konsentrasi 10-35%, sedangkan konsentrasi 10-15%
digunakan pada anak anak.
Bahan aktif DEET ini digunakan dalam produk anti nyamuk dalam
bentuk losion ataupun bakar, bahkan terdapat didalam gelang anti nyamuk,
namun gelang tersebut belum memiliki evidence based. Masing-masing
bentuk sediaan DEET tersebut memiliki memiliki keunggulandan kelemahan
masing-masing. Bentuk nyamuk bakar merupakan salah satu produk favorit
yang terkenal cukup murah dan efektif sehingga sudah dipakai secara luas.
Anti nyamuk bakar biasanya berbentuk spiral yang penggunaannya dengan
membakar ujungnya sehingga menghasilkan asap yang berfungsi menghalau
nyamuk. Pembakaran biasanya dari luar menuju ke dalam, berdiameter
sekitar 15 cm dan dapat bertahan selama 8 jam. Tes kuantitatif menunjukkan
bahwa anti nyamuk ini memberikan perlindungan hingga 80%. Anti nyamuk
bakar masih digunakan sampaisaat ini di daerah Asia, Afrika, dan Amerika
Selatan. Kelebihan anti nyamuk ini selain murah juga portabel/mudah
dibawa kemana-mana, tidak perlu peralatan special untuk menghidupkannya,
cukup dengan api saja, dan sangat cocok digunakan dalam rumah tangga.
Anti nyamuk yang mengandung DEET lainnya adalah dalam bentuk losion
atau spray yang penggunaannya sama-sama diaplikasikan ke permukaan
kulit. Disini keduanya praktis untuk digunakan saat beraktivitas di luar
ruangan oleh travelers, selain itu praktis untuk dibawa-bawa sehingga untuk
melakukan pengaplikasian kembali sangatlah mudah. Untuk keefektifannya
tidak tergantung dari bentuknya, tetapi dilihat dari konsentrasi DEET yang
terkandung dalam masing-masing produk. Semakin tinggi konsentrasinya,
semakin lama waktu perlindungan yang diberikan. Dalam bentuk oles semua
perlindungan yang diberikan setara, yang berbeda hanyalah lamanya
perlindungan yang diberikan. Jika dibandingkan, DEET dalam bentuk losion
akan memberikan perlindungan yang lebih lama karena anti nyamuk dalam
bentuk spray lebih mudah terevaporasi/menguap. Namun kelebihan spray
adalah dapat diaplikasikan ke pakaian dan proteksinya lebih bertahan lama
ketika disemprotkan di pakaian daripada di kulit. Jadi anti nyamuk bentuk
losion merupakan pilihan terbaik dan praktis bagi para travelers yang sedang
berkunjung ke daerah endemis agar terhindar dari gigitan nyamuk, bahkan
ketika beraktivitas outdoor sekalipun. The Center for Disease Control
merekomendasikan penggunaan losion dengan DEET berkadar 30-50%
untuk mencegah penyebaran pathogen yang disebarkan oleh serangga, dalam
hal ini adalah nyamuk
KEEFEKTIFAN DEET DIBANDINGKAN DENGAN BAHAN LAINNYA:
Anti nyamuk bentuk losion merupakan pilihan yang tepat untuk traveler
saat beraktivitas outdoor pada siang maupun sore hingga malam hari. Selain
terbuat dari DEET, anti nyamuk losion juga ada yang berbahan dasar natural,
misalnya eucalyptus,citronella oil, lavender oil, maupun ekstrak kacang
kedelai. Anti nyamuk yang berbahan alami mulai dikembangkan karena
merupakan produk lokal, lebih mudah tersedia, dan lebih murah. Citronella
oil dalam sediaan topical tersedia dalam konsentrasi 5%-15%. Waktu
perlindungan setelah dioleskan pada kulit sekitar 30 menit hingga 2 jam,
bahkan pada studi terbaru konsentrasi 10% hanya bertahan sekitar 20 menit
saja. Lavender oil dengan konsentrasi 6% setelah diaplikasikan pada kulit
hanya memberikan perlindungan selama 30 menit saja. Hal initerjadi karena
itu sehingga indra penciuman pada nyamuk tidak dapat berfungsi secara
maksimal. Berarti
DEET juga merubah respon psikologis dari ORN (olfactory receptor
neuron) pada antena nyamuk yang sensitive terhadap asam laktat, sehingga
menghambat respon sistem olfactory nyamuk untuk berespon terhadap sinyal
kimia dan membuat nyamuk tidak tertarik lagi pada manusia. Selain itu, dari
hasil penelitian ditemukan bahwa pengolesan DEET akan menurunkan
komponen 6-methyl-5-hepten-2-one, octanal, nonatal, decanal, dan geranyl
acetone pada kulit. Penurunan komponen-komponen tersebut masih belum
diketahui efeknya dalam menghalau nyamuk. Ketika digunakan pada kulit,
sebagian DEET diabsorbsi, sebagian lagi menguap
atau hilang terhapus pakaian. DEET yang diabsorbsi oleh kulit masuk ke
dalam jaringan lemak tetapi tidak terakumulasi dalam lapisan superfisial
kulit. DEET yang terabsorbsi, kemudian akan masuk ke dalam lapisan kulit
yang lebih dalam, masuk kesirkulasi dalam jumlah kecil sekitar 9%,
mengalami metabolisme oleh enzim hepatic p450 dan diekskresikan melalui
urin. DEET akan tereleminasi secara komplit dari tubuh setelah 4 jam sejak
dioleskan di permukaan kulit.
b.
E. Formula Sediaan
RANCANGAN FORMULA
Formula
Lavender Oil 1,2%
Cetyl Alcohol 1%
Triethanolamine 1,5%
SIFAT
EFEK
BAHAN FISIKA-
COMPA
SAMPIN TIBILIT
KIMIA
Lavender
AS
INCOMPA
TIBILITAS
FUNGSI
KETERANG
DALAM
FORMULA
AN
Sebagai
Kadar
yang
oil (minyak
bahan
dapat
lavender).
25%
/
pengusir
nyamuk)
Parafin
Cairan
likuidum
kental
Zat
pemantap
transparan ,
dan
tidak
meningkatka
berflouerese
n kekentalan
nsi,
tidak
untuk
dalam
berwarna,
kosmetik
hampir tidak
digunakan
berasa, tidak
untuk
larut dalam
minyak
air
rambut
etanol
dan
95%p, larut
dalam
kloroform p
dan eter p
Trietanola Titik lebur Dapat
mine
21,2 C menimbu
Viskositas lkan
Akan
Sebagai
bereaksi
pengemulsi
dengan
dan pelarut
absolute infeksi
asam
200 C
jika
membentuk
mengenai
garam
Sangat
higrosko mata
ester,
pik
dengan
yang
dan
tembaga
akan
membentuk
garam
kompleks
Propil
Hablur -
paraben
(nipagin)
Sebagai
-kadar
putih
pengawet
digunakan
tidak
fase cair
0,02%
berbau ,
tidak
berasa ,
agak
membak
ar
diikuti
rasa
&
yang
tebal
agak
sukar
larut
dalam
air
,dalam
benzen,
karbon
tetraklori
da
mudah
larut
dalam
etanol &
eter
Metil
Berubah
Sebagai
Kadar
dapat
yang
paraben
warna
pengawet
(nipasol)
1280
ksi reaksi
dengan
alergi
adanya besi
pada kulit
lemah
sensitive
dengan
alkali
0,12%-0,18%
dank
eras
terhadap
asam.
Asam
stearat
383 C
lkan
pengemulsi
BJ
g/cm3
Setil
dengan
berbentui
metal
k serbuk
hidroksida.
Titik didih -(
tidak -
3160C - toksik
alcohol
344 C
BJ 0,811 - menimbu
Aquadest
lkan
g/cm3
iritasi
Cairan
Sebagai
yang
dan
digunakan 1-
stiffening
10%
agent
Sebagai
jernih , tidak
tambahan &
berasa
pelarut
Kadar
pengemulsi dapat
dan tidak
0,830
tidak berbau
dan
tidak
berwarna
F. Evaluasi Sediaan
Pengujian
Waktu proteksi mutlak
adalah waktu terakhir sebelum nyamuk mau hinggap di tangan, dihitung
terhadap waktu sebelum ada nyamuk yang hinggap di tangan.
Daya Proteksi
adalah lama sediaan masih menunjukkan efek repellent tidak kurang dari
95% proteksi.
Uji Sedian
Lotion
a. Uji organoleptis
Suatu proses pengujian untuk mengetahui terjadinya pemisahan fase
atau pecahnya emulsi,tercium bau tengik atau tidak,serta perubahan warna
dalam suatu sediaan. Dalam uji organoleptis ini tidak menggunakan alat
dan dapat dilakukan peneliti atau pembuat sediaan sendiri dengan melihat
keadaan pemisah fase atau pecahnya emulsi,tercium bau tengik atau tidak
serta perubahan warna dalam suatu sediaan.
b. Uji homogenitas
Homogenitas sediaan lotion ditunjukkan dengan tercampurnya
bahan-bahan yang digunakan dalam formula lotion, baik bahan aktif
maupun bahan tambahan secara merata dengan menggunakan atau
meletakan sedikit lotion di antara 2 kaca objek.Perhatikan adanya partikelpartikel kasar atau tidak homogen.
c. Uji viskositas
Emulsi yang baik memiliki aliran fiskotropik (mudah mengalir atau
tersebar). Tetapi memiliki viskositas cukup tinggi untuk meningkatkan
stabilitas fisiknya. Pengukuran viskositas dan sifat aliran dengan
menggunakan viskometer Brookfield dan menggunakan spindel nomor 1.
Berikut prosedur untuk menguji viskositas
Pasang isotester pada statip iscotesces.
Turunkan alat pengukur skala ad batas rotor tercelup ke dalam zat yang
akan dilakukan viskositasnya.
Pasang stop kontak.
Nyalakan rotor sambil menekan tombol.
Biarkan jarum menara berputar dan lihat pada skala.
Bacalah angka yang ditunujukkan oleh jarum tersebut.
d. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengetahui pH sediaan. Uji pH dapat
dilakukan dengan cara meneteskan sediaan pada kertas pH atau pH
indikator ataupun pada kertas universal.
e. Uji efektivitas
Uji efektivitas sediaan lotion anti nyamuk dilakukan untuk
mengetahui tingkat keefektivitasan sediaan, atau tingkat aktivitas sediaan
sebagai repelant. Penguji dilakukan dengan cara diam di tempat yang
dianggap banyak nyamuk. Lalu mengolesi tangan dan kaki dengan sediaan
yang dibuat .
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Zat aktif dari sediaan repellent biasanya zat kimia sintetis yang memiliki
sifat anti insekta, maupun bahan bahan alami yang memiliki sifat sama.
DAFTAR PUSTAKA
Goodyear L and Behrens, 1998,Short Repoprt : The Safety and Toxicity of Insect
Repellents, Am. J. Trop. Med. Hyg.
Fischer PR and Bialek R,2002. http://en.wikipedia.org/wiki/Insect_repellent. tanggal
diakses 24 November 2014
DEET. 2010 . http://en.wikipedia.org/wiki/DEET. tanggal diakses 24 November 2014
Koren G; Matsui D; Bailey M,2003, DEET-based Insect Repellents: Safety
Implications for Children and Pregnant and Lactating Women, CMAJ.