Anda di halaman 1dari 5

PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA

BALITA

Disusun Oleh:
SAB’ILAH JULFA KHUMAIRAH
(70200122027)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

A. Penyebab Masalah Penyakit ISPA pada Balita

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit

saluran pernafasan yang sering di temui pada bayi. ISPA juga sering diartikan

sebagai penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius

yang ditularkan dari manusia ke manusia lainnya. Gejala yang timbul biasanya

cepat, hanya dalam waktu beberapa jam samapai beberapa hari. Gejala ISPA yaitu

demam, batuk, nyeri tenggorokan, pilek, sesak napas, mengi, atau kesulitan

bernapas (Aprilla, Nia.,dkk, 2019).

Kematian akibat penyakit ISPA balita mencapai sekitar 12,4 juta pada

balita golongan umur 0-1 tahun dan sebanyak 80,3% kematian ini terjadi di

negara-negara berkembang dan prevalensi ISPA balita di Indonesia sebesar 7,8%

(Syahrir, dkk., 2021).

Teori yang mengemukakan bahwa berat badan lahir rendah merupakan

bayi yang lahir <2500 gram. Berat badan lahir rendah dapat menimbulkan

terganggunya pertumbuhan, maturasi alat-alat, dan organ tubuh yang belum

sempurna, imunitas terhadap penyakit infeksi sangat lemah, akibat dari berat

badan lahir rendah dapat mengalami terjadinya infeksi dan komplikasi yang fatal

pada bayi dan bahkan bisa menyebabkan mortalitas (Nasution, 2020).

Hasil penelitian ini menunjukkan sejalan dengan teori di atas, dimana

bayi yang dilahirkan dengan riwayat berat badan lahir rendah lebih banyak

mempunyai riwayat ISPA dibandigkan dengan bayi yang mempunyai berat badan

lahir normal.
B. Teori HL BLUM

Teori klasik H. L. Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu:

1. Lingkungan

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA adalah

lingkungan dan perilaku masyarakat. Tiga Faktor lingkungan juga dapat

disebabkan dari pencemaran udara dalam rumah seperti asap rokok, asap dari

dapur karena memasak dengan kayu bakar serta kebiasaan menggunakan obat

nyamuk bakar didalam rumah. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan

terjadinya ISPA antara lain meludah seperti, kebiasaan sampah, kebiasaan

merokok, kebiasaan membuka jendela, dan kebiasaan tidur (Ariano, dkk.,

2019).

2. Pelayanan Kesehatan

ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit

menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap

tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat

mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama

di negara-negar dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu

pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap

di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak.

Bakteri adalah penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah, dan

Streptococcus pneumoniae di banyak negara merupakan penyebab paling

umum pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh

bakteri. Namun demikian, patogen yang paling sering menyebabkan ISPA


adalah virus, atau infeksi gabungan virus-bakteri. Sementara itu, ancaman

ISPA akibat organisme baru yang dapat menimbulkan epidemi atau pandemi

memerlukan tindakan pencegahan dan kesiapan khusus (Ariano, dkk., 2019).

3. Perilaku

Kejadian ISPA dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko salah

satunya perilaku ibu. Perilaku yang tidak sehat dari ibu beresiko 1,13-5,5 kali

lebih besar terjadi ISPA pada balita dari ibu yang berperilaku baik dan sehat

(Sundari S, Pratiwi, Khairudin, 2014), sehingga perilaku yang baik dari ibu

akan mengurangi tingkat resiko terjadinya ISPA khususnya pada balita.

Dalam penelitian ini perilaku ibu dilihat pada pemberian ASI, pemberian

imunisasi, pemberian nutrisi, menghindarkan anak dari paparan asap rokok

dan dapur, dan menjaga kebersihan rumah yang dilakukan sehari-hari dan

didapati bahwa mayoritas ibu termasuk dalam perilaku yang baik.

4. Genetik

Penyakit ISPA pada balita tidak di pengaruhi oleh Genetik.


DAFTAR PUSTAKA

Ariano, A., Bashirah, A. R., Lorenza, D., Nabillah, M., Apriliana, S. N., dan
Ernawati, K., (2019), Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku
terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Desa
Talok Kecamatan Kresek, Jurnal Kedokteran Yarsi, 27(2), 76-83.
Nasution, A. S., (2020), Aspek Individu Balita Dengan Kejadian ISPA di
Kelurahan Cibabat Cimahi Individual Aspect Of Toddler With Ari
Occurrence In Cibabat Cimahi Village. 2–7.
Sundari, S., Pratiwi, dan Khairudin, (2014). Perilaku tidak Sehat Ibu yang menjadi
Faktor Resiko Terjadi ISPA Pneumonia pada Balita. Jurnal Pendidikan
Sains, 2(3), 141-147.
Syahrir, S., Ibrahim, I., Syarfaini, Kurniati, Y., dan Halimatussa’diyyah, (2021),
Hubungan BBLR, Kebiasaan Merokok Keluarga, dan Status Gizi dengan
Riwayat ISPA Bayi di Kelurahan Ballaparang, Al Gizzai : Public Health
Nutrition Journal, 1(1), 27-35.

Anda mungkin juga menyukai