Anda di halaman 1dari 5

Jenis-jenis Antiseptik

Antiseptik adalah agen kimia yang mencegah, memperlambat atau menghentikan pertumbuhan mikro-organisme
(kuman) pada permukaan luar tubuh dan membantu mencegah infeksi. Beberapa antiseptik mampu membunuh
kuman (bakteriosida), sedangkan yang lain hanya mencegah atau menghambat pertumbuhan mereka
(bakteriostatik). Antiseptik berbeda dengan antibiotik, yang menghancurkan kuman di dalam tubuh, dan dari
disinfektan, yang menghancurkan kuman pada benda mati.

Penggunaan antiseptik
Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik dapat
digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan. Penerapan antiseptik pada
luka mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti pembersihan dan penutupan luka dengan pembalut agar tetap
bersih dan terjaga.
Selain itu, antiseptik juga dapat digunakan untuk:

Disinfeksi tangan: menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan dengan air. Tenaga
medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah
melakukan tindakan medis.

Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi flora kulit.

Disinfeksi membran mukosa: irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam uretra, kandung kemih
atau vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga sebelum kateterisasi.

Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk mencegah dan
mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.

Jenis-jenis antiseptik
Ada banyak sekali agen kimia yang dapat digunakan sebagai antiseptik. Beberapa antiseptik yang umum
digunakan adalah etakridin laktat (rivanol), alkohol, yodium, dan hidrogen peroksida. Sebagian besar
produk antiseptik di pasar mengandung satu atau lebih campuran zat tersebut.

1. Etakridin laktat (rivanol)


Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau menyengat. Penggunaannya
sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk dagangrivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol
dilakukan dengan mengganggu proses vital pada asam nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih
kuat pada bakteri gram positifdaripada gram negatif. Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain,
rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka,
bisul, atau borok bernanah. Bila Anda memiliki bisul di pantat, duduk berendam dalam larutan rivanol dapat

membantu mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi lebih besar, penerapan
jenis antiseptik lain yang lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan.

2. Alkohol
Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein dalam
selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya
dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah
pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena
menimbulkan rasa terbakar.
Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah etanol (60-90%), propanol (60-70%)
dan isopropanol (70-80%) atau campuran dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh
digunakan sebagai antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan
masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri.

3. Yodium
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi kulit
sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan
karena mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang
disebut iodine povidone (iodophore), sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif,
jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang
dapat menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine povidone adalahbetadine.
Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya. Yodium menewaskan
semua patogen utama berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain. Beberapa
orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah ruam kulit kemerahan, panas, bengkak dan terasa
gatal.

4. Hidrogen peroksida
Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan borok. Larutan 3% lebih umum
digunakan untuk pertolongan pertama luka gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif
memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun, oksidasi kuat yang
ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan menambah waktu penyembuhan. Untung mengurangi efek
sampingnya, hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun sehingga paparannya
terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida sebagai obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali
setelah berkumur. Jangan menelannya.
Selain keempat bahan di atas, di masa lalu ada juga antiseptik berbasis merkuri yang dikenal dengan
nama merkurokrom atau obat merah. Obat merah kini tidak dianjurkan, bahkan dilarang di banyak negara
maju, karena kandungan merkurinya dapat berbahaya bagi tubuh. Beberapa zat alami seperti madu, lidah buaya
dan bawang putih juga bisa digunakan sebagai antiseptik.

Beberapa tips untuk Anda

Ketahui cara pemberian antiseptik. Dosis dan penggunaan yang benar tergantung pada masingmasing produk. Tidak semua antiseptik sesuai untuk semua kondisi. Beberapa antiseptik dapat
merusak kulit jika luka ditutupi setelah penerapannya. Antiseptik lain harus dibiarkan kering sepenuhnya
sebelum luka ditutup. Periksa petunjuk di label atau kemasan atau tanyakan kepada apoteker cara
menggunakan antiseptik dengan benar.

Antiseptik tidak dimaksudkan untuk pengunaan lebih dari satu minggu. Jika dalam seminggu luka
Anda belum sembuh atau membaik, Anda harus menghentikan penggunaannya dan segera
berkonsultasi dengan dokter Anda.

Hanya luka ringan yang cukup diobati dengan antiseptik. Beberapa jenis cedera mungkin
memerlukan perawatan medis dan tidak bisa hanya diobati sendiri dengan antiseptik. Luka tersebut
termasuk: luka besar, luka potong yang dalam, luka yang terus mengeluarkan darah, luka yang perlu
jahitan, luka bakar tingkat lanjut, luka dengan benda tertanam yang tidak dapat dicabut, gigitan hewan,
luka tusuk, dan luka mata. Ingatlah bahwa antiseptik hanya memberantas kuman di permukaan kulit,
untuk kuman di bagian yang lebih dalam Anda perlu antibiotik.

Beberapa jenis antiseptik dapat mengiritasi kulit. Tanyakan ke dokter sebelum menggunakan
produk antiseptik pada anak di bawah usia dua tahun. Kulit bayi memiliki jaringan yang belum
berkembang sempurna sehingga sensitif terhadap zat kimia apa pun, termasuk antiseptik. Orang tua
dan orang dengan kulit sensitif juga perlu menanyakan ke dokter atau apoteker sebelum menggunakan
antiseptik.

Yodium mungkin meninggalkan noda di kulit. Noda itu bisa dihilangkan dengan senyawa yang
disebut natrium tiosulfat. Bila Anda memiliki noda bekas yodium dan ingin menghilangkannya, tanyakan
ke apoteker untuk membantu mendapatkan senyawa itu.

Antiseptik tidak diketahui berinteraksi dengan obat-obatan lainnya. Namun, sebaiknya tidak
menggunakan antiseptik bersama dengan krim, cairan atau salep topikal lain.

Beberapa antiseptik dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Bila Anda memiliki alergi, Anda
perlu mengecek dengan dokter atau apoteker sebelum menggunakan produk antiseptik yang dijual
bebas.

jenis-jenis antiseptik
sangat penting

dan

penggunaannya

yang

Alkohol
Jenis antiseptik pertama yakni alkohol. Alkohol sendiri pada dasarnya merupakan jenis antiseptik yang kuat. Antiseptik
satu ini bisa membunuh kuman seperti protozoa, jamur, dan bakteri. Kuman-kuman ini dibunuh oleh alkohol dengan
cara menggumpalkan protein yang ada di dalam selnya. Oleh para dokter, saat hendak memberikan suntikan kepada
pasien, biasanya alkohol ini dicampurkan dengan yodium. Tujuannya adalah supaya kulit steril dan bisa menerima
tindakan medis dengan lebih leluasa. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa alkohol tidak cocok untuk jenis
luka bakar. Karena alkohol bisa menyebabkan sensasi terbakar pada luka yang satu ini. Berikut adalah jenis alkohol
yang digunakan sebagai antiseptik;
1.

Isopropanol 70 % hingga 80 %

2.

Etanol 60 % hingga 90 %

3.

Propanol 60 % hingga 70 %

4.

Atau campuran ketiganya

Sementara itu, jenis-jenis antiseptik dan penggunaannya khusus alkohol yang tidak dianjurkan adalah metanol.

Yodium
Sempat disinggung di poin pertama kalau penggunaan yodium dicampurkan dengan jenis alkohol bisa mensterilkan
kulit pasien dan umum digunakan oleh dokter. Yang perlu digarisbawahi dalam pemakaian antiseptik jenis ini adalah
bahwa yodium sudah tidak disarankan penggunaannya untuk luka ringan. Sebabnya justru bisa membuat lamanya
proses penyembuhan. Keunggulan dari yodium adalah kuman yang bisa dibunuh lebih banyak, antiseptik ini bisa
digunakan untuk membunuh patogen hingga sporanya.

Hidrogen peroksida
Inilah larutan antiseptik yang bisa digunakan untuk borok dan luka. Biasanya digunakan sebagai pertolongan pertama
luka gores atau teriris pisau saat di rumah. Penggunaan hidrogen peroksida yang baik adalah dengan cara dialiri air
agar paparan kandungannya bisa dibatasi.

Rivanol atau etakridin laktat


Kalau jenis yang satu ini tentu sudah tidak asing di telinga Anda, bukan? Antiseptik jenis ini menjadi salah satu yang
direkomendasikan karena tidak membentuk jaringan parut sehingga sangat baik untuk luka, borok, hingga bisul.
Larutan rivanol bahkan bisa digunakan untuk menyembuhkan bisul dengan cepat. Inilah yang menjadi antiseptik yang
direkomendasikan dari jenis-jenis antiseptik dan penggunaannya yang sudah dipaparkan di atas. Anda bisa
mencari rivanol terbaik dari IDA untuk kebutuhan keluarga Anda.

Anda mungkin juga menyukai