Anda di halaman 1dari 11

Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

ANALISIS TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTHES


PADA KUKU SISWA SEKOLAH DASAR

Melly Fitri

Program Studi DIII Analis Kesehatan, STIKESMAS Abdi Nusa Palembang


mellyfitri90@yahoo.com
DOI: 10.36729

ABSTRAK
Latar belakang: Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 13 April – 19 Juni dan di
analisa di Laboratorium Stikes Abdi Nusa Palembang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
gambaran telur cacing Soil Transmitted Helminthes pada kuku siswa Sekolah Dasar X.
Tujuan: diketahuinya prevalensi kecacingan yang ada di Sekolah Dasar X. Metode:
Penelitian ini dilakukan dengan metode Deskriptif. Sampel dipilih dengan teknik random
sampling, serta dilakukan teknik wawancara dan observasi. Populasi pada penelitian ini
berjumlah 106 siswa dan diambil 51 siswa. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah
metode sediaan langsung. Waktu penelitian pada bulan Maret-Juni 2018. Hasil: hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap 51 sampel didapat 3 siswa (6%) terinfeksi Ascaris
lumbricoides, 1 siswa (2%) terinfeksi Trichuris trichiura. Pada usia 8 tahun positif sebanyak 1
siswa (5%), diusia 9 tahun positif 3 siswa (20%). Bedasarkan jenis kelamin ditemukan siswa
yang berjenis kelamin laki-laki positif ditemukan sebanyak 4 siswa (13%), dan berdasarkan
personal hygiene kurang baik ditemukan positif sebanyak 4 siswa (13%). Saran: Perlu
dilakukan penyuluhan tentang kebersihan oleh guru-guru kepada siswa dan wali murid agar
dapat menerapkan hidup bersih dan sehat.

Kata kunci : Soil Transmitted Helminthes, Kuku, Siswa Sekolah Dasar

ABSTRACT
Background: This research was conducted on April 13 - June 19 and analyzed at the Abikes
Nusa Palembang Stikes Laboratory. The purpose of this study was to determine the picture of
Soil Transmitted Helminthes worm eggs on the nails of Elementary School X students.
Objective: to know the prevalence of helminthiasis in Elementary School X. Method: This
research was conducted by descriptive method. Samples were selected by random sampling
technique, and conducted interview and observation techniques. The population in this study
amounted to 106 students and 51 students were taken. The inspection method used is the
direct preparation method. When the study was in March-June 2018. Results: The results of
examinations that have been carried out on 51 samples obtained 3 students (6%) infected with
Ascaris lumbricoides, 1 student (2%) infected with Trichuris trichiura. At the age of 8 years
positive as many as 1 student (5%), aged 9 years positive 3 students (20%). Based on gender
found positive male students were found as many as 4 students (13%), and based on personal
hygiene was found to be positive as many as 4 students (13%). Suggestion: Counseling about
cleanliness by teachers to students and guardians of students is needed in order to apply clean
and healthy life.
Keywords: Soil Transmitted Helminthes, Nails, Elementary School Students

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 131


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

PENDAHULUAN geografis dengan suhu dan kelembaban


Infeksi kecacingan yang disebabkan yang sesuasi dengan perkembangan
oleh Soil Transmitted Helminthes (STH) nematoda usus (Yeni, 2017).
merupakan masalah kesehatan masyarakat Negara Indonesia masih banyak
Indonesia. Infeksi kecacingan tergolong penyakit yang merupakan masalah
penyakit Nrglected Disease yaitu infeksi kesehatan, salah satu diantaranya adalah
yang kurang diperhatikan dan penyakitnya kecacingan yang ditularkan melalui tanah.
bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala Kecacingan ini menyebabkan menurunnya
klinis yang jelas dan dampak yang kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
ditimbulkannya baru terlihat dalam jangka produktifitas penderitanya karena
panjang seperti kekurangan gizi, gangguan menyebabkan kehilangan karbohidrat dan
tumbuh kembang dan gangguan kognitif protein serta kehilangan darah, sehingga
pada anak. Penyebabnya adalah Ascaris menurunkan kualitas sumber daya
lumbricoides, Ancylostoma duodenale, manusia. Prevalensi kecacingan di
Necator americanus, Trichuris trichiura Indonesia pada umumnya masih sangat
dan Strongy Loides stercoralis. Selain itu tinggi, terutama pada golongan penduduk
infeksi kecacingan dapat meningkatkan yang kurang mampu mempunyai risiko
kerentanan terhadap penyakit penting tinggi terjadi penyakit ini (Yeni, 2017).
lainnya seperti malaria, TBC, diare, dan Cacing yang ditularkan melalui tanah
anemia (Soedarto, 2009). (STH) tersebar luas juga di negara-negara
Berdasarkan data yang dilaporkan terbelakang. Di Ethiopia, prevalensi dan
oleh World Health Organization (WHO) distribusi infeksi cacing bervariasi dengan
lebih dari 1,5 milyar orang atau 24% dari faktor risiko yang berbeda. Oleh karena itu
populasi dunia sudah terinfeksi nematoda kami menyelidiki prevalensi dan faktor
usus golongan Soil Transmitted Helminthes risiko infeksi STH pada anak sekolah yang
(STH), nematoda usus yang termasuk tinggal di kota Ambo, Ethiopia barat Shoa.
golongan ini adalah Ascaris lumbricoides, (Samuel F, et al, 2017). Penyakit yang
Trichuris trichuria, Ancylostoma dikarenakan infeksi cacing gelang
duodenale dan Necator americanus. (Askariasis) dari umur 5 sampai 14 tahun
Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan terdapat 77 penderita dengan penderita
subtropis, dengan jumlah terbesar 13,24% laki-laki sebanyak 47 penderita dan
pada tahun 2010-2014 terjadi di sub-sahara perempuan sebanyak 30 penderita, untuk
Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur. cacing cambuk (Trikariasis) adalah 20
Selain itu Indonesia yang berada di posisi penderita dengan penderita laki-laki

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 132


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

sebanyak 15 penderita, penderita perkembangan telur cacing, perilaku yang


perempuan sebanyak 5 penderita, dan kurang sehat seperti buang air besar
untuk infeksi cacing tambang adalah 3 disembarang tempat, bermain tanpa alas
dengan penderita laki-laki 2 penderita dan kaki, sosial ekonomi, umur, jenis kelamin,
perempuan 1 penderita (Muarif, 2016). mencuci tangan, kebersihan kuku,
Cacing yang ditularkan melalui pendidikan dan perilaku individu, sanitasi
tanah (STH) tersebar luas di negara-negara makanan dan sanitasi sumber air
terbelakang. Di Ethiopia, prevalensi dan (Agustina, 2018).
distribusi infeksi cacing bervariasi dengan Desa X merupakan salah satu tempat
faktor risiko yang berbeda. Oleh karena itu di Kecamatan Banyuasin, yang
kami menyelidiki prevalensi dan faktor lingkungannya masih banyak terdapat
risiko infeksi STH pada anak sekolah yang persawahan dan lingkungan bermain yang
tinggal di kota Ambo, Ethiopia barat Shoa. kurang baik (tanah liat). Berdasarkan
Berdasarkan penelitian Nematoda Usus, survei pendahuluan yang dilakukan penulis
oleh Muarif (2016) pada siswa di Sekolah masih banyak anak-anak Siswa Sekolah
Dasar Negeri 206 Lebak Jaya Palembang Dasar X masih banyak kebiasaan siswanya
menunjukkan 20-25%. Penelitian lain yang yang jarang memotong kuku dan masih
pernah dilakukan oleh Yeni (2017) pada suka bermain langsung dengan tanah serta
anak di wilayah kerja Puskesmas tidak memakai alas kaki. Hal ini dapat
Tamangapa Antang Makassar menyebabkan masuknya telur cacing ke
menunjukkan 12,5% anak terinfeksi dalam kuku.
kecacingan. Kondisi Hygiene dan sanitasi Berdasarkan latar belakang
yang buruk memberikan banyak peluang lingkungan tempat tinggal tersebut diatas
bagi timbulnya berbagai penyakit infeksi, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
salah satunya adalah penyakit infeksi tentang “Analisis Telur Cacing Soil
kecacingan. Transmitted Helminthes (STH) Pada Kuku
Khusus anak usia sekolah, keadaan Siswa Sekolah Dasar X.”
ini akan berakibat buruk pada
kemampuannya dalam mengikuti pelajaran METODE PENELITIAN
disekolah. Sehubungan dengan angka Jenis penelitian yang digunakan yaitu
prevalensi infeksi kecacingan, ada deskriptif yang bertujuan untuk
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mengetahui gambaran dan distribusi telur
yaitu pada daerah iklim tropik, yang cacing Soil Transmitted Helminthes (STH)
merupakan tempat ideal bagi pada kuku siswa di Sekolah Dasar X.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 133


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

Tempat pengambilan sampel menggunakan teknik wawancara dan


dilakukan di Sekolah Dasar X. observasi. Metode pemeriksaan yang
Pemeriksaan dilakukan di laboratorium dipilih dalam penelitian ini adalah metode
STIKESMAS Abdi Nusa Palembang. sedimentasi dengan menggunakan larutan
Waktu penelitian dilakukan pada Maret KOH 10%, dengan bahan pemeriksaan
sampai dengan Juni 2019, dan yaitu kuku siswa Sekolah Dasar X.
pengambilan data dilakukan pada tanggal Dalam melaksanakan penelitian ada
13 April – 19 Juni 2019. Populasi dalam 4 prinsip-prinsip etika penelitian ada 4
penelitian ini adalah adalah Siswa Kelas 2, prinsip-prinsip etika penelitian yang
3 dan 4 Sekolah Dasar X berjumlah 106 peneliti terapkan yaitu (1) Menghindari,
orang. Untuk menentukan jumlah sampel mencegah, serta meminimalkan bahaya
yang akan diteliti menggunakan rumus. yang ditimbulkan, (2) Meminimalkan
(Notoatmodjo, 2010): kerugian serta memaksimalkan
keuntungan (3) Partisipan pada penelitian
N
𝑛= ini memiliki hak mengungkapkan secara
1 + N (𝑑²) penuh untuk bertanya, menolak, dan
mengakhiri partisipasinya, dan (4)
Ket : n : Jumlah sampel
Memastikan penelitian ini tidak
N: Jumlah Populasi
d : Tingkat ketelitian 0,1 mengganggu privasi nara sumber.

106 106
N = 1+106(0,12) = 1+106(0.01) = HASIL PENELITIAN
106 Hasil penelitian yang berupa
= 51 n = 51 Jumlah sampel
2.06
Jadi sampel yang diambil sebanyak gambaran telur cacing Soil Transmitted

51 Siswa. Teknik pengambilan sampel Helminthes (STH) pada kuku Siswa

dalam penelitian ini adalah dengan Sekolah Dasar X dengan metode sediaan

menggunakan random sampling atau langsung (KOH 10%) sebagai berikut :

sampel diambil secara acak, serta

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Telur Cacing Soil Transmitted Helminthes (STH)
No Telur Cacing Jumlah Persentase (%)
Soil Transmitted Helminthes
1 Positif 4 8%
2 Negatif 47 92 %
Jumlah 51 100 %

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 134


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

Dari data diatas dapat dilihat bahwa positif sebanyak 4 sampel (8%) dan sampel
distribusi frekuensi jumlah sampel yang yang negatif sebanyak 47 sampel (92 %).
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Telur Cacing Soil Transmitted Helminthes (STH)
No Jenis Telur Cacing Soil Transmitted
Jumlah Persentase (%)
Helminthes (STH)
1 Ascaris lumbricoides 3 6
2 Trichuris trichiura 1 2
3 Hookworm 0 0
4 Tidak Ditemukan Telur Cacing STH 47 92
Jumlah 51 100

Dari data Tabel 2 diatas didapat hasil sebanyak 1 orang (2%), dan telur cacing
distribusi frekuensi ditemukan telur cacing tambang sebanyak 0 % (tidak ditemukan),
Ascaris lumbricoides sebanyak 3 orang sedangkan yang tidak ditemukan telur
(6%), telur cacing Trichuris trichiura cacing sebanyak 47 orang (92 %).

Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Telur Cacing Soil Transmitted Helminthes (STH)
Pada Kuku Siswa Sekolah Dasar X berdasarkan Umur
Usia Terinfeksi telur cacing Soil Transmitted
Jumlah
Helminthes (STH)
Positif (n) % Negatif (n) % N %
8 tahun 1 5 18 95 19 100
9 tahun 3 20 12 80 15 100
10 tahun 0 0 17 100 17 100
4 47 51

Berdasarkan Tabel 3 diatas orang (20%) dari 15 siswa, dan yang


didapatkan hasil penelitian dari seluruh berusia 10 tahun tidak ditemukan telur
siswa sebanyak 51 orang, yang berusia 8 cacing Soil Transmitted Helminthes (STH)
tahun positif terinfeksi telur cacing Soil dari 17 siswa.
Transmitted Helminthes (STH) sebanyak 1
orang (5%) dari 19 siswa, yang berusia 9
tahun positif terinfeksi telur cacing Soil
Transmitted Helminthes (STH) sebanyak 3

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 135


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Telur Cacing Soil Transmitted Helminthes (STH)
Pada Kuku Siswa Sekolah Dasar X berdasarkan Jenis Kelamin
Terinfeksi telur cacing soil transmitted
Jumlah
Jenis kelamin helminthes (STH)
Positif (n) % Negatif (n) % N %
Laki – laki 4 13 28 87 32 100
Perempuan 0 0 19 100 19 100
4 47 51

Berdasarkan Tabel 4 didapatkan hasil orang (13 %) dan 19 orang berjenis kelamin
dari 32 orang yang berjenis kelamin laki- perempuan tidak ditemukan infeksi telur
laki positif terinfeksi telur cacing Soil cacing Soil Transmitted Helminthes.
Transmitted Helminthes (STH) sebanyak 4

Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Telur Cacing Soil Transmitted Helminthes (STH)
Pada Kuku Siswa Sekolah Dasar X berdasarkan Personal Hygiene
Personal Terinfeksi Telur Cacing Soil Transmitted
Jumlah
Hygiene Helminthes (STH)
Positif (n) % Negatif (n) % N %
Baik 0 0 20 100 20 100
Kurang Baik 4 13 27 87 31 100
4 47 51

Berdasarkan Tabel 5 didapatkan hasil PEMBAHASAN


dari 20 orang yang memiliki personal Telur Cacing Soil Transmitted
hygiene baik positif terinfeksi telur cacing Helminthes (STH) pada kuku Siswa
Sekolah Dasar X
Soil Transmitted Helminthes (STH)
Berdasarkan hasil pemeriksaan kuku
sebanyak 0% (tidak ditemukan) sedangkan
Pada Siswa Sekolah Dasar X telah
31 orang yang memiliki personal hygiene
ditemukan telur cacing dengan metode
kurang baik positif terinfeksi telur cacing
sediaan langsung pada tabel 1 didapatkan
Soil Transmitted Helminthes (STH)
hasil dari distribusi frekuensi jumlah
sebanyak 4 orang (13%) dan negatif
sampel yang positif sebanyak 4 sampel
sebanyak 27 orang (87%).
(8%) dan sampel yang negatif sebanyak 47
sampel (92%).

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 136


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

Prevalensi keseluruhan infeksi SD X terkena penyakit cacing Ascaris


cacing ditemukan di Indonesia penelitian lumbricoides dan Trichuris trichiura.
ini (18,4%) relatif lebih rendah daripada Telur Cacing Soil Transmitted
Helminthes (STH) pada Kuku Siswa
yang dilaporkan dari bagian lain Ethiopia
Sekolah Dasar X Berdasarkan Umur
pada. Selain itu, Afework Bitew A, et al. Dari hasil penelitian pada kuku Siswa
juga melaporkan prevalensi keseluruhan Sekolah Dasar X berdasarkan Umur
yang lebih tinggi (65,6%) dari infeksi didapatkan dari seluruh siswa sebanyak 51
cacing dibandingkan dalam penelitian ini. orang, yang berusia 8 tahun positif
Faktor-faktor seperti: Kebersihan terinfeksi telur cacing Soil Transmitted
pribadi, persediaan air, jenis jamban, status Helminthes (STH) sebanyak 1 orang (5%)
sosial ekonomi masyarakat, status dari 19 siswa, yang berusia 9 tahun positif
kehidupan, heterogenitas dan status terinfeksi telur cacing STH sebanyak 3
pendidikan, berkontribusi terhadap orang (20%) dari 15 siswa, dan yang
perbedaan dalam prevalensi dan distribusi berusia 10 tahun tidak ditemukan telur
cacing usus ini. (Samuel F, et al, 2017). cacing STH dari 17 siswa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dari penelitian sebelumnya oleh
Apriani (2018) di bawah 50% merupakan Apriani (2018) pada siswa SDN 09 di Desa
prevalensi rendah. Penelitian ini sejalan Tanjung Bunut Kecamatan Belida Barat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kabupaten Muara Enim, didapat bahwa
Apriani (2018) pada Siswa SD N 07 sebanyak 100 sampel (100%) siswa yang
Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten berusia ≤ 7 tahun negatif terinfeksi telur
Ogan Ilir. Hasil penelitian ditemukan yang cacing dan sebanyak 100 sampel (100%)
positif 11,77% positif dan yang negatif siswa yang berusia > 7 tahun didapat 1
82,23%. sampel (1%) positif terinfeksi telur cacing.
Angka kejadian yang rendah ini Dari penelitian ini identik anak-anak usia
disebabkan perilaku siswa, kondisi sanitasi lebih dari 7 tahun mudah terjangkit
lingkungan di lokasi penelitian yang lebih kecacingan karena pola kebiasaan yang
baik. Berdasarkan pengamatan atau mereka lakukan dikesehariannya.
observasi di SD X kurang baik, seperti Berdasarkan data departemen
lingkungan masih sangat kotor, halaman kesehatan bahwa umur anak-anak produktif
sekolah yang masih beralaskan tanah dan yaitu 5-10 tahun. Infeksi cacing ini
kantin tersebut masih banyak yang kotor biasanya menyerang anak-anak yang
atau tidak hygienis sehingga siswa-siswi berumur 5-10 tahun.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 137


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

Telur Cacing Soil Transmitted sulit untuk terinfeksi cacing karena tidak
Helminthes (STH) pada Kuku Siswa
adanya kontak langsung dengan tanah.
Sekolah Dasar X Berdasarkan Jenis
Kelamin Telur Cacing Soil Transmitted
Dari hasil penelitian pada Kuku Siswa Helminthes (STH) pada Kuku Siswa
Sekolah Dasar X Berdasarkan Personal
Sekolah Dasar X berdasarkan Jenis
Hygiene
Kelamin didapatkan hasil dari 32 orang Berdasarkan personal hygiene dari 51
yang berjenis kelamin laki-laki positif sampel siswa yang personal hygienenya
terinfeksi telur cacing Soil Transmitted kurang baik sebanyak 31 sampel (13%) dan
Helminthes (STH) sebanyak 4 orang (13%) siswa yang personal hygienenya baik 20
dan 19 orang berjenis kelamin perempuan sampel (100%). Siswa yang personal
tidak ditemukan telur cacing Soil hygienenya kurang baik ditemukan positif
Transmitted Helminthes (STH). (+) telur Ascaris lumbricoides sebanyak 3
Penelitian ini sejalan dengan sampel (6%), telur Trichuris trichiura
penelitian yang dilakukan Tasya (2018) sebanyak 1 sampel (2%) dan telur cacing
yang telah melakukan penelitian di tambang tidak ditemukan sebanyak 47
Madrasah Ibtidaiyah Bitul Halim sampel (92%). Sedangkan siswa personal
Palembang ditemukan 2 sampel (8,4%) hygienenya baik sebanyak 20 sampel tidak
positif pada siswa laki-laki dan tidak ditemukan telur cacing Soil Transmitted
ditemukan infeksi telur cacing nematoda Helminthes (STH).
usus pada siswa perempuan. Dari Penelitian yang dilakukan oleh Lubis
penelitian ini kebanyakan laki-laki yang tahun 2019 bahwa didapatkan bahwa
positif kecacingan dikarenakan kebiasaan Infeksi STH dengan menggunakan metode
bermain mereka ditempat-tempat kotor atau floatation (metode apung) memberikan
tanah. hasil positif infeksi Ascaris llumbricoides
Angka kejadian yang lebih tinggi pada sebanyak 16 orang (69.57%), Trichiuris
siswa laki-laki berhubungan dengan thchiura sebanyak 2 orang (8.69%) serta
aktivitas mereka yang umumnya lebih infeksi campuran yaitu 5 orang (21,74%).
banyak berada diluar rumah, hal ini Penelitian yang dilakukan Risa H,
menyebabkan kontak dengan tanah menjadi dkk. (2015) di Lampung Dari 50 responden,
lebih sering dan dapat meningkatkan risiko 62% mengalami infeksi kecacingan dengan
infestasi oleh STH. Pada anak perempuan jenis Ascaris lumbricoides.Dengan
kebiasaan bermain di dalam rumah dengan demikian diartikan bahwa infeksi
boneka yang menyebabkan mereka lebih kecacingan pada SD Swasta Suardi Salim
termasuk kategori tinggi di bandingkan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 138


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

penelitian yang disebutkan diatas di daerah menggunakan penutup sehingga


lampung. Personal hygiene adalah suatu kemungkinan alat yang mengandung telur
tindakan yang dilakukan seseorang untuk cacing baik Ascaris lumbricoides dan
memelihara kebersihan dan kesehatan Trichuris trichiura dari sampah dapat
dirinya untuk memperoleh kesejahteraan menghinggap di makanan sehingga dapat
fisik dan psikologis. (Damayanti, S, 2018). menimbulkan infeksi pada anak-anak.
Berdasarkan hasil penelitian di Dengan personal hygiene yang baik seperti
Sekolah Dasar X menunjukkan terjadi mencuci tangan sebelum dan sesudah
infeksi kecacingan terutama Ascaris makan menggunakan sabun, menggunakan
lumbricoides dan Trichuris trichiura. air bersih untuk memasak dan menerapkan
Faktor kebersihan pribadi merupakan salah hidup sehat dan bersih maka anak-anak
satu hal yang penting, karena manusia terhindar dari infeksi Soil Transmitted
sebagai sumber infeksi dapat mengurangi Helminthes (STH).
kontaminasi oleh telur dan larva cacing atau Berdasarkan pengamatan penelitian
larva cacing atau justru akan menambah personal hygiene anak-anak di SD X bahwa
polusi lingkungan sekitarnya. Faktor personal hygiene nya masih buruk dilihat
kebersihan terutama perilaku yang dapat dari kuku anak-anak yang jarang dipotong
memicu terjadinya infeksi Soil Transmitted dan lingkungan sekolah yang masih
Helminthes (STH) adalah kebersihan bertanah dan jajanannya masih di
memelihara kebersihan kuku, kebersihan sembarang tempat, maka baik pihak sekolah
tangan dan kaki, serta kebersihan mencuci maupun keluarga perlu memperhatikan
tangan sebelum dan sesudah makan hygiene anak-anaknya sehingga terhindar
memakai sabun. dari suatu penyakit.
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan bahwa 39% siswa
KESIMPULAN DAN SARAN
telah memiliki keadaan hygiene dan sanitasi
Kesimpulan
yang baik. Namun sebagian diantaranya
Berdasarkan hasil penelitian dan
belum cukup mampu merawat kesehatan
pembahasan telur cacing Soil Transmitted
pribadinya dengan baik. Masih banyak
Helminthes (STH) pada kuku Siswa
siswa yang tidak mencuci tangan sebelum
Sekolah Dasar X dapat diambil kesimpulan
dan sesudah makan, memotong kuku hanya
sebagai berikut :
1 kali dalam 2 minggu dan sekolah
1. Distribusi frekuensi telur cacing Soil
mempunyai 2 WC yang keadaannya kurang
Transmitted Helminthes pada kuku
baik. Makanan dan tempat sampah tidak

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 139


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

Siswa Sekolah Dasar X dengan jumlah Helminthes sebanyak 4 orang (13%)


sampel yang positif sebanyak 4 sampel dan negatif sebanyak 27 orang (87%).
(8%) dan sampel negatif sebanyak 47 Saran
sampel (92%). 1. Perlu dilakukannya pengawasan oleh
2. Distribusi frekuensi berdasarkan umur pihak sekolah dan orang tua terhadap
didapatkan dari seluruh siswa sebanyak kebersihan siswanya seperti mencuci
51 orang, yang berusia 8 tahun positif tangan sebelum dan sesudah makan.
terinfeksi telur cacing Soil Transmitted 2. Perlu dilakukannya pengobatan
Helminthes sebanyak 1 orang (5%) dari cacingan setiap 6 bulan sekali terhadap
19 siswa, yang berusia 9 tahun positif Siswa Sekolah Dasar X yang terinfeksi
terinfeksi telur cacing Soil Transmitted telur cacing Soil Transmitted
Helminthes sebanyak 3 orang (20%) Helminthes (STH).
dari 15 siswa, dan yang berusia 10 3. Perlu ditingkatkan lagi kebersihan
tahun tidak ditemukan telur cacing Soil terhadap sanitasi lingkungan sekolah
Transmitted Helminthes dari 17 siswa. dan lingkungan rumah.
3. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis 4. Perlu dilakukan penyuluhan tentang
kelamin didapatkan hasil dari 32 orang kebersihan oleh guru-guru kepada
yang berjenis kelamin laki-laki positif siswa dan wali murid agar dapat
terinfeksi telur cacing Soil Transmitted menerapkan hidup bersih dan sehat
Helminthes sebanyak 4 orang (13%)
sedangakan 19 orang berjenis kelamin
perempuan tidak ditemukan infeksi telur
cacing Soil Transmitted Helminthes.
4. Distribusi frekuensi berdasarkan
personal hygiene didapatkan hasil dari
20 orang yang memiliki personal
hygiene baik positif terinfeksi telur
cacing Soil Transmitted Helminthes
sebanyak 0% (tidak ditemukan)
sedangkan 31 orang yang memiliki
personal hygiene kurang baik positif
terinfeksi telur cacing Soil Transmitted

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 140


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Melly Fitri

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, P, (2018). Gambaran kecacingan pada anak-anak didesa sungai batang kecamatan
Sekayu kabupaten Musi Banyuasin tahun 2018, KTI. POLTEKKES Jurusan Analis
Kesehatan Palembang.
Amaliah, P, (2011). Metode pemeriksaan feses yang sudah dikenal.
http://lib.ui.ac.ai/file/Metode-Pemeriksaan-Feses-Yang-Sudah-Dikenal.pdf, Diakses
pada18 Maret 2019.
Apriani, S, (2018). Gambaran Telur Cacing Nematoda Usus Pada Siswa Madrasah Insanul
Fitroh Kecamtan Alang-Alang Lebar Palembang Tahun 2018, KTI STIKES Abdi
Nusa.
Damayanti, S. (2018). Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Pediculosis Capitis
Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Kloposawit, Turi, Sleman, Yogyakarta. Jurnal
kesehatan masyarakat, 11.
Gandhahusada, dkk, 2001. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.
Irianto, Kus. (2013). Parasitologi Berbagai Penyakit Yang Mempengaruhi Kesehatan
Manusia, CV. Yrama Widya, Bandung.
────── 2009. Parasitologi Medis (Medical Parasitology). Bandung: Alfabeta.
Lubis, n. J. V. C. (2019). Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths (Sth) Dengan
Personal Hygiene Pada Siswa Kelas 1-2 Sd Swasta Dr Suardi Salim Kecamatan
Datuk Bandar Tanjungbalai.
Muarif, M, (2016). Gambaran Telur Cacing Soil Transmitted Helminthes Pada Kuku Siswa di
Sekolah Dasar Negeri 4 Rambutan Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin
Tahun 2016, KTI STIKES Abdi Nusa.
Notoatmojo, S, (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Onggowaluyo, J.S. (2002). Parasitologi Medik I (Helmintologi). Jakarta: EGC.
Riskiah, Nur. (2017). Gambaran telur Soil Transmitted Helminthes pada Kuku Penggunaan
Alat Pelindung Diri dan Personal Hygiene pada Pendulang Intan Desa Pumpung
Kelurahan Sungai Tiung Kota Banjar Baru. Akademis Analis Kesehatan
BorneoLestari.file:////C:User/WINDOWS_10/Documents/KTI%201.pdf Diakses 18
Maret 2019
Safar, R, (2010). Parasitologi Kedokteran. Cetakan Pertama. Bandung : YramaWidya
Samuel, F., Demsew, A., Alem, Y. & Hailesilassie, Y. (2017). Soil transmitted Helminthiasis
and associated risk factors among elementary school children in ambo town, western
Ethiopia. BMC Public Health, 17, 791.
Sutanto, dkk, (2008). Parasitologi Kedokteran. Cetakan ke-4. Jakarta : Edisi Keempat
Departemen Parasitologi, FKUI.
Yeni, P, (2017). Gambaran Telur Cacing Nematoda Usus pada Kuku Petani Kangkung di
Merah Mata Kecamatan Kalidoni Kota Palembang Tahun 2017, KTI STIKES Abdi
Nusa Palembang.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 141

Anda mungkin juga menyukai