Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK ASEPTIK DAN ANTISEPTIK

DALAM KAMAR OPERASI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Perioperatif II
Yang dibimbing Bapak Rudi Hamarno, S.Kep. Ns., M.Kep

KELOMPOK III
1. Mochamad Firmansyah A NIM. P17211175001
2. Romida Khurotin AYuni NIM. P17211175007
3. Ricky Alpianor NIM. P17211175009
4. Mawardin NIM. P17211175012
5. Made Agung Eko Buwono NIM. P17211175017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal)
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic).
Pemeliharan teknik aseptic adalah upaya yang sangat penting. Untuk membantu perawat
perioperatif, The Association Of Operating Room Nurses (AORN) telah mengembangkan
rekomendasi untuk melakukan teknik-teknik aseptic, salah satunya adalah tindakan
antiseptik. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit.
Antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor misalnya
konsentrasi dan lamanya paparan, konsentrasi memengaruhi adropsi atau penyerapan
komponen antiseptik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan antiseptik?
2. Apa fungsi antiseptik?
3. Apa jenis penggolong antiseptik?
4. Apa cairan antiseptik yang sering digunakan?
5. Bagaimana pemilihan antiseptik?
6. Dimana lokasi antiseptik?
7. Bagaimana persiapan sebelum dilakukan antiseptik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari antiseptik
2. Untuk mengetahui fungsi antiseptik
3. Untuk mengetahui jenis penggolong antiseptik
4. Untuk mengetahui antiseptik yang sering digunakan
5. Untuk mengetahui pemilihan antiseptik
6. Untuk mengetahui lokasi antiseptik
7. Untuk mengetahui persiapan sebelum dilakukan antiseptik
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Antiseptik


Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada
permukaan kulit dan membran mukosa. (Wikipedia, 2017)
Antiseptik dapat meniadakan atau mencegah keadaan sepsis. Antiseptik ialah zat yang
digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme, biasanya
merupakan sediaan yang digunakan pada jaringan hidup. Sterilisasi ditujukan untuk
membunuh semua mikroorganisme. Obat ini dapat bersifat bakterisid atau bakteriostatik.

2.2 Fungsi Antiseptik


Antiseptik berguna dalam menghambat pertumbuhan kuman yang terdapat pada
jaringan yang hidup seperti di atas. Antiseptik selalu digunakan dalam berbagai kondisi
medis baik untuk membersihkan luka terbuka ataupun dalam kala operasi di mana sebelum
dilakukan operasi, akan diberikan antiseptik terlebih dahulu untuk mencegah bakteri
bertumbuh dan masuk ke dalam operasi tersebut. Selain untuk menghambat kuman,
antiseptik juga dapat membunuh bakteri, tetapi hal ini sangat bergantung pada banyaknya
konsentrasi dan juga lamanya paparan antiseptik dan juga kuman tersebut pada bagian
jaringan.

2.3 Penggolongan Antiseptik


Berdasarkan sifat kimianya, antiseptik digolongkan dalam golongan fenol, alkohol,
aldehid asam, halogen, peroksidan dan logam berat.
2.3.1 Golongan fenol

Yang termasuk ke dalam golongan fenol ialah : fenol, timol, resorsinol dan
heksaklorofen.

a. Fenol. Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya
antiseptik diyatakan dengan koefesien fenol. Obat ini bukan antiseptik yang kuat.
b. Timol. Obat ini mempunyai koefesien fenol 30, bersifat bakterisid, antelmintik dan
fungisid, terutama efektif untuk infeksi jamur (aktinomikosis, blastomikosis,
kokisdioidomikosis dan kandidiasis). Sediaan timol terdapat dalam bentuk tingtur
(larutan dalam alkohol) 1% dan selep 10%.
c. Resorsinol. Sifat obat ini mirip fenol, berefek bakterisid dan fungisid. Di klinik
digunakan untuk mengobati infeksi jamur di kulit, eksim, psoriasis dan dermatitis
seboroik. Resorsinol bersifat keratolitik dan iritan ringan.
d. Heksaklorofen. Heksaklorofen ialah senyawa bisfenol yang mengandung klor.
Heksaklorofen kadar rendah dapat menganggu transport elektron kuman dan
menghambat enzim terikat pada membran.

2.3.2 Golongan alkohol

a. Etanol 70% berpotensi antiseptik yang optimal. Bila kadar alkohol ditinggikan akan
menyebkan prepitasi protein dan tidak efektif sebagai antiseptik, karena spora tidak
dimatikan. Alkohol meningkatkan aktivitas antiseptik lain misalnya klorheksidin,
yodium, yodofor, heksaklorofen bila diberikan kombinasi.
b. Glikol . Dipakai untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang ditularkan melalui
udara (desinfektan Udara). Bakteri ditularkan melalui udara dalam titik-titik air yang
halus, uap glikol akan larut dalam titik-titik air dan mematikan bakteri tersebut.

2.3.3 Golongan aldehid

a. Golongan ini ialah formaldehid. Larutan formalin 1% dapat bersifat bakterisid, tetapi
perlu kontak lama. Formaldehid efektif terhadap kuman, jamur, bakteri dan virus,
tetapi kerjanya lambat. Kadar 8% digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran dan
sterilisasi sputum pasien tuberkulosis. Foramlin digunakan untuk pengawatan mayat
dan spesimen penelitian. Sifat merusak jaringan formaldehid dapat menimbulkan efek
toksik lokal dan menimbulkan reaksi alergi. Kontak berulang dapat menyebabkan
dermatitis eksematoid.

2.3.4 Golongan Halogen

a. Klorheksidin. Klorheksidin ialah suatu bisbiguanid, mempunyai aktivitas antiseptik


yang cukup kuat. Obat ini merupakan salah satu antiseptik pada operasi. Obat ini
bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram-positif maupun Gram-negatif yang resisten.
Klorheksidin tetap efektif walaupun ada sabun, nanah, dan darah. Pada penggunaan
berulang dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan dermatitis kontak dan
fotosensitivitas. Terdapat sebagai emulsi klorheksidin glukuronat 4% untuk
penggunaan antiseptik secara umum maupun dalam bidang kedokteran gigi dan
mulut.
b. Yodium. Yaodium ialah suatu zat yang bersifat bakteriostatik non selektif. Sediaan
yang mengandung zat ini ialah yodium tingtur dan lugol. Yodium tingtur berwarna
coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, kadang-kadang kulit dapat
mengelupas. Di klinik yodium dipakai untuk desinfeksi kulit pada pembedahan.
Sesegera sesudah itu kulit harus dibersihkan dengan alkohol 70%, bila tidak dapat
terjadi deskuamasi.
c. Povidon yodium. Povidon yodium ialah suatu iodofor suatu kompleks yodium dengan
polivinil pirolidon. Obat ini di klinik digunakan sebagai penganti merkurokrom dan
yodium tingtur karena tidak iritatif. Yodium yang banyak digunakan sebagai
antiseptik berspektrum luas tersedia sebagi obat topikal seperti shampo, salep, obat
kumur, pencuci tangan sebelum operasi yang dapat mengurangi populasi bakteri
sampai 85%, efektif untuk satu jam dan populasi kembali normal setelah 8 jam.
Warna coklat gelap dan baunnya merupakan sifat obat ini yang kurang
menguntungkan.
d. Yudoform. Zat ini bila kontak dengan tubuh melepaskan yodium secara berangsur-
angsur dan yodium inilah yang diharapkan bersifat bakterisid. Bukti manfaat obat ini
tidak ada, obat ini sudah hampir tidak digunakan lagi.

2.3.5 Golongan Peroksidan

Peroksidan ialah kelompok zat yang dapat melepaskan O2. Proses oksidasi ini
menimbulkan sifat bakterisid.

a. Larutan H2O2. Larutan ini dengan kadar 3% yang bersentuhan dengan tubuh, terutama
pada jaringan yang terluka atau mukosa akan melepaskan O2 disebabkan adanya
enzim katalase dalam sel. H2O2 juga berguna sebagai bahan pencuci luka dan obat
kumur.
b. Kalium Permanganat. Kalium permanganat berupa kristal ungu, mudah larut dalam
air. Dalam larutan encer merupakan peroksidan. Pengelepasan O2 terjadi bila
bersentuhan dengan zat organik. Inaktivasi menyebabkan perubahan warna larutan
ungu menjadi biru. Zat ini bekerja sebagai iritan, deodoran, dan astringen. Dalam
klini digunakan untuk kompres luka dan segala macam infeksi kulit, sebagai
antidotum pada intosikasi bahan-bahan yang mudah teroksidasi, irigasi kandung
kemih yang infeksi, dan pencuci perineum pascapersalinan.
c. Kalium Perborat. Zat yang berbentuk kristal putih dan tidak berbau. Dalam keadaan
kering stabil. Larutan dalam air, mudah terurai dan melepaskan O2. Dalam klinik
dipakai sebagai obat kumur, pada stomatitis, glositis dan ginggivitis. Larutan 2%
digunakan untuk berkumur. Setelah itu obat harus dibuang, tidak boleh ditelan.
d. Kalium perklorat. Zat ini juga dipakai sebagai obat kumur, terdapat dalam gargarisma
khan, juga tidak boleh ditelan.

2.3.6 Logam berat dan garamnya

a. Sublimat. Zat ini dapat dipakai untuk mensterilkan alat kedokteran dan tangan
sebelum operasi. Sublimat menimbulkan iritasi pada jaringan luka dan bersifat
bakterisid terhadap kuman yang tidak membentuk spora.
b. Senyawa Hg organik. Contoh obat ini ialah larutan 2% merkurokrom (merbromin).
Obat ini sedikit mengiritasi kulit yang luka dan mukosa. Masa kerja dan mula kerja
antiseptik ini lama. Intoksikasi terjadi karena ion Hg, sebagai antiseptik kulit obat ini
telah digantikan oleh povidon yodium.
c. Garam perak. Larutan encer garam ini dipakai sebagai astringen dan antiseptik.
Larutan pekat bersifat korosif dan dapat menimbulkan intoksikasi. Perak nitrit,
berbentuk kristal putih, mudah larut dalam air, warna perak nitrik akan berubah
apabila terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan dalam botol inaktinis.
Larutan pekat digunakan untuk menghilangkan kutil dan mata ikan.

2.4 Cairan Antiseptik Yang Sering di Gunakan

Kriteria Alkohol 70% Iodine/Iodopore Chorhexidine

Kecepatan Membunuh Sangat cepat Sedang Sedang


Kuman

Bakteri Gram + Sangat bagus Sangat bagus Sangat Bagus

Bakteri Gram - Sangat bagus Bagus Bagus

Mycobacterium TB Bagus Bagus Kurang Bagus


Jamur Bagus Bagus Sedang

Virus Bagus Bagus Bagus

Aktivitas Residu Tidak ada Minimal Sangat Bagus

2.5 Pemilihan Cairan Antiseptik


Pemilihan cairan antiseptik harus sesuai dengan rekomendasi AORN dimana
penggunaannya disesuaikan dengan ketentuan manufaktur:
a. Memiliki kemampuan membunuh kuman secara luas (broad spektrum luas)
b. Waktu kerja lama-long lasting
c. Mudah dalam penggunaan.
d. Easy to use (mudah digunakan)
e. Cepat dalam menurunkan jumlah mikroorganisme.
f. Cepat dalam mengaplikasikan.
g. Fungsi antimikrobial masih efektif selama prosedur operasi berlangsung.
h. Tidak mudah hilang oleh darah dan salin.
i. Cepat kering.
j. Menyediakan permukaan/site operasi yang aman.
k. Simpel, cepat dalam mengaplikasikan dan tergantung tekhnik.

2.6 Lokasi Melakukan Antiseptik Di Daerah Operasi


a. Persiapan Torakoabdomen Lateral
Persiapan abdomen wilayahnya meliputi garis buah dada atau prosesus xipoideus sampai
1/3 bagian atas paha, untuk bagian sampingnya yaitu batas area yang menyentuh meja
(table line) ke batas area yang menyentuh meja (table line) dengan posisi pasien
melintang. Untuk arah desinfeksi dari dalam keluar.

b. Persiapan Torakoabdomen Lateral


Persiapan torakoabdomen lateral, wilayah meliputi aksila, dada dan adbomen dari leher
ke pundak iliaka, dan diteruskan sampai melewati garis tengah pada bagian anterior dan
posterior.

c. Persiapan Dada Dan Payudara


Wilayahnya meliputi bahu, lengan atas, ke bawah siku ketiak dan dinding dada sampai
batas area yang menyentuh meja (table line) dan melewati sternum sampai di bahu yang
lainnya. Bila pasien dalam posisi lateral, punggung juga dipersiapkan.

d. Persiapan Rektoperineum dan Vagina


Wilayahnya meliputi pubis, vulva, labia, perineum, anus, dan area di dekatnya termasuk
bagian-bagian dalam dari 1/3 bagian atas paha

e. Persiapan Pinggul
Wilayahnya meliputi bagian abdomen dari pinggul yang akan dilakukan tindakan, paha
sampai ke lutut, bokong, sampai batas area yang menyentuh meja (table line),
selangkangan dan pubis

f. Persiapan Lutut dan Tungkai Bawah


Wilayahnya meliputi seluruh lingkaran kaki yang terkena dan diteruskan dari kaki
sampai bagian atas paha

2.7 Persiapan Kulit Sebelum Di Antiseptik


a. Pencukuran Rambut
Pada praktik rutin saat ini, rambut tidak lagi dicukur kecuali apabila rambut tersebut
terlalu lebat dan mengganggu akses ke daerah operatif. Namun, jika perlu rambut yang
berlebih harus dicukur sedekat mungkin dengan waktu pembedahan karena adanya
bioburden disetiap goresan atau luka yang ditimbulkan oleh pisau cukur atau metode
lain. Sudah terbukti bahwa insiden infeksi pasca operatif meningkat jika pencukuran
dilakukan jauh sebelum operasi (AORN, 1994 dalam Gruendemann & Fernsebner,
2005).
b. Bahan Persiapan Kulit
Kulit harus dihilangkan lemaknya, dibersihkan dengan bahan antimikroba, dan diobati
dengan scrub, olesan, atau apusan antimikroba.
Penghilang lemak mencakup pembersihan minyak alami di kulit, keringat dan sel epitel.
Oleh karena itu tersedia banyak bahan komerial, tetapi kita harus berhati-hati dalam
menggunakan bahan yang mudah terbakar.
Bersamaan dengan persiapan kulit, dapat diaplikasikan suatu sawar films tipis bersalut
antiseptic yang bekerja lama di tempat pembedahan. Bahan antiseptic secara perlahan
dilepaskan selama pembedahan untuk menghambat pertumbuhan kembali
mikroorgaanisme. Film tersebut juga mencegah migrasi bateri dari daerah kulit disekitar
tempat insisi.
c. Daerah kulit yang dipersiapkan.
Daerah kulit yang dipersiapkan harus cukup luas yaitu tempat pembedahan dan daerah
substansial di sekelilingnya yang substansial. Daerah yang luas ini menurunkan
kemungkinan migrasi mikroorganisme dari daerah terkontaminasi ke daerah bersih
selama prosedur pembedahan. Prosedurnya sebagai berikut:
1. Peralatan untuk mempersiapkan kulit dan alat lain disusun dan dibuka disebuah
meja kecil.
2. Kerahasiaan pribadi pasien dijaga dengan hanya memajankan bagian tubuh yang
akan dipersiapkan.
3. Sarung tangan steril dipasang.
4. Di bawah dan di atas tempat pembedahan diletakkan handuk steril. Handuk
berlipat diletakkan disisi untuk menyerap kelebihan cairan dan untuk mencegah
tergenangnya larutan.
5. Kulit dibersihkan, menggunakan gesekan mekanis dalam pola melingkar, bergerak
kearah luar dari tempat yang akan di insisi.
6. Sikat atau spons dibuang setelah batas luar daerah yang dipersiapkan dicapai.
7. Spons baru dibasahi dan pembersihan dilanjutkan dengan pola yang sama selama
3-5 menit.
8. Daerah yang dipersiapkan dapat dikeringkan dengan handuk steril atau larutan
dibiarkan mongering sendiri.
9. Apabila diperlukan oleskan larutan anti mikroba.
10. Handuk disingkirkan; sarung tangan dan peralatannya dibuang ke tempat yang
telah disediakan.
11. Waktu, daerah, larutan yang digunakan, dan kondisi kulit dimasukkan ke grafik.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Antiseptik ialah zat yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme, biasanya merupakan sediaan yang digunakan pada jaringan hidup.
Sterilisasi ditujukan untuk membunuh semua mikroorganisme.
Antiseptik berguna dalam menghambat pertumbuhan kuman yang terdapat pada jaringan
yang hidup, antiseptik selalu digunakan dalam berbagai kondisi medis baik untuk
membersihkan luka terbuka ataupun dalam kala operasi di mana sebelum dilakukan operasi
Yang termasuk ke dalam golongan fenol ialah : fenol, timol, resorsinol dan heksaklorofen.
Golongan alkohol ialah etanol 70% dan glikol. Golongan aldehid yaitu formaldehid.
Golongan halogen ialah klorheksidin, yodium, povidon yodium, yudoform. Golongan
peroksidan ialah larutan H2O2, kalium permanganate, kalium perborat, kalium perklorat.
Golongan logam berat dan garamnya ialah sublimat, senyawa Hg organic (larutan 2%
merkurokrom (merbromin)), garam perak.

Pemilihan cairan antiseptik harus sesuai dengan rekomendasi AORN dimana


penggunaannya disesuaikan dengan ketentuan manufaktur.

Lokasi melakukan antiseptik di daerah operasi yaitu, persiapan torakoabdomen lateral,


persiapan torakoabdomen lateral, persiapan dada dan payudara, persiapan rektoperineum dan
vagina, persiapan pinggul, persiapan lutut dan tungkai bawah.
Persiapan kulit sebelum di antiseptik yaitu, pencukuran rambut, bahan persiapan kulit,
daerah kulit yang dipersiapkan.

3.2 Saran
Diharapkan kami bisa melakukan tindakan desinfeksi dan antiseptik sebelum operasi
dilakukan dan diharapkan pula hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan
bacaan dan mampu mengetahui tentang prosedur desinfeksi dan antiseptik sebelum operasi
dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN
Gruendemann, Barbara J, 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
AORN. 2008. Perioperative Standards and Recommended Practices.

Anda mungkin juga menyukai