MARET 2024
Penyaji :
Magfirah Tuzzahrah
IDENTITAS JURNAL
JUDUL JURNAL Risk factors for diphtheria outbreak in
children aged 1-10 years in East
Kalimantan Province, Indonesia
PENULIS Iwan Muhamad Ramdan, Rahmi Susanti,
Riza Hayati Ifroh, Reny Noviasty
JUMLAH 10 halaman
HALAMAN
PENERBIT F1000research
JURNAL
TAHUN TERBIT 2022
PENDAHULUAN
Difteri, diambil dari bahasa Yunani “Diphtera” yang berarti kulit, pertama kali
diidentifikasi oleh Hippocrates pada abad ke-5 Sebelum Masehi.
Paling banyak terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun, namun saat ini banyak terjadi
pada anak di atas 5 tahun (5–19 tahun) dan pada orang dewasa. Meskipun program
vaksinasi berhasil menurunkan angka kejadian difteri di dunia, namun difteri masih
menjadi masalah kesehatan terutama di negara-negara berkembang.
Rendahnya cakupan vaksinasi, kepadatan penduduk dan migrasi, atau kombinasi faktor
tuan rumah, agen, dan lingkungan, menjadi penyebab difteri.
PENDAHULUAN
Faktor lainnya; status gizi dan perilaku orang tua, kebersihan diri anak, kepadatan hunian rumah,
kelembaban dalam rumah, jenis lantai rumah dan sumber penularan (tertular dari orang lain),
pengetahuan orang tua tentang penyakit difteri, tingkat pendidikan orang tua, usia anak,
penerangan rumah, dan ventilasi rumah.
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, menular melalui udara, benda pribadi,
peralatan rumah tangga yang terkontaminasi, air liur seseorang serta menyentuh luka yang
terinfeksi bakteri difteri.
Pada pemeriksaan tenggorok ditemukan terbentuknya lapisan tipis berwarna abu – abu yang
menutupi tenggorokan selain itu terdapat gejala lain seperti sakit tenggorokan, suara serak, batuk,
demam, menggigil, lemas dan pembesaran KGB.
PENDAHULUAN
diagnosis difteri dibutuhkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan swab tenggorok. Pemeriksaan swab tenggorok dilakukan dengan
mengambil sampel lendir dari tenggorokan pasien kemudian diteliti di laboratorium.
Meskipun penyakit difteri dapat disembuhkan melalui pengobatan yang tepat waktu,
penyakit ini tetap memiliki case fatality rate yang tinggi pada individu yang belum
divaksinasi. Orang tua perlu diedukasi mengenai manfaat dari imunisasi dasar dan
lanjutan bagi anak maupun orang-orang di sekitarnya.
Penelitian ini dilakukan untuk memberi pengetahuan bagi pembaca mengenai angka
morbiditas penyakit difteri, factor pencetus dan cara pencegahannya serta
meningkatkan pengetahuan orang tua dan kepercayaan terhadap pemberian vaksin dan
imunisasi.
TUJUAN PENELITIAN
Studi kasus kontrol dilakukan terhadap 37 responden (18 kasus, anak penderita
difteri dan 19 kontrol, anak sehat), antara bulan April hingga Agustus 2018, berlokasi
di 6 kabupaten di provinsi Kalimantan Timur (Kota Samarinda, Bontang, Balikpapan
dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Berau). Penelitian dimulai setelah
peneliti memperoleh izin dan alamat anak yang menderita difteri dari instansi terkait.
Seluruh anak penderita difteri digunakan sebagai responden (total sampling),
sedangkan kelompok kontrol diperoleh dengan menggunakan teknik non-random
sampling.
HASIL PENELITIAN
Variabel
• Jenis kelamin kelompok kasus sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
(66,6%), usia sebagian besar > 5–10 tahun (66,6%), status imunisasi DPT
sebagian besar lengkap (83,3%), status gizi sebagian besar buruk (72,2%),
mobilitas anak-anak sebagian besar menjawab ya (61,15%), sumber
penularan sebagian besar menjawab tidak (77,7%), pengetahuan tentang
difteri seimbang antara baik dan buruk (50%), sikap terhadap program
pencegahan difteri sebagian besar baik (55,5 %), luas ventilasi rumah
sebagian besar buruk (77,7%).
HASIL PENELITIAN
• Jenis kelamin kelompok kontrol sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
(52,6%), usia sebagian besar 1–5 tahun (52,6%), status imunisasi DPT
sebagian besar lengkap (63,1%), status gizi sebagian besar baik (63,1%),
mobilitas sebagian besar menjawab “ya” (84,2%), sumber penularan sebagian
besar “ya” (63,1%), pengetahuan tentang difteri sebagian besar baik (52,6%),
sikap terhadap program pencegahan difteri sebagian besar baik (52,6%), luas
ventilasi rumah sebagian besar buruk (68,4%).
HASIL PENELITIAN
Analisis variable
• Hasil uji bivariat menunjukkan status gizi (p=0,049) (OR=4,457), mobilitas
(p<0,001) (OR=6,812) dan sumber penularan (p=0,020) (OR=0,16)
berhubungan secara signifikan dengan kejadian penyakit difteri di Provinsi
Kalimantan Timur, Indonesia.
• Analisis multivariat dilakukan terhadap variabel-variabel yang terbukti
berhubungan signifikan dengan kejadian difteri, yaitu status gizi, mobilitas dan
sumber penularan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel mobilitas
(OR=8,456) merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit difteri di
Provinsi Kalimantan Timur.
HASIL PENELITIAN
2. Setelah membaca jurnal lainnya. Saya mendapatkan pemahaman yang sama tetang
pentingnya angka kejadian difteri, pada jurnal 2 Total suspect difteri yang ditemukan
selama investigasi berjumlah 20. Faktor risiko terjadinya penularan adalah status
imunisasi yang tidak lengkap dan kondisi pencahayaan yang kurang dan ventilasi
yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat.
TELAAH KRITIS
NO KELEBIHAN KEKURANGAN
Dalam jurnal ini membahas dengan
engkap factor apa saja yang dapat Tidak menjelaskan secara spesifik
1
menyebabkan penyakit difteri serta diagnosis pada penyaki difteri
pencegahannya