DESKRIPSI RANTAI INFEKSI PENYAKIT HEPATITIS A & KUSTA
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Epidemiologi & Biostatistik
Dibuat Oleh : Rency Divya Adly Rachmawati 4002220038 S1 Keperawatan Ekstensi
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
TAHUN 2022 HEPATITIS A Sehat yang optimal merupakan kondisi yang diinginkan setiap orang. Dimana saat ini makin berkembangnya penyakit tidak hanya pada penyakit menular tetapi juga penyakit tidak menular. Dimana masih beberapa kasus penyakit-penyakit daerah tropis yang tinggi dinegara berkembang. Beberapa penyakit tropis masih ada yang menjadi penyakit endemis dibeberapa wilayah. Salah satunya adalah Penyakit Hepatitis. Penyakit ini hingga saat ini masih merupakan salah satu dari masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk di negara Indonesia. Penyakit Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan pada hati. Penyakit Hepatitis merupakan suatu penyakit yang mengalami proses inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan sistem antibodi. Infeksi Hepatitis yang disebabkan oleh virus merupakan penyebab paling banyak dari penyakit Hepatitis Penyakit Hepatitis A bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik bila kondisi daya tahan tubuh dan stamina baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D (jarang terjadi) ditularkan secara parenteral dan dapat menjadi kronis serta dapat menimbulkan penyakit Cirrhosis Hepatis dan lalu meningkat menjadi penyakit Kanker Hati. 1. Reservoin Sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan reservoir dari virus hepatitis penyebab penyakit Hepatitis A 2. Portal exit Penyakit Hepatitis A yang dapat disebabkan oleh virus Hepatitis A yang sangat mudah menyebar melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi telah terpapar kotoran penderita penyakit Hepatitis A. Penyakit ini biasanya mudah menular / menyebar dalam satu keluarga di satu rumah. Perilaku yang berisiko menularkan seperti ciuman intim, atau Penyebaran bisa dari restoran jika mencuci tangan tidak bersih, biasanya orang yang mempersiapkan makanan yang mencemarinya dan atau ada di antara anak-anak yang karier Hepatitis A, Virus ditularkan pada orang yang tidak divaksinasi. Epidemiologi Penyakit Hepatitis 22 Banyak kasus dapat terjadi pada kondisi faktor ekonomi yang rendah (menengah kebawah), banyaknya jumlah penduduk di pemukiman rumah dan kurangnya higiene sanitasi atau mendapatkan air yang bersih. Virus dari penyakit Hepatitis B mampu menginfeksi bukan hanya manusia tetapi bisa juga menginfeksi primata seperti Simpanse. Virus dari family Hepadnavirus bisa ditemukan pada bebek, marmut dan juga tupai tanah, namun virus tersebut tidak bisa menginfeksi pada manusia. 3. Mode transimisi
Faktor Lingkungan seperti jenis Pekerjaan yang berhubungan dengan feses
atau kotoran (Pemulung sampah, Petugas Kebersihan, Cleaning Service di Mall atau Hotel. Faktor Host seperti permasalahan perilaku Personal higiene dan higiene sanitasi (buruknya dalam mengatasi masalah sanitasi), Mengkonsumsi air minum yang (tanpa disadari telah) terkontaminasi, Mengkonsumsi sayuran dan buah buahan yang tidak dicuci atau dicuci dengan air yang telah terkontaminasi, Mengkonsumsi makanan laut yang tercemar oleh limbah, Berhubungan / berinteraksi secara langsung dengan penderita penyakit Hepatitis A (karier), Mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi Hepatitis A serta buruknya kebersihan pribadi (Personal Higiene). contohnya, ketika kita mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh Epidemiologi Penyakit Hepatitis 23 penderita Hepatitis A yang belum mencuci tangan dengan baik, setelah ia buang air besar atau berhubungan seksual dengan penderita. 4. Portal entry Transmisi penyakit merupakan mekanisme penularan dimana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai host yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara agent meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai host yang potensial (suseptibel), serta cara masuk ke host tersebut. 5. Factor-Faktor Suseptibilitas Penjamu Konsentrasi Virus Indikator VHB yang paling praktis dan paling baik adalah Hbe Ag (France, dkk,1981, Dienstag, 1984). Bila Hbe Ag (+) maka penularan akan terjadi pada 10 – 20% individu Bila Hbe Ag (-) kemungkinan penularan hanya 1 – 2,5% (Seef dkk, 1978). Dalam penularan perinatal: § bila Hbe Ag ibu (+), maka penularan dpat terjadi pada 90 – 100% bayi yang dilahirkan. § Bila Hbe Ag ibu (-), maka penularan hanya terjadi pada 10 – 25% dari bayi yang dilahirkan (Okada, dkk,1976, Stevens dkk, 1976). . Kerentananan Individu Walaupun suatu cara penularan cukup efektif tetapi bila individu tersebut sudah kebal maka tak akan terjadi penularan. Kusta Penyakit kusta atau yang dikenal sebagai penyakit Hansen adalah sebuah infeksi bakteri yang memengaruhi sistem saraf, kulit, hidung, dan mata. Dengan adanya perawatan dini pada penderita kusta, maka bisa mencegah terjadinya kerusakan permanen. Penyakit kusta atau lepra disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Bakteri ini tumbuh lambat dan tidak mudah menyebar. Sehingga mereka yang terkena penyakit ini sebenarnya bisa terus bekerja dan memiliki kehidupan yang aktif selama mereka melakukan perawatan. Penyakit kusta seringkali diiringi informasi yang menyebar di masyarakat bahwa penyakit ini adalah sebuah penyakit yang sangat mudah ditularkan. Namun saat ini para ahli mengetahui bahwa itu adalah hal tidak benar. Selain itu, penyakit kusta juga bisa diobati meskipun perawatan tidak dapat membalikkan kerusakan yang ada. Kusta merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam penyakit terabaikan (Neglected Disease) yang masih harus mendapatkan perhatian karena masih menimbulkan masalah. Masalah yang ditimbulkan oleh kusta terutama terjadi apabila terlambat terdeteksi sehingga mengakibatkan kecacatan permanen, timbulnya kecacatan ini seringkali menjadikan stigma sosial dan kerugian ekonomi. Hal tersebut dapat mengurangi produktivitas sumber daya manusia karena stigma masyarakat yang tinggi. Kustapun bisa mengancam anak-anak yang tinggal di daerah tersebut dikarenakan sistem imunitas pada anak-anak yang masih belum sempurna dan transmisi penularan di daerah endemis kusta yang masih cukup tinggi. 1. Reservoir Lingkungan bisa menjadi salah satu reservoir penularan penyakit kusta karena terkait dengan sifat kuman kusta yang merupakan bakteri obligat intrasel, atau tidak dapat hidup bebas hingga menemukan inang baru. 2. Portal exit Kuman kusta mycobacterium leprae (M. Leprae) banyak ditemukan dimukosa hidung manusia yang telah lama dikenal sebagai sumber dari kuman. Suatu kerokan hidung dari penderita type Lepramatous yang tidak diobati menunjukan jumlah kuman sebesar 104-1010. Dan telah terbukti bahwa saluran nafas bagian atas dari penderita tipe Lepramatous merupakan sumber kuman yang terpenting dalam lingkungan. Jadi portal of exit yaitu jalan keluar bakteri dari tubuh penderita adalah selaput lendir hidung. 3. Mode Transmisi Cara penularan penyakit lepra melalui saluran pernafasan dan kulit (mungkin secara langsung mungkin secara tidak langsung). Jalan keluar dari kuman kusta mycobacterium leprae (M. Leprae) ini adalah melalui selaput lendir hidung penderita. Namun ada juga yang melalui sekret hidung penderita yang telah mengering dimana basil dapat hidup 2-7 hari. Cara penularan lain yang umumnya diungkapkan adalah melalui kulit ke kulit, namun dengan syarat tertentu. Karena tidak semua sentuhan kulit ke kulit itu dapat menyebabkan penularan. Kuman kusta mycobacterium leprae (M. Leprae) mempunyai masa inkubasi selama 2-5 tahun, akan tetapi dapat juga bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila M. Leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh penderita dan masuk kedalam tubuh orang lain. Belum diketahui secara pasti cara penularan penyakit kusta. Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang lama dengan penderita. Penderita yang sudah minum obat sesuai regimen WHO tidak menjadi sumber penularan kepada orang lain. Kesimpulannya bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mycobakterium Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah : a. Usia yaitu anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa. b. Jenis kelamin yaitu laki-laki lebih banyak dijangkiti. c. Ras yaitu bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti. d. Kesadaran sosial yaitu umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah. e. Lingkungan yaitu fisik, biologi dan sosial yang kurang sehat. 1. Portal Entry Tempat masuk kuman kusta mycobacterium leprae (M. Leprae) kedalam tubuh pejamu sampai saat ini belum dapat dipastikan. Diperkirakan cara masuknya adalah melalui saluran pernafasan bagian atas dan melalui kontak kulit yang tidak utuh. Jadi portal of entry yaitu bersentuhan kulit dengan penderita lepra secara langsung dan lewat respirasi dimana lingkungan tempat tinggal mengandung Mycobacterium leprae dapat terkena penyakit Lepra. 1. Faktor-Faktor Suspentibilitas Penjamu Hanya sedikit orang yang akan terjangkit kusta setelah kontak dengan penderita, hal ini disebabkan karena adanya imunitas. M Leprae termasuk kuman obligat intraseluler dan sistem kekebalan yang efektif adalah sistem kekebalan seluler. Faktor fisiologik seperti pubertas, menopause, kehamilan serta faktor infeksi malnutrisi dapat meningkatkan perubahan klinis penyakit kusta. Dari studi keluarga kembar didapatkan bahwa faktor genetik mempengaruhi tipe penyakit yang berkembang setelah infeksi. Sebagian besar (95%) manusia kebal terhadap penyakit kusta hanya sebagian kecil yang dapat ditulari (5%). Dari 5% yang tertular tersebut, sekitar 70 % dapat sembuh sendiri dan hanya 30% yang menjadi sakit. Adapun faktor lain, seperti : a. Melakukan kontak dengan seseorang yang alami infeksi, seperti bersin atau batuk. b. Kontak dekat dan berulang dengan seseorang yang mengidap penyakit ini yang tidak diobati dalam waktu lama. c. Memiliki kelainan genetik pada sistem imun. d. Mengalami kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta, seperti armadillo. e. Tinggal di area endemik kusta.