PENDAHULUAN
Antiseptik adalah suatu zat atau bahan yang bisa melawan, mencegah
ataupun membunuh kegiatan dan pertubuhan jasad renik. Antiseptik biasa
diberikan ketika tubuh mengalami luka seperti luka lecet akibat terjatuh, luka
sayat, ketika akan disuntik atau sebelum pembedahan, prosedur wajib yang harus
dilakukan adalah membersihkan anggota tubuh tersebut dengan antiseptik untuk
mencegah berkembangnya mikroorganisme patogen pada tubuh yang terluka
tersebut.
1.2 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Antiseptik berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 2 kata dasar yaitu
"Anti" (melawan) dan "Septikos" (penyebab kebusukan), yang berarti zat
antimikroba yang dapat dipakai oleh jaringan hidup untuk mengurangi
kemungkinan infeksi dan penyebab pembusukan. Zat ini dapat menghancurkan
mikroorganisme yang bermuatan kuman penyakit tanpa membayahakan
jaringan tubuh. Praktek penggunaan antiseptik dalam perawatan dan
pengobatan luka dipelopori oleh ahli bedah daru Inggris Joseph Lister pada
tahun (1865) (Natanel, 2016).
Antiseptik adalah zat-zat yang membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Istilah ini terutama digunakan untuk sediaan yang dipakai pada
jaringan hidup (Staff pengajar departement farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. 2009).
Antiseptik merupakan zat yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang hidup di permukaan tubuh.
Mekanisme kerja antiseptik ini antara lain merusak lemak pada membran sel
bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri yang
berperan dalam biosintesis asam lemak (Isadiartuti & Retno, 2005).
2
disinfeksi tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah melakukan
tindakan medis.
Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk
mengurangi flora kulit.
Disinfeksi membran mukosa: irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam
uretra, kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau
membersihkan rongga sebelum kateterisasi.
Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan
untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.
3
Tidak memberikan efek sistemik bila diberikan secara topikal dan tidak
diadsorbsi.
1. Alkohol
2. Halogen dan senyawanya (Iodium, Povidon iodine, Yodoform,
Klorheksidin)
4
3. Oksidansia (Kalium permanganat, Perhidrol)
4. Logam berat dan Garamnya (Merkuri klorida (subllimat) dan
Merkurokrom (obat merah))
5. Asam (Asam borat)
6. Turunan fenol (Trinitrofenol dan Heksaklorofen)
7. Basa amonium (Etakridin (rivanol))
a. Alkohol
Keuntungan :
5
Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten,
pengurangan cepat mikroorganisme di kulit, melindungi organisme
tumbuh kembali bahkan di bawah sarung tangan selama beberapa jam.
Relatif murah dan tersedia di mana-mana.
Kerugian :
Keuntungan
6
Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk
pembersihan vaginal.
Larutan 3% tidak menodai kulit.
Kerugian :
c. Klorheksilenol
7
tetraaccetic acid (EDTA) meningkatkan ektivitas dalam membunuh Pseudomonas
sp. Aktivitas antimikroba Chloroxylenol sedikit dipengaruhi oleh bahan organic,
tetapi dapat dinetralisir oleh surfaktan non-ionic.
Keuntungan :
Kerugian :
d. Triklosan
Keuntungan :
Kerugian :
Tidak ada efeknya terhadap P aeruginosa atau baksil gram negatif lain.
8
Bakteriostatik (hanya mencegah pertumbuhan).
e. Hidrogen peroksida
Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau
menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal
dengan merk dagang rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan dengan
mengganggu proses vital pada asam nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol
cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif daripada gram negatif. Meskipun
fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki keunggulan tidak
mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka, bisul,
atau borok bernanah. Bila Anda memiliki bisul di pantat, duduk berendam dalam
larutan rivanol dapat membantu mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor
yang berpotensi infeksi lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang lebih kuat
disarankan setelah luka dibersihkan.
g. Hexachlorophene
9
Hexachlorophene Merupakan suatu bisphenol yang terdiri atas dua grup
fenol dan tiga gugus klorin. Pada tahun 1950 dan awal tahun 1960, emulsi
mengandung 3% Hexachloropene digunakan untuk cuci tangan, surgical scrub
dan untuk memandikan bayi di rumah sakit. Aktivitas antimikroba
Hexachloropene bersifat bakteriostatik, sehingga bisa menginaktivasi system
enzim essensial bakteri, dan baik dalam membunuh bakteri Staphylococcus
aureus, tetapi aktivitasnya relative lemah dalam membunuh bakteri gram negative,
jamur, Mycobacterium. Pada tahun 1972, FDA TFM memperingatkan bahwa
Hexachloropene tidak aman dan tidak efektif untuk digunakan sebagai antiseptic
pencuci tangan serta tidak digunakan pada pasien luka bakar dan kulit sensitif.
10
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
11