oleh Dwi Prihastuti dkk, yang menggunakan ekstrak batang brotowali sebagai
bahan aktif dan menggunakan milk cleansing serta minyak kayu putih. Penelitian
kali ini tidak menggunakan minyak kayu putih, sehingga murni ekstrak batang
brotowali yang akan digunakan sebagai bahan aktif dengan menaikkan dosis yang
semula 10%, 20%, dan 30%. Penelitian sebelumnya perlu dikembangkan karena
dari hasil pengamatan nyamuk yang berada maupun hinggap di sekitar tangan
masih banyak, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan yang diharapkan
mendapatkan formulasi mampu mengusir nyamuk dengan menaikkan konsentrasi
dosis. Lotion yang sudah beredar dipasaran digunakan sebagai pembanding dari
lotion yang akan dibuat.
2.
4. Efektivitas adalah dosis yang memiliki kemampuan tidak berbeda nyata dengan
kontrol positif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Ranunculales
Famili
: Menispermaceae
Genus
: Tinospora
Species
2.1.3 Kegunaan
Masyarakat Indonesia mengenal brotowali sebagai tanaman yang digunakan
sebagai obat tradisional yang sering disebut jamu (loloh). Brotowali merupakan
salah satu tumbuhan berkhasiat yang banyak digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit. Tanaman ini dipercaya dapat menyembuhkan demam, radang hati
(hepatitis), rematik, kencing manis, sciatika, malaria,sakit perut, diare dan
meningkatkan nafsu makan. Selain itu, brotowali kerap digunakan untuk
pengobatan luar, misalnya mengatasi luka, kudis, dan koreng (skabies).
Bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat adalah batang dan daunnya.
Kedua bagian tanaman tersebut biasanya direbus dengan sejumlah air dan
menghasilkan cairan yang rasanya sangat pahit atau di kalangan jamu jawa dikenal
sebagai pahitan.
2.4 Lotion
Lotion adalah produk kosmetik yang ditujukan untuk pemakaian luar yakni pada
kulit. umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak
tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah
pengaruh gravitasi (Wilkinson, 1982). Proses pembuatan lotion adalah dengan cara
mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air pada bahan-bahan yang
larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan (Schmitt, 1996).
Lotion merupakan campuran dari air, alkohol, emolien, humektan, bahan pengental,
bahan pengawet dan bahan pewangi (Mitsui, 1997).
Bahan pengental atau thickening agents digunakan untuk mengatur kekentalan
produk sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan mempertahankan
kestabilan dari produk tersebut (Mitsui, 1997). Bahan pengental yang digunakan
dalam pembuatan skin lotion bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari
emulsi. Umumnya water soluble polymers digunakan sebagai bahan pengental yang
diklasifikasikan sebagai polimer alami, semi sintetis polimer, dan polimer sintetis
(Mitsui, 1997). Menurut Schmitt (1996), bahan pengental polimer seperti gum
alami, derivat selulosa dan karbomer lebih sering digunakan dalam sistem emulsi
dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan bahan pengental
dalam pembuatan skin lotion biasanya digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu
dibawah 2,5% .
Penggunaan lotion untuk obat antara lain seperti:
1.
Antibiotic
2.
Antiseptic
3.
Antijamur
4.
Kortikosteroid
5.
6.
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah
zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan
padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan
dengan metode pemisahan mekanis. Misalnya saja, karena komponennya saling
bercampur secara erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil,
atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah
Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang
dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan
ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi,
pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat
sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air
panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling. Faktor yang mempengaruhi
kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan
batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut.
2.5.1 Penyiapan Bahan yang Akan Diekstrak Dan Pelarut
2.5.1.1 Pelarut/Cairan Penyari
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa
menjadi sebuah larutan yang bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam
proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:
1.
2.
3.
bereaksi netral
4.
5.
6.
Untuk ekstraksi ini Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari
adalah air,etanol,etanol air atau eter.Pengekstraksian pada perusahaan obat
tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol
air.
1.
Air
2.
Stabil
3.
4.
Tidak beracun
5.
Alamiah
Tidak selektif
2.
3.
Air disamping melarutkan garam alkaloid, minyak menguap, glikosida, tanin dan
gula, juga melarutkan gom, pati, protein, lendir, enzim, lilin, lemak, pectin, zat
warna dan asam organic. Dengan demikian penggunaan air sebagai cairan penyari
kurang menguntungkan. Disamping zat aktif ikut tersari juga zat lain yang tidak
diperlukan atau malah mengganggu proses pembuatan sari seperti gom, pati,
protein, lemak, enzim, lendir dan lain-lain.
Air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang dan khamir, karena itu pada
pembuatan sari dengan air harus ditambah zat pengawet. Air dapat melarutkan
enzim. Enzim yang terlarut dengannya air akan menyebabkan reaksi enzimatis,
yang mengakibatkan penurunan mutu. Disamping itu adanya air akan
mempercepat proses hidrolisa.Untuk memekatkan sari air dibutuhkan waktu dan
bahan bakar lebih banyak bila dibandingkan dengan etanol.Etanol
Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena:
1.
Lebih selektit
2.
3.
Tidak beracun
4.
Netral
5.
Absorbsinya baik
6.
7.
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponenkomponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi bahanbahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan
bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak
tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan
menggunakan pelarut kedua.
2.
Kelarutan
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi.
4.
Kerapatan
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan
adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan
selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia.
Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk
larutan.
6.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat,
dan keduanya tidak membentuk ascotrop.Ditinjau dari segi ekonomi, akan
menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi
(seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
2.5.2 Macam-Macam Ekstraksi
Ada dua macam metode ekstraksi antara lain yaitu maserasi dan perkolasi.
1.
Maserasi
Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan,
difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
2.5.3 Metode ekstraksi dengan cara Maserasi
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lainlain.Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut
lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang,
dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
1. Digestiv
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40-50 C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh
keuntungan antara lain :
1.
Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
2.
Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
3.
Koefisien difusi perbandingan lurus dengan suhu absolute dan berbandingan
terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhau akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meingkat bila suhu dinaikkan.
Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga caiarn penyari yang menguapakan
kembali ke dalam bejana.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk.
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, waktu proses maserasi
dapat dipersingkat menadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari
pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasilagi dengan
cairan penyari yang kedua.4. Maserasi Melingkar
Meserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna,
karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Maslah
ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B).
2.6 Nyamuk
Nyamuk tergolong serangga yang relative kecil dan halus, tubuhnya
langsing, tungkainya panjang-panjang dan juga bagian mulutnya. Nyamuk betina
mempunyai kebiasaan menggigit dan mengisap darah untuk mengambil protein
yang ada pada darah manusia maupun hewan. Protein tersebut digunakan untuk
telur-telur nyamuk betina agar dapat berkembang biak dengan baik. Sedang yang
jantan hanya menghisap madu dan cairan nectar yang ada pada tumbuhan.
Kebiasaan nyamuk betina inilah yang menyebabkan reputasi nyamuk menduduki
reputasi terburuk sepanjang sejarah dibandingkan dengan serangga penghisap
darah lainnya, karena gigitannya mengganggu kenyamanan ketika tidur, istirahat
atau ketika sedang melakukan aktifitas keseharian, juga sebagai penular berbagai
jenis penyakit yang dapat menimbulkan kematian.
Reproduksi penyakit mengalami empat tahap dalam siklus hidup : telur,
lrva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies
dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya dan itu
sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab pada kenyataanya baik
jantan maupun betina makan cairan nectar bunga. Sebab nyamuk betina member
nutrisi pada telurnya. Telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat
dalam darah untu berkembang.
Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa
sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau
kolam kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan
menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi sebagai
sensor suhu kelembaban. Setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai
mengerami telurnya. Telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara
bergaris, baik dalam kelompok maupun satu per satu. Beberapa spesies nyamuk
meletakkan telur-telurnya sling berdekatan membentuk suatu rakit yang bisa terdiri
dari 300 telur.
Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). Pada
periode ini inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah itu larva mulai
keluar dari telurnya semua dalam waktu yang hampir sama. Sampai siklus
pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan. Larva nyamuk akan berubah kulitnya
sebanyak 2 kali.
Selesai berganti kulit, nyamuk berada pas fase transisi. Fase ini dinamakan
fase pupa. Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar
tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, dua
pipa nyamuk muncul keatas air. Pipa itu digunakan untuk alat pernafasan.
Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan diap terbang
dengan semua organnya seperti antenna, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan
mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. Lalu kepompong pupa
disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat
yang paling membahayakan.
Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga
hanya kakinya yang menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting,
meskipun angin tipis dapat menyebabkan kematiaanya. Akhirnya, nyamuk tinggal
landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam.
Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dn didapati di sembarang bekas berisi
air. Jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa
biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada
gelung thorakis. (wikpedia, 2011)
Terdapat beberapa jenis nyamuk antara lain sebagai berikut :
1.
Nyamuk rumah ini menggigit di malam hari. Warna nyamuk ini bermacam
macam, ada hitam ada juga coklat. Ciri nyamuk ini, saat hinggap diposisi tubuhnya
tidak menukukik tapi mendatar. Nyamuk ini bisa menjadi perantara penyakit kaki
gajah, atau filariasis. Penyakit ini penyebabnya adalah cacing Wuchereria bancrofiti
yang berada dalam darah seorang penderita. Bila nyamuk menghisap darah
penderita yang mengandung bibit filariasis, maka cacing dar penderita tersebut
bisa terbawa dan ditularkan pada orang lain lewat gigitannya, cacing filarial adalah
penyebab kaki gajah.
2.
Nyamuk Anopheles
12.00 dan 15.00-17.00. bila nyamuk ini menggigit orang atau binatang, pada hari
ketiga nyamuk tersebut akan bertelur, dan dua hari kemudian menetas. Setelah 8
hari, jentik tersebut sudah jadi nyamuk. Selama itu, 2 hari sekali nyamuk bertelur,
sehingga si betina akan encari darah lagi. (Neila, 2012)
Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang bisa ditularkan oleh nyamuk :
1.
Malaria
Filariasis
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial, yang
mengakibatkan gejala akut dan kronis (kaki membesar seperti kaki gajah) yang
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, di Indonesia telah ditemukan sebanyak 27
jenis nyamuk dari genus Culex, Anopheles, Aedes dan Mansonia.
4.
Chikungunya
Encephalitis
2.8 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kenaikan konsentrasi ekstrak batang
brotowali dalam lotion dapat meningkatkkan efektivitas sebagai antinyamuk.
BAB III
METODE PENELITIAN
Banyaknya nyamuk yang hinggap di tangan dari ketiga dosis ( 30%, 40%, 50%) dan
antinyamuk merk AUTAN.
3.7 Formula
Dalam penelitian ini, formula lotion antinyamuk batang brotowali dibuat
dengan bobot 100ml.
Pembuatan Formula
Disetarakan timbangan.
2.
2.
3.
3.8.3.2 Uji pH
1.
2.
2. Tuangkan sedikit lotion di atas kaca objek tersebut dan tutup dengan kaca
objek lainnya.
3.
2.
3. Turunkan alat ukur skala ad batas rotor tercelup ke dalam lotion yang akan
diukur viskositasnya.
4.
5.
6.
7.
2. Tangan diolesi lotion yang berisi zat aktif dan kemudian dimasukkan ke dalam
kandang selama + 5 menit.
3.
4.
Diulangi cara tersebut untuk lotion dengan konsentrasi zat aktif yang lain.
Replikasi
Perlakuan Sampel dan Kontrol
A
B
C
D
E
1
A1
B1
C1
D1
E1
2
A2
B2
C2
D2
E2
3
A3
B3
C3
D3
E3
TOTAL
TA
TB
TC
TD
TE
Rata-rata
A
B
C
D
E
Keterangan:
A
Rumusan Hipotesis
Ho : A=B=C=D=E dan Ha : A# B# C# D# E
2.
3.
Hitung hasil pengamatan dengan ANAVA dan lanjutan dengan uji LSD.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kecoklatan
6,2
2300 cps
III
Kecoklatan
6,5
2600 cps
E
1
8
4
1
0
10
2
10
7
3
2
8
3
9
5
1
1
11
Jumlah
27
16
5
3
29
Rata-rata
9
5,3
1,67
1
9,67
Keterangan:
A
Hasil pengujian pada konsentrasi 30% rata rata jumlah nyamuk yang
hinggap di tangan sebanyak 9 ekor nyamuk, pada konsntrasi 40% rata rata jumlah
nyamuk yang hinggap di tangan sebanyak 5 ekor nyamuk, dan konsentrasi 50%
rata rata jumlah nyamuk yang hinggap di tangan sebanyak 2 ekor nyamuk. Hasil
pengamatan secara visual menunjukkan bahwa pada konsentrasi 30% nyamuk
hinggap di tangan dan masih menghisap darah, pada konsentrasi 40% jumlah
nyamuk yang hinggap mulai berkurang dan ada 2 ekor nyamuk yang mati setelah
menghisap darah, dan untuk konsentrasi 50% nyamuk yang mendekat hampir tidak
ada.
Data yang diperoleh selanjutnya diuji secara statistik dengan uji statistik analisis
varian satu arah atau ANOVA. Dipilihnya ANOVA karena perlakuan yang diteliti lebih
dari dari dua, kemudian dilanjutkan dengan uji LSD untuk menentukan perbedaan
nyata antara masing-masing konsentrasi.
4.5 Analisis
Berdasarkan uji LSD yang dilakukan dengan menggunakan data dari
pengamatan uji efektivitas diperoleh hasil sebagai berikut :
Kontrol (+) >< Kontrol (-)
Kontrol (+) >< konsentrasi 30%
= berbeda nyata
= berbeda nyata
= berbeda nyata
= berbeda nyata
= berbeda nyata
= berbeda nyata
= berbeda nyata
= berbeda nyata
= berbeda nyata
= berbeda nyata
Berdasarkan hasil uji LSD, pada lotion ekstrak batang brotowali dengan
konsentrasi 50% memiliki efektivitas tidak berbeda nyata dengan kontrol (+), yang
artinya pada lotion ektrak batang brotowali dengan konsentrasi 50% memiliki
kemampuan sebagai antinyamuk setara dengan kontrol (+) yakni lotion merk X.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.
Lotion ekstrak batang brotowali memiliki mutu fisik yang sesuai dengan
parameter sediaan lotion SNI.
2.
Lotion ekstrak batang brotowali dengan kadar 50% efektif sebagai
antinyamuk karena tidak memiliki perbedaan nyata dengan lotion merk X.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka disarankan untuk
melakukan isolasi tinokrisposid dari batang brotowali yang digunakan sebagai zat
aktif lotion antinyamuk dan juga dilakukan uji volunter kepada masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
300000