Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN DESINFEKTAN PADA KESEHATAN TERNAK

MAKALAH PRAKTIKUM

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK

OLEH:

KELAS E

KELOMPOK 1

IMAM NUR AZIZ 200110170034

SEKAR ARUM LARASTITI 200110170082

CHAIRUNISSA SYIFA PRADYTA 200110170091

MUHAMAD SAHLALUDIN 200110170164

DITY ASA PRIYASTOMO 200110170289

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Manajemen

Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak yang berjudul “Penerapan Desinfektan pada

Kesehatan Ternak” Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Drh. Hj.

Endang Yuni Setyowati, M.Sc.Ag dan para asisten laboraturium yang telah

membimbing penulis dalam mata kuliah Manajemen Kesehatan Ternak dan

Kesejahteraan Ternak.

Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Atas Perhatian dari semua pihak penulis ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini

dapat digunakan seperlunya.

Sumedang, Maret 2019


I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan industri peternakan di negara tropis seperti di

Indonesia membawa berbagai kendala yang kompleks. Masalah penyakit dalam

industri peternakan merupakan gangguan dan ancaman yang serius. Kerugian yang

ditimbulkan oleh gangguan penyakit pada usaha peternakan tidak hanya

kematian,tetapi juga pertumbuhan lambat, produksi yang menurun bahkan terhenti

sama sekali. Program biosekuriti dalam tata laksana peternakan merupakan suatu

hal yang harus dijalankan.

Program ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dan mengendalikan

penyakit pada ayam karena tidak satupun program pencegahan penyakit yang dapat

bekerja dengan baik tanpa penerapan program biosekuriti. Pelaksanaan biosekuriti

meliputi kegiatan sanitasi kandang, desinfeksi, vaksinasi, pengelolaan waste

product, dan isolasi hewan yang sakit. Eratnya hubungan antara penyakit dengan

lingkungan, menyebabkan pelaksaan biosekuriti sangat dibutuhkan dalam tata

laksana peternakan ayam.

Pelaksaan program biosekuriti memiliki tiga komponen dasar yang harus

diperhatikan yaitu mencegah masuknya agen penyakit, mencegah penyebaran agen


infeksi,dan menjaga kesehatan ternak (vaksinasi dan manajemen kandang).

Penerapan biosekuriti diharapkan dapat menciptakan kondisi lingkungan yang

layak bagi kehidupan ternak, menghambat dan mengendalikan penyakit, serta

menghasilkan output yang unggul dari segi produktivitas dan performance.


1.1 Identifikasi Masalah

(1) Apa yang dimaksud desinfektan.

(2) Apa saja macam – macam desinfektan.

(3) Apa saja kelebihan dan kekurangan desinfektan.

(4) Apa saja syarat desinfektan yang baik digunakan.

(5) Bagaimana penerapan desinfektan pada kesehatan ternak.

1.2 Maksud dan Tujuan

(1) Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud desinfektan.

(2) Mahasiswa dapat mengetahui macam – macam desinfektan.

(3) Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan desinfektan.

(4) Mahasiswa dapat mengetahui syarat desinfektan yang baik digunakan.

(5) Mahasiswa dapat mengetahui penerapan desinfektan pada kesehatan ternak.


TINJAUAN PUSTAKA

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

terjadinya infeksi dengan membunuh jasad renik (bakterisid), terutama pada benda

mati. Proses desinfeksi dapat menghilangkan 60% - 90% jasad renik. Desinfektan

digunakan secara luas untuk sanitasi baik di rumah tangga, laboratorium, dan rumah

sakit (Shaffer, 1965; Larson, 2013).

Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk

menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya

tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan kelembaban, tidak
toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable,

memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan

noda, stabil, mudah digunakan, dan ekonomis (Siswandono, 1995; Butcher and

Ulaeto, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang digunakan

untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad renik,

konsentrasi zat antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan sekitar


(Pratiwi, 2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfektan yaitu sifat

mikrosidial (membunuh mikroorganisme), Sifat mikrostatik (menghambat

pertumbuhan jasad renik), Kecepatan membunuh, Aktivitasnya tetap dalam waktu

lama, larut dalam air dan stabil dalam larutan. (Srikandi, 1992).
III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Desinfektan

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang

digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti

bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme

atau kuman penyakit lainnya. Antiseptik adalah bahan kimia yang dapat

menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan

pada jaringan hidup lainnya (Dwidjoseputro, 1985). Desinfeksi merupakan proses

penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah perusakan agen-

agen pathogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan agen-agen

kimia yangsesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena dampak dari

adanya desinfektan. Istilah-istilah ini meliputi desinfektan, antiseptic, agen

bakteriostatis, abkterisida, germisida, sporisida, virisida, fungisida, dan

pleservative (pengawet). Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu

desinfektan ke yang lainnya (Volk, 1993).

Satu desinfektan yang ideal seharusnya mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut: mempunyai efektifitas yang tinggi terhadap sejumlah besar jenis

mikroorganisme dalam kosentrasi sedemikian rendah sehingga ekonomis dalam

pemakainya dan toksis untuk hewan atau untuk tumbuhan. Tidak merusak dan

untuk mewarnai bahan-bahan seperti pakaian, alat rumah tangga atau bahan-bahan

yang terbuuat dari logam, bau dan rasa tidak menyengat. Tidak hilang kereaktifan

oleh bahan-bahan dari luar (Irianto, 2006).

Suatu desinfektan dalam aplikasinya sering dinyatakan bernilai kuat,

lemah, atau sedang. Penilaian ini sering diinyatakan sebagai atas dasar pengertian
yang berbeda diantara para pemakai, ada yang menilai suatu desinfektan kuat

karena baunya, ada pula yang mendasarkan karena nyeri jika diletakkan diatas luka,

atau kerjanya korosif attau sebagainya. Jarang sekali orang awam

menghubungkannya dengan sifat mikrobiosida atau toksisitas bagi menusia atau

hewan. Sebenarnya nilai suatu zat yang digunakan sebagai desinfektan trrgantung

pada sejumlah faktor yang boleh dikatakan tidak ada satu pun desinfektan dapat

memenuh seluruhnya (Suriawiria, 1986).

Suatu desinfektan idealnya seharusnya memiliki sifat-sifat berikut, antara

lain memiliki efektivitas tinggi terhadap tiap jenis mikroorganisme dalam

konsentrasi demikian rendah sehingga lebih ekonomis dan toksis untuk pakaian

atau alat terbuat dari logam. Selain itu desinfektan tersebut haruslah tidak memiliki

bau yang menyengat serta hilang kereaktifan jika terpapar bahan dari luar. Selain

itu desinfektan berbentuk cair yang apabila disemprotkan akan menguap

diharapkan memiliki daya mematikan bagi yang dituju dan tidak merugikan

kesehatan si pemakainya (Irianto, 2006).

Desinfektan umumnya membunuh seluruh mikroorganisme dan utamanya

dapat membunuh mikroorganisme pathogen pada benda mati maupun benda hidup.

Desinfektan menurut kemampuannya dalam membunuh beberapa kelompok

mikroorganisme, dibedakan menjadi desinfektan tingkat tinggi yang dapat

membunuh jenis-jenis virus tertentu untuk mendesinfeksi permukaan dapat

dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium

hipokrit (Fardiaz, 1992).


3.2 Macam-Macam Desinfektan
Desinfektan dapat dikelompokkan atas 8 grup sebagai berikut :

1. Grup alkohol larut

Contoh : etanol

isopropyl.

Alkohol Konsentrasi:70-90 %

Keuntungan : bakterisidal cepat, tuberkulosidal.

Kelemahan : tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal

kecuali jika ditambahkan pereduksi (2 % Na nitrit

mengeringkan kulit).

2. Grup gas sterilisasi

Contoh :etilen

Keuntungan :tidak berbahaya untuk kebanyakan bahan

Kelemahan : membutuhkan peralatan khusus.

3. Grup gas desinfektan

Contoh : formaldehida.

Konsentrasi : larutan jenuh dalam bentuk gas.

Keuntungan : membunuh spora, tidak korosif, digunakan untuk

bahan yang tidak tahan panas.

Kelemahan : membutuhkan bahan yang relatif lama sebagai

desinfektan, menimbulkan bau, keracunan pada

membran kulit dan membran mucus.

4. Grup halogen

Contoh : khlorin, yodium.

Konsentrasi : hipoklorit – konsentrasi tertinggi HClO (warexin)-


larutan 1,5 % yodium tinktur – konsentrasi tertinggi

Keuntungan : Khlorin : tuberkulosidal.

Yodium: pencuci dan desinfektan, tidak

meninggalkan

warna, meninggalkan residu anti bakteri, yodium

tinktur bersifat tuberkulosidal.

Kelemahan : Khlorin: memutihkan bahan, korosi logam, tidak

stabi; didalam air sadah, larutan harus segar.

Yodium: yodium tinktur menimbulkan warna dan

iritasi kulit, aktifitasnya hilang di dalam air sadah,

korosif terhadap logam, menyebabkan pengeringan

kulit.

5. Grup fenol

Contoh : kreosol, fenol semi

sintesis

Keuntungan : aktifitasnya tidak hilang oleh bahan organik,

sabun, ataupun air sadah, meninggalkan efek residu

jika mengering.

Kelemahan : kreosol harus digunakan dalam air lunak

6. Grup detergen kationik

Keuntungan : tidak berbau

Kelemahan : tidak bersifat tuberkulosidal, aktivitas virisidal

terbatas, harus dilarutkan dalam air destilata,

aktivitas hilang oleh protein, sabun dan serat

selulosa, aktivitasnya lemah sehingga harus


dikombinasi dengan grup fenol.

7. Grup detergen anionik (aditif sabun atau detergen)

Contoh :heksakhlorfen(G-11),

tetrakhlorsalisilanida

Konsentrasi : heksakhlorfen - septisol 2%,

phisohek 3%

Keuntungan : aktivitas anti bakteri lama, baik digunakan sebagai

pencuci

Kelemahan : tidak bersifat sporosidal maupun tuberkolosidal,

cara kerja lambat, beracun bila digunakan terus

menerus dan diserap didalam tubuh.

8. Desinfektan lain-lain

Garam : komponen merkuri organik seperti merkurokhrom

dan tiomersal bersifat kurang beracun dibandingkan

komponen merkuri lainya, tetapi aktivitas

bakterisidalnya lemah

Alkali : larutan NaOH sering digunakan dalam kedokteran

veteriner untuk desinfeksi kandang.

Sabun : aktivitas bakterisidal lemah tetapi efektif untuk

mencuci atau menghilangkan jasad renik.

Diadelhida : spektrum aktivitasnya paling luas, yaitu bersifat

bakterisidal virisidal, fungisidal, dan sporosidal.

Tersedia dalam bentuk asam dan harus diaktivasi

dengan supaya aktivitasnya maksimum.

Kelemahanya adalah beracun terhadap kulit dan


harganya mahal (Srikandi fardiaz, 1992).

Komponen biguanida : misalnya khlorheksidin, bersifaf

bakterisidal, tetapi tidak efektif terhadap

virus, spora dan mikrobakteri biasanya

dicampur dengan detergen kationik.

Hidrogen peroksida :dalam konsentrasi 3 % digunakan untuk

mencuci dan desinfeksi luka.

3.3 Syarat Desinfektan yang Baik digunakan

Desinfektan sangat penting untuk memenuhi biosekuriti pada hewan

ternak. Desinfektan umumnya digunakan untuk menghilangkan bakteri dan

melindungi suatu bahan terhadap bakteri atau mikroorganisme lainnya.

Desinfektan memiliki 10 kriteria ideal, yaitu :

1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu

kamar.

2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan

kelembaban.

3. Tidak toksik pada hewan ternak dan manusia.

4. Tidak bersifat korosif.

5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda.

6. Tidak berbau atau baunya disenangi.

7. Bersifat biodegradable atau mudah diurai.

8. Larutan stabil.

9. Mudah digunakan dan ekonomis.

10. Aktivitas berspektrum luas.


3.4 Penerapan Desinfeksi pada Ternak

Penggunaan desinfektan di dalam peternakan bisa merupakan salah satu

upaya untuk menjaga kebersihan sarana yang ada di lingkup peternakan. Salah

satunya dalam hal perkandangan, Desinfeksi pada kandang dilakukan setiap dua

kali dalam sebulan dengan menggunakan sprayer yang telah diisi larutan

desinfektan dan diseprotkan ke seluruh lantai, dinding, palung dan halaman

kandang. Tujuan dari desinfeksi kandang adalah untuk mengendalikan

mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak dan desinfektan

menjadikannya biosekuriti pada perkandangan berbagai ternak sehingga kandang

tersebut akan terhidar dari mikrooganisme / jasad renik yang bersifat patogen.
IV

KESIMPULAN

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang

digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti

bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme

atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan

kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti

bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat

digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai

antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan

antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut

harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras.

Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara

dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada

kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan.


DAFTAR PUSTAKA
---. 2016. http://troboslivestock.com/detail-berita/2016/04/01/26/7323/produk
desinfektan-dari-romindo-untuk-program-biosekuriti (Diakses tanggal 15
Maret 2019).

Butcher, W & Ulaeto, D. 2010. Contact Inactivation of Orthopoxviruses by


Household Disinfectants. Philadelphia: Department of Biomedical
Sciences, Dstl Porton Down.
Dwidjoseputro, D. 1985. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi.Bandung: Yrama Widya.
Larson, E., 2013, Monitoring Hand Hygiene. American Journal of Infection
Control.

Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga, Jakarta.

Saputro, Thomas. 2015. Manajemen Kesehatan pada Ternak.


https://www.ilmuternak.com/2015/06/manajemen-kesehatan-pada-
ternak.html. (diakses pada 17 Maret 2019).

Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal. Airlangga University


Press, Surabaya.

Shaffer, J.G., 1965, The Role of Laboratory in Infection Control in the Hospital.
Arbor: University of Michigan, School of Pulbic health.

Srikandi Fardiaz, 1992, Mikrobiologi Pangan 1, PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.
Suriawiria Unus, 1986, Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan
Buangan Secara Biologi, Alumni, Bandung.
PEMBAGIAN TUGAS

1. Imam Nur Aziz : Penerapan desinfektan, PPT.

2. Sekar Arum Larastiti : editing¸penerapan desinfektan, daftar

pustaka.

3. Chairunissa Syifa Pradyta : Pendahuluan, tinjauan pustaka, syarat

Desinfektan.

4. Muhamad Sahlaludin : Macam-macam desinfektan, kesimpulan.

5. Dity Asa Priyastomo : Cover, kata pengantar, pengertian

desinfektan

Anda mungkin juga menyukai