Anda di halaman 1dari 12

Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan

ARTIKEL PENELITIAN Klaten.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEDAN KLATEN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

Siwi Ariana
J 410 110075

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

Fakultas Ilmu Kesehatan 1


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
ARTIKEL PENELITIAN Klaten.

Fakultas Ilmu Kesehatan 2


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
ARTIKEL PENELITIAN Klaten.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEDAN KLATEN
Siwi Ariana*, Bejo Raharjo**, Kusuma Estu Werdani***

*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS,**Dinas Kesehatan Kabupaten


Sukoharjo,***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS

ABSTRACT

Pneumonia is the main cause of toddlers death in the world. Pneumonia causes more than 2
million toddlers died each year. Pneumonia is caused by lung inflamation which is make the
breathing becomes sick and oxygen intake becomes slightly. The objectives of the research was to
know the ratio between nutritional status and the incident of pneumonia on toddlers in Puskesmas
Pedan Klaten area. The type of the research was observational analysis with case control study
design. The case population in this research was 67 toddlers suffering from pneumonia on March -
May 2015, whereas the control population toddlers who ware not suffering from pneumonia and
live near the case respondent. The sample selection on case group were 40 toddlers and the control
group were 40 toddlers which were selected by using Sample Random Sampling. While the
statistical test technique used Chi Square test. Based on the findings in the case group obtained
under five suffering from pneumonia with less nutritional status for 24 people (60%) and in the
control group who experienced malnutrition status for 14 (35%). The result of the research explains
that there was a relation between nutritional status and the incident of pneumonia on toddlers in
Puskesmas Pedan Klaten area (p = 0.025; OR = 2.786; 95% CI = 1.125 to 6.899). The suggestions
for the measurement weight/high toddler when Posyandu, knowledge and to implement it on society
about nutrition to prevent the incident of pneumonia on toddlers.

Keyword: pneumonia, nutritional status, toddlers.

PENDAHULUAN pneumonia (WHO, 2014). Kematian balita


Pneumonia merupakan penyebab karena pneumonia sebagian besar
utama kematian balita di dunia. diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar
Pneumonia disebabkan oleh peradangan antara 7%-13%.
paru yang membuat napas menjadi sakit Berdasarkan penelitian Wulandari,
dan asupan oksigen sedikit. Tingginya dkk (2014), menyatakan bahwa orang
angka kematian balita akibat pneumonia yang terkena pneumonia berat berisiko
mengakibatkan target MDGs (Millennium 20,274% mengalami kematian. Selain itu
Development Goals) ke-4 yang bertujuan pneumonia lebih banyak terjadi di negara
menurunkan angka kematian anak sebesar berkembang (82%) dibandingkan negara
2/3 dari tahun 1990 sampai 2014 tidak maju (0,05%). Kematian pneumonia di
tercapai. Indonesia pada tahun 2013 berada pada
Menurut World Health Organization urutan ke-8 setelah India, Nigeria,
(WHO) angka kematian balita pada tahun Pakistan, DRC, Ethiopia, China, Angola,
2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa. dan Indonesia.
Kematian balita sebagian besar disebabkan Pneumonia merupakan penyebab
oleh penyakit menular seperti pneumonia kematian balita ke-2 di Indonesia setelah
(15 %), diare (9%), dan malaria (7%). diare. Jumlah penderita pneumonia di
WHO memperkirakan pada tahun 2013, Indonesia pada tahun 2013 berkisar antara
ada 935.000 balita meninggal karena 23%-27% dan kematian akibat pneumonia

Fakultas Ilmu Kesehatan 31


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
ARTIKEL PENELITIAN Klaten.

sebesar 1,19% (Kemenkes RI, 2014). Masalah gizi di Provinsi Jawa Tengah
Menurut Kemenkes RI (2014), Jawa mengalami peningkatan dari tahun 2011
Tengah pada tahun 2013, terdapat kasus sebesar 3,18% gizi kurang hingga tahun
pneumonia sebanyak 55.932 penderita, 2012 sebesar 4,88% gizi kurang dan 1,131
kematian sebanyak 67 jiwa dengan gizi buruk (Dinkes Jateng, 2013).
CFR=0,27%. Berdasarkan Profil Kesehatan Klaten
Pneumonia di negara berkembang pada tahun 2014, terdapat kasus
dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik pneumonia sebesar 2.584 kasus. Penderita
maupun ekstrinsik. Menurut penelitian pneumonia di Klaten tertinggi berada di
Mokoginta (2013), faktor intrinsik wilayah Puskesmas Pedan dengan jumlah
penyebab pneumonia seperti pemberian penderita sebesar 269 (109,2%) penderita
ASI eksklusif (OR=4,47) dan status gizi (Dinkes Klaten, 2015).Selain itukejadian
(OR=1,18), sedangkan faktor ekstrinsik balita gizi buruk yang tercatat di Dinas
penyebab pneumonia antara lain jenis Kesehatan Klaten Tahun 2014, sebanyak
lantai (OR=3,21), kondisi lantai 479 balita dan gizi kurang 2.890 balita.
(OR=1,97), dan ventilasi rumah Sedangkan kasus gizi buruk di Puskesmas
(OR=2,03). Berdasarkan penelitian Sarmia Pedan sebanyak 13 balita dan gizi kurang
dan Suhartatik (2014), menyimpulkan 68 balita.
bahwa faktor dominan penyebab Berdasarkan survei pendahuluan
pneumonia berasal dari faktor intrinsik pada penderita pneumonia sebanyak 10
seperti status gizi (p=0,002), imunisasi balita, 70% mengalami status gizi
lengkap (p=0,004) dan riwayat BBLR kurang/penurunan berat badan pada bulan
(p=0,001) dengan kejadian pneumonia disaat balita dinyatakan sakit pneumonia
pada balita. dengan pengukuran BB/U berdasarkan
Status gizi merupakan salah satu KMS yang dimiliki balita. Berdasarkan
faktor risiko terjadinya pneumonia. Status wawancara pada 10 ibu yang memiliki
gizi dan infeksi saling berinteraksi, karena balita pneumonia, 80% balita pada saat
infeksi dapat mengakibatkan status gizi sakit pneumonia mengalami nafsu makan
kurang dengan berbagai mekanisme dan rendah sehingga Ibu mengalami kesulitan
sebaliknya status gizi juga dapat dalam memberikan makanan. Berdasarkan
menyebabkan infeksi. Infeksi menghambat uraian di atas, peneliti tertarik untuk
reaksi imunologi yang normal dengan menganalisis lebih lanjut tentang
menghabiskan sumber energi di tubuh hubungan antara status gizi dengan
Gangguan gizi dan penyakit infeksi sering kejadian pneumonia pada balita di wilayah
bekerjasama dan memberikan akibat yang kerja Puskesmas Pedan Klaten dengan
lebih buruk pada tubuh. Pada malnutrisi pengukuran BB/TB pada kasus baru
dan infeksi yang kompleks, infeksi dapat selama 3 bulan terakhir (Maret, April dan
mengganggu status gizi yang Mei tahun 2015).
menyebabkan gangguan absorbsi (Adriani Tujuan penelitian ini bertujuan untuk
M dan Wirjatmadi B, 2014) mengetahui hubungan status gizi dengan
WHO pada tahun 2014 kejadian kejadian pneumonia pada balita
memperkirakan ada 161 juta balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
mengalami masalah gizi.Masalah gizi Klaten.serta untuk mendeskripsikan
terbesar terjadi pada balita mencapai 51 karakteristik ibu, mendiskripsikan
juta balita. Kematian balita akibat gizi karaklteristik balita, dan frekuensi status
sebesar 2,8 juta jiwa dan mengalami gizi balita.
defisiensi mikronutrien sebesar 2 miliar.
Indonesia pada tahun 2013 terdapat
masalah gizi pada balita sebesar 19,6%.

Fakultas Ilmu Kesehatan 42


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
ARTIKEL PENELITIAN Klaten.

METODE PENELITIAN 3) Ibu dan balita yang bertempat


Jenis penelitian yang digunakan dalam tinggal di wilayah Puskesmas
penelitian ini adalah jenis penelitian Pedan.
observasional analitik dengan
b. Kontrol
menggunakan rancangan penelitian case 1) ibu dan balita yang bertempat
control. Sedangkan kelompok kasus yaitu tinggal wilayah Puskesmas
balita yang menderita pneumonia Pedan dan balitanya tidak
berdasarkan buku registrasi Puskesmas memiliki riwayat penyakit
Pedan pada bulan Maret, April dan Mei (3 pneumonia.
bulan terakhir). 2) Ibu yang bersedia menjadi
Waktu dan lokasi penelitian ini akan responden dan balitanya bersedia
dilakukan pada bulan 28 Juni 2015 di diukur berat badan dan tinggi
wilayah kerja Puskesmas Pedan Klaten. badan.
Sedangkan populasi dan sampel pada 3) Bertempat bertempat tinggal
penelitian ini adalah seluruh balita di dekat dengan responden
wilayah kerja Puskesmas Pedan Klaten. kasus.
Populasi kelompok kontrol yaitu balita 2. Kriteria Eksklusi
yang tidak memiliki riwayat pneumonia a. Ibu dan balita yang berpindah
sebanyak 4.779 balita dan populasi tempat tinggal.
kelompok kasus yaitu pada penderita b. Balita telah meninggal.
pneumonia sebanyak 67 balita. c. Ibu yang tidak bersedia menjadi
Penentuan Sampel dan responden responden dan balita tidak bersedia
dalam penelitian ini menggunakanrumus
untuk diukur berat badan dan tinggi
Lemeshow tersebut didapatkan sampel 40.
Sampel pada kelompok kasus 40 dan 40 badan.
kontrol. Jadi jumlah sampel keseluruhan Adapun analisis data yang digunakan
menjadi 80 sampel. Responden dalam adalah analisis univariat dan analisis
kelompok kontrol adalah ibu yang bivariat.Analisis univariat digunakan
memiliki balita yang tidak menderita untuk melakukan analisis pada setiap
pneumonia dan bertempat tinggal didekat variabel yang diteliti dengan tujuan untuk
kelompok kasus. Sedangkan kelompok mengetahui distribusi frekuensi dan
kasus adalah ibu balita yang balitanya persentase setiap variabel serta nilai-nilai
menderita pneumonia berdasarkan buku statistik meliputi mean, median, standard
registrasi Puskesmas Pedan. deviation, nilai minimum dan maksimum
Teknik pengambilan sampel dengan yang kemudian disajikan dalam bentuk
metode probability sampling yaitu simple tabel atau grafik dan diinterpretasikan.
random sampling. Dengan syarat kriteria Analisis bivariat digunakan untuk
berikut: mengetahui hubungan antara status gizi
1. Kriteria Inklusi dengan kejadian pneumonia pada balita
a. Kasus dan untuk mengetahui hasil OR dengan uji
1) Ibu dan balitanya yang tercatat statistik Chi-Square.Analisis data
terkena pneumonia dalam dilakukan dengan perangkat lunak
registrasi Puskesmas Pedan komputer dengan tingkat signifikan
Klaten pada bulan Maret, April, =0,05 (taraf kepercayaan 95%).
Mei.
2) Ibu yang bersedia menjadi
responden dan balitanya bersedia
diukur berat badan dan tinggi
badan.
Fakultas Ilmu Kesehatan 53
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
ARTIKEL PENELITIAN Klaten.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini dapat diasumsikan bahwa


A. Karakteristik Responden pengetahuan yang kurang akan
1. Umur Responden berdampak pada angka kesakitan dan
Berdasarkan tabel 2, kelompok kematian akibat pneumonia
kasus dan 31,37 tahun kelompok Berdasarkan distribusi
kontrol. Distribusi umur termuda pendidikan terakhir responden di
yaitu 19 tahun dan umur tertua 45 wilayah kerja Puskesmas pedan
tahun.distribusi umur pada Klaten menunjukkan responden lebih
kelompok kasus lebih banyak pada banyak tamatan SMA (Sekolah
umur 30-34 tahun dengan jumlah 10 Menengah Atas) sebanyak 18 orang
orang (22,5%) dan 15 orang (37,5%) (45%) pada kelompok kasus dan 16
pada kelompok kontrol. orang (40%) pada kelompok kontrol.
Tabel 2.Distribusi Frekuensi Tabel 3.Distribusi Frekuensi
Umur Responden Pendidikan Responden
Kasus Kontrol Kasus Kontrol Kasus Kontrol
Pendidikan
(n) (%) (n) (%)
Umur Std. Std.
(n) (%) (n) (%) Mean Mean Belum Sekolah 2 5 4 10
Dev Dev
Tidak Sekolah 7 17,5 8 20
15-19 1 2,5 0 0 Tamat SD 10 25 9 22,5
20-24 5 12,5 5 12,5 Tamat SMP 18 45 16 40
25-29 7 17,5 8 20 Tamat SMA 3 7,5 3 7,5
30-34 10 25 15 37,5 Perguruan Tinggi 2 5 4 10
6,963 32,23 5,973 31,75
35-39 9 22,5 6 15
Jumlah 40 100 40 100
40-44 8 20 5 12,5
Jumlah 40 100 40 100 Berdasarkan hasil wawancara
Hal ini bertentangan dengan ada beberapa responden tidak tahu
teori menurut Huclok (2005), secara jika anak pernah menderita
sikologis semakin cukup umur, pneumonia, ibu hanya tahu anaknya
pernah menderita panas tinggi, batuk,
tingkat kematangan dan kekuatan
pilek, disertai napas cepat. Pendidikan
berpikir seseorang akan lebih baik yang tinggi tanpa didukung
dan lebih dewasa karena memiliki pengetahuan, tindakan, dan kurangnya
pengalaman yang lebih banyak kesadaran tentang kesehatan maka
tentang merawat anak sehingga anak tidak mampu mecegah terjadinya
tidak mudah sakit. pneumonia. Pengetahuan tidak hanya
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan dari pendidikan formal
sebagian besar responden memiliki tetapi juga dapat didapatkan dari
lebih dari satu anak.Responden pendidikan non formal seperti dari
seharusnya sudah memiliki media cetak, media elektonik, dan dari
pengalaman, pengetahuan, dan pengalaman teman.
kematangan berpikir dalam Pendidikan juga berdampak
pemilihan makanan yang pada pekerjaan dari setiap responden.
mengandung gizi sesuai kebutuhan Berdasarkan distribusi pekerjaan
balita sehingga balita tidak mudah responden, pada kelompok kasus lebih
terkena penyakit infeksi seperti banyak bekerja sebagai petani
pneumonia. sebanyak 18 orang (45%), sedangkan
Menurut Notoatmodjo (2003), pada kelompok kontrol banyak
bahwa usia ibu di atas 30 tahun responden bekerja sebagai ibu rumah
memiliki pengetahuan lebih, semakin tangga yaitu sebanyak 12 orang
banyak pengetahuan akan sesuai (30%). Ibu pada kelompok kasus lebih
dengan tindakan, sehingga dapat banyak bekerja dari pada kelompok
melakukan pencegahan pneumonia. kontrol.

Fakultas Ilmu Kesehatan 64


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
ARTIKEL PENELITIAN Klaten.

Tabel 4.Distribusi Frekuensi dkk (2013), yang menyatakan jika


Pekerjaan Responden risiko terkena pneumonia lebih besar
Pekerjaan
Kasus Kontrol pada balita usia di bawah 2 tahun
(n) (%) (n) (%)
PNS/BUMN
dikarenakan status kerentanan anak di
8 20 12 30
Pegawai Swasta
bawah 2 tahun belum sempurna dan
8 20 9 22,5
Wiraswasta
lumen saluran napas yang masih
4 10 7 17,5
IRT
sempit.
2 5 1 2,5
Buruh Anak usia di bawah 2 tahun
18 45 11 27,5
Lain-lain (pelajar lebih rawan terhadap penyakit
40 100 40 100
dan tidak bekerja) dikarenakan di masa ini anak sedang
Jumlah 8 20 12 30 mengalami pertumbuhan,
Menurut Sivakami (1997), perkembangan dan mulai berinteraksi
menyatakan bahwa ibu yang tidak dengan lingkungan, sehingga lebih
bekerja setiap harinya menghabiskan berisiko terkena pneumonia. Anak
waktu 24 jam bersama keluarga juga memerlukan asupan nutrisi yang
dibandingkan ibu yang bekerja. Status cukup untuk kekebalan tubuh dalam
bekerja atau tidak bekerja ibu upaya pencegahan pneumonia.
mempengaruhi status kesehatan anak Supariasa dkk, (2010), anak usia
karena ibu yang bekerja memiliki sekitar 1-2 tahun juga merupakan usia
waktu lebih banyak untuk rawan gizi karena pada masa ini anak
memperhatikan kesehatan dan sudah mengalami masa penyapihan,
perkembangan anak dalam bermain biasanya anak akan mengalami nafsu
dan berinteraksi dengan lingkungan makan yang rendah
sehingga anak dapat terhindar dari Tabel 5.Distribusi Frekuensi Umur
penyakit terutama penyakit yang Sampel
disebabkan oleh faktor lingkungan Kasus Kontrol Kasus Kontrol
seperti pneumonia. Umur/
Std. Mea Std.
Menurut Adriani dan Bulan (n) (%) (n) (%)
Dev n Dev
Mean
Wirjatmadi (2014), pekerjaan orang
12-23 23 57,5 29 72,5
tua juga menentukan status ekonomi 24-35 3 7,5 7 17,5
terhadap keuangan keluarga dalam 36-47 4 10,0 3 7,5 1,56 2,38 0,848
1,748
48-59 10 25,0 1 2,5 67 4 7
mencukupi kebutuhan seperti pangan
gizi dan perawatan kesehatan. Tingkat Jumlah 40 100 40 100
pendapatan akan mempengaruhi daya Supariasa dkk, (2010), anak usia
beli terhadap ragam dan jenis sekitar 1-2 tahun juga merupakan usia
makanan. rawan gizi karena pada masa ini anak
sudah mengalami masa penyapihan,
B. Karakteristik sampel biasanya anak akan mengalami nafsu
1. Umur Responden makan yang rendah/asupan makanan
Distribusi karakteristik Sampel rendah karena mengalami masa
berdasarkan umur sampel lebih transisi ke dua/second year
banyak pada umur 12-23 bulan transisional pada pola makannya,
sebanyak 23 orang (57,5%) pada sehingga mudah terserang penyakit
kelompok kasus dan 29 orang (72,5%) terutama yang diakibatkan oleh
pada kelompok kontrol. Sehingga bakteri, virus dan parasit. Selain umur
dapat disimpulkan jika pneumonia balita.
lebih banyak terjadi pada anak usia Berdasarkan penelitian jumlah
bawah dua tahun. Hal ini sesuai penderita pneumonia lebih banyak
dengan teori Rahmat dalam Domili terjadi pada laki-laki, walaupun

Fakultas Ilmu Kesehatan 75


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
ARTIKEL PENELITIAN Klaten.

keduanya tidak memiliki perbedaan gizinya kurang lebih besar terkena


jumlah yang terlalu jauh. Pada pada kelompok kasus dibandingkan
kelompok kasus sebanyak 21 orang kelompok kontrol, dimana pada
(52,5%) dan pada kelompok kontrol kelompok kasus sebanyak 24 orang
sebanyak 25 orang (62,5%). Hasil ini (60%) memiliki status gizi kurang
sejalan dengan penelitian Monita O, sedangkan pada kelompok kontrol
dkk (2015), berdasarkan Profil Pasien sebanyak 14 orang (35%) mengalami
Pneumonia Komunitas Di Bagian status gizi kurang.
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tabel 7.Distribusi Frekuensi Status
Sumatera Barat menyatakan bahwa Gizi Balita
pasien anak laki-laki lebih banyak Kasus Kontrol
Status gizi
(n) (%) (n) (%)
dari pada anak perempuan dengan Kurang 24 60 14 35
perbandingan 1,25 : 1. Baik 16 40 26 65
Hal ini didukung oleh Anisa Jumlah 40 100 40 100
(2009), sejumlah penyakit saluran
pernapasan dipengaruhi oleh adanya D. Analisis Bivariat
perbedaan fisik anatomi saluran 1. Hubungan antara Kebiasaan
pernapasan pada anak lakilaki dan Mencuci Tangan Setelah Buang
perempuan. Menurut Sugalingging G Air Besar Dengan Kejadian
(2011), laki-laki lebih berisiko terkena Demam Tifoid
pneumonia dibandingkan prempuan, Berdasarkan hasil uji Chi
karena adanya faktor hormonal dan diketahui bahwa ada hubungan
keturunan. Perkembangan sel-sel tubuh antara status gizi dengan kejadian
laki-laki lebih lambat dibandingkan pneumonia (nilai p=0,025),
dengan perempuan, selain itu anak laki- dengannilai Contingency
laki banyak melakukan aktivitas dengan Coefficient0,243adalah yang
lingkungan yang kotor. menunjukkan bahwa tingkat
Tabel 6.Distribusi Frekuensi keeratan adanya hubungan antara
Menurut Jenis Kelamin variabel bebas dan variabel terikat
Jenis Kasus Kontrol lemah (0,20-0,399). Nilai OR=2,786
Kelamin (n) (%) (n) (%) (95% CI=1,125-6,899) sehingga
Laki-laki 21 52,5 25 62,5 dapat diartikan bahwa balita yang
Perempuan 19 47,5 15 37,5 berstatus gizi kurang berisiko
Jumlah 40 100 40 100
sebesar 2,786 kali untuk mengalami
Menurut Domili dan Nontji
kejadian pneumonia.
(2013), laki-laki dan perempuan
Berdasarkan hasil penelitian
memiliki risiko yang sama untuk
disimpulkan bahwa ada hubungan
terkena pneumonia karena yang lebih
antara status gizi dengan kejadian
menentukan adalah status gizi masing-
pneumonia di wilayah kerja
masing balita. Menurut Supariasa dkk
Puskesmas Pedan dengan nilai
(2010), anak laki-laki membutuhkan
p=0,025. Tingkat keeratan hubungan
asupan nutrisi yang lebih
dalam penelitian ini antara variabel
dibandingkan perempuan karena laki-
bebas dan variabel terikat lemah
laki lebih banyak melakukan aktivitas.
berdasarkan nilai Contingency
Coefficient 0,243. Nilai OR dalam
C. Analisis Univariat
penelitian ini 2,786 dengan 95%
1. Status gizi
CI=1,125-6,899 sehingga dapat
Berdasarkan tabel 7, diketahui diartikan bahwa balita yang berstatus
bahwa jumlah sampel yang status gizi kurang berisiko 2,786 kali

Fakultas Ilmu Kesehatan 86


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan
ARTIKEL PENELITIAN Klaten.

untuk mengalami kejadian sangat diperlukan tubuh untuk


pneumonia. pembentukan imunitas.
Hal ini dibuktikan berdasarkan Menurut Marimbi (2010), imunitas
distribusi status gizi balita.Balita tubuh terbentuk dari berbagai jenis
pneumonia dengan status gizi kurang makanan yang mengandung banyak
sebanyak 24orang (60%)sedangkan gizi. Berdasarkan hasil wawancara ibu
balita sehat dengan status gizi kurang kurang memperhatikan variasi makan
sebanyak 14 orang (35%). Hal ini dapat anak sehingga mengakibatkan anak
disimpulkan bahwa dari 80 balita di menjadi bosan dan nafsu makan
wilayah kerja Puskesmas Pedan Klaten menurun.Jika hal ini terjadi dalam
yang memiliki status gizi kurang, waktu yang lama, maka anak bisa
berdasarkan pengukuran BB/TB mengalami gizi kurang.
sebanyak 38 orang (47,5%) dan status Gizi kurang akan merusak sistem
gizi kurang lebih banyak terjadi pada pertahanan dalam tubuh terhadap
balita yang mengalami pneumonia dari mikroorganisme maupun pertahanan
67 orang ditemukan 24 orang (35,82%). mekanik, sehingga mudah sekali
Penelitian ini sejalan dengan terkena penyakit infeksi seperti
penelitian yang dilakukan oleh pneumonia. Hal ini dikarenakan adanya
Muktasim A (2012), yang menyatakan penghancuran jaringan tubuh untuk
adanya hubungan status gizi dengan memperoleh protein yang diperlukan
rawat inap pasien pneumonia pada virus/bakteri (Rusepno, 2005). Menurut
balita. Dari hasil analisis data Marimbi (2010), infeksi menghabiskan
didapatkan nilai P = 0,019 PR= 1,611, protein dan kalori yang seharusnya
dengan 95% CI= 1,069-2,427. Menurut digunakan untuk pertumbuhan dan
Setiawan R, dkk (2010), menyatakan perkembangan anak terganggu.
bahwa pneumonia mengakibatkan
pembentukan IgA sensorik pada saluran
napas terganggu. IgA ini berfungsi
sebagai pertahanan tubuh pada anak.
Anak yang malnutrisi akanmengalami
penurunan produksi dan fungsi IgAnya.
Berdasarkan hasil wawancara,
balita yang mengalami nafsu makan
rendah cenderung memilih makanan
ringan yang banyak mengandung MSG.
Hal ini menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kekurangan
asupan makro/mikro nutrient yang
Tabel 12. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Antara Status Gizi dengan
Kejadian Pneumonia
Kejadian Pneumonia Contingen
Variabel Kasus Kontrol P
Status gizi Value cy OR 95%CI
(n) (%) (n) (%) Coefficient
Kurang 24 60 14 35
1,125-
Baik 16 40 26 65 0,008 0,243 2,786
Jumlah 40 100 40 100 6,899

Fakultas Ilmu Kesehatan 97


Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas
ARTIKEL PENELITIAN Pedan Klaten.

SIMPULAN DAN SARAN dan pelatihan deteksi dini


A. Simpulan berdasarkan gejala-gejala
1. Ibu balita di wilayah kerja pneumonia secara komunikasi
Puskesmas Pedan lebih banyak interaktif antara petugas kesehatan
berusia 30-34, dengan pendidikan dengan semua ibu balita saat
terakhir rata-rata SMA dan posyandu dan meningkatkan
sebagian besar bekerja sebagai kesadaran pentingnya status gizi
petani. Sedangkan pneumonia pada balita untuk mencegah pneumonia.
balita di wilayah kerja Puskesmas Kader posyandu diharapkan
Pedan lebih banyak terjadi pada melakukan pengukuran BB/TB
usia 12-23 bulan dengan jenis setiap bulannya sehingga dapat
kelamin laki-laki. mengetahui status gizi balita, untuk
2. Status gizi balita berdasarkan mengurangi risiko penyakit
BB/TB di Peskesmas Pedan dari 80 pneumonia
responden memiliki status gizi 3. Bagi Peneliti lain
kurang sebanyak 38 orang. Peneliti selanjutnya agar dapat
Kelompok kasus gizi kurang melakukan penelitian lebih lanjut
sebanyak 24 orang (60%) dan gizi mengenai faktor-faktor risiko lain
baik 16 (40%) sedangkan pada seperti (BBLR, imunisasi,
kelompok kontrol 14 orang (35%) lingkungan, ekonomi, dan tingkat
gizi kurang dan 26 (65%) gizi baik. pendidikan) yang berhubungan
3. Ada hubungan status gizi dengan dengan kejadian pneumonia pada
kejadian pneumonia dengan nilai balita.
p=0,025, OR = 2,786 dan 95% CI=
1,125-6,899. DAFTAR PUSTAKA

B. SARAN Adriani, M dan Wirjadmadi, B. 2014.Gizi


1. Bagi Masyarakat dan Kesehatn Balita Peranan Mikro
Meningkatkan peran seluruh Zinc Pada Pertumbuhan Balita.
anggota keluarga, dengan Jakarta: Kencana.
meningkatkan pengetahuan,
tindakan dan kesadaran orang tua Annis R. 2009. Faktor-Faktor Yang
dalam pencegahan pneumonia dan Berhubungan Dengan Kejadian
membentuk masyarakat yang Pneumonia Pada Balita Usia 10-59
mandiri dalam upaya peningkatan Bulan Yang Di Rawat Inap Di
status gizi dengan pelembagaan RSUP Persahabatan Jakarta Tahun
keluarga mandiri sadar gizi. Seperti 2008. [Skripsi].Jakarta : Universitas
pemanfaatan lahan, memelihara Insonesia.
ternak dan pemberian variasi
makanan setiap harinya. Dinas Kesehatan Klaten. 2015. Profil
Kesehatan Klaten 2014. Klaten:
2. Bagi Instansi Kesehatan Puskesmas Dinas Kesehatan Klaten.
Pedan Dan Dinas Kesehatan Klaten.
Petugas kesehatan dan kader Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
posyandu diharapkan dapat tetap 2013. Profil Kesehatan Jawa
memberikan upaya promotif dan Tengah 2012. Jawa Tengah: Dinas
preventif.Upaya yang dapat Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
dilakukan petugas kesehatan salah
satunya dapat berupa penyuluhan

Fakultas Ilmu Kesehatan 10


8
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas
ARTIKEL PENELITIAN Pedan Klaten.

Domili M.F.H., dan Nontji W V.N.A. Notoadmojo. 2003. Pendidikan Dan


2013. Faktor Yang Berhubungan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
Dengan Kejadian Pneumonia Pada Rhineka Cipta.
Balita Diwilah Kerja Puskesmas
Global Mogoloto.[Skripsi]. Rusepno. 2005. Buku Kuliah Ilmu
Gorontalo: Universtas Negri Kesehatan Anak, Jilid1. Jakarta:
Gorontalo. Universitas Indonesia Fakultas
Kedokteran.
Huclok E.B. 2005.Perkembangan Anak.
Ahli Bahasa Oleh Soedjarmo Dan Sarmia dan Suhartatik.2014.Determinan
Isti Wijayanti.Jakarta: Erlangga. Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
RSUD Labuang Baji Makassar
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil 2013. Journal Of Pediatric Nursing
Kesehatan Republik Indonesia Journal Of Pediatric Nursing. Vol 1
2013. Jakarta: Kementrian (1), Pp. 047-052, January, 2014.
Kesehatan RI.Arikunto, S. 2013. Available Online At
Prosedur Penelitian Http://Liberaty.Stikesnh.Ac.Id.ISSN
Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: 2354-726.
Rineka Cipta.
Setiawan R, Ida, Budi. 2010. Hubungan
Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dengan Kejadian
Status Gizi Dan Imunitas Dasar Pneumonia Pada Balita Di Wlayah
Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Kerja Puskesmas Palasari
Medika. Kecamatan Ciater Kabupaten
Subang Tahun 2010. [Skripsi].
Monita O, Yuniar dan Finite F. Bandung: Poltekes Keperawatan
2015.Profil Pasien Pneumonia Bandung.
Komunitas Di Bagian Anak RSUP
DR. M. Djamil Padang Sumatra Sivakami, M. 1997. Female Work
Barat. Jurnal Kesehatan Andalas Participation And Child Health An
2015;4(1). Diakses 12 Agustus Invastigasin And Rural Tamil Nadu
2015 Jam 09.00 India. Health Transition Review 7
WIBdihttp://jurnal.FK.Unand.ac.id 1997:21-32

Mokoginta D., Arsin A., Sidik D. 2013. Sugalingging G.2014. Karakteristik


Faktor Risiko Kejadian Pnemonia Penderita Pneumonia Pada Anak
Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Balita Di Ruanga Merpati II
Puskesmas Sudiang Kota Makassar. RS.Umum Herna Medan.[Skripsi].
Makasar: Universitas Hasanudin. Medan: FIK UNIR Darma Agung.

Muktasim A .2012. Hubungan Status Gizi Supariasa I.D.N, Bakri B, Fajar Ibnu.
Dengan Rawat Inap Pasien 2010. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Pneumonia Balita Di RSUD Buku Kedokteran EKG.
Moewardi Surakarta.[Skripsi].
Surakarta: Universitas WHO Media Center. 2013. Pneumonia.
Muhammadiyah Surakarta Fact Sheet N 3310.
http://www.who.int/mediacentre/fac
tsheets/fs331/en/.Diakses tanggal 6
Maret 2015 ukul 09.00 WIB.

Fakultas Ilmu Kesehatan 11


9
Universitas Muhammadiya Surakarta
Hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas
ARTIKEL PENELITIAN Pedan Klaten.

WHO.2014. Media Center.Countries vow


to combat malnutrition through firm
policies and actions.Diakses tanggal
21 April 2015 pukul 10.00 WIB.

Wulandari D.A, Sudarwati S, Suwardi


A.U, Ghrahani R, Kartasasmitra
C.B,. 2014. Kematian Akibat
Pneumonia Berat pada Anak Balita.
Jurnal. Fakultas Kesehatan,
universitas Hasanudin. Vol.45 no 1
tahun 2013.

Fakultas Ilmu Kesehatan 12


10
Universitas Muhammadiya Surakarta

Anda mungkin juga menyukai