Pasca Gempa Di Wilayah Kerja Puskesmas Penimbung Kecamatan Gunung Sari Kabupaten
Lombok Barat Provinsi NTB Tahun 2018
Email. Awanbeko66@gmail.com
ABSTRAK
Gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam yang dapat disebabkan oleh
buatan atau akibat kegiatan manusia maupun akibat peristiwa alam. Gempa bumi selalu
datang secara mendadak dan mengejutkan sehingga menimbulkan kepanikan umum yang
luar biasa karena sama sekali tidak terduga sehingga tidak ada seorang pun yang sempat
mempersiapkan diri. ISPA adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri.
Jumlah kasus ISPA pada balita di Indonesia tahun 2017 adalah 447.431 terdiri dari kasus
ISPA 432.000 dan ISPA 15.431 dengan CFR 0,30%. Kasus ISPA lebih banyak ditemukan
pada balita umur 1-4 tahun yaitu 297.487 dibandingkan balita umur <1 tahun yaitu 149.944
kasus. Tujuan penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk Hubungan Antara Faktor
Kebiasaan Merokok Keluarga Terhadap Kejadian ISPA Pada Balita Pasca Gempa.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah
132 balita dengan mengambil sampel sebanyak 80 balita. Analisa data dengan univariat,
bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang bermakna antara
status imunisasi p value=0,003, status gizi p value=0,017, kepadatan hunian rumah p
value=0,014, tingkat pendidikan p value=0,011, riwayat pemberian ASI eksklusif p value =
0,004, berat badan lahir bayi p value = 0,004, akses pelayanan kesehatan p value = 0,015,
penggunaan jamban p value = 0,031 dengan kejadian ISPA pada balita pasca gempa. Saran
diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana cara
mencegah dan menanggulangi penyakit ISPA pada balita di masyarakat, serta menjelaskan
kepada masyarakat tentang penyebab ISPA yang dapat disebabkan dari berbagai faktor dan
menjelaskan kepada masyarkat tentang pentingnya melakukan imunisasi pada bayi,
pemberian ASI Eksklusif dan meningkatkan status gizi bayi agar terhindar dari berbagai
penyakit khususnya penyakit ISPA pasca terjadinya gempa di lombak.
Analisa Bivariat
Hasil Seleksi Bivariat sebagai berikut
Variabel P value
Status Imunisasi 0,003
Status Gizi 0,017
Kepadatan Hunian 0,014
Tingkat Pendidikan 0,011
Kebiasaan Merokok 0,002
Riwayat ASI Eksklusif 0,004
Berat badan lahir bayi 0,004
Akses pelayanan kesehatan 0,015
Penggunaan jamban 0,031
Berdasarkan tabel diatas dari 9 pemodelan multivariat dengan p value < 0,25
variabel yang dilakukan analisis bivariat yaitu status imunisasi (p value = 0,003),
semuanya memenuhi syarat untuk masuk status gizi (p value = 0,017), kepadatan
hunian (p value = 0,014), tingkat pendidikan value = 0,004), akses pelayanan kesehatan (p
(p value = 0,011), kebiasaan merokok (p value = 0,015) dan penggunaan jamban (p
value = 0,002), riwayat ASI eksklusif (p value = 0,031) ada hubungan signifikan
value = 0,004), berat badan lahir bayi (p dengan kejadian ISPA pada balita.
Analisa Multivariat
Model Akhir Multivariat
95,0%
No Variabel Nilai P Exp B
Lower Uper
1. Status Imunisasi 0,218 2,628 0,564 12,237
2. Status Gizi 0,317 0,219 0,011 4,294
3. Kepadatan Hunian 0,308 2,884 0,376 22,125
4. Tingkat Pendidikan 0,025 6,061 1,256 29,240
5. Kebiasaan Merokok 0,001 11,570 2,633 50,844
6. Riwayat ASI Eksklusif 0,053 6,002 0,980 36,765
7. Berat badan lahir bayi 0,090 15,490 0,651 368,787
8. Akses pelayanan kesehatan 0,478 1,721 0,384 7,703
9. Penggunaan jamban 0,401 0,411 0,051 3,275