Anda di halaman 1dari 8

BAB II PEMBAHASAN

I. DEFINISI Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup, seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan

disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan. Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada benda mati. antiseptik sangat

direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.

II. SEJARAH OBAT ANTISEPTIK Obat antiseptik pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Lister, seorang ahli bedah berkebangsaan Inggris yang merupakan professor bedah di University of Glasgow sekitar tahun 1860-an. Ia terinspirasi oleh Louis Pasteur, ahli kimia kebangsaan Perancis yang menemukan gangrene atau luka busuk karena bakteri dapat disembuhkan dengan panas, penyaringan atau bahan-bahan kimia. Lister melakukan percobaan dengan berbagai jenis bahan kimia. Pada akhirnya, ia menemukan asam karbol atau fenol dapat menyembuhkan luka lebih cepat dalam proses pembedahan. Fenol membunuh bakteri serta kuman dengan menghancurkan dinding selnya, sehingga isi selnya keluar. Pada perkembangan selanjutnya, antiseptik semakin diperkenalkan kepada dunia oleh Heinrich Koch, seorang ahli bakteri berkebangsaan Jerman setelah ia membuktikan bahwa tuberculosis disebabkan oleh bakteri pada tahun 1882.

III. EFEKTIVITAS ANTISEPTIK Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor : Konsentrasi Mempengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}.

Lama paparan antiseptik Berbanding lurus dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme.

IV. MEKANISME KERJA ANTISEPTIK a.Penginaktifan enzim tertentu. Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari senyawa antiseptika, seperti turunan aldehid, etilen oksida. Aldehida dan etilen oksid bekerja dengan mengalkilasi secara langsung gugus nukleofil seperti gugus-gugus amino, karboksil, hidroksil, fenol dan tiol dari protein sel bakteri (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

b. Denaturasi protein Turunan alkohol, turunan fenol bekerja sebagai antiseptik dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri. Senyawa alkohol dapat menimbulkan denaturasi protein sel bakteri dan proses tersebut memerlukan air. Hal ini ditunjang oleh fakta bahwa alkohol absolut, yang tidak mengandung air, mempunyai aktivitas antibakteri jauh lebih rendah dibanding alkohol yang mengandung air. Selain itu turunan alkohol juga menghambat sistem fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu pada hubungan substrat nikotinamid adenine nukleotida (NAD). Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses absorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel menyebabkan presipitasi serta denaturasi

protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis. (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

c. Mengubah permeabilitas Turunan fenol dapat mengubah permeabilitas membran sel bakteri, sehingga menimbulkan kebocoran konstituen sel yang esensial dan mengakibatkan bakteri mengalami kematian (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

d. Interkalasi ke dalam ADN Beberapa zat warna, seperti turunan trifenilmetan dan akridin, bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat, menghambat sintesis ADN dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein. Turunan trifenil metan seperti gentian violet adalah kation aktif, dapat berkompetisi dengan ikatan hidrogen membentuk kompleks yang tak terionisasi dengan gugus bermuatan negatif dari konstituen sel, terjadi pemblokan proses biologis yang penting untuk kehidupan bakteri sehingga bakteri mengalami kematian (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

e. Pembentukan kelat Beberapa turunan fenol seperti heksaklorofen dan oksikuinolin, dapat membentuk kelat dengan ion Fe danCu, kemudian bentuk kelat tersebut dialihkan ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion ion logam didalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim enzim sehingga mikroorganisme mengalami kematian (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

f. Cara

kerja

zat-zat

kimia

dalam

mematikan

atau

menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme berbeda-beda antara lain dengan merusak dinding, mengubah permeabilitas sel, menghambat kerja enzim, menghambat seintesis protein, dan asam nukleat dan sebagai anti metabolik.

V. JENIS-JENIS ANTISEPTIK a. Etakridin laktat (rivanol) Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning orange yang berbau menyengat.

Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1%,yg mana lebih dikenal dengan merk dagang rivanol. Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka,bisul, atau borok bernanah.

b. Alkohol Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan rasa terbakar.Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah Etanol(6090%),propanol(60-70%) dan isopropanol(70-80%) atau campuran dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakan sebagai antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industry.

c. Yodium Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur)untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang disebut povidone iodine(iodophore), sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan povidone iodine adalah betadine Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas anti mikrobanya.Yodium menewaskan semua patogen utama berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain.

Beberapa orang bisa alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah ruam kulit kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan.

d. Hidrogen peroksida Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun, oksidasi kuat yang ditimbulkannya

merangsang pembentukan parut dan menambah waktu penyembuhan. Untuk mengurangi efek sampingnya, hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun sehingga paparannya terbatas.

e. Triclosan Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur, deodoran, dan lain-lain.Triclosan mempunyai daya anti mikroba dengan spektrum luas (dapat melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan kekuatan dan fungsinya.

f. Garam merkuri Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000. Senyawa ini dapat membunuh hampir semua jenis bakteri dalam beberapa menit. Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat

Selain keenam bahan di atas, dimasa lalu ada juga antiseptik berbasis merkuri yang dikenal dengan nama merkurokrom atau obat merah. Obat merah kini tidak dianjurkan,bahkan dilarang di banyak negara maju,karena kandungan merkurinya dapat berbahaya bagi tubuh. Beberapa zat alami seperti madu,lidah buaya dan bawang putih juga bisa digunakan sebagai antiseptik.

VI. CONTOH ANTISEPTIK DALAM KESEHATAN GIGI a. Fenol (asam karbol) Fenol adalah kuman dalam larutan kuat, penghambatan dalam yang lebih lemah. Fenol digunakan dalam bentuk bubuk sebagai bedak bayi antiseptik. Juga digunakan dalam obat kumur dan pelega tenggorokan, di mana ia memiliki efek penghilang rasa sakit. Contoh: TCP. Antiseptik fenolik lain jarang digunakan (kadang-kadang dalam operasi gigi).

b. Natrium klorida Digunakan sebagai pembersih umum. Juga digunakan sebagai obat kumur antiseptik. Kekurangannya efek antiseptik lemah.

c. Chlorhexidine glukonat Digunakan dalam konsentrasi 0,5-4,0% dalam konsentrasi yang lebih rendah dengan senyawa lain, seperti alkohol. Digunakan sebagai antiseptik kulit dan untuk mengobati radang gusi (gingivitis).

VII. PENGGUNAAN ANTISEPTIK Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan. Penerapan antiseptik pada luka perlu diikuti tindakan lain

seperti pembersihan dan penutupan luka dengan pembalut agar tetap bersih dan terjaga.

Selain itu, antiseptik juga dapat digunakan untuk: a. Disinfeksi tangan menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan dengan air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.

b. Disinfeksi pra-tindakan antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi flora kulit.

c. Disinfeksi membran mukosa irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam uretra,kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga sebelum kateterisasi.

d. Disinfeksi mulut dan tenggorokan Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.

VIII. BEBERAPA TIPS UNTUK PENGGUNAAN ANTISEPTIK a. Ketahui cara pemberian antiseptik Dosis dan penggunaan yang benar tergantung pada masing-masing produk. Tidak semua antiseptik sesuai untuk semua kondisi. Beberapa antiseptik dapat merusak kulit jika luka ditutupi setelah penerapannya. Antiseptik lain harus dibiarkan kering sepenuhnya sebelum luka ditutup. Periksa petunjuk di label atau kemasan atau tanyakan kepada apoteker cara menggunakan antiseptik dengan benar.

b. Antiseptik tidak dimaksudkan untuk pengunaan lebih dari satu minggu Jika dalam seminggu luka Anda belum sembuh atau membaik, Anda harus menghentikan penggunaannya dan segera berkonsultasi dengan dokter Anda.

c. Hanya luka ringan yang cukup diobati dengan antiseptik Beberapa jenis cedera mungkin memerlukan perawatan medis dan tidak bisa hanya diobati sendiri dengan antiseptik. Luka tersebut termasuk: luka besar, luka potong yang dalam, luka yang terus mengeluarkan darah, luka yang perlu jahitan, luka bakar tingkat lanjut, luka dengan benda tertanam yang tidak dapat dicabut, gigitan hewan, luka tusuk, dan luka mata. Ingatlah bahwa antiseptik hanya memberantas kuman di permukaan kulit, untuk kuman di bagian yang lebih dalam Anda perlu antibiotik.

d. Beberapa jenis antiseptik dapat mengiritasi kulit. Tanyakan ke dokter sebelum menggunakan produk antiseptik pada anak di bawah usia dua tahun. Kulit bayi memiliki jaringan yang belum berkembang sempurna sehingga sensitif terhadap zat kimia apa pun, termasuk antiseptik. Orang tua dan orang dengan kulit sensitif juga perlu menanyakan ke dokter atau apoteker sebelum menggunakan antiseptik.

e. Yodium mungkin meninggalkan noda di kulit. Noda itu bisa dihilangkan dengan senyawa yang disebut natrium tiosulfat. Bila Anda memiliki noda bekas yodium dan ingin menghilangkannya, tanyakan ke apoteker untuk membantu mendapatkan senyawa itu.

f. Antiseptik tidak diketahui berinteraksi dengan obat-obatan lainnya. Namun, sebaiknya tidak menggunakan antiseptik bersama dengan krim, cairan atau salep topikal lain.

g. Beberapa antiseptik dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Bila Anda memiliki alergi, Anda perlu mengecek dengan dokter atau apoteker sebelum menggunakan produk antiseptik yang dijual bebas.

Anda mungkin juga menyukai