Deviliena Assyifa, Devina Putri, Haniefa Rahmadhania, Natasya Trizela, Sinta Amalia
ABSTRAK
dari kasus penyakit infeksi menular yang kembali muncul, seperti ISPA. Pada umumnya
penyakit ISPA banyak terjadi pada anak-anak dan balita. Saat ini, Indonesia menduduki
peringkat ke-10 di dunia dalam kasus kematian balita akibat ISPA. Sedangkan di negara
besar seperti Amerika penyakit ISPA berada di peringkat ke- 6 yang menyebabkan resiko
kematian tertinggi. Tingginya kejadian penyakit ISPA dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu
sosial ekonomi, pendidikan, berat badan lahir rendah, kurang gizi, pelayanan dan akses
sarana kesehatan, kepadatan hunian, pekerjaan. Dimana itu merupakan beberapa faktor yang
hubungan dan besar resiko, Jurnal ini menggunakan metode studi literatur, jurnal ini
bertujuan untuk mengetahui determinan sosial-budaya terhadap penyakit ISPA pada balita.
ABSTRACT
Health problems in Indonesia are highly interrelated and interdependent, starting with re-
infectious infectious diseases, such as ARI. In general, ARI is more common in children and
toddlers. At present, Indonesia is ranked 10th in the world in cases of under-five mortality
due to ARI, whereas in large countries such as the United States, ISPA is ranked 6th which
causes the highest risk of death. The high incidence of ARI is influenced by several factors,
namelysssss social economy, education, low birth weight, malnutrition, service and access to
health facilities, occupancy density, employment. Where it is a number of factors that
indicate people's behavior towards the occurrence of ARI. To find out the relationship and
the amount of risk. This journal uses the literature study method, this journal aims to
community.
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu ISPA minum. Sedangkan pada klasifikasi bukan
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan banyak terjadi pada anak-anak dan balita.
sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan sakit batuk dan pilek 3 sampe 6 kali
dengan pemiraksaan sputum, biakan darah dkk. 2009). Penyebab seringnya penyakit
dan biakan cairan pleura (Halim, 2000) batuk dan pilek dikarenakan Indonesia
Virus utama penyebab ISPA adalah termasuk daerah tropis berpotensi menjadi
rhinovirus dan coronavirus. Virus lain daerah endemik dari beberapa penyakit
yang juga jadi penyebab ISPA adalah virus infeksi yang setiap saat dapat menjadi
ISPA dapat terjadi melalui kontak dengan pemberantasan penyakit ISPA di Indonesia
orang yang terinfeksi atau barang-barang telah dilakukan mulai tahun 1984. Saat ini,
penyebab utama penyebaran virus. dunia dalam kasus kematian balita akibat
Jakarta, jumlah kasus ISPA pada tahun aspek berpengaruh karena perumahan
2016 sampai 2018 berturut-turut sebanyak yang sehat harus memenuhi ketersediaan
1.801.968 kasus 2016, 1.864.180 kasus prasarana dan sarana terkait, seperti
2017, dan 1.817.579 kasus 2018. Kasus penyediaan air bersih, sanitasi
kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di pembuangan sampah, transportasi, dan
Pulau Sumatera dan Kalimantan pada tersedianya pelayanan sosial (Krieger and
berada pada Provinsi Nusa Tenggara antara jumlah koloni bakteri dan kepadatan
Timur (41.7%), Papua (31.1%), Aceh hunian per m2. Dalam hal ini, sumber
ISPA di masyarakat, maka kondisi rumah setiap rumah. Adapun tujuan dari jurnal ini
harus memenuhi syarat kesehatan sehingga yaitu untuk mengetahui determinan sosial-
penghuninya tetap sehat. Rumah harus budaya terhadap penyakit ISPA pada
ditentukan. Studi literatur adalah cara yang pneumoniae (klamidia), dan kelompok C
topik yang diangkat dalam suatu menyebabkan ISPA pada anak ini dapat
penelitian. Sumber studi literatur pada menginfeksi anak dengan cara,anak dekat
jurnal ini menggunakan referensi dari dengan seseorang yang terinfeksi ISPA.
pernapasan yang menyerang bagian atas, berada di ruangan tertutup dan penuh
seperti hidung, tenggorokan, faring, laring, sesak, dan ada orang yang terinfeksi virus
dan bronkus. Pilek termasuk salah satu ISPA di dekat anak. Saat orang yang
penyakit ISPA yang sering terjadi pada terinfeksi virus menyentuh hidung dan
anak. Beberapa penyakit ISPA lainnya mata anak. Infeksi dapat ditularkan saat
dan bakteri. Virus yang menyebabkan lembab. Virus yang menyebabkan ISPA
lemah, anak lebih mudah tertular ISPA. tambahan terlalu dini, dan ventilasi rumah
30% kematian balita. Antara 40-60% dari Salah satu faktor yang menentukan
2005). Hingga saat ini angka mortalitas sosial budaya dalam masyarakat memiliki
ISPA yang berat masih sangat tinggi. peranan yang sangat penting untuk
disebabkan karena penderita datang untuk merupakan tanda bahwa daerah tersebut
berobat dalam keadaan berat dan telah mengalami perubahan dalam cara
kurang gizi. Data morbiditas ISPA di memberikan dampak positif dan negatif.
20% dari populasi balita (Rasmaliah, penyakit ISPA bisa meliputi usia, tempat
antara lain kurang gizi, berat badan lahir kejadian penyakit ISPA.
yang berasal dari sarana transportasi dan Sosial dan budaya adalah suatu
polusi udara dalam rumah karena asap perilaku dan kebiasaan masyarakat yang
dapur, asap rokok, perubahan iklim global tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari,
antara lain perubahan suhu udara, hal ini merupakan salah satu faktor yang
ancaman kesehatan terutama pada penyakit menjadi salah satu penyakit penyebab
bisa berupa faktor sosial dan budaya. mempengaruhi ISPA antara lain:
kurang gizi, pelayanan dan akses sarana faktor ini berupa pendapatan
Faktor budaya yang mempengaruhi salah satu wujud dari sumber daya,
oleh multifaktor seperti tingkat fisik dan mental pada masa balita.
pada anak Balita (Anom dan BBLR lebih besar resiko nya untuk
sistem imun, maka apabila balita balita untuk terinfeksi. Dan pada
menghirup udara yang tidak sehat balita dengan status gizi baik
sosial yang mempengaruhi ISPA, rokok dari orang tua atau penghuni
Kepadatan penghuni dalam satu rumah yang satu atap dengan balita
ini tidak sehat karena disamping serius serta akan menambah resiko
pembakaran pada mesin kendaraan mulai ringan sampai penyakit yang parah
industri. Sehingga masyarakat yang menjadi tiga golongan, yaitu ISPA ringan
sering terpapar oleh bahan banyak terjadi pada anak-anak dan balita.
mesin yang memiliki kadar bahan insiden ISPA pada balita antara lain
bakar yang cukup tinggi kurang gizi, berat badan lahir rendah
terlalu dini, dan ventilasi rumah yang pencegahan bayi BBLR agar mengurangi
penyakit ISPA antara lain sosial ekonomi, Anom dan Lilis. 2006. Determinan
sampah, kebiasaan saling berbagi dalam Bahri, Alim M. 2006. Komitmen Bersama
balita dilakukan program pencegahan atau Bryce j, et al. 2005. WHO Estimates of
pada Balita. Jakarta : Pusat Krieger J. & Higgins DL. 2002. Housing
Hapsari, dwi, dkk. 2013. Pola Penyakit Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol 4
2:43-52
Penanggulangannya.
Libraryusu.ac.id/download/fkm/fk
mrasmaliah9.pdf
Pengembangan Kementrian
Kesehatan
WHO. Genevas