KELOMPOK III
1. Mochamad Firmansyah A NIM. P17211175001
2. Romida Khurotin AYuni NIM. P17211175007
3. Ricky Alpianor NIM. P17211175009
4. Mawardin NIM. P17211175012
5. Made Agung Eko Buwono NIM. P17211175017
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari antiseptik
2. Untuk mengetahui fungsi antiseptik
3. Untuk mengetahui jenis penggolong antiseptik
4. Untuk mengetahui antiseptik yang sering digunakan
5. Untuk mengetahui pemilihan antiseptik
6. Untuk mengetahui lokasi antiseptik
7. Untuk mengetahui persiapan sebelum dilakukan antiseptik
BAB II
TINJAUAN TEORI
Yang termasuk ke dalam golongan fenol ialah : fenol, timol, resorsinol dan
heksaklorofen.
a. Fenol. Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya
antiseptik diyatakan dengan koefesien fenol. Obat ini bukan antiseptik yang kuat.
b. Timol. Obat ini mempunyai koefesien fenol 30, bersifat bakterisid, antelmintik dan
fungisid, terutama efektif untuk infeksi jamur (aktinomikosis, blastomikosis,
kokisdioidomikosis dan kandidiasis). Sediaan timol terdapat dalam bentuk tingtur
(larutan dalam alkohol) 1% dan selep 10%.
c. Resorsinol. Sifat obat ini mirip fenol, berefek bakterisid dan fungisid. Di klinik
digunakan untuk mengobati infeksi jamur di kulit, eksim, psoriasis dan dermatitis
seboroik. Resorsinol bersifat keratolitik dan iritan ringan.
d. Heksaklorofen. Heksaklorofen ialah senyawa bisfenol yang mengandung klor.
Heksaklorofen kadar rendah dapat menganggu transport elektron kuman dan
menghambat enzim terikat pada membran.
a. Etanol 70% berpotensi antiseptik yang optimal. Bila kadar alkohol ditinggikan akan
menyebkan prepitasi protein dan tidak efektif sebagai antiseptik, karena spora tidak
dimatikan. Alkohol meningkatkan aktivitas antiseptik lain misalnya klorheksidin,
yodium, yodofor, heksaklorofen bila diberikan kombinasi.
b. Glikol . Dipakai untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang ditularkan melalui
udara (desinfektan Udara). Bakteri ditularkan melalui udara dalam titik-titik air yang
halus, uap glikol akan larut dalam titik-titik air dan mematikan bakteri tersebut.
a. Golongan ini ialah formaldehid. Larutan formalin 1% dapat bersifat bakterisid, tetapi
perlu kontak lama. Formaldehid efektif terhadap kuman, jamur, bakteri dan virus,
tetapi kerjanya lambat. Kadar 8% digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran dan
sterilisasi sputum pasien tuberkulosis. Foramlin digunakan untuk pengawatan mayat
dan spesimen penelitian. Sifat merusak jaringan formaldehid dapat menimbulkan efek
toksik lokal dan menimbulkan reaksi alergi. Kontak berulang dapat menyebabkan
dermatitis eksematoid.
Peroksidan ialah kelompok zat yang dapat melepaskan O2. Proses oksidasi ini
menimbulkan sifat bakterisid.
a. Larutan H2O2. Larutan ini dengan kadar 3% yang bersentuhan dengan tubuh, terutama
pada jaringan yang terluka atau mukosa akan melepaskan O2 disebabkan adanya
enzim katalase dalam sel. H2O2 juga berguna sebagai bahan pencuci luka dan obat
kumur.
b. Kalium Permanganat. Kalium permanganat berupa kristal ungu, mudah larut dalam
air. Dalam larutan encer merupakan peroksidan. Pengelepasan O2 terjadi bila
bersentuhan dengan zat organik. Inaktivasi menyebabkan perubahan warna larutan
ungu menjadi biru. Zat ini bekerja sebagai iritan, deodoran, dan astringen. Dalam
klini digunakan untuk kompres luka dan segala macam infeksi kulit, sebagai
antidotum pada intosikasi bahan-bahan yang mudah teroksidasi, irigasi kandung
kemih yang infeksi, dan pencuci perineum pascapersalinan.
c. Kalium Perborat. Zat yang berbentuk kristal putih dan tidak berbau. Dalam keadaan
kering stabil. Larutan dalam air, mudah terurai dan melepaskan O2. Dalam klinik
dipakai sebagai obat kumur, pada stomatitis, glositis dan ginggivitis. Larutan 2%
digunakan untuk berkumur. Setelah itu obat harus dibuang, tidak boleh ditelan.
d. Kalium perklorat. Zat ini juga dipakai sebagai obat kumur, terdapat dalam gargarisma
khan, juga tidak boleh ditelan.
a. Sublimat. Zat ini dapat dipakai untuk mensterilkan alat kedokteran dan tangan
sebelum operasi. Sublimat menimbulkan iritasi pada jaringan luka dan bersifat
bakterisid terhadap kuman yang tidak membentuk spora.
b. Senyawa Hg organik. Contoh obat ini ialah larutan 2% merkurokrom (merbromin).
Obat ini sedikit mengiritasi kulit yang luka dan mukosa. Masa kerja dan mula kerja
antiseptik ini lama. Intoksikasi terjadi karena ion Hg, sebagai antiseptik kulit obat ini
telah digantikan oleh povidon yodium.
c. Garam perak. Larutan encer garam ini dipakai sebagai astringen dan antiseptik.
Larutan pekat bersifat korosif dan dapat menimbulkan intoksikasi. Perak nitrit,
berbentuk kristal putih, mudah larut dalam air, warna perak nitrik akan berubah
apabila terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan dalam botol inaktinis.
Larutan pekat digunakan untuk menghilangkan kutil dan mata ikan.
e. Persiapan Pinggul
Wilayahnya meliputi bagian abdomen dari pinggul yang akan dilakukan tindakan, paha
sampai ke lutut, bokong, sampai batas area yang menyentuh meja (table line),
selangkangan dan pubis
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Antiseptik ialah zat yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme, biasanya merupakan sediaan yang digunakan pada jaringan hidup.
Sterilisasi ditujukan untuk membunuh semua mikroorganisme.
Antiseptik berguna dalam menghambat pertumbuhan kuman yang terdapat pada jaringan
yang hidup, antiseptik selalu digunakan dalam berbagai kondisi medis baik untuk
membersihkan luka terbuka ataupun dalam kala operasi di mana sebelum dilakukan operasi
Yang termasuk ke dalam golongan fenol ialah : fenol, timol, resorsinol dan heksaklorofen.
Golongan alkohol ialah etanol 70% dan glikol. Golongan aldehid yaitu formaldehid.
Golongan halogen ialah klorheksidin, yodium, povidon yodium, yudoform. Golongan
peroksidan ialah larutan H2O2, kalium permanganate, kalium perborat, kalium perklorat.
Golongan logam berat dan garamnya ialah sublimat, senyawa Hg organic (larutan 2%
merkurokrom (merbromin)), garam perak.
3.2 Saran
Diharapkan kami bisa melakukan tindakan desinfeksi dan antiseptik sebelum operasi
dilakukan dan diharapkan pula hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan
bacaan dan mampu mengetahui tentang prosedur desinfeksi dan antiseptik sebelum operasi
dilaksanakan.
DAFTAR RUJUKAN
Gruendemann, Barbara J, 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
AORN. 2008. Perioperative Standards and Recommended Practices.