Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN

PENYAKIT KECACINGAN DI INDONESIA

Tugas Akhir Mata Kuliah Manajemen dan Kebijakan Kesehatan Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2020/2021

Shabrina Alfath Ramadhania


1906350263
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan Depok, Jawa Barat 16424
E-mail: shabrina.alfath@ui.ac.id

Abstract
Soil-transmitted helminthiasis is one of the Neglected Tropical Diseases (NTD) which is
still a public health problem in Indonesia and can affect all ages but more often affects elementary
school-aged and preschool-aged children. WHO states that more than half of the disease burden
of the population in developing countries, including Indonesia, is caused by helminth infections.
Based on data from the Ministry of Health, the prevalence of soil-transmitted helminthiasis for all
ages ranges from 40%-60% and as many as 195 million Indonesians live in worm-endemic areas.
This study aims to examine the implementation of management and policies in an effort to control
soil-transmitted helminthiasis in Indonesia. The method used in this study is a qualitative method
with literature studies based on research journal articles and government publications related to
soil-transmitted helminthiasis control programs in Indonesia. The results of the study indicate that
the government has made efforts to implement a soil-transmitted helminthiasis control program
as stipulated in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 15
of 2017 concerning the Management of Worms Disease.
Keywords: soil-transmitted helminthiasis, program, policy, prevention

Abstrak
Kecacingan merupakan salah satu penyakit Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan dapat menyerang semua usia namun lebih
sering terjadi pada anak-anak usia sekolah dasar dan usia belum sekolah. WHO menyatakan lebih
dari separuh beban penyakit penduduk di negara berkembang termasuk Indonesia disebabkan oleh
infeksi cacing. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi kecacingan untuk semua
umur berkisar antara 40%-60% dan sebanyak 195 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di daerah
endemis kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau implementasi manajemen dan
kebijakan dalam upaya penanggulangan penyakit kecacingan di Indonesia. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan studi literatur berdasarkan artikel
jurnal penelitian dan publikasi pemerintah terkait program penanggulangan penyakit kecacingan
di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa pemerintah sudah mengupayakan pelaksanaan
program penanggulangan penyakit kecacingan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Cacingan.
Kata Kunci: kecacingan, program, kebijakan, penanggulangan

Pendahuluan Kecacingan tidak menyebabkan wabah


Kecacingan adalah penyakit yang penyakit secara mendadak dan menimbulkan
disebabkan oleh infeksi cacing dalam tubuh banyak korban, namun kecacingan membawa
manusia yang ditularkan melalui tanah dan dampak kesehatan yang cukup serius dengan
merupakan penyakit menular yang masih menurunkan derajat kesehatan orang yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat di terinfeksi secara perlahan-lahan,
Indonesia karena masih banyak terjadi di menyebabkan kecacatan tetap, penurunan
sebagian besar wilayah Indonesia1. tingkat kecerdasan pada anak, bahkan dapat
Kecacingan merupakan salah satu penyakit mengakibatkan kematian. Kecacingan dapat
Neglected Tropical Disease (NTD) atau membawa dampak buruk bagi kesehatan
penyakit tropis yang terabaikan di Indonesia anak karena dapat menurunkan penyerapan
karena dampak yang ditimbulkannya tidak protein, karbohidrat, dan lemak dalam tubuh.
terlihat secara lansung dan nyata. Penyakit ini Penurunan penyerapan zat gizi makro ini
dapat menyerang semua usia namun lebih akan menyebabkan penurunan status gizi,
sering terjadi pada anak-anak usia sekolah status kesehatan, kecerdasan dan pada
dasar dan usia belum sekolah2. akhirnya akan menurunkan produktivitas
anak3,4.
Kecacingan merupakan infestasi satu dunia masih tinggi, terutama pada daerah
atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari beriklim tropis dan sub tropis. Lebih dari 1,5
golongan nematoda usus. Penyebab miliar orang, atau 24% dari populasi dunia,
kecacingan umumnya merupakan nematoda terinfeksi soil-transmitted helminths di
usus dari golongan soil-transmitted seluruh dunia. Infeksi tersebar luas di daerah
helminths atau cacing yang dapat menular tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar
melalui tanah dan membutuhkan tanah terjadi di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina
dengan kondisi tertentu untuk mencapai dan Asia Timur. Lebih dari 267 juta anak usia
stadium infektifnya4. Spesies utama yang prasekolah dan lebih dari 568 juta anak usia
menginfeksi manusia adalah cacing gelang sekolah tinggal di daerah di mana parasit ini
(Ascaris lumbricoides), cacing cambuk ditularkan secara intensif, dan membutuhkan
(Trichuris trichiura) dan cacing tambang pengobatan dan intervensi pencegahan5.
(Necator americanus dan Ancylostoma Sebagian besar populasi dunia terinfeksi satu
duodenale)5. atau lebih cacing yang ditularkan melalui
tanah, yaitu sekitar 807-1.121 juta dengan
Infeksi cacing adalah salah satu infeksi
Ascaris, sekitar 604-795 juta dengan cacing
yang paling umum di seluruh dunia dan
cambuk, dan sekitar 576-740 juta dengan
biasanya terjadi di negara-negara miskin dan
5
cacing tambang6.
tertinggal . Kecacingan dapat terjadi akibat
buruknya kondisi lingkungan dan kebersihan Kementerian Kesehatan RI pada tahun
perorangan yang biasanya dimulai dari 2017 menyatakan bahwa prevalensi cacingan
kebiasaan hidup tidak sehat seperti di Indonesia pada umumnya masih sangat
membuang kotoran di sembarang tempat. tinggi, terutama pada golongan penduduk
Penyakit ini ditularkan melalui telur cacing yang kurang mampu dengan sanitasi yang
yang ada di kotoran manusia yang mencemari buruk. Prevalensi cacingan bervariasi antara
tanah dan juga dapat ditularkan melalui 2,5%-62%. Sedangkan menurut Depkes RI
makanan yang terkontaminasi telur cacing2,5. pada tahun 2013, prevalensi angka
kecacingan di Indonesia adalah 28%.
WHO menyatakan lebih dari separuh
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan,
beban penyakit penduduk di negara
prevalensi kecacingan untuk semua umur
berkembang termasuk Indonesia disebabkan
berkisar antara 40%-60% dan sebanyak 195
oleh infeksi cacing. Prevalensi kecacingan di
juta jiwa penduduk indonesia tinggal di
daerah endemis kecacingan. Sekitar 13 juta pencegahan, penanggulangan, dan
anak usia pra sekolah dan 37 juta jiwa anak pengendalian penyakit kecacingan di
usia Sekolah Dasar terinfeksi cacing. Harhay Indonesia, maka dari itu penulis ingin
et al. menyatakan bahwa 80% infeksi meninjau bagaimana implementasi
kecacingan ditemukan di daerah yang manajemen dan kebijakan yang telah
memiliki sanitasi dan higienitas yang buruk, dilakukan pemerintah terkait program
air yang terkontaminasi, lingkungan padat penanggulangan kecacingan di Indonesia.
penduduk, serta cuaca yang panas dan
lembab. Kecacingan tersebar di pedesaan dan
di perkotaan, dengan prevalensi pada murid Metode
Sekolah Dasar sebesar 60–80% 2,3,4,7.
Penelitian ini menggunakan metode
Berdasarkan survei Departemen kualitatif dengan studi literatur. Penulisan
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun dilakukan berdasarkan hasil studi beberapa
2015, prevalensi kecacingan pada anak usia artikel jurnal penelitian dan publikasi
1-6 tahun atau usia 7-12 tahun menunjukkan pemerintah terkait program penanggulangan
angka yang cukup tinggi, yaitu 30%-90%. penyakit kecacingan di Indonesia. Studi
Usia 6-12 tahun adalah usia yang rentan literatur yang dilakukan adalah meninjau
terinfeksi cacing karena aktivitas mereka berbagai sudut pandang secara
yang banyak berhubungan dengan tanah. Hal berkesinambungan antara teori, jurnal, dan
ini erat kaitannya dengan perilaku hidup data publikasi pemerintah. Tinjauan artikel
sehat atau personal hygiene, meliputi ilmiah yang diperoleh dengan penelusuran di
defekasi di jamban, kebersihan kuku, internet dan studi kepustakaan. Artikel yang
kebiasaan menggunakan alas kaki/sandal, terpilih disesuaikan dengan materi kajian dan
mencuci makanan, minum air yang direbus, selanjutnya dilakukan kajian artikel dengan
dan kebiasaan cuci tangan dengan sabun cara meta analisis. Bahan tinjauan tersebut
sebelum makan dan setelah buang air besar didapatkan berdasarkan hasil pencarian yang
pada siswa Sekolah Dasar4. dilakukan penulis melalui Google Scholar
dengan memasukkan kata kunci
Uraian mengenai gambaran penyakit
“kecacingan”, “program penanggulangan”,
kecacingan secara global dan nasional di atas
dan “kebijakan”. Berdasarkan hasil
menunjukkan pentingnya dilakukan upaya
penelusuran tersebut dilakukan pemilahan
terhadap literatur yang muncul untuk tersebut dititikberatkan di tingkat
kemudian disesuaikan dengan tujuan kabupaten/kota dan dikoordinasikan dengan
penelitian. dinas kesehatan setempat dengan
mengutamakan upaya preventif-promotif.
Dalam penyelenggaraannya,
Hasil penanggulangan kecacingan dilaksanakan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Upaya penanggulangan dan pencegahan
dengan melibatkan peran serta masyarakat 1.
penyakit kecacingan di Indonesia secara
nasional dimulai pada tahun 1975. Menurut Menurut Pasal 3 Permenkes RI Nomor
Kementerian Kesehatan pada tahun 2006, 15 tahun 2017, pemerintah pusat menetapkan
pada Pelita V (tahun 1989–1994) dan Pelita target program Penanggulangan Cacingan
VI (tahun 1994–1999) program berupa reduksi kecacingan dengan indikator
pemberantasan penyakit cacing lebih dalam pencapaian target program berupa
ditingkatkan prioritasnya pada anak-anak penurunan prevalensi kecacingan sampai
karena pada periode ini lebih memperhatikan dengan di bawah 10% (sepuluh persen) di
peningkatan perkembangan dan kualitas setiap daerah kabupaten/kota. Upaya
hidup anak. Ternyata upaya ini telah berhasil pencapaian target program tersebut dilakukan
menurunkan prevalensi kecacingan dari dengan penyusunan strategi, intensifikasi
78,6% (tahun 1987) menjadi 8,9% (tahun kegiatan penanggulangan kecacingan, dan
2003)3. koordinasi dan integrasi dengan lintas
program dan lintas sektor1.
Berdasarkan perkembangannya sebagai
upaya penanggulangan dan pengendalian Adapun kegiatan penanggulangan
penyakit kecacingan di Indonesia, pada tahun kecacingan diatur dalam Pasal 7 Permenkes
2017 pemerintah melalui Kementerian RI Nomor 15 tahun 2017. Menurut Pasal 7
Kesehatan Republik Indonesia telah Permenkes RI Nomor 15 tahun 2017, dalam
menetapkan kebijakan penanggulangan penyelenggaraan penanggulangan cacingan
kecacingan yang dituangkan dalam dilaksanakan kegiatan yang meliputi promosi
Permenkes RI Nomor 15 Tahun 2017 tentang kesehatan, surveilans cacingan, pengendalian
Penanggulangan Cacingan. Program faktor risiko, penanganan penderita, dan
penanggulangan kecacingan dalam kebijakan
POPM cacingan sebagai upaya cacingan, survei faktor risiko, dan survei
penanggulangan kecacingan secara nasional. prevalensi cacingan. Pengendalian faktor
risiko dilakukan melalui kegiatan menjaga
Kegiatan promosi kesehatan
kebersihan perorangan dan menjaga
dilaksanakan dengan strategi advokasi,
kebersihan lingkungan. Penanganan
pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan,
penderita dilakukan melalui pengobatan
yang ditujukan untuk1:
penderita, penanganan komplikasi cacingan,
1) meningkatkan pengetahuan dan konseling kepada penderita dan keluarga.
masyarakat tentang tanda dan gejala Sedangkan Pemberian Obat Pencegahan
cacingan serta cara penularan dan Secara Massal Cacingan (POPM Cacingan)
pencegahannya adalah pemberian obat yang dilakukan untuk
2) meningkatkan perilaku hidup bersih mematikan cacing secara serentak kepada
dan sehat guna memelihara semua penduduk sasaran di wilayah berisiko
kesehatan dengan cara: cuci tangan cacingan sebagai bagian dari upaya
pakai sabun; menggunakan air pencegahan penularan cacingan. POPM
bersih untuk keperluan rumah Cacingan ditujukan untuk menurunkan
tangga; menjaga kebersihan dan prevalensi cacingan pada daerah
keamanan makanan; menggunakan kabupaten/kota 1.
jamban sehat; dan mengupayakan
Pasal 12 hingga Pasal 17 pada
kondisi lingkungan yang sehat
Permenkes RI Nomor 15 tahun 2017 berisi
3) meningkatkan perilaku
kebijakan terkait program utama
mengkonsumsi obat cacing secara
penanggulangan kecacingan yaitu POPM.
rutin terutama bagi anak balita dan
Pada pasal 12 ditetapkan peraturan penetapan
anak usia sekolah
prevalensi kecacingan berdasarkan survei
4) meningkatkan koordinasi institusi
sebagai berikut, yaitu prevalensi tinggi
dan lembaga serta sumber daya
apabila prevalensi kecacingan di atas 50%,
untuk terselenggaranya reduksi
prevalensi sedang apabila prevalensi
cacingan.
kecacingan 20% sampai dengan 50%, dan
Surveilans cacingan dilaksanakan dengan prevalensi rendah apabila prevalensi
melakukan analisis terhadap data yang kecacingan di bawah 20%. POPM dilakukan
dikumpulkan melalui penemuan kasus pada anak balita, anak usia pra sekolah, dan
anak usia sekolah di daerah kabupaten/kota dilakukan pula pembinaan dan pengawasan
dengan prevalensi tinggi dan sedang dengan secara berjenjang oleh menteri, kepala dinas
mengintegrasikan pada kegiatan bulan kesehatan provinsi dan kepala dinas
vitamin A, pemberian makanan tambahan kesehatan kabupaten/kota dengan melibatkan
anak balita, anak usia pra sekolah, dan anak organisasi profesi dan instansi terkait sesuai
usia sekolah, usaha kesehatan sekolah, dengan kewenangan masing-masing1.
dan/atau program kesehatan lain. POPM
dilaksanakan dua kali dalam 1 (satu) tahun
untuk daerah kabupaten/kota dengan Pembahasan
prevalensi tinggi dan satu kali dalam 1 (satu)
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
tahun untuk daerah kabupaten/kota dengan
424/Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman
prevalensi sedang dan wajib dilakukan secara
pengendalian kecacingan menyebutkan
terus menerus sampai terjadi penurunan
bahwa penyakit kecacingan merupakan salah
prevalensi di bawah 10%. Dalam
satu penyakit menular yang masih menjadi
pelaksanaannya, pemerintah pusat,
masalah kesehatan masyarakat Indonesia
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
terutama di kalangan anak usia sekolah dasar
daerah kabupaten/kota melakukan
sehingga hal ini dapat mengganggu proses
pemantauan dan evaluasi setiap tahunnya
pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut,
terhadap pelaksanaan POPM Cacingan.
maka diarahkan kebijakan program
Dalam kegiatan penanggulangan pengendalian penyakit cacingan untuk
cacingan, dilakukan pencatatan dan meningkatkan upaya pengendalian dengan
pelaporan oleh kader dan tenaga kesehatan menggali sumber daya secara kemitraan,
meliputi survei cacingan pada anak sekolah lintas program dan lintas sector,
dan hasil kegiatan pemberian obat cacing. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Selain itu, pemerintah pusat dan pemerintah dalam pengelolaan program yang lebih
daerah melakukan pemantauan dan evaluasi professional, mengembangkan dan
kegiatan penanggulangan cacingan yang menyelenggarakan metode tepat guna,
meliputi pelaksanaan POPM Cacingan, meningkatkan upaya pencegahan dan efektif
survei cakupan pengobatan, dan survei bersama program dan sektor terkait, dan
evaluasi prevalensi. Dalam pelaksanaan melaksanakan bimbingan, pemantauan dan
program penanggulangan kecacingan, evaluasi8.
Sesuai dengan pedoman teknis, strategi negara endemik untuk mulai menangani
pengendalian kecacingan yang dilakukan kecacingan secara serius, khususnya
adalah dengan memutus mata rantai schistosomiasis dan infeksi akibat cacing
penularan baik dari dalam tubuh maupun luar yang ditularkan melalui tanah. WHO
tubuh manusia melalui program jangka merekomendasikan pengobatan berkala
pendek dan jangka Panjang. Dalam sebagai upaya pemberantasan kecacingan
pengendalian kecacingan, program jangka tanpa diagnosis individu kepada semua orang
pendek bertujuan memutus rantai penularan berisiko yang tinggal di daerah endemik.
dalam tubuh manusia sehingga dapat Intervensi ini ditujukan untuk mengurangi
menurunkan prevalensi dan intensitas infeksi morbiditas dengan menurunkan beban
dengan cara pengobatan yang dilakukan oleh penyakit akibat infeksi cacing5.
tenaga kesehatan. Adapun program jangka
Dalam rangka mengurangi penularan
Panjang bertujuan memutus rantai penularan
dan infeksi berulang akibat cacing yang
di luar tubuh manusia dengan melaksanakan
menular melalui tanah diperlukan upaya
upaya pencegahan yang efektif 8.
edukasi kesehatan dan kebersihan dengan
Strategi pengendalian infeksi cacing mendorong perilaku hidup sehat dan
yang ditularkan melalui tanah adalah dengan penyediaan sanitasi yang memadai. Selain
mengendalikan morbiditas melalui itu, pemberian obat cacing juga dapat
pengobatan berkala pada masyarakat berisiko dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi.
yang tinggal di daerah endemis. Adapun Pemberian obat cacing dapat dengan mudah
orang yang berisiko di antaranya yaitu anak diintegrasikan ke dalam program pada hari
usia prasekolah, anak usia sekolah, wanita kesehatan anak, atau program suplementasi
usia subur (termasuk wanita hamil pada untuk anak prasekolah, dan atau dengan
trimester kedua dan ketiga dan wanita program kesehatan sekolah. Hal tersebut
menyusui), dan orang dewasa dengan dikarenakan sekolah merupakan pintu masuk
pekerjaan berisiko tinggi tertentu seperti yang sangat baik untuk kegiatan
pemetik daun teh atau penambang5. pemberantasan cacing, karena
memungkinkan penyediaan komponen
Pada tahun 2001, delegasi di World
pendidikan kesehatan dan kebersihan
Health Assembly dengan suara bulat
personal dengan mudah, seperti promosi cuci
mendukung resolusi yang mendesak negara-
tangan dan pengupayaan sanitasi yang lebih
baik. Selain itu, WHO juga Pelaksanaan program yang sangat baik
merekomendasikan untuk memberikan terapi memerlukan anggaran dana yang juga
preventif dengan pemberian obat mencukupi. Oleh karena itu perlu adanya
antihelminth (albendazole, mebendazole, perencanaan dana khusus untuk program
levamisol, dan pirantel)5. penanggulangan kecacingan baik dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dalam hal ini, pemerintah sudah
Keberhasilan program juga dapat dicapai
berupaya sebaik mungkin dalam
dengan meningkatkan kerja sama antar lintas
menanggulangi penyakit kecacingan yang
sekotr dan program serta dukungan dari
masih terabaikan di Indonesia. Hal ini sudah
berbagai pihak pemaku kepentingan terhadap
sejalan dengan kebijakan global yang
pelaksanaan program penanggulangan
dikeluarkan oleh WHO dalam upaya
kecacingan. Selain itu, perlu juga
penanggulangan kecacingan dan
dilaksanakan upaya edukasi terhadap
menurunkan prevalensi kecacingan secara
masyarakat mengenai program
global.
penanggulangan kecacingan agar masyarakat
dapat berperan serta dalam pencapaian tujuan
penanggulangan kecacingan yang sudah
Kesimpulan
dicanangkan pemerintah.
Pemerintah menetapkan kebijakan
penanggulangan penyakit kecacingan dengan
menetapkan Permenkes RI Nomor 15 Tahun Referensi
2017 tentang Penanggulangan Cacingan.
1. Menteri Kesehatan RI. Peraturan
Kebijakan tersebut sudah mengatur
Menteri Kesehatan Republik
manajemen dan pelaksanaan program-
Indonesia Nomor 15 Tahun 2017
program pencegahan, penanggulangan, dan
Tentang Penanggulangan Cacingan.
pengendalian kecacingan jangka pendek dan
2017.
jangka panjang. Dalam pelaksanaannya,
dibutuhkan koordinasi antarpihak pemerintah 2. Suharmiati S, Rochmansyah R.
dan berbagai sektor agar prevalensi Mengungkap Kejadian Infeksi
kecacingan di Indonesia tidak mengalami Kecacingan Pada Anak Sekolah
peningkatan. Dasar (Studi Etnografi Di Desa
Taramanu Kabupaten Sumba Barat). Banjar Regency South kalimantan
Bul Penelit Sist Kesehat. Province. Bul Penelit Sist Kesehat.
2018;21(3):211–7. 2015;17(2 Apr):185–92.

3. Fadhila N. Kecacingan pada Anak. J


Agromed Unila. 2015;2(3):348–50.

4. Prabandari AS, Ariwarti VD,


Pradistya R, Sekar Sari MM.
Prevalensi Soil Transmitted
Helminthiasis Pada Siswa Sekolah
Dasar Di Kota Semarang. Avicenna J
Heal Res. 2020;3(1):1–10.

5. WHO. Soil-transmitted helminth


infections [Internet]. 2020. Available
from: https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/soil-
transmitted-helminth-infections

6. CDC. Soil-transmitted Helminths


[Internet]. 2020. Available from:
https://www.cdc.gov/parasites/sth/ind
ex.html

7. Widiani D. Prevalensi Infeksi Parasit


Nematoda Usus Pada Kelompok
Pemulung Di Desa Tegallalang
Kecamatan Tegallalang Kabupaten
Gianyar. Poltekkes Denpasar; 2018.

8. Juhairiyah J, Annida A. The Policy of


Helminthiasis control and Public
knowledge Againts Helminthiasis in

Anda mungkin juga menyukai