Anda di halaman 1dari 7

Sevfianti, Betta Kurniawan, Hanna Mutiara, Jhons Fatriyadi SuwandiIHubungan Pencemaran Tanah oleh Telur Soil-

Transmitted-Helminth (STH) dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Krawangsari Natar

Hubungan Pencemaran Tanah oleh Telur Soil-Transmitted-Helminth (STH)


dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01
Krawangsari Natar
Sevfianti1, Betta Kurniawan2, Hanna Mutiara2, Jhons Fatriyadi Suwandi2
1Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. 24% dari populasi dunia terinfeksi oleh Soil
Transmitted Helminth (STH), yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma
duodenale. Keadaan sosial ekonomi rendah, lingkungan dengan sanitasi buruk, tidak memperhatikan kebersihan makanan
dan minuman, menyebabkan tingginya angka kejadian kecacingan terutama pada anak-anak usia prasekolah dan usia
sekolah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pencemaran tanah oleh telur STH dengan keajadian
kecacingan pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional dengan
teknik pengambilan sampel total sampling. Dilakukan pemeriksaan terhadap feses siswa SDN 01 Krawangsari Natar dan
tanah halaman rumah siswa. Pemeriksaan dengan metode floating. Sampel feses dilarutkan dengan larutan NaCl jenuh.
Tambahkan NaCl jenuh sampai tabung reaksi penuh dan tutup dengan cover glass. 5-10 menit kemudian amati dibawah
mikroskop. Pemeriksaan tanah dengan menggunakan larutan MgSO4 jenuh. Sampel yang telah dilarutkan disentrifuse,
buang supernatan lalu tambahkan larutan MgSO4 jenuh dan sentrifuse kembali. Kemudian tambahkan MGSO4 sampai
penuh, tutup dengan cover glass. 15-20 menit, amati dibawah mikroskop. Hasil uji Chi-Square pencemaran tanah terhadap
kejadian kecacingan p=0,062. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna karena p>0.05. Tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pencemaran tanah oleh telur STH dengan kejadian kecacingan pada anak SDN 01
Krawangsari Natar.

Kata kunci: Kejadian kecacingan, pencemaran tanah, Soil Transmitted Helminth

Correlation of Soil Pollution by Soil Transmitted Helminth’s Eggs with


Helminthiasis in Student of SDN 01 Krawangsari Natar
Abstract
Helminthiases incidence remains a public health problem. 24% of the world population is infected by STH. It is Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus and Ancylostoma duodenale. Low socio-economic circumstances,
environments with poor sanitation, did not pay attention to the cleanliness of food and drinks, causing high incidence of
helminthiasis, especially in children of preschool and school age. This study was conducted to determine the relationship of
soil contamination by STH’s eggs with helminthiases in children. This research is an observational analytic study with cross
sectional design with total sampling techniques. In this research is doing stool examination for students of SDN 01
Krawangsari Natar and soil student home page. Stool examination is using floating method. Stool samples were dissolved
with saturated NaCl solution. Add saturated NaCl until a full test tube and cover with a cover glass. After 5-10 minutes
observed under a microscope. Examination of the soil by using a solution of saturated MgSO4. Samples were dissolved
centrifuged, put off the supernatant and then added a solution of saturated MgSO4 and centrifuge back. Then add MgSO4
to the brim, cover with a cover glass. After 15-20 minutes observed under a microscope. The results of Chi-Square test of
soil contamination on the incidence of helminthiases p = 0.062. Results showed that there was no significant corelation
because of p> 0.05. There are no significant correlation of soil contamination by STH’s egg with helminthiases incidence in
student of SDN 01 Krawangsari Natar.

Key word: Helminthiases, soil pollution, Soil Transmitted Helminth

Korespondensi: Sevfianti, alamat Jl.Gajah No.3 Sidodadi Kedaton Bandar Lampung, HP: 0822-8042-4791,
Email: sevfianti.j@gmail.com

PENDAHULUAN cacing yang ditularkan melalui tanah. Angka


Kejadian kecacingan masih menjadi kejadian terbesar di Sub-Sahara Afrika,
masalah kesehatan masyarakat. Lebih dari satu Amerika, Cina dan Asia Timur. Di Indonesia
miliar orang terinfeksi oleh Soil Transmitted prevalensi penyakit kecacingan masih tinggi,
Helminth (STH).1 Data dari World Health yaitu 45-65%. Di wilayah-wilayah tertentu
Organization (WHO) pada tahun 2015 dengan sanitasi yang buruk prevalensi
menyebutkan bahwa lebih dari 1,5 miliar orang kecacingan bisa mencapai 80% (Chadijah,
atau 24% dari populasi dunia terinfeksi oleh

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|127


Sevfianti, Betta Kurniawan, Hanna Mutiara, Jhons Fatriyadi SuwandiIHubungan Pencemaran Tanah oleh Telur Soil-
Transmitted-Helminth (STH) dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Krawangsari Natar

2014). Prevalensi kecacingan di Provinsi tinggi infeksi STH daripada anak-anak yang
Lampung pada tahun 2012 adalah 6,32%.2 tinggal di kota.8
Spesies utama yang menginfeksi Pencemaran tanah oleh feses yang
manusia adalah cacing gelang (Ascaris terinfeksi merupakan media penularan yang
lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris baik bagi penularan STH. Samad (2009) dalam
trichiura) dan cacing kait (Necator americanus penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat
dan Ancylostoma duodenale). Lebih dari 270 korelasi bermakna antara jumlah telur cacing di
juta anak usia prasekolah dan lebih dari 600 tanah dengan intensitas infeksi Ascaris
juta anak usia sekolah tinggal di daerah yang lumbricoides. Semakin banyak telur di tanah
banyak terdapat parasit ini.3 Cacing lain yang semakin bertambah tingkat intensitas infeksi
juga dapat menginfeksi manusia diantaranya cacing. Perbedaan terdapat pada Trichuris
Strongyloides stercoralis, beberapa spesies trichiura. Jumlah telur Trichuris trichiura di
Trichostrongylus, Oxyuris vermicularis, dan tanah tidak mempunyai korelasi yang
Trichinella spiralis.4 Keadaan sosial ekonomi bermakna dengan intensitas infeksi Trichuris
yang rendah, lingkungan dengan sanitasi yang trichiura.9 Anak-anak yang menderita infeksi
buruk, tidak memperhatikan kebersihan STH namun tinggal di lingkungan yang tidak
makanan atau minuman, bermain di tanah, tercemar kemungkinan mendapatkan infeksi
tidak mencuci tangan sebelum makan, BAB di dari tempat bermain yang lingkungannya
sembarang tempat, dan pemanfaatan feses tercemar oleh feses yang mengandung telur
sebagai pupuk tanaman menjadi faktor risiko cacing. Oleh karena itu, pengendalian
infeksi cacing.5 lingkungan dari STH dapat menjadi upaya yang
Infeksi STH ditularkan melalui telur efektif untuk mencegah infeksi cacing.1
cacing yang terdapat dalam feses manusia yang Berdasarkan latar belakang yang telah
terinfeksi. Cacing dewasa yang tinggal di usus dikemukakan bahwa kejadian kecacingan
dapat menghasilkan ribuan telur setiap hari. Di masih banyak di Indonesia dan berkaitan
daerah yang sanitasinya tidak memadai, telur- dengan kontaminasi tanah oleh telur cacing,
telur ini akan mencemari tanah dengan maka peneliti ingin melakukan penelitian
berbagai cara. Telur dapat melekat pada mengenai hubungan pencemaran tanah oleh
sayuran yang kemudian tertelan tanpa dicuci, telur STH dengan kejadian kecacingan pada
dikupas dan dimasak dengan baik. Telur dapat siswa SDN 01 Krawangsari Natar. SDN 01
tertelan dari sumber air yang terkontaminasi, Krawangsari Natar merupakan sekolah dasar
dan telur tertelan oleh anak-anak yang yang lingkungannya masih berupa tanah.
bermain tanah yang terkontaminasi kemudian Halaman rumah siswa-siswi pun masih berupa
meletakkan tangan dimulut tanpa mencuci tanah. Di sekitar sekolah dan rumah mereka
tangan. Selain itu, penularan cacing kait dapat tidak ditemukan sungai. Saat bermain di
menembus kulit yang terjadi pada orang-orang lingkungan rumah dan sekolah, siswa-siswi ini
yang berjalan tanpa menggunakan alas kaki sering tidak menggunakan alas kaki dan
pada tanah yang terkontaminasi.3 Kejadian bermain tanah sehingga pada kuku kaki dan
kecacingan banyak pada anak-anak dan orang- tangan siswa-siswi ini terdapat banyak kotoran
orang miskin.1 Anak-anak sering menderita yang dapat menjadi sumber penularan infeksi
kecacingan karena kurangnya kebersihan diri cacing.
dan lingkungan, rendahnya pendidikan,
beraktivitas tanpa menggunakan alas kaki, METODE
kesehatan dan status gizi yang buruk, serta Jenis penelitian yang digunakan adalah
sering bermain tanah.6 Chadijah (2014) dalam observasional analitik dengan menggunakan
penelitiannya mengatakan bahwa anak usia rancangan cross sectional yaitu melakukan
Sekolah Dasar (SD) lebih sering diserang oleh observasi atau pengukuran variabel pada satu
infeksi cacing dikarenakan aktivitas mereka saat tertentu. Cara pengumpulan data
yang lebih banyak berhubungan dengan sekaligus dalam suatu waktu dengan tujuan
tanah.7 Selain itu, Kattula (2014) dalam untuk mecari hubungan antara variabel
penelitiannya menyebutkan bahwa anak-anak independen (pencemaran tanah oleh telur
yang tinggal di daerah kumuh memiliki risiko STH) terhadap variabel dependen (kejadian

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|128


Sevfianti, Betta Kurniawan, Hanna Mutiara, Jhons Fatriyadi SuwandiIHubungan Pencemaran Tanah oleh Telur Soil-
Transmitted-Helminth (STH) dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Krawangsari Natar

kecacingan). Selain itu dilakukan analisis Adapun kriteria inklusi pada penelitian
klaster dan pemetaan. ini adalah:
Penelitian ini dilakukan di SDN 01 a. Siswa dan orangtua yang bersedia
Krawangsari Natar. Pengambilan data berupa mengikuti penelitian dan telah mengisi
pengambilan feses dan pengambilan sampel lembar inform consent
tanah di halaman rumah siswa. Pemeriksaan b. Siswa yang tidak minum obat cacing dalam
sampel feses dan tanah dilakukan di waktu 6 bulan terakhir
Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi c. Orangtua yang bersedia untuk dilakukan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. pengambilan sampel tanah dihalaman
Penelitian ini di lakukan pada bulan Oktober rumahnya
2015. d. Tanah tempat anak sering bermain
Populasi adalah keseluruhan subjek e. Tanah disekitar rumah yang dekat dengan
penelitian. Populasi target pada penelitian ini tempat pembuangan sampah, kotoran dan
adalah seluruh siswa SDN 01 Krawangsari Natar jamban.
yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel pada Adapun kriteria ekslusi pada penelitian
penelitian ini adalah seluruh siswa SDN 01 ini adalah:
Krawangsari Natar yang berjumlah 74 orang a. Siswa yang halaman rumahnya semen
yang memenuhi kriteria inklusi. b. Tanah yang tidak bisa diperiksa
Teknik yang digunakan untuk c. Tanah yang jumlahnya terlalu sedikit
pengambilan sampel pada penelitian adalah d. Lokasi rumah yang sulit dijangkau
total sampling. Sampel diambil dari populasi e. Tanah yang tergenang air.
penelitian dengan sejumlah sampel yang
ditemukan pada periode penelitian. Alasan HASIL
pemilihan total sampling karena jumlah Hasil Univariat
populasi yang tersedia kurang dari 100. Adapun hasil pada analisis univariat
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Karakteristik anak berdasarkan jenis kelamin


Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 32 62,7
Perempuan 19 37,3
Total 51 100

Gambar 1. Karakteristik anak berdasarkan usia.

Gambar 2. Persentase jumlah siswa per kelas

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|129


Sevfianti, Betta Kurniawan, Hanna Mutiara, Jhons Fatriyadi SuwandiIHubungan Pencemaran Tanah oleh Telur Soil-
Transmitted-Helminth (STH) dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Krawangsari Natar

Tabel 2. Persentase Pencemaran Tanah oleh STH


Pencemaran Tanah oleh STH Frekuensi Persentase (%)
Positif 19 37,3
Negatif 32 62,7
Total 51 100

Tabel 3. Persentase Kejadian Kecacingan pada Anak


Kejadian Kecacingan Frekuensi Persentase (%)
Positif 29 56,9
Negatif 22 43,1
Total 51 100

Hasil Bivariat

Tabel 4. Hubungan Pencemaran Tanah oleh Telur STH dengan Kejadian Kecacingan pada Anak.
Kejadian Kecacingan Total

Positif Negatif
Pencemaran Tanah oleh Telur STH Positif 14 5 19
73,7% 26,3% 100
%
Negatif 15 17 32
46,9% 53,1% 100
%
Total 29 22 51
56,9% 43,1% 100
%

Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Pencemaran Tanah oleh Telur STH dengan Kejadian Kecacingan pada Anak
value df Asymp. Sig.
(2-sided)

Hubungan Pencemaran tanah oleh telur STH 3.493 1 .062


dengan kejadian kecacingan pada anak

Gambar 3. Peta infeksi STH pada siswa SDN 01 Krawangsari Natar skala Kabupaten Lampung Selatan.

Gambar 4. Peta infeksi STH pada siswa SDN 01 Krawangsari Natar.

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|130


Sevfianti, Betta Kurniawan, Hanna Mutiara, Jhons Fatriyadi SuwandiIHubungan Pencemaran Tanah oleh Telur Soil-
Transmitted-Helminth (STH) dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Krawangsari Natar

PEMBAHASAN Penularan STH dapat terjadi akibat


kebersihan perseorangan yang buruk. Tidak
Analisis Univariat memperhatikan kebersihan atau minuman
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa seperti membiarkan adanya vektor (lalat) pada
kejadian kecacingan pada anak SDN 01 makanan, tidak mecuci bersih bahan makanan,
Krawangsari Natar sebanyak 56,9% dan 43,1% tidak memasak makanan secara benar, tidak
tidak terinfeksi STH. Dari keseluruhan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
persentase anak yang menderita kecacingan, tidak mencuci tangan dengan sabun dan air
62,7% adalah laki-laki dan 37,3% adalah mengalir setelah BAB, dan pemanfaatan feses
perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian sebagai pupuk tanaman juga dapat menjadi
yang dilakukan oleh Hairani (2014) yang faktor lain yang mendukung tingginya angka
menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih kejadian kecacingan meskipun terdapat angka
banyak menderita kecacingan yaitu 7,83% dan pencemaran tanah yang rendah.
perempuan 3,97%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Berdasarkan usia, pada penelitian ini yang dilakukan oleh Chadijah (2014) yang
usia yang menderita kecacingan adalah 5-12 menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
tahun dengan usia terbanyak pada 8 tahun yang bermakna antara pengetahuan, perilaku
(21,6%) dan 9 tahun (21,6%). Hal ini sejalan dan sanitasi lingkungan dengan angka
dengan teori dari WHO (2015) yang kecacingan. Hal ini disebabkan karena
mengatakan bahwa infeksi kecacingan sangat terdapat angka kecacingan yang lebih kecil
berisiko pada anak usia prasekolah (4-6 tahun) disebabkan karena personal higiene anak yang
dan usia sekolah (6-12 tahun). baik walaupun sanitasinya buruk.
Pemeriksaan tanah pada penelitian ini Pada penelitian ini terdapat beberapa
menunjukkan bahwa tanah rumah yang hasil yang tidak sesuai antara feses dan tanah.
tercemar oleh STH sebesar 37,3%. Dari Ada beberapa sampel feses anak yang
keseluruhan sampel tanah yang tercemar oleh terinfeksi telur STH namun sampel tanah tidak
telur STH, didapatkan tingkat infeksi tertinggi tercemar oleh telur STH. Hal ini dapat
terjadi di Dusun Jepang, Talang Sawo, dan disebabkan oleh penularan STH yang terjadi
terendah di Dusun Krawangsari. Secara tidak hanya melalui tanah rumah, tetapi bisa
statistik, hasil yang didapat menunjukkan didapatkan dari tempat lain seperti sekolah.
bahwa tanah yang tercemar oleh telur STH Setelah melakukan beberapa kali kunjungan ke
(37,3%) lebih sedikit daripada tanah yang tidak SDN 01 Krawangsari Natar, beberapa anak
tercemar oleh telur STH (62,7%). Hal ini dapat didapatkan tidak menggunakan sepatu dan
disebabkan oleh beberapa faktor yang bermain tanah di sekolah. Kegiatan observasi
mempengaruhi pencemaran tanah menurut ini didukung dengan hasil pemeriksaan sampel
WHO (2004) yaitu faktor fisik, kimia dan tanah sekolah yang diambil dari beberapa
biologi yang telah dijelaskan pada bab 2. Hal ini bagian, yaitu tengah, belakang gedung, area
juga dapat dipengaruhi oleh sanitasi WC, serta area pembuangan sampah. Hasil
lingkungan. Sanitasi lingkungan yang baik akan pemeriksaan tanah sekolah positif tercemar
mengurangi pencemaran pada tanah. Hasil oleh telur STH dengan ditemukannya telur
yang berbeda ditunjukkan pada penelitian yang cacing Ascaris lumbricoides. Freeman et al
dilakukan oleh Samad (2009) bahwa tanah (2015) mengatakan bahwa anak-anak yang
yang tercemar lebih banyak (52,5%) daripada menderita infeksi STH namun tinggal di
tanah yang tidak tercemar (47,5%). lingkungan yang tidak tercemar kemungkinan
Berdasarkan uji statistik, didapatkan nilai mendapat infeksi dari tempat bermain yang
p-value 0.062 yang menunjukkan bahwa tidak lingkungannya tercemar oleh feses yang
terdapat hubungan yang bermakna antara mengandung telur cacing.
pencemaran tanah oleh telur STH dengan Sebaliknya, terdapat beberapa sampel
kejadian kecacingan pada anak. Hal ini dapat feses yang tidak terinfeksi telur STH namun
disebabkan karena faktor lain seperti sampel tanah tercemar oleh telur STH. Hal ini
kebersihan perseorangan yang buruk yang dapat disebkan oleh kebersihan diri
telah diteliti dalam waktu dan tempat yang perseorangan anak yang baik, serta sistem
sama oleh peneliti lain. imun yang baik.

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|131


Sevfianti, Betta Kurniawan, Hanna Mutiara, Jhons Fatriyadi SuwandiIHubungan Pencemaran Tanah oleh Telur Soil-
Transmitted-Helminth (STH) dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Krawangsari Natar

Berdasarkan jumlah sampel tanah dan anak SDN 01 Krawangsari Natar maka
feses yang terkumpul, dilakukan pengambilan didapatkan kesimpulan sebagai barikut:
data berupa titik koordinat dengan 1. Prevalensi kejadian kecacingan pada anak
menggunakan alat GPS. GPS Singkatan dari SDN 01 Krawangsari Natar adalah 56,9%.
Global Positioning System, merupakan sistem 2. Prevalensi pencemaran tanah oleh telur
untuk menentukan posisi dan navigasi secara STH di halaman rumah anak SDN 01
global dengan menggunakan satelit. Data yang Krawangsari adalah 37,3%.
sudah terkumpul kemudian dipetakan. 3. Distribusi pemetaan kejadian kecacingan
Pemetaan dilakukan untuk melihat jarak-jarak pada anak di Desa Krawangsari Natar
transmisi STH pada anak dan tanah. Hasil menunjukkan bahwa tidak adanya
analisa klaster yang didapat adalah tidak pembentukan klaster.
terbentuk kluster dari penyebaran STH baik 4. Distribusi pemetaan pencemaran tanah
pada anak maupun pada tanah. oleh telur STH di sekitar tempat tinggal
Pada pemetaan dapat terlihat titik siswa SDN 01 Krawangsari Natar
koordinat yang menandakan hasil feses dan menunjukkan bahwa tidak adanya
tanah positif. Terlihat penyebaran STH yang pembentukan klaster.
menyebar luas. Penyebaran STH dapat 5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
dipengaruhi oleh faktor seperti angin, air, antara pencemaran tanah oleh telur STH
vektor (lalat, tikus, anjing, babi, kucing) dan di sekitar tempat tinggal siswa dengan
untuk daerah endemis dapat ditularkan dari kejadian kecacingan pada anak SDN 01
orang ke orang. Penampakan peta yang tidak Krawangsari Natar.
membentuk klaster dapat disebabkan oleh
daya transmisi tiap vektor yang berbeda. Lalat DAFTAR PUSTAKA
(Musca domestica) dapat terbang sejauh 8 1. Freeman MC, Chard AN, Nikolay B, Garm
km.10 Tikus (Rattus argentiventer) dapat JV, Okoyo C, Kihara J, dkk. Associations
berpindah sejauh 1-2 km dari tempat semula.11 between school- and house hold-level
Penularan STH juga dapat terjadi melalui water, sanitation and hygiene conditions
air. Desa Krawangsari Natar ini, setelah and soil-transmitted helminth infection
dilakukan kunjungan ke setiap rumah subjek among Kenyan school children. Parasites
penelitian tidak terlihat sungai yang & Vector s. 2015;8(1):412.
memungkinkan adanya pengaliran air untuk 2. Kementerian Kesehatan Republik
meningkatkan penyebaran infeksi STH. Indonesia. Kemenkes berkomitmen
Ditemukan area persawahan dan beberapa eliminasi filariasis & kecacingan. Jakarta:
kolam yang sudah kering dikarenakan cuaca Kementerian kesehatan Republik
panas saat pengambilan data dilakukan. Tidak Indonesia; 2013.
terdapat genangan air namun terdapat 3. WHO. Helminthiasis. Geneva: World
beberapa rumah yang memiliki kandang ternak Health Organization; 2015.
(sapi) di samping atau belakang rumah dengan 4. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar
tumpukan sejumlah kotoran. S. Parasitologi kedokteran. Edisi ke-4.
Pada penelitian ini peneliti mengakui Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
adanya beberapa kelemahan, diantaranya: Indoneisa; 2011.
✓ Tanah yang diambil dari semua area 5. Rahayu N, Ramdani M. Risk factors of
digabung jadi satu, sehingga tidak bisa helminthiasis on Tebing Tinggi elementary
mengidentifikasi tanah bagian mana dari school students in Balangan District South
satu rumah yang tercemar oleh telur STH. Kalimantan. Jurnal Buski. 2013;4(3):150-
✓ Tidak mengelompokkan data rumah yang 154.
berdekatan dengan kandang ternak. 6. Alelign T, Degarege A, Erko B. Soil-
transmitted helminth infections and
KESIMPULAN associated risk factors among school
Berdasarkan uraian dan pembahasan children in Durbete Town Northwestern
mengenai hubungan pencemaran tanah oleh Ethiopia. J Parasitol. 2015;2010:1-6.
telur STH dengan kejadian kecacingan pada 7. Khadijah S, Sumolang PPF, Veridiana NN.
Hubungan pengetahuan, perilaku dan

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|132


Sevfianti, Betta Kurniawan, Hanna Mutiara, Jhons Fatriyadi SuwandiIHubungan Pencemaran Tanah oleh Telur Soil-
Transmitted-Helminth (STH) dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Krawangsari Natar

sanitasi lingkungan dengan angka kejadian tanah oleh telur cacing yang ditularkan
kecacingan pada anak sekolah dasar di melalui tanah dan perilaku anak sekolah
Kota Palu. Media Litbangkes. 2014;24(1): dasar di Kelurahan Tembung Kecamatan
50-6. Medan Tembung [thesis]. Medan:
8. Kattula D, Sarkar R, Ajjampur SSR, Minz S, Universitas Sumatera Utara; 2009.
Levecke B, Muliyil J, dkk. Prevalence & risk 10. Hastutiek P, Fitri LE. Potensi Musca
factors for soil transmitted helminth domestica linn Sebagai vektor beberapa
infection among school children in south penyakit. Jurnal Brawijaya. 2007;5(1):125-
India. Indian J Med Res. 2014;139(1):76- 36.
82. 11. Ivakdalam LM. Pengendalian tikus sawah
9. Arrasyd NK. Kontaminasi tanah oleh soil- (Rattus argentiventer) menggunakan
transmitted-helminth di Ambarita pengujian tiga jenis repelen. Agrilan.
Pagururan Pulau Samosir. Dalam: Samad 2014;2(1):2302-52.
H. Hubungan infeksi dengan pencemaran

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|133

Anda mungkin juga menyukai