Anda di halaman 1dari 33

KARYA TULIS ILMIAH DARI BAWANG PUTIH

MINGGU, 23 FEBRUARI 2014


Mutu Fisik dan Efektivitas Lotion Ekstrak Batang Brotowali (Tinopsora Caulis)
Sebagai Antinyamuk.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Musim di Indonesia yang tidak menentu berpengaruh pada kondisi lingkungan.
Terutama pada musim penghujan yang berdampak bagi kesehatan masyarakat.
Kondisi lingkungan yang lembab dan tercemar tidak menutup kemungkinan banyak
penyakit yang bermunculan. Kondisi lingkungan yang lembab merupakan tempat
yang sangat disukai oleh nyamuk untuk berkembangbiak dan menyebarkan
penyakit.
Nyamuk dapat dikategorikan hewan berbahaya bagi manusia dari jenis nyamuk
yang menggigit manusia. Nyamuk menimbulkan berbagai macam penyakit. Jenis
nyamuk yang berbeda akan menimbulkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya,
penyakit malaria, penyakit demam berdarah, dan masih banyak lagi. Nyamuk
betina menggigit bagian tubuh manusia dengan tujuan menghisap darah manusia
untuk mendapatkan protein yang terkandung dalam darah guna mematangkan
telur dan meninggalkan air liur yang berada pada bagian probescis yang dapat
menimbulkan penyakit.
Cara menghindari gigitan nyamuk banyak caranya, yaitu dengan menggunakan
obat oles atau sering dikatakan lotion, obat nyamuk bakar yang menimbulkan asap,
semprot yang tidak bertahan lama, dan elektrik, namun dari bermacam sediaan
tersebut yang banyak diminati adalah sediaan lotion.
Sediaan antinyamuk
yang berbentuk sediaan semi solid dipilih karena mudah dioleskan pada kulit dan
banyak digunakan oleh masyarakat serta memiliki efek mengusir nyamuk yang
lebih lama. Mengacu pada penelitian yang dilakukan

oleh Dwi Prihastuti dkk, yang menggunakan ekstrak batang brotowali sebagai
bahan aktif dan menggunakan milk cleansing serta minyak kayu putih. Penelitian
kali ini tidak menggunakan minyak kayu putih, sehingga murni ekstrak batang
brotowali yang akan digunakan sebagai bahan aktif dengan menaikkan dosis yang
semula 10%, 20%, dan 30%. Penelitian sebelumnya perlu dikembangkan karena
dari hasil pengamatan nyamuk yang berada maupun hinggap di sekitar tangan
masih banyak, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan yang diharapkan
mendapatkan formulasi mampu mengusir nyamuk dengan menaikkan konsentrasi
dosis. Lotion yang sudah beredar dipasaran digunakan sebagai pembanding dari
lotion yang akan dibuat.

1.2 Rumusan Masalah


1.
Bagaimana mutu fisik lotion ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa)
sesuai dengan parameter lotion SNI ?
2.
Berapa konsentrasi lotion ekstrak batang brotowali yang dapat efektif
mengusir nyamuk ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui mutu fisik lotion ekstrak batang brotowali (Tinospora
crispa) dengan parameter sediaan lotion SNI.
2.

Untuk mengetahui konsentrasi yang efektif dalam menolak nyamuk.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
Manfaat Bagi Peneliti
1.

Mengembangkan dengan penelitian sebelumnya.

2.

Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh sehingga dapat bermanfaat.

Mafaat Bagi Masyarakat

Sebagai alternatif baru dalam memanfaatkan brotowali.


Mafaat Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan wawasan bagi mahasiswa farmasi tentang sediaan lotion
antinyamuk.

1.5 Asumsi Penelitian


Asumsi dalam penelitian ini ekstrak batang brotowali mengandung tinokrisposid
yang tidak disukai nyamuk karena rasanya yang pahit.

1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian


Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah memformulasi sediaan lotion
antinyamuk yang mengandung ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa)
terhadap pengujian aktivitas anti nyamuk.
Adapun keterbatasan masalah dalam penelitian ini adalah tidak diisolasinya
senyawa murni tinokrisposid dari batang brotowali sebagai bahan dasar lotion
antinyamuk.

1.7 Definisi Istilah


1. Batang brotowali sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat dan tidak
beraturan, lunak, berair, dan rasanya pahit. Jika disimpan dalam waktu yang cukup
lama, keadaan cenderung tidak berubah. Panjangnya bisa mencapai 2,5m atau
lebih. (Kresnady, 2003)
2. Lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat
luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk sebuk halus dengan bahan
pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air (o/w atau m/a).
3. Antinyamuk adalah sediaan yang mempunyai fungsi sebagai penolak nyamuk.

4. Efektivitas adalah dosis yang memiliki kemampuan tidak berbeda nyata dengan
kontrol positif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Brotowali (Tinospora crispa)


2.1.1 Morfologi Tumbuhan Brotowali
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau
lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan
biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintilbintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti
jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar
5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali
menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di
Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak
belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan tnaman ini sangat mudah yaitu dengan
stek batang.
2.1.2. Sistematika Tumbuhan Brotowali
http://4.bp.blogspot.com/HZhCBBFDyDc/TaasfxSSaaI/AAAAAAAAAG0/5BXXlHQLI6M/s1600/brotowali.JPG
Gambar 2.1 Batang Brotowali

Dalam dunia ilmiah,brotowali diklasifikasikan sebagai berikut :


Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Class

: Dicotyledonae

Ordo

: Ranunculales

Famili

: Menispermaceae

Genus

: Tinospora

Species

: Tinospora crispa (L.)Miers.

2.1.3 Kegunaan
Masyarakat Indonesia mengenal brotowali sebagai tanaman yang digunakan
sebagai obat tradisional yang sering disebut jamu (loloh). Brotowali merupakan
salah satu tumbuhan berkhasiat yang banyak digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit. Tanaman ini dipercaya dapat menyembuhkan demam, radang hati
(hepatitis), rematik, kencing manis, sciatika, malaria,sakit perut, diare dan
meningkatkan nafsu makan. Selain itu, brotowali kerap digunakan untuk
pengobatan luar, misalnya mengatasi luka, kudis, dan koreng (skabies).
Bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat adalah batang dan daunnya.
Kedua bagian tanaman tersebut biasanya direbus dengan sejumlah air dan
menghasilkan cairan yang rasanya sangat pahit atau di kalangan jamu jawa dikenal
sebagai pahitan.

2.2 Senyawa dalam batang brotowali


Senyawa yang terkandung dalam batang brotowali antara lain zat pahit pikroetin,
berberin, tinokrisposid, saponin, kolumbin, palmatin, kaemferol, dan pati.
Tinokrisposid adalah suatu senyawa sangat pahit yang mempunyai struktur
furanoditerpenglikosida Struktur ini mirip dengan struktur senyawa nimbolid yang
mempunyai efek antimalaria.

2.3 Macam-Macam Obat Nyamuk


Obat antinyamuk diedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
2.3.1 Obat anti nyamuk kimia
obat anti nyamuk kimia yang kini banyak dikonsumsi masyarakat, bahan
dasarnya adalah peptisida yang merupakan racun, bahan ini jelas membahayakan
kesehatan manusia. Bahan kimia yang terdapat pada obat antinyamuk, dapat
masuk kedalam tubuh melalui gas atau uap yang dihirup oleh manusia, selain itu
dapat dengan cara terserap oleh kulit dengan atau terlebih dahulu menyebabkan
luka pada kulit.

Bahan aktif utama tersebut adalah jenis dichlorvos, propoxur, pyrethoroid.


Sedangkan kombinasi ketiganya disebut dengan diethyltoluamide. Berikut akan
dijelaskan masing-masing bahan aktif tersebut:
1.
dichlorvos sangat berpotensi menyebakan kanker, menghambat pertumbuhan
organ, merusak kemampuan reproduksi dan menghasilkan susu. Bagi lingkungan,
bahan aktif jenis ini menimbulkan gangguan cukup serius bagi hewan dan
tumbuhan, sebab bahan ini memerlukan waktu yang lama untuk dapat terurai baik
diudara, air dan tanah.
2.
propoxur termasuk racun kelas menengah. jika terhirup maupun terserap
tubuh manusia dapat menghaburkan pengliatan, keringat berlebih, pusing, sakit
kepala dan badan lemah.
3.
pyretheroid juga termasuk racun kelas menengah. efeknya, mengiritasi mata
maupun kulit yang sensitive dan menyebabkan penyakit asma.
2.3.2 Obat Anti Nyamuk Semprot
Biasanya disebut juga dengan obat antinyamuk cair yang penggunaannya
disemprotkan. Walaupun bentuknya berubah pada saat digunakan, tetapi zat
aktifnya tidak hilang atau menyatu dengan oksigen karena zat aktifnya lebih berat
dari oksigen. Setela disemprotkan, zat aktif anti nyamuk ini akan berjatuhan
disetiap tempat dan benda yang ada diruangan dan menjadi media penghantar
masuk kedalam tubuh.
2.3.3 Obat Anti Nyamuk Lotion
Obat anti nyamuk ini menggunakan campuran yang memudahkannya meresap
kedalam kulit. Mediator obat antinyamuk jenis ini adalah kulit kita sendiri. Ini yang
harus diwaspadai, karena bahan campuran itu biasanya dengan mudah meresap
dan menempel kuat dikulit. Padahal obat sintetik yang terkandung dalam lotion anti
nyamuk tidak aman untuk kesehatan apabila digunakan dalam jangka panjang.
Bahn kimia berbahaya yang biasanya terkandung dalam lotion yaitu
diethyltoloamide (DEET). Bahan ini bersifat korosif serta dapat mengikis lapisanlapisan kulit kita

2.4 Lotion
Lotion adalah produk kosmetik yang ditujukan untuk pemakaian luar yakni pada
kulit. umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak
tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah
pengaruh gravitasi (Wilkinson, 1982). Proses pembuatan lotion adalah dengan cara
mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air pada bahan-bahan yang
larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan (Schmitt, 1996).

Lotion merupakan campuran dari air, alkohol, emolien, humektan, bahan pengental,
bahan pengawet dan bahan pewangi (Mitsui, 1997).
Bahan pengental atau thickening agents digunakan untuk mengatur kekentalan
produk sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan mempertahankan
kestabilan dari produk tersebut (Mitsui, 1997). Bahan pengental yang digunakan
dalam pembuatan skin lotion bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari
emulsi. Umumnya water soluble polymers digunakan sebagai bahan pengental yang
diklasifikasikan sebagai polimer alami, semi sintetis polimer, dan polimer sintetis
(Mitsui, 1997). Menurut Schmitt (1996), bahan pengental polimer seperti gum
alami, derivat selulosa dan karbomer lebih sering digunakan dalam sistem emulsi
dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan bahan pengental
dalam pembuatan skin lotion biasanya digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu
dibawah 2,5% .
Penggunaan lotion untuk obat antara lain seperti:
1.

Antibiotic

2.

Antiseptic

3.

Antijamur

4.

Kortikosteroid

5.

Anti jerawat agen

6.

Pelembab atau agen pelindung

2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah
zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan
padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan
dengan metode pemisahan mekanis. Misalnya saja, karena komponennya saling

bercampur secara erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil,
atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah
Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang
dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan
ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi,
pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat
sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air
panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling. Faktor yang mempengaruhi
kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan
batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut.
2.5.1 Penyiapan Bahan yang Akan Diekstrak Dan Pelarut
2.5.1.1 Pelarut/Cairan Penyari
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa
menjadi sebuah larutan yang bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam
proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:
1.

Pelarut polar : Pelarut yang larut dalam air.

Untuk melarutkan garam alkaloid, glikosida, dan bahan penyamak.


2.

Pelarut non polar : Pelarut yang tidak larut dalam air.

Untuk melarutkan minyak atsiri.


Pemilihan pelarut atau cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.
Cairan penyari yang baik harus memenuhi criteria berikut ini:
1.

murah dan mudah diperoleh

2.

stabil secara fisika dan kimia

3.

bereaksi netral

4.

tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar

5.

selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki

6.

tidak mempengaruhi zat berkhasiat

Untuk ekstraksi ini Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari
adalah air,etanol,etanol air atau eter.Pengekstraksian pada perusahaan obat
tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol
air.
1.

Air

Air dipertimbangkan sebagai penyari karena:


1.

Murah dan mudah diperoleh

2.

Stabil

3.

Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar

4.

Tidak beracun

5.

Alamiah

Kerugian penggunaan air sebagai penyari:


1.

Tidak selektif

2.

Sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak

3.

Untuk pengeringan diperlukan waktu lama

Air disamping melarutkan garam alkaloid, minyak menguap, glikosida, tanin dan
gula, juga melarutkan gom, pati, protein, lendir, enzim, lilin, lemak, pectin, zat
warna dan asam organic. Dengan demikian penggunaan air sebagai cairan penyari
kurang menguntungkan. Disamping zat aktif ikut tersari juga zat lain yang tidak
diperlukan atau malah mengganggu proses pembuatan sari seperti gom, pati,
protein, lemak, enzim, lendir dan lain-lain.
Air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang dan khamir, karena itu pada
pembuatan sari dengan air harus ditambah zat pengawet. Air dapat melarutkan
enzim. Enzim yang terlarut dengannya air akan menyebabkan reaksi enzimatis,
yang mengakibatkan penurunan mutu. Disamping itu adanya air akan
mempercepat proses hidrolisa.Untuk memekatkan sari air dibutuhkan waktu dan
bahan bakar lebih banyak bila dibandingkan dengan etanol.Etanol
Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena:
1.

Lebih selektit

2.

Kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas

3.

Tidak beracun

4.

Netral

5.

Absorbsinya baik

6.

Etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan

7.

Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.

Sedang kerugiannya adalah bahwa etanol mahal harganya.Etanol dapat melarutkan


alkaloida basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon,
flavonoid, steroid, dammar dan klorofil. Lemak, malam, tannin, dan saponin hanya
sedikit larut hanya terbatas.
Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran antara etanol dan
air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang akan disari.
Dari pustaka akan dapat ditelusuri kandungannya baik zat aktif maupun zat lainnya.
Dengan diketahuinya kandungan tersebut dapat dilakukan beberapa percobaan
untuk mencari perbandingan pelarut yang tepat.
1.

Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponenkomponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi bahanbahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan
bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak
tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan
menggunakan pelarut kedua.
2.

Kelarutan

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar


(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3.

Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi.
4.

Kerapatan

Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan


kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar
kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran
(pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali
pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam
ekstraktor sentrifugal).
5.

Reaktivitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan
adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan
selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia.
Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk
larutan.
6.

Titik didih

Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat,
dan keduanya tidak membentuk ascotrop.Ditinjau dari segi ekonomi, akan
menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi
(seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
2.5.2 Macam-Macam Ekstraksi
Ada dua macam metode ekstraksi antara lain yaitu maserasi dan perkolasi.
1.

Maserasi

Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik


pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel,
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa
bahan alam dalam pelarut tersebut..
2.

Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan,
difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
2.5.3 Metode ekstraksi dengan cara Maserasi
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lainlain.Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut
lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang,
dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan

sederhana dan mudah diusahakan, sedangkan kerugian cara ini adalah


pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna. Maserasi dapat dilakukan
modifikasi misalnya :

1. Digestiv
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40-50 C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh
keuntungan antara lain :
1.
Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
2.
Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
3.
Koefisien difusi perbandingan lurus dengan suhu absolute dan berbandingan
terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhau akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meingkat bila suhu dinaikkan.
Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga caiarn penyari yang menguapakan
kembali ke dalam bejana.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk.
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, waktu proses maserasi
dapat dipersingkat menadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari
pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasilagi dengan
cairan penyari yang kedua.4. Maserasi Melingkar
Meserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna,
karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Maslah
ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B).

2.6 Nyamuk
Nyamuk tergolong serangga yang relative kecil dan halus, tubuhnya
langsing, tungkainya panjang-panjang dan juga bagian mulutnya. Nyamuk betina
mempunyai kebiasaan menggigit dan mengisap darah untuk mengambil protein
yang ada pada darah manusia maupun hewan. Protein tersebut digunakan untuk
telur-telur nyamuk betina agar dapat berkembang biak dengan baik. Sedang yang
jantan hanya menghisap madu dan cairan nectar yang ada pada tumbuhan.
Kebiasaan nyamuk betina inilah yang menyebabkan reputasi nyamuk menduduki
reputasi terburuk sepanjang sejarah dibandingkan dengan serangga penghisap
darah lainnya, karena gigitannya mengganggu kenyamanan ketika tidur, istirahat
atau ketika sedang melakukan aktifitas keseharian, juga sebagai penular berbagai
jenis penyakit yang dapat menimbulkan kematian.
Reproduksi penyakit mengalami empat tahap dalam siklus hidup : telur,
lrva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies
dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya dan itu
sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab pada kenyataanya baik
jantan maupun betina makan cairan nectar bunga. Sebab nyamuk betina member
nutrisi pada telurnya. Telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat
dalam darah untu berkembang.
Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa
sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau
kolam kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan
menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi sebagai
sensor suhu kelembaban. Setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai
mengerami telurnya. Telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara
bergaris, baik dalam kelompok maupun satu per satu. Beberapa spesies nyamuk
meletakkan telur-telurnya sling berdekatan membentuk suatu rakit yang bisa terdiri
dari 300 telur.
Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). Pada
periode ini inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah itu larva mulai
keluar dari telurnya semua dalam waktu yang hampir sama. Sampai siklus
pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan. Larva nyamuk akan berubah kulitnya
sebanyak 2 kali.
Selesai berganti kulit, nyamuk berada pas fase transisi. Fase ini dinamakan
fase pupa. Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar
tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, dua
pipa nyamuk muncul keatas air. Pipa itu digunakan untuk alat pernafasan.

Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan diap terbang
dengan semua organnya seperti antenna, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan
mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. Lalu kepompong pupa
disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat
yang paling membahayakan.
Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga
hanya kakinya yang menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting,
meskipun angin tipis dapat menyebabkan kematiaanya. Akhirnya, nyamuk tinggal
landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam.
Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dn didapati di sembarang bekas berisi
air. Jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa
biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada
gelung thorakis. (wikpedia, 2011)
Terdapat beberapa jenis nyamuk antara lain sebagai berikut :
1.

Nyamuk Culex fatiqans

Nyamuk rumah ini menggigit di malam hari. Warna nyamuk ini bermacam
macam, ada hitam ada juga coklat. Ciri nyamuk ini, saat hinggap diposisi tubuhnya
tidak menukukik tapi mendatar. Nyamuk ini bisa menjadi perantara penyakit kaki
gajah, atau filariasis. Penyakit ini penyebabnya adalah cacing Wuchereria bancrofiti
yang berada dalam darah seorang penderita. Bila nyamuk menghisap darah
penderita yang mengandung bibit filariasis, maka cacing dar penderita tersebut
bisa terbawa dan ditularkan pada orang lain lewat gigitannya, cacing filarial adalah
penyebab kaki gajah.
2.

Nyamuk Anopheles

Sering orang mengenalnya sebagai salah satu jenis nyamuk yang


menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau
membentuk susudt. Sering hinggap di dinding rumah atau kandang. Warnanya
bermacam-macam ada yang hitam, ada pula yang kakinya bercak-bercak putih.
Waktu menggigit biasanya dilakukan di malam hari. Banyak jenis nyamuk anopheles
yang bisa menyebabkan penyakit malaria. Penyakit malaria yang ditimbulkan pun
jenisnya bermacam-macam, tergantung jenis parasitnya. Misalnya malaria
falsiparum, vivak, ovale, dan malariae. Selain itu, nyamuk anopheles bisa juga
menyebabkan penyakit kaki gajah.
3.

Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk ini menyebabkan penyakit demam berdarah. Pada tubuhnya


tampak bercak hitam-hitam. Suka bertelur di air yang bersih, seperti di tempayan,
bak mandi, vas bunga, dan lainnya. Telur atau jentik nyamuknya bisa bertahan
selam 2-3 bulan. Nyamuk ini menggigit dipagi dan sore hari, antara pukul 08.00-

12.00 dan 15.00-17.00. bila nyamuk ini menggigit orang atau binatang, pada hari
ketiga nyamuk tersebut akan bertelur, dan dua hari kemudian menetas. Setelah 8
hari, jentik tersebut sudah jadi nyamuk. Selama itu, 2 hari sekali nyamuk bertelur,
sehingga si betina akan encari darah lagi. (Neila, 2012)
Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang bisa ditularkan oleh nyamuk :
1.

Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis


Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat, yang ditularkan
oleh nyamuk genus Anopheles, penyakit ini juga dapat berakibat kematian. Pada
saat ini nyamuk penular (vektor) malaria di Indonesia yang ditemukan sebanyak 19
spesies dari genus Anopheles, yang diduga sebagai vector penular malaria ada 4
spesies (yaitu An. Subpictus, An. Aconitus dan An. Maculates).
2.

Demam berdarah Dengue

Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus,
yang ditandai demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah,
gelisah, nyeri ulu hati, disertai bintik perdarahan pada kulit, kadangmimisan,
muntah darah, bahkan dapat berakibat kematian.
3.

Filariasis

Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial, yang
mengakibatkan gejala akut dan kronis (kaki membesar seperti kaki gajah) yang
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, di Indonesia telah ditemukan sebanyak 27
jenis nyamuk dari genus Culex, Anopheles, Aedes dan Mansonia.
4.

Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit menular sejenis demam disertai nyeri otot


yang bersifat epidemic dan endemic yang disebabkan oleh Alvavirus yang
ditularkan oleh beberapa jenis nyamuk yaitu Ae. Aegypti, Aedes albopictus, Culex
fatigans, dan Mansonia Sp. Meskipun penyakit ini tidak mengakibatkan kematian,
namun dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat di persendian tubuh bahkan
seperti kelumpuhan dan dapat berlangsung selama 2 bulan.
5.

Encephalitis

Salah satu jenis penyakit Encephalitis adalah Jepenese Encephalitis (JE).


Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk genus Culex.

2.7 Kerangka Teori


Digigit nyamuk merupakan hal yang tidak disukai oleh semua orang karena selain
menimbulkan bintik merah pada kulit juga menyebabkan rasa gatal yang sangat
mengganggu aktivitas. Selain itu gigitan nyamuk juga dapat menimbulkan
beberapa penyakit antara lain demam berdarah, malaria, dan kaki gajah.
Beberapa hal bisa dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk antara lain
menggunakan kelambu, raket nyamuk, spray ataupun lotion antinyamuk dengan
bahan aktif alami maupun kimia. Penggunaan bahan kimia yang terlalu sering akan
menimbulkan dampak buruk bagi tubuh. Pengembangan pembuatan sediaan
dengan bahan alami saat ini banyak dilakukan, dengan demikian peneliti ingin
membuat salah satu sediaan yaitu lotion dengan bahan alami dari tanaman yang
memiliki kemampuan sebagai antinyamuk yang salah satunya yaitu batang
brotowali yang diekstrak dapat sebagai antinyamuk
Batang brotowali dipilih karena peneliti ingin mengembangkan potensi yang ada
dalam batang brotowali. Secara empiris brotowali digunakan dengan cara direbus
kemudian diminum, namun air hasil rebusan brotowali memiliki rasa yang pahit.
Cara ini menjadi kurang efektif karena tidak banyak orang yang suka dengan rasa
pahit, oleh karena itu peneliti ingin menmanfaatkan batang brotowali yang
diekstrak ini sebagai lotion antinyamuk. Batang brotowali (Tinospora caulis)
mengandung senyawa alkaloid dan glikosida, juga senyawa tinokrisposid yang
sangat pahit sehingga tidak disukai oleh nyamuk. Alasan memilih lotion karena
merupakan sediaan yang praktis dan ekonomis dan disukai masyarakat.
Cara pembuatan lotion tersebut mulanya dengan mengektraksi batang brotowali
dengan maserasi. Maserasi dipilih dengan alasan untuk menjaga kestabilan zat aktif
yang akan digunakan sebagai lotion. Hasil ekstraksi kemudian dicampurkan dengan
bahan pembuatan lotion, dan untuk mengetahui tingkat keefektifan zat aktif maka
lotion dibuat dalam konsentrasi yang berbeda. Formula I dengan konsentrasi zat
aktif 30%, formula II dengan konsentrasi 40%, dan formula III dengan zat aktif 50%.
Lotion kemudian diuji keefektifannya pada nyamuk dengan membandingkan
terhadap autan lotion dengan cara lotion dioleskan pada tangan yang kemudian
dimasukkan ke dalam kotak berisi 30 ekor nyamuk selama 5 menit.

2.8 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kenaikan konsentrasi ekstrak batang
brotowali dalam lotion dapat meningkatkkan efektivitas sebagai antinyamuk.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitiann ini digolongkan dengan penelitian eksperimental yang meneliti ekstrak
batang brotowali sebagai zat aktif dalam sediaan lotion antinyamuk. Rancangan
penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan tahap
akhir. Tahap persiapan meliputi penentuan sampel, pada pelaksanaan yaitu
mengekstrak batang brotowali yang kemudian dibuat dalam bentuk sediaan lotion
yang kemudian diuji pada nyamuk, dan pada tahap akhir meliputi pengumpulan dan
pengolahan data serta menyimpulkan hasil.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lotion ekstrak batang
brotowali. Sampel dari penelitian yaitu lotion antinyamuk ekstrak batang brotowali
dengan varian konsentrasi yakni 30%, 40%, 50%.

3.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Farmakognosi dan Laboraturium
Farmasetika Akademi Putra Indonesia Malang. Waktu yang ditempuh dalam
melakukan penelitian ini mulai dari Desember 2012 - Juni 2013.

3.4 Definisi Operasional Variabel


Dalam penelitian ini definisi variabel terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat.
variabel bebas penelitian yaitu lotion dengan varian konsentrasi 30%, 40%, dan
50%. Variabel terikatnya yaitu keefektifan sediaan lotion dari ekstrak batang
brotowali sebagai antinyamuk.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian


Variabel
Definisi operasional variable
Alat ukur
Hasil ukur
Uji organoleptis
Uji untuk mengetahui fisik lotion, meliputi bau dan warna yang dihasilkan
Visual
Tekstur bau yang tidak menyengat dan warna yang menarik
Homogenitas
Menunjukkan homogenitas sediaan lotion
Objek-glass
Homogen jika tercampurkan bahan-bahan pembuatan lotion secara merata. Tidak
homogen jika seluruh bahan tidak tercampur merata.
Uji pH
Hal yang menunjukkan derajat keasaman dari sediaan lotion
pH meter
pH yang baik jika hasilnya menyamai pH fisiologi kulit yaitu 4,5-6,5
Uji viskositas
Hal yang menunjukkan kekentalan sediaan
Viskosimeter Brookfield
Viskositas yang baik untuk hand sanitizer adalah 1200cP-7000cP
Efektifitas
Hal ini dilakukan untuk membandingkan efektifitas sediaan lotion ekstrak batang
botowali untuk mengusir nyamuk dengan lotion antinyamuk merk AUTAN
(Visual)

Banyaknya nyamuk yang hinggap di tangan dari ketiga dosis ( 30%, 40%, 50%) dan
antinyamuk merk AUTAN.

3.5 Instrumen Penelitian


Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Alat yang di
gunakan, Evaporator, Timbangan dan anak timbangan, Corong Buchner, Maserator,
Beaker glass, Mortir dan Stamper dan bahan yang di gunakan yaitu, Batang
brotowali (Tinospora crispa), Aquades, Cleansing milk (krim dingin), Etanol.

3.6 Pengumpulan Data


Berikut ini beberapa tahapan dalam pengumpulan data:
1. Determinasi Batang Brotowali
Determinasi tanaman dilakukan di Materia Media Batu (MMB). Determinasi
tanaman dilakukan untuk mengetahui klasifikasi dan bentuk fisik secara langsung
tanaman yang digunakan sebagai bahan baku penelitian.

3.7 Formula
Dalam penelitian ini, formula lotion antinyamuk batang brotowali dibuat
dengan bobot 100ml.
Pembuatan Formula

Pembuatan formula lotion antinyamuk ini dibuat 3 pengamatan dengan jumlah


konsetrasi zat aktif yang berbeda dengan komposisi sebgai berikut:
Tabel 3.2 Tabel Formulasi
Bahan
Formula
I
II
III
Ekstrak batang brotowali
30%
40%
50%
Cleansing Milk
70%
60%
50%
Aqua ad
100ml
100ml
100ml

3.8 Prosedur Kerja


3.8.1 Prosedur Ekstraksi Batang Brotowali
1.

Dicuci bersih batang brotowali, kemudian dipotong kecil-kecil.

2. Dimasukkan potongan batang brotowali ke dalam blender dan ditambahkan


etanol.
3. Batang brotowali yang sudah diblender kemudian dipindahkan ke dalam botol
cokelat yang sudah disediakan dan menambahkan etanol 70% dengan
perbandingan 1:2.
4. Didiamkan selama 24 jam agar ekstraknya cepat keluar, kemudian menyaring
hasil blenderan batang brotowali yang masih berupa campuran.
5. Dipisahkan etanol dengan menggunakan alat evaporator dan dihasilkan ekstrak
batang brotowali.
3.8.2 Prosedur Pembuatan Lotion
1.

Disetarakan timbangan.

2.

Dikalibrasi botol 100ml.

3. Dicampurkan ekstrak batang brotowali dengan cleansing milk di dalam mortir,


diaduk hingga homogen.
4. Dimasukkan ke dalam botol lotion ekstrak brotowali yang sudah homogen.
3.8.3 Prosedur Pengujian Mutu fisik Lotion Meliputi:
3.8.3.1 Uji Organoleptis
1.

Amati bentuk sediaan lotion antinyamuk.

2.

Mencium bau atau aroma dari sediaan.

3.

Mengamati warna yang dihasilkandari sediaan tersebut.

3.8.3.2 Uji pH
1.

pH meter dikalibrasi dengan menggunakan aquadest.

2.

Elektroda dibersihkan dengan aquadest dan dikeringkan.

3. Elektroda dimasukkan ke dalam sampel lotion antinyamuk yang akan diperiksa.


Selanjutnya pH meter dibersihkan selama beberapa menit sampai pH meter
konstan.
4.

Nilai yang ditunjukkan dicatat sebagai pH sampel.

3.8.3.3. Uji Homogenitas


1.

Siapkan dua kaca objek glass.

2. Tuangkan sedikit lotion di atas kaca objek tersebut dan tutup dengan kaca
objek lainnya.
3.

Amati adanya partikel kasar dan tidak homogen.

3.8.3.4 Uji vskositas


1.

Pasang spindel pada gantungan spindel.

2.

Tuang lotion ke dalam wadah

3. Turunkan alat ukur skala ad batas rotor tercelup ke dalam lotion yang akan
diukur viskositasnya.
4.

Pasang stop kontak.

5.

Nyalakan rotor sambil menekan tombol.

6.

Biarkan jarum menara berputar dan lihat pada skala.

7.

Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut.

3.8.4 Uji Efektifitas


1.

Persiapkan tempat uji/kandang nyamuk (30 ekor).

2. Tangan diolesi lotion yang berisi zat aktif dan kemudian dimasukkan ke dalam
kandang selama + 5 menit.
3.

Diamati banyaknya nyamuk yang hinggap di tangan.

4.

Diulangi cara tersebut untuk lotion dengan konsentrasi zat aktif yang lain.

3.9 Analisis Data


Analisis data yang diguankakn dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis varian (ANAVA) yang diguankan untuk mengetahui efektivitas lotion
antinyamuk dari ekstrak batang brotowali.
Adapun rancangan penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 3.3 Rancangan Penelitian

Replikasi
Perlakuan Sampel dan Kontrol
A
B
C
D
E
1
A1
B1
C1
D1
E1
2
A2
B2
C2
D2
E2
3
A3
B3
C3
D3
E3
TOTAL

TA
TB
TC
TD
TE
Rata-rata
A
B
C
D
E

Keterangan:
A

= perlakuan konsentrasi 30%

= perlakuan konsentrasi 40%

= perlakuan konsentrasi 50%

= perlakuan konsentrasi kontrol positif (lotion X)

= perlakuan kontrol negatif tanpa bahan aktif

Pada analisa varian, prosedurnya sebagai berikut:


1.

Rumusan Hipotesis

Ho : A=B=C=D=E dan Ha : A# B# C# D# E
2.

Tentukan level signifikan yaitu 0.05.

3.

Hitung hasil pengamatan dengan ANAVA dan lanjutan dengan uji LSD.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang uji efektivitas ekstrak


batang brotowali sebagai lotion antinyamuk diperoleh data sebagai berikut :
4.1 Determinasi Tanaman
Batang brotowali yang digunakan dalam peneilitan ini telah dideterminasi di
Balai Materia Medika Batu (MMB) untuk mengetahui klasifikasi dan bentuk fisik
secara langsung yang digunakan sebagai bahan utama penelitian.
Berdasarkan hasil determinasi batang brotowali dapat digunakan sebagai
bahan aktif untuk pembuatan lotion antinyamuk.
4.2 Ekstrak Batang Brotowali
Hasil ekstraksi yang diperoleh dari proses maserasi serbuk batang brotowali
sebanyak 400g menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:2
diperoleh ekstrak batang brotowali sebanyak 137mL.
Tabel 4.1 Hasil Uji Mutu Ekstrak Batang Brotowali
Organoleptis
Hasil Pengamtan
Wujud
Cairan
Warna
Coklat Pekat
Bau
Menyengat
Rasa
Pahit

Berdasarkan hasil ekstraksi batang brotowali sebanyak 400g dengan menggunakan


pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1 : 2 diperoleh ekstrak sebanyak 137mL,
yang selanjutnya dilakukan uji mutu fisik yang didapatkan hasil bahwa ekstrak
batang brotowali memiliki wujud cairan, warna yang coklat pekat, bau yang
menyengat dan rasa yang pahit.

4.3 Sediaan Lotion Antinyamuk


Ekstrak batang brotowali terdapat tinokrisposid yang dapat digunakan
sebagai bahan aktif pembuatan lotion antinyamuk yang akan diuji efektivitasnya.
Hasil uji mutu fisik sediaan lotion antinyamuk, dibuat dalam 3 formulasi yang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Hasil Uji Mutu Sediaan Lotion Antinyamuk
Formulasi
Pengamatan
Organoleptis
PH
Viskositas
Homogenitas
Bentuk
Warna
Bau
I
Semi solid
kecoklatan
Khas brotowali
6,0
2000 cps
Homogen
II

Kecoklatan
6,2
2300 cps
III
Kecoklatan
6,5
2600 cps

Berdasarkan pengamatan organoleptis dari sediaan lotion ekstrak batang brotowali


menunjukkan bahwa bentuk sediaan semi solid, berwarna coklat pucat pada ketiga
konsentrasi dan memiliki bau batang brotowali. Hasil uji homogenitas menunjukkan
bahwa dari seluruh sediaan tercampur merata dan partikel yang tidak larut tidak
tampak pada objek glass. Hasil uji pH pada formulasi pertama 6,0 , kedua 6,2, dan
ketiga 6,5 menunjukkan pH cocok karena masih termasuk nilai rentang pH kulit dan
hasil pengujian viskositas memasuki rentang yaitu 1200-7000 cps yang sesuai
dengan SNI.

4.4 Hasil Pengamatan Uji Efektivitas Lotion Antinyamuk


Berdasarkan formulasi I, II, dan III maka dapat diketahui formula yang paling
efektif mengusir gigitan nyamuk. Pengamatan dilakukan dengan mengoleskan
sediaan pada permukaan kulit tangan, kemudian tangan dimasukkan ke dalam
kotak yang yang telah diisi nyamuk sebanyak 30 ekor selama 5 menit. Hasil
pengamtan uji efektivitas lotion antinyamuk yang mengandung bahan aktif ekstrak
batang brotowali dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Uji Efektivitas Lotion Antinyamuk
Replikasi
Jumlah nyamuk (ekor) yang hinggap tiap perlakuan
A
B
C
D

E
1
8
4
1
0
10
2
10
7
3
2
8
3
9
5
1
1
11
Jumlah
27
16
5
3
29
Rata-rata

9
5,3
1,67
1
9,67

Keterangan:
A

= perlakuan konsentrasi 30%

= perlakuan konsentrasi 40%

= perlakuan konsentrasi 50%

= perlakuan konsentrasi kontrol positif (lotion X)

= perlakuan kontrol negatif tanpa bahan aktif

Hasil pengujian pada konsentrasi 30% rata rata jumlah nyamuk yang
hinggap di tangan sebanyak 9 ekor nyamuk, pada konsntrasi 40% rata rata jumlah
nyamuk yang hinggap di tangan sebanyak 5 ekor nyamuk, dan konsentrasi 50%
rata rata jumlah nyamuk yang hinggap di tangan sebanyak 2 ekor nyamuk. Hasil
pengamatan secara visual menunjukkan bahwa pada konsentrasi 30% nyamuk
hinggap di tangan dan masih menghisap darah, pada konsentrasi 40% jumlah
nyamuk yang hinggap mulai berkurang dan ada 2 ekor nyamuk yang mati setelah
menghisap darah, dan untuk konsentrasi 50% nyamuk yang mendekat hampir tidak
ada.
Data yang diperoleh selanjutnya diuji secara statistik dengan uji statistik analisis
varian satu arah atau ANOVA. Dipilihnya ANOVA karena perlakuan yang diteliti lebih
dari dari dua, kemudian dilanjutkan dengan uji LSD untuk menentukan perbedaan
nyata antara masing-masing konsentrasi.

4.5 Analisis
Berdasarkan uji LSD yang dilakukan dengan menggunakan data dari
pengamatan uji efektivitas diperoleh hasil sebagai berikut :
Kontrol (+) >< Kontrol (-)
Kontrol (+) >< konsentrasi 30%

= berbeda nyata
= berbeda nyata

Kontrol (+) >< konsentrasi 40%

= berbeda nyata

Kontrol (+) >< konsentrasi 50%

= tidak berbeda nyata

Konsentrasi 30% >< kontrol (-)

= tidak berbeda nyata

Konsentrasi 30% >< kontrol (+)

= berbeda nyata

Konsentrasi 30% >< Konsentrasi 40%

= berbeda nyata

Konsentrasi 30% >< Konsentrasi 50%

= berbeda nyata

Konsentrasi 40% >< kontrol (-)

= berbeda nyata

Konsentrasi 40% >< kontrol (+)

= berbeda nyata

Konsentrasi 40% >< Konsentrasi 50%

= berbeda nyata

Konsentrasi 50% >< kontrol (+)

= tidak berbeda nyata

Konsentrasi 50% >< kontrol (-)

= berbeda nyata

Berdasarkan hasil uji LSD, pada lotion ekstrak batang brotowali dengan
konsentrasi 50% memiliki efektivitas tidak berbeda nyata dengan kontrol (+), yang
artinya pada lotion ektrak batang brotowali dengan konsentrasi 50% memiliki
kemampuan sebagai antinyamuk setara dengan kontrol (+) yakni lotion merk X.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.
Lotion ekstrak batang brotowali memiliki mutu fisik yang sesuai dengan
parameter sediaan lotion SNI.
2.
Lotion ekstrak batang brotowali dengan kadar 50% efektif sebagai
antinyamuk karena tidak memiliki perbedaan nyata dengan lotion merk X.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka disarankan untuk
melakukan isolasi tinokrisposid dari batang brotowali yang digunakan sebagai zat
aktif lotion antinyamuk dan juga dilakukan uji volunter kepada masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB.


Anief. M. (1995). Ilmu Meracik Obat, Teori Dan Praktik. Cet. 5. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Ditjen POM. (1978). Materia Medika Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal 92-93.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Erawan, Agus. (2011). Brotowali, Anti Malaria, (Online),
(http://elangbiru3004.blogspot.com/2011/05/brotowali-anti-malaria.html, diakses 20
Desember 2012).
Kresnady, Budi. (2003). Khasiat & Manfaat Brotowali Si Pahit yang Menyembuhkan.
Cet. 1. Tangerang: PT AgroMedia Pustaka.
Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat-obat penting. Edisi ke-6 Jakarta: PT Elex Media
komputindo
Dwi Prihastuti, Meita Wulan Sari, Bagoes Sadhewo S.H., Nur Fathurahman R. 2012.
Pemanfaatan Batang Tanaman Brotowali Sebagai Lotion Antinyamuk. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

300000

Diposkan oleh BELAJAR FARMASI di 23.10


Reaksi:

Kirimkan Ini lewat Email


BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Link ke posting ini


Buat sebuah Link

Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
LENCANA FACEBOOK
Afdhal Mawardin

Buat Lencana Anda


GAMBAR HASIL EDITAN PHOTOSHOP
Gambar hasil editan photoshop
hasil edit photoshop
ARSIP AFDHAL MAWARDIN
12/16 - 12/23 (1)

08/25 - 09/01 (1)


02/23 - 03/02 (1)
MENGENAI SAYA
Foto Saya
BELAJAR FARMASI
Lihat profil lengkapku
HASIL CORELDRAW X12
Hasil coreldraw x12
afdhal mawardin. Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.
ShareThis Copy and Paste
- See more at: http://afdhalmawardin.blogspot.sg/2014/02/mutu-fisik-danefektivitas-lotion.html#sthash.8m9bOAIn.dpuf

Anda mungkin juga menyukai