Anda di halaman 1dari 29

Identifikasi Telur Cacing Nematoda Usus

Soil Transmitted Helminths (STH) Pada Sampel


Feses dan Kuku Pada Anak

Dwi Septian Wijaya

Program Ilmu Kesehatan Masyarakat


Pascasarjana Uhamka
Backgroud

Rumusan Masalah

Soil Transmitted Helminths (STH) adalah


penyakit yang dianggap tidak penting di
masyarakat.
Prevalensi STH di Indonesia masih tinggi yang
menyatakan bahwa Indonesia endemis
kecacingan.
Dimana kebanyakan yang terinfeksi kecacingan
adalah anak sekolah dasar.

1
Backgroud Next

Rumusan Masalah

Anak sekolah dasar pada umumnya memiliki


kesenangan bermain tanah dan menyebabkan kuku jari
tangan kotor.
Berdasarkan survei pendahuluan pada anak sekolah
dasar cenderung bermain tanah, kuku jarinya panjang
dan kotor, serta tidak mencuci tangan sebelum makan.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis
keberadaan telur cacing pada kotoran kuku dan pada
sampel feses.

2
Backgroud

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengidentifikasi keberadaan telur cacing Soil


Transmitted Helminth pada kuku dan sampel feses

2.Tujuan khusus

Untuk menetapkan jenis telur cacing Soil


Transmitted Helminths pada kuku dan feses murid
dengan metode natif.
3
Backgroud

Indonesia merupakan salah satu Negara tropis dengan kelembapan yang


tinggi dan mempunyai lingkungan yang baik untuk perkembangbiakan
cacing, terutama Soil Transmitted Helminths (STH).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) lebih dari 1,5
milyar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi Soil Transmited
Henminht (STH) infeksi tersebar luas didaerah tropis dan sub tropis
dengan jumlah terbesar terjadi di sub- Sahara, Afrika, Amerika, China dan
Asia Timur.

4
Backgroud
Di Indonesia penyakit kecacingan mempunyai prevalensi yang
cukup tinggi yaitu sekitar 60% dari 220 juta penduduk dan
21% di antaranya menyerang anak usia sekolah dasar. (Fatimah
dkk,2012).

STH sendiri masih dianggap tidak penting di masyarakat,


karena dianggap tidak membahayakan atau menyebabkan
kematian. Namun pada kenyataannya dampak dari infeksi STH
dapat menyebabkan penurunan kesehatan bahkan kematian
(Depkes RI, 2010).

5
Backgroud

STH merupakan penyebab penyakit kecacingan terbanyak di


dunia, terutama spesies cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duuodenale), dan cacing cambuk (Trichuris trichiura).

Hasil survei kecacingan oleh Ditjen PP & PL (2009) menyebutkan


bahwa 31,8% siswa - siswi SD menderita kecacingan. Menurut
Kemenkes RI (2012), angka kecacingan di Indonesia adalah 28%.

6
Backgroud

Penelitian yang dilakukan di Sumatera Utara pada anak Sekolah Dasar


di Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa
dari 150 responden yang diperiksa didapatkan hasil positif terinfeksi
STH yaitu 63 orang (48,67%). Infeksi terbanyak adalah Ascaris
lumbricoides yaitu 72,60% sedangkan Trichuris trichura 24,65% dan
cacing tambang 2,75% (Erida, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian Nursyamsiah (2013) di SDN Trimulyo 01


Genuksari Semarang tahun 2013 menunjukkan dari 39 siswa SDN Trimulyo
01 terdapat 79,5% siswa terdapat telur cacing ascaris dan 25,7% terdapat
telur Trichuris.

7
Backgroud

Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada pihak sekolah dalam melakukan


pencegahan penyakit kecacingan, seperti mengadakan program
pemeriksaan pada kuku dan feses
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perilaku hygiene
yang baik untuk mencegah penyakit kecacingan pada anak

Menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam penerapan ilmu


yang diperoleh selama perkuliahan

8
Literature
Epidemiologi

Soil Transmitted Helminths (STH) adalah nematoda usus yang dalam


siklusnya hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan
(Rusmatini,2009).
Cacing ini di tularkan melalui telur cacing yang di keluarkan bersamaan
dengan tinja orang yang terinfeksi di daerah yang tidak memiliki sanitasi
yang memadai, telur ini akan mencemari tanah.
Ascariasis lumbricoides tersebar di seluruh dunia, diperkirakan 1300 juta
orang terinfeksi. Setelah 2-4 minggu telur Ascaris di tanah dengan
kelembapan, temperature daan oksigen optimal, embrio mengalami
pergantian kulit (molting) menjadi larva stadium dua yang masih tetap
infektif selama dua tahun atau lebih.
Gambar cacing ascaris lumbricoides
(Sumber : Adi kumoro,2017)
Morfologi
Gambar telur fertil Ascaris lumbricoides
(sumber iin citra 2012)
9
Literature

Siklus Hidup

Keterlibatan anak secara langsung dengan lingkungan tempat bermain merupakan kelompok
rawan infeksi mengingat sulitnya menjaga kebersihan. Status higienis seorang anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar termasuk orang tua dan lingkungan keluarga.

Faktor-faktor masih tingginya angka kejadian penyakit kecacingan karena sanitasi lingkungan
yang belum memadai, kebersihan diri yang buruk, tingkat pendidikan dan kondisi sosial ekonomi
yang rendah, pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat yang belum membudaya, serta kondisi
geografis yang sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan cacing (Suhartono, 1998).

10
Literature
Gejala Klinis

Batuk, Demam, Bunyi mengi saat bernafas (wheezing), Muntah, Napas pendek,
Perut buncit, Nyeri perut, Usus tersumbat, Saluran empedu tersumbat

Pencegahan

Peningkatan hygiene pribadi, cuci tangan sebelum makan, hindari makan


sayuran mentah, dan perbaikan cara pembuangan feses, memakai sepatu bila
berada di daerah di mana tanahnya terkontaminasi (Entjang, 2003).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan berupa mendeteksi telur cacing atau larva pada feses manusia.
Pemeriksaan rutin feses dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.
Pemeriksaan kuku dilakukakan dengan pemotongan kuku dan dilakukan
secara mikroskopis
11
Literature
Review 1

Topik Penelitian = Infeksi cacing soil transmitted helminths pada penjual tanaman hias Di
bintaro kota mataram

Metode penelitian deskriptif dengan dengan desain cross sectional, yang bertujuan untuk
mengetahui adanya infeksi cacing STH pada penjual tanaman hias di Bintaro Kota Mataram
dan mengidentifikasi jenis cacing STH yang ditemukan.

Penelitian dilakukan di laboratorium Parasitologi jurusan Analis Kesehatan Poltekkes


Kemenkes Mataram. Sampel adalah feses dan jari-jari tangan penjual tanaman hias sebanyak
14 orang. Sampel feses diperiksa dengan cara langsung menggunakan larutan eosin 2%,
sedangkan sampel jari-jari tangan diperiksa menggunakan larutan NaOH 0,25%.

Hasil menunjukkan bahwa dari 14 penjual tanaman hias, didapatkanan sebanyak 3 orang yang
terinfeksi cacing STH, dimana 1 orang yang terinfeksi 1 jenis cacing STH dan 2 orang lainnya
terinfeksi lebih dari 1 jenis cacing STH, sedangkan 11 orang lainnya tidak terinfeksi cacing
STH.
12
Review 2

Topik Penelitian = Identifikasi Telur Cacing Sth (Soil Transmitted Helminthes) Pada Kuku
Pemulung Di Tempat Pembuangan Sementara (Tps) Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota
Mataram

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan menghitung persentase telur cacing
Soil Transmitted Helminthes.

Jenis penelitian ini adalah Observasional Deskriptif, dengan menggunakan metode observasi
atau pengamatan, dan dilakukan terhadap 20 sampel kuku pemulung, pemeriksaan
dilaksanakan di Laboratorium Politeknik “Medica Farma Husada” Mataram dengan metode
pemeriksaan sedimentasi.

Hasil pemeriksaan 20 sampel kuku pemulung didapatkan hasil sebanyak 2 orang (10%)
terinfeksi cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dengan jenis
kelamin laki-laki, sedangkan 18 orang (90%) tidak terinfeksi Soil Transmitted Helminthes.

13
Review 3

Topik Penelitian = Identifikasi Telur Nematoda Usus (Soil Transmitted Helmints) Pada Anak
Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Puuwatu

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya telur Nematoda usus pada anak-anak
usia 6-9 tahun menggunakan metode langsung dengan NaCl fisiologis.

Jenis penelitian merupakan observasi laboratorik yang bersifat deskriptif. Sampel yang
dianalisa adalah feses dari 10 sampel anak usia 6-9 tahun di sekitaran Tempat Pembuangan
Akhir Sampah (TPA) Puuwatu, dengan pengambilan sampel secara accidental sampling serta
digunakan Eosin sebagai pembanding dan di amati di mikroskop.

Hasil penelitian dan identifikasi pada sampel feses ditemukan Telur cacing Nematoda usus
positif 8 orang dari 10 sampel. Jenis telur cacing yang ditemukan adalah 6 telur cacing Ascaris
lumbricoides, 1 telur Trichuris trichiura, dan 1 telur Cacing tambang.

14
Review 4

Topik Penelitian = Kontaminasi Telur Cacing Soil-transmitted Helmints (STH) pada Sayuran
Kemangi Pedagang Ikan Bakar di Kota Palu Sulawesi Tengah

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui kontaminasi Soil-transmitted Helmints (STH) pada
Sayuran Kemangi Pedagang Ikan Bakar di Kota Palu Sulawesi Tengah

Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Penentuan
sampel disesuaikan dengan jumlah pedagang ikan bakar yang tersebar di kota Palu,
pengumpulan dan pemeriksaan sampel kemangi dengan metode pengendapan NaOH.
Sebanyak 93 sampel daun kemangi yang tersebar di wilayah Palu Selatan, Palu Barat, Palu
Timur, dan Palu Utara.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa jumlah sampel yang terkontaminasi telur cacing Soil-
transmitted Helmints pada sebanyak 37 sampel (39,8%). Kontaminasi kemangi yang disajikan
di atas meja sebanyak 22 sampel (44%), sedangkan kemangi yang masih stok adalah 15
sampel (34,8%)

15
Review 5

Topik Penelitian = Prevalensi Kecacingan Soil Transmitted Helminths (Sth) Pada Siswa SDN I
Kromengan Kabupaten Malang

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui
jenis telur STH dan prevalensi kecacingan STH pada siswa SDN I Kromengan

Sampel dalam penelitian ini yaitu telur STH yang ditemukan di kuku jari tangan 48 siswa kelas
I-VI SDN I Kromengan. Larutan rendaman kuku kemudian disentrifugasi dan diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x10.

Hasil menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan STH pada siswa SDN I Kromengan adalah
sebesar 48% yaitu kategori sedang dengan rincian Ascaris lumbricoides sebesar 37,5%
(kategori sedang) dan Trichuris trichiura 17% (kategori rendah).

16
Review 6

Topik Penelitian = Gambaran Kecacingan Nematoda Usus Soil Transmitted Helminth (Sth)
Pada Siswa SDN Mali Mali

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya infeksi telur cacing nematoda
usus Soil Transmitted Helminth (STH) dan tingkat personal hygiene dari siswa-siswi kelas 3,
kelas 4, dan kelas 5

Penelitian ini bersifat Survey Deskriptif. Pemeriksaan telur cacing menggunakan metode
langsung dengan sampel berupa feses segar yang diawetkan menggunakan cairan formalin
10% dan penilaian personal hygiene menggunakan kuesioner. Sampel tinja di teteskan 1 - 2
tetes larutan lugol 2% di atas objek glass, diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran
lemah (10 x 10) dan dilanjutkan dengan perbesaran sedang (10 x 40).

Hasil penelitian dari 52 sampel feses, siswa yang positif terinfeksi kecacingan sebanyak 4
orang (7,70%) dengan penginfeksi hanya cacing Ascaris lumbricoides. Kontaminasi terjadi
pada kelompok umur 9 tahun sebanyak 2 orang (3,85%) dan kelompok umur 10 tahun
sebanyak 214orang (3,85%). Infeksi tertinggi terjadi pada anak perempuan yaitu sebanyak 3
orang (5,77%) dan pada tingkat personal hygiene yang cukup baik sebanyak 4 orang (7,70%)
Review 7

Topik Penelitian = Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD
di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian infestasi STH pada anak SD di
daerah pesisir sungai di Tapung Kampar, Riau.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang menggambarkan angka kejadian infestasi STH pada
feses. Kemudian tinja tersebut di bawa ke Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Riau, tinja langsung diperiksa dengan menggunakan Pewarnaan Eosin dan
diperiksa dengan mikroskop perbesaran 4x dan 10x.

Sebanyak 98 subyek penelitian yang diperiksa didapatkan positif infeksi STH sebesar 13,2%
dengan angka kejadian infeksi A.lumbricoides 1,0%. T.trichiura sebanyak 4,1%, cacing tambang
2,0%, campuran A.lumbricoides dan T.trichiura 5,1%, dan infeksi campuran T.trichiura dan
cacing tambang 1,0%. Angka kejadian infestasi STH pada anak di daerah pesisir sungai Tapung
Kampar,Riau tergolong cukup rendah.

18
Feses yang tercemar di tanah
Kerangka Teori

Bentuk infektif tertelan manusia akan


menetas menjadi larva di usus halus

larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa
dan dialirkan ke jantung,

Masuk ke dinding pembuluh darah,


lalu melalui dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke
trakea melalui bronkeolus dan bronkus

Sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan


masuk ke esophagus, lalu menuju ke usus halus tumbuh menjadi cacing
dewasa
19
Kerangka Konsep
Feses pada anak

Pemeriksaan pada laboratorium

Metode natif

Ditemukan bentuk Telur Tidak Ada Di Temukan Telur


Soil Transmitted Helmiths Soil Transmitted Helmiths

Jenis telur cacing (STH) Ascaris lumbricoides

Trichuris trichura

Necator americanus dan


Ancylostoma duodenale
20
Materials And Methods

Desain Penelitian dalam penelitian ini adalah Jenis penelitian ini adalah
survey yang bersifat deskriftif dengan pendekatan laboratorik yaitu untuk
mengetahui gambaran hasil identifikasi telur cacing pada feses dan kuku
pada anak

Waktu dan tempat penelitian


1. Pemeriksaan telur cacing Soil Transmitted Helminths dilakukan di
Laboratorium parasitologi Fakultas Kedokteran Uhamka
2. Penelitian ini di lakukan pada tanggal 14 – 19 Januari 2019.

21
Materials And Methods
Cara pemeriksaan pada feses
1) Alat
Analitik
a) Pipet tetes
a) Siapkan objek glass kemudian teteskan
b) Objek gelass
dengan eosin 2% sebanyak 1-2 tetes pada objek
c) Cover gelass
gelas.
d) Pot sampel
b) Ambil tinja dengan lidi, taruh di atas gelas
e) Lidi
objek yang telah berisi eosin 2%
f) Mikroskop
c) Ratakan tinja dengan eosin menggunakan lidi
d) Tutup dengan cover gelas
2) Bahan : Eosin 2%
e) Lihat di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10x10 dan 10x40
3) Pengambilan sampel
1. Siapkan pot sampel
Pasca analitik
2. Di beri label kemudian berikan pada
Hasil positif di tandai dengan adanaya telur
masing-masing murid
cacing pada sampel dan negatif bila tidak di
yang telah di tentukan
temukan telur cacing pada sampel
3. Dibawa ke laboratorium
4. Dilakukan pemeriksaan
22
Materials And Methods
Cara Pemeriksaan Kotoran Kuku
Cara kerja
Bahan terdiri dari :
1. Tambahkan atau masukkan KOH 1% sebanyak
10 ml ke dalam pot plastik
1. Gunting kuku
yang berisi sampel potongan kuku siswa.
2. Pot plastic 20 ml
2.Tunggu ± 30 menit.
3. KOH 1%
3.Aduk dengan tangkai pengaduk dari gelas.
4.Tangki pengaduk
4.Tuangkan ke tabung sentrifusi
5.Tabung sentrifuge
5. Sentrifusi dengan kecepatan 200 rpm selama
6. Saringan the
15 menit.
7. Pipet
6. Sedimen diambil dengan menggunakan pipet
8. Objek gelas
dan diletakkan diatas objek gelas, tutup dengan
9. Cover gelas
cover gelas.
10. Mikroskop
7. Periksa dibawah mikroskop.
Catatan : perendaman dengan KOH untuk
melepaskan telur cacing dari kuku serta
kotoran lain.

23
Populasi dan sampel

1. Populasi sebanyak 170 orang mulai kelas 1 - 3


2. Sampel sebanyak 34 sampel. sampel diambil menggunakan teknik random
sampling yaitu di ambil secara acak.

Karena jumlah populasi lebih dari 100 orang maka untuk menentukan besar
sampel maka yang di gunakan pada penelitian ini adalah 20% dari populasi
dengan rumus N= n x %

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3


N=nx% N=nx% N=nx%
N = 60 x 20% N = 50 x 20% N = 60 x 20%
N = 12 N =10 N = 12

Jadi dari populasi 170 dapat di tarik kesimpulan 34 sampel yang akan di ambil
untuk di teliti.

24
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini yaitu
1. semua anak kelas satu sampai kelas 3
2. Bersedia menjadi responden
3. Mendapatkan ijin dari orang tua

Kriteria eksklusi

Kriteria ekslusi penelitian ini yaitu


1. Anak yang tidak masuk pada saat pengambilan sampel
2. Orang tua dari anak tidak mengijinkan
3. Tidak bersedia menjadi responden

25
Etik Penelitian

Dalam penelitian ini masalah etika sangat perlu di perhatikan dengan menggunakan
metode:
a) Imfomed content
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dan kepala sekolah.

b) Confidentiality (kerahasiaan)
Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Informasi yang di kumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada hasil riset

c) Lolos uji etik dari pihak kampus


Yaitu serangkaian ujian berupa proposal penelitian yang akan diajukan peneliti,
kemudian di uji oleh panitia uji etik kampus, jika lolos uji etik maka akan
mendapatkan surat lolos uji etik penelitian dan berhak untuk melakukan penelitian.

26
Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan bahwa terdapat 2 sampel positif adanya telur
cacing Soil Transmitted Helminths yang di antaranya yaitu 1 sampel positif dengan telur cacing
Trichuris trichura dan satu sampel lainnya positif dengan adanya telur cacing Ascaris
lumbricoides.

No. Telur Cacing soil transmitted helminth Frekuensi


1 Ada telur 2 sampel
2 Tidak Ada telur 32 sampel
jumlah 34

Keberadaan Telur Cacing Pada Kotoran Kuku

No. Telur Cacing di Kuku Frekuensi


1 Positif 2 sampel
2 Negatif 32 sampel
jumlah 34

27
SEKIAN
DAN TERIMA KASIH

28

Anda mungkin juga menyukai