Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Margaharja Sukadana Ciamis

Neli Sunarni1*, Resna Litasari2, Lela Deis3


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis
3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis

INFORMASI ARTIKEL: INFORMASI ARTIKEL:

Riwayat Artikel: Latar belakang: Proporsi kesakitan balita akibat ISPA masih merupakan
Tanggal diterima: 28 September penyebab kematian terbanyak pada balita. Banyak faktor yang
2017 mempengaruhi tingginya kejadian ISPA diantaranya yaitu status gizi.
Tanggal di revisi : 14 November Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko penting
2017 terjadinya ISPA. Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan status gizi
Tanggal dipublikasi: 29 Desem- dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Marg-
ber 2017 aharja Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis Tahun 2013. Metode:
Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif pendekatan
cross sectional. Populasi seluruh ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kata kunci: Margaharja sebanyak 1.684 orang. Sampel diambil secara accidental
Lingkungan pergaulan, sampling sebanyak 94 ibu yang mempunyai balita. Hasil: Penelitian
Perilaku, menunjukkan status gizi balita sebagian besar kategori gizi kurang
Seks pranikah. sebanyak 47 orang (50%). Sebagian besar balita mengalami ISPA
sebanyak 63 orang (67%). Hasil uji menunjukkan p-value 0,000 ada
hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Simpulan: Terdapat hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan kejadian ISPA di W ilayah Kerja
Puskesmas Margaharja Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis
Tahun 2013.

Background: The proportion of infant suffering due to acute respiratory


Keyword: infections becomes the leading cause of infant mortality. Many factors
Social environment, that influence the high incidence of acute respiratory infections
Behavior, include nutritional status. Poor nutrition emerges as an important
Pre-marital sex. risk factor for acute respiratory infections. Objective: To know the
correlation between nutritional status and acute respiratory infec-
tions occurrence in under-five years baby at Margaharja Community
Health Center, Sukadana Sub-district, Ciamis Regency, 2013. Method:
This research used quantitative analytic method of cross sectional
approach. The populations of all under-five years baby in the working
area of Margaharja Health Center were 1,684 people. Samples were
taken by accidental sampling as many as 94 mothers with babies.
Result: The research showed the nutritional status of children under
five year nutrition category was less than 47 people (50%). Most of
children under five year had acute respiratory infections of 63 people
(67%). The test result showed that there was a significant correlation
between nutritional status and the incidence of acute respiratory
infection. Conclusion: There is a significant correlation between
nutritional status and the incidence of acute respiratory infections
in the working area of Margaharja Health Center of Sukadana Sub-
district, Ciamis Regency in 2013.

*
Korespondensi penulis.
Alamat e-mail: sunan_puan@yahoo.com
Neli Sunarni, dkk., Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA... 71

Pendahuluan Penyakit ISPA sementara ini masih


World Health Organization (WHO) menimbulkan permasalahan kesehatan
memperkirakan insiden Infeksi Saluran masyarakat. Jawa Barat merupakan pro-
Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkem- vinsi yang menempati posisi pertama ang-
bang dengan angka kematian balita di atas ka kesakitan dan kematian balita terba-
40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%- nyak dibandingkan provinsi-provinsi lain
20% pertahun pada golongan usia balita. di Indonesia. Jumlah balita di Jawa Barat
Menurut WHO sebanyak 13 juta anak balita pada tahun 2010 yaitu sebesar 3.975.070
di dunia meninggal setiap tahun dan se- balita, dan yang menderita ISPA yaitu
bagian besar kematian tersebut terdapat sebanyak 199.285 balita atau 50,13%,
di negara berkembang, dimana ISPA me- dengan rincian balita kurang dari 1 tahun
rupakan salah satu penyebab utama kema- sebanyak 70.786 balita, balita 1-4 tahun
tian dengan membunuh sebanyak 4 juta sebanyak 128.499 balita, dan yang mening-
anak balita setiap tahun (Asrun 2010). gal sebanyak 82 balita dengan rincian,
Angka kematian bayi, balita dan anak balita kurang dari 1 tahun sebanyak 63
merupakan salah satu indikator kesehatan balita, dan balita 1-4 tahun sebanyak 19
yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil balita (Profil Kesehatan, 2011).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tingginya angka kejadian ISPA pada
tahun 2007, menunjukkan bahwa proporsi balita disebabkan oleh beberapa faktor,
kematian bayi akibat ISPA di Indonesia antara lain keadaan gizi yang buruk pada
adalah sebesar 30,8%, artinya dari 100 bayi balita. Balita dengan gizi yang kurang akan
meninggal, 30 diantaranya meninggal kare- lebih mudah terserang ISPA dibandingkan
na ISPA. ISPA masih merupakan penyebab balita dengan gizi normal, karena faktor
kematian terbanyak pada balita, yakni daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit
sebesar 22,8 % atau sebesar 4,6 kematian infeksi akan menyebabkan balita tidak
per 1000 balita mempunyai nafsu makan dan berakibat
Infeksi Saluran Pernafasan Akut kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang,
(ISPA) merupakan masalah kesehatan yang balita akan lebih mudah terserang ISPA
utama di Indonesia karena masih tingginya berat bahkan serangannya lebih lama.
angka kejadian ISPA terutama pada anak- Upaya pencegahan yang dapat dila-
anak balita. Di negara berkembang kesa- kukan oleh keluarga agar balita tidak ter-
kitan dan kematian akibat ISPA bagian kena penyakit ISPA antara lain dengan
bawah mencapai 25%-50%, angka kesakit- menjaga kondisi lingkungan tetap bersih
an ini lebih tinggi lagi. Beberapa diantara- dan sehat, imunisasi lengkap dan pembe-
nya adalah pneumonia dan bronkiolitis rian ASI (eksklusif selama 6 bulan) sampai
yang terbanyak menimbulkan kematian usia anak 2 tahun. Selain itu, perawatan di
pada balita, penyakit pneumonia bukanlah rumah sangat penting bagi penatalaksa-
penyakit yang baru terdeteksi saat ini. Di naan anak dengan ISPA.
Indonesia sendiri, pneumonia merupakan Banyak faktor yang mempengaruhi
penyebab kematian nomor tiga setelah tingginya kejadian ISPA pada anak bayi dan
cardiovaskuler dan TBC. Hal ini diakibatkan balita yakni faktor intrinsik (umur, status
karena faktor sosial ekonomi yang rendah, gizi, status imunisasi, jenis kelamin) dan
sehingga meningkatnya angka kematian. faktor ekstrinsik (perumahan, sosial eko-
72 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia, Vol. 1, No. 2, Desember 2017: 70-75

nomi, pendidikan). Risiko akan berlipat Tujuan penelitian ini adalah untuk
pada anak usia dibawah dua tahun yang mengetahui Hubungan Status Gizi Dengan
daya tahan tubuhnya belum sempurna. Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja
ISPA pada anak dibawah dua tahun harus Puskesmas Margaharja Kecamatan Suka-
diwaspadai oleh orang tua, karena dapat dana Kabupaten Ciamis.
menyebabkan kematian (Yulia, 2010).
Gizi merupakan salah satu faktor pen- Metode Penelitian
ting yang menentukan tingkat kesehatan Penelitian ini bersifat analitik kuanti-
dan kesejahteraan manusia. Gizi adalah tatif dengan pendekatan cross sectional.
suatu proses organisme menggunakan Populasi dalam penelitian ini adalah selu-
makanan yang dikonsumsi secara normal ruh ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas
melalui proses digesti, absorpsi, transpor- Margaharja Kecamatan Sukadana Kabupa-
tasi, penyimpanan, metabolisme dan pe- ten Ciamis periode Januari-September
ngeluaran zat-zat yang tidak digunakan un- 2013 sebanyak 1.684 orang. Teknik pe-
tuk mempertahankan kehidupan, pertum- ngambilan sampel yang digunakan dalam
buhan dan fungsi normal dari organ-or- penelitian ini accidental sampling seba-
gan, serta energi. Kecukupan gizi balita nyak 94 orang.
dapat dilihat dari status gizinya (Anwar Pengumpulan data berupa data pri-
2009). mer dengan menggunakan lembar chek
Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis list. Data status gizi didapatkan dengan
berdasarkan laporan tahunan seksi P4B melihat catatan, dan penimbangan secara
(Pengendalian, Pemberantasan, dan Pe- langsung oleh peneliti dengan menggu-
nanganan Bencana). Penemuan jumlah nakan timbangan yang disiapkan oleh pe-
penderita ISPA pada tahun 2012 mencapai neliti. Untuk kejadian ISPA didapatkan de-
5.823 balita dari 111.927 sasaran balita. Hal ngan melihat rekam medik dari hasil pe-
ini menunjukan bahwa ISPA merupakan meriksaan klinis oleh tenaga kesehatan.
permasalahan serius yang perlu ditangani. Analisis univariat dilakukan untuk
Wilayah Kerja Puskesmas Margaharja mengetahui distribusi frekuensi (frekuensi
Tahun 2013 bahwa jumlah balita sebanyak setiap variabel diubah dalam satuan per-
1.684 orang, yang mengalami kejadian ISPA sen (%)). Analisis bivariat dilakukan untuk
sebanyak 208 orang dari 168 sasaran balita mengetahui hubungan antara variabel
dibandingkan dengan Puskesmas lain yang bebas dengan variabel terikat menggu-
berada di Kabupaten Ciamis (Profil Pus- nakan uji statistic Chi Square
kesmas Margaharja, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang Hasil dan Pembahasan
dilakukan kepada 10 orang ibu balita de-
ngan teknik wawancara di Wilayah Kerja Tabel 1. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita
Puskesmas Margaharja, diketahui bahwa Status Gizi F %
sebanyak 8 orang ibu memiliki balita Gizi Lebih 3 3,2
dengan status gizi kurang serta mengalami Gizi Baik 39 41,5
Gizi Kurang 47 50
kejadian ISPA dan sebanyak 2 orang memi-
Gizi Buruk 5 5,3
liki balita dengan status gizi baik serta Jumlah 94 100
tidak mengalami kejadian ISPA.
Neli Sunarni, dkk., Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA... 73

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan (50%), gizi baik 39 balita (41,5%) sedangkan


bahwa bahwa status gizi terbanyak adalah balita dengan gizi buruk sebanyak 5 balita
status gizi kurang sebanyak 47 balita (50%), (5,3%) dan balita gizi lebih 3 balita (3,2%).
sedangkan paling sedikit status gizi lebih Keadaan status gizi dipengaruhi oleh pe-
sebanyak 3 balita (3,2%). nyebab langsung dan tidak langsung. Pe-
nyebab langsung adalah faktor makanan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA pada
anak dan penyakit infeksi yang diderita
Balita
anak. Sedangkan penyebab tidak langsung
Kejadian ISPA F %
adalah ketahanan pangan di keluarga,
ISPA 63 67
Tidak ISPA 31 33 pola pengasuhan anak, serta pelayanan
Jumlah 94 100 kesehatan lingkungan.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan Keadaan status gizi yang baik dipe-
kejadian ISPA sebanyak 63 balita (67%) dan ngaruhi keadaan kesehatan yang baik (ti-
yang tidak mengalami ISPA sebanyak 31 dak menderita penyakit infeksi) dan status
balita (33%). sosial ekonomi yang akan mempengaruhi
daya beli dan ketersediaan pangan dalam
Tabel 3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian rumah serta konsumsi makanan dalam ke-
ISPA pada Balita luarga. Peningkatan pendapatan memung-
Status Gizi Kejadian ISPA Total kinkan orang untuk memilih makan yang
Balita ISPA Tidak ISPA terbaik untuk memenuhi kebutuhannya
Gizi Lebih 1 2 3 (Supariasa 2010).
33,3% 66,7% 100%
Gizi Baik 11 28 39
28,2% 71,8% 100%
Gizi Kurang 46 1 47 Kejadian ISPA pada Balita
97,9% 2,1% 100% Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Gizi Buruk 5 0 5
100% 0% 100%
balita yang mengalami ISPA sebanyak 63
Total 63 31 94 balita (67%), dan sisanya 31 balita (33%)
67% 33% 100% tidak mengalami ISPA. Depkes RI (2010)
Hasil uji Chi Square = 50,825, p-value = 0,000 menyebutkan faktor penyebab ISPA pada
balita antara lain berat badan bayi rendah
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa (BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang
dari 47 balita dengan gizi kurang didapat- tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal
kan sebanyak 46 balita (97,9%) mengalami dan lingkungan fisik.
ISPA dan sisanya 1 balita (2,1%) tidak me- Lingkungan yang berpengaruh dalam
ngalami ISPA proses terjadinya ISPA adalah lingkungan
Berdasarkan hasil uji statistik Chi perumahan, dimana kualitas rumah ber-
Square menunjukkan ada hubungan status dampak terhadap kesehatan anggotanya.
gizi dengan kejadian ISPA dengan nilai = Kualitas rumah dapat dilihat dari jenis
50,825 dan p-value = 0,000 ( P< 0,05). atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan
hunian dan jenis bahan bakar masak yang
Status Gizi Balita dipakai.
Hasil penelitian menunjukan balita
dengan gizi kurang sebanyak 47 balita
74 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia, Vol. 1, No. 2, Desember 2017: 70-75

Hubungan Status Gizi dengan Kejadian dapat mengakibatkan status gizi yang
ISPA pada Balita buruk pada balita dan sebaliknya balita
Hasil penelitian menunjukkan me- yang mengalami gizi buruk maka ISPA yang
nunjukkan bahwa balita dengan status gizi diderita akan semakin parah.
kurang sebanyak 97,9% mengalami ISPA,
sedangkan balita dengan gizi baik 71,8% Simpulan
tidak mengalami ISPA. Hasil uji statistik Status gizi balita di wilayah kerja Pus-
menunjukkan ada hubungan status gizi de- kesmas Margaharja Sukadana Ciamis sete-
ngan kejadian ISPA pada balita. ngahnya adalah gizi kurang sebanyak 47
Faktor yang mempengaruhi tingginya balita (50%).
kejadian ISPA pada anak bayi dan balita Kejadian ISPA di wilayah kerja Pus-
yaitu status gizi. Risiko akan berlipat ganda kesmas Margaharja Sukadana Ciamis seba-
pada anak usia dibawah dua tahun yang gian besar mengalami ISPA sebanyak 63
daya tahan tubuhnya masih belum sem- balita (67%).
purna. ISPA pada anak dibawah dua tahun Ada hubungan status gizi dengan
harus diwaspadai oleh orang tua, karena kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas
dapat menyebabkan kematian (Yulia, Margaharja Sukadana Ciamis dimana p-
2010). value = 0,000 (p<0,005).
Balita dengan gizi yang kurang akan
lebih mudah terserang ISPA dibandingkan Ucapan Terima Kasih
balita dengan gizi normal karena faktor Penulis mengucapkan terimakasih
daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit kepada seluruh civitas akademika Sekolah
infeksi sendiri akan menyebabkan balita Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
tidak mempunyai nafsu makan dan meng- Ciamis, dan seluruh balita serta ibu balita
akibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan di wilayah kerja Puskesmas Margaharja
gizi kurang, balita lebih mudah terserang Sukadana Ciamis yang telah bersedia
“ISPA berat” bahkan serangannya lebih menjadi responden.
lama (Anwar, 2009).
Berdasarkan penelitian Kartasasmita Daftar Pustaka
(2005), diketahui bahwa prevalensi ISPA Anwar, 2009. Pentingnya Gizi bagi Ma-
cendrung lebih tinggi pada anak dengan nusia . Available at: www.digilib.
status gizi buruk. Status gizi merupakan unila.ac.id/178/3/ [Accessed August
faktor risiko yang paling berpengaruh 15, 2014]
dalam kejadian ISPA pada balita. Status gizi Asrun, 2010. Kasus Kematian Pada Anak.
yang buruk akan lebih mudah terserang Available at: http://depkes.go.id/
ISPA dan balita yang menderita ISPA [Accessed August 10, 2014]
dapat menyebabkan balita mengalami Dinas Kesehatan Ciamis, 2012. Laporan
gangguan status gizi akibat gangguan
Tahunan Seksi P4B (Pengendalian,
metabolisme tubuh. Tingkat keparahan
Pemberantasan dan Penanganan
ISPA sangat mempengaruhi terjadinya
Bencana), Ciamis.
gangguan status gizi pada balita, semakin
Departemen Kesehatan RI, 2011. Profil Ke-
parah ISPA yang diderita balita maka akan
sehatan Indonesia 2011. Available
Neli Sunarni, dkk., Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA... 75

at: http://www.depkes.go.id/down
loads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_
INDONESIA_TAHUN_2011 [Accessed
August 10, 2014]
Departmen Kesehatan RI, 2010. Klasifikasi
Status Gizi. Available at : http://
www.depkes.go.id [Accessed Au-
gust 8th, 2014]
Puskesmas Margaharja, 2013. Profil Pus-
kesmas Margaharja . Sukadana
Kabupaten Ciamis.
Supariasa, 2010. Penilaian Status Gizi .
Jakarta : EGC.
Yulia, 2010. Faktor-faktor yang Mempenga-
ruhi Kejadian ISPA. Available at:
h tt p : / / w w w. d e p k e s r i . c o m .
[Accessed August 15, 2014]

Anda mungkin juga menyukai