Anda di halaman 1dari 30

EPIDEMIOLOGI RE-EMERGING

DISEASE
KONSEP EPIDEMOLOGI EMERGING
1
DISEASE
2 DENGUE
OUTLINE
3 FILARIASIS

4 CHOLERA
Secara global, terdapat beberapa ekosistem
dengan keanekaragaman hayati yang kaya, yang
secara bertahan memburuk karena peningkatan
aktivitas antropogenik.

Sejalan dengan itu, kondisi ini mendorong


peningkatan inter-aksi manusia-satwa liar,
memfasilitasi penyebaran agen infeksi & parasit
ke inang & habitat baru

Marli et all,2020,
Pendahuluan, Hal 103
DEFENISI RE-EMERGING DESEASE

Re-emerging disease atau yang biasa disebut resurging


disease adalah wabah penyakit menular yang muncul
kembali setelah penurunan yang signifikan dalam
insiden dimasa lampau.

WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara


dengan sebuah sistem peringatan dini (early warning
system) untuk wabah penyakit menular dan sistem
surveillance untuk emerging dan re-emerging
khususnya untuk wabah penyakit pandemik
penyebaran agen etiologi penyebab penyakit menular pada manusia, dan keadaan epidemiologi yang terlibat dalam luapan zoonosis, dan interaksi biotik yang memicu
munculnya agen etiologi baru yang berpotensi berdampak pada kesehatan masyarakat (MERS-CoV)

Marli et all,2020,
Pendahuluan, Hal 103
BEBERAPA FAKTOR PENYAKIT LAMA MUNCUL KEMBALI
Kemiskinan yang meningkat atau terus berlanjut dan kondisi hidup
1 yang buruk terus membuat jutaan orang terpapar bahaya penyakit
menular

2 Pertumbuhan penduduk yang cepat dikombinasikan dengan urbanisasi


yang tidak terkendali
3 Migrasi dan perpindahan orang karena perang
Peningkatan perjalanan internasional dan pertumbuhan perdagangan
4 dan pariwisata lintas batas negara memiliki implikasi serius bagi
penyebaran penyakit menular yang cepat dari satu negara ke negara
lain
5
Mutasi menghasilkan strain agen infeksius dan resistensi antimikroba baru
Tabish, 2012,
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR YANG MUNCUL
KEMBALI
Memperkuat kapabilitas dan
02
01 Memperkuat surveilans layanan laboratorium
epidemiologi

04 Memantau resistensi anti-


03 Pembentukan Tim Respon mikroba
Cepat

06 Advokasi dan mobilisasi


Pembentukan jaringan
05 dukungan internasional
surveilans penyakit inter-
nasional

Tabish, 2012
DENGUE
DEMAM BERDARAH

Demam berdarah telah menyebar di banyak Negara Asia


Tenggara sejak 1950-an dan muncul kembali di Amerika pada
1990-an menyusul kemunduran aktif pengendalian nyamuk dan
penyebaran vektor ke daerah perkotaan.

Infeksi virus dengue sering mengakibatkan demam berdarah


dengue heamorrhagic (DBD) di Asia, tetapi jarang di Amerika
sampai wabah parah di Cuba pada tahun 1981. Demam dengue
heamorrhagic telah menyebar dan selama epidemi di Amerika
Tengah dan Selatan pada tahun 1995-1997 DBD dilaporkan di 24
negara.
Tabish, 2012,
Pendahuluan, Hal 4
DBD  penyakit virus tropis terpenting yang
muncul pada manusia di dunia saat ini.

Setiap tahun, 50-100 juta kasus demam berdarah


dan beberapa ratus ribu kasus demam berdarah
terjadi di seluruh dunia.

Epidemi telah meningkat di SEAR selama 20-30


tahun terakhir, dengan perluasan distribusi
geografis dari vektor nyamuk dan keempat virus
dengue, serta peningkatan aktivitas epidem
Tabish, 2012,
Pendahuluan, Hal 4
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH

AGENT
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong
1 arbovirus yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti betina. Virus dengue termasuk genus flavivirus dari keluarga
flaviviridae. Virus yang berukurang kecil (50 nm) ini mengandung RNA
berantai tunggal.
HOST
2 Dalam hal ini manusia lah yang menjadi host atau target penyakit
DBD(11). Meskipun penyakit DBD dapat menyerang segala usia beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan tertular penyakiT
yang berpontensi mematikan ini. Di Indonesia penderita penyakit DBD
terbanyak berusia 5-11 tahun.
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH

ENVIRONMENT
Penyakit DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat karena
jumlah penderitanya tinggi dan penyebarannya yang semakin luas,
terutama di musim penghujan.
3

Sejumlah pakar setuju bahwa kondisi ini juga di pengaruhi oleh


budaya masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan
rumah tangga dan kebersihan dirinya
TRANSMISI PENYAKIT DEMAM BERDARAH

Virus dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan


nyamuk Aedes aegypti betina yang infektif karena hanya
nyamuk betina yang menghisap darah.

Nyamuk aedes aegypti betina menyimpan virus dengue


di  dalam telurnya.

Menghisap darah untuk memperoleh asupan protein


antara lain prostaglandin yang diperlukan untuk
bertelur. Tabish, 2012,
Pendahuluan, Hal 4
PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

LINGKUNGAN
Adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan menyebabkan
manusia menjadi lebih mudah terpapar baik secara langsung maupun tak
langsung dengan nyamuk Aedes Aegypti. Pada penyakit DBD ini air pun
1
mempunyai peranan penting yaitu sebagai sarang nyamuk penyebar
penyakit. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut
antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk, pengelolaan sampah
padat.
BIOLOGIS
2
melaksanakan pengendalian lingkungan yang bertujuan mengurangi   atau
menghilangkan vektor antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan kepala timah, ikan adu/ikan cupang) dan bakteri.
PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

KIMIAWI
Pengendalian ini menggunakan bahan bahan kimia, antara lain dengan
cara
3 • Pengasapan/ Fogging massal, 2 siklus berjarak satu minggu. (dengan
menggunakan malathion dan fenthion )
• Abatisasi, memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air

PENDIDIKAN
4 Memberikan penyuluhan kesehatan, agar masyarakat benar-benar
mengerti apa penyakit DBD itu, dan menyadari betapa pentingnya
pencegahan penyakit DBD
CONTOH PENYAKIT DEMAM BERDARAH
GAMBAR PENANGGULANGAN DBD
FILARISIASIS
FILARIASIS

Filariasis limfatik terus menjadi masalah kesehatan masyarakat


di sebagian besar negara SEAR. Di India sendiri diperkirakan ada
45 juta orang yang menderita penyakit filaria.

Sekitar 500 juta orang di wilayah tersebut terancam.

Strategi pengendalian baru untuk infeksi dan penyakit limfatik


filariasis telah dikembangkan berdasarkan proyek penelitian
operasional yang didukung WHO di India, Indonesia, Sri Lanka
dan Thailand
Tabish, 2012,
Pendahuluan, Hal 8
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT FILARIASIS

AGENT
1 Wucheriria bancrofti Yang terdapat di daerah perkotaan (urban) ditularkan
oleh Culex quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan tercemar sebagai
tempat perindukannya. Wucheriria bancrofti yang di daerah pedesaan
(rural) dapat ditularkan oleh bermacam spesies nyamuk

2 HOST
Cacing filaria ini dapat berupa hewan dan atau manusia. Manusia yang
mengandung parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada
umumnya laki-laki lebih dmudah terinfeksi, karena memiliki lebih banyak
kesempatan mendapat infeksi (exposure)
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT FILARIASIS

ENVIRONMENT

Kasus penderita filariasis khas ditemukan di wilayah dengan iklim sub


3 tropis dan tropis seperti di Indonesia.

Daerah Endemis biasanya merupakan daerah dataran rendah yang berawa


dengan dikelilingi oleh daerah yang bersemak belukar dan berhutan
TRANSMISI PENYEBARAN PENYAKIT FILARIASIS

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah


apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk
yang mengandung larva.

Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil (mikrofilaria)


sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria
atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria.

Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu
perkembangan dalam tubuh nyamuk (vector) dan tahap kedua
perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair
CONTOH PENYAKIT FILARIASIS
KOLERA
KOLERA

Penyakit yang muncul kembali disebabkan oleh kemunculan


kembali, dan peningkatan, jumlah infeksi dari suatu penyakit
yang diketahui, tetapi sebelumnya menyebabkan begitu sedikit
infeksi sehingga tidak lagi dianggap sebagai masalah kesehatan
masyarakat.

Pada tahun 1991, pandemi kolera Pada tahun 1997, wabah


kolera menyerang terutama di Afrika Timur dan, sementara
jumlah keseluruhan telah menurun sejak 1997.
Tabish, 2012,
Pendahuluan, Hal 3
Pada tahun 1998, epidemi menyebar ke Afrika bagian timur dan selatan dan
wabah baru terjadi di Amerika Selatan.mencapai Amerika di mana kolera belum
terdaftar selama satu abad.

Pada tahun itu, lebih dari 390.000 kasus diberitahukan di lebih dari 10 negara
Amerika Selatan, yang secara keseluruhan merupakan 2/3 dari jumlah kasus
yang diberitahukan di dunia
Kolera: Penyakit ini endemik di semua Negara Anggota di
Kawasan Asia Tenggara kecuali Korea Utara.

Pada akhir tahun 1992, strain baru, V. Cholerae 0139,


ditemukan di India dan Bangladesh. Juga telah dilaporkan
dari Myanmar, Nepal, Sri Lanka dan Thailand.

Strain kolera baru ini hampir menghilang sejak tahun


1994. Hanya kasus sporadis yang masih ditemukan di
Bangladesh
Tabish, 2012,
Pendahuluan, Hal 3
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT KOLERA

PENCEGAHAN
memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi
lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces)
1
pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Selain itu,
meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu

PENANGGULANGAN
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mendapatkan
penanganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh
2 yang hilang sebagai langkah awal (terapi rehidrasi agresif).
Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan intravena
yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga
untuk mengganti cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung
RUJUKAN REFERENSI
1. Marli C Cupertino, Michely B Resende, Nicholas AJ Mayers, Lorendane M Carvalho1,, Rodrigo SiqueiraBatista.
Emerging and re-emerging human infectious diseases: A systematic review of the role of wild animals with
a focus on public health impact. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine 2020; 13(3): 99-106
2. S A Tabish. Emergent Infection: A New Global Health Threat, 2012
3. Hala Jassim Al Mossawi, Neeraj Kak, Colleen Longacre and Sharanya Joshi. Key Strategies to Address Emerging
and Reemerging Infectious Diseases: A Systematic Analysis. Journal of Infectious Diseases & Preventive
Medicine. J Infect Dis Preve Med, 2020. Vol. 8 Iss. 1 No: 194
4. epidemiologiunsri.blogspot.com/2011
5. Infodatin. 2019, Profil Kesehatan 2019, Kementrian Kesehatan RI.
6. https://idtesis.com/pengertian-emerging-diseases-dan-faktor-faktor/
7. Sophia Zyga1, Michail Zografakis-Sfakianakis. Emerging and re-Emerging Infectious Diseases: A potential
pandemic threat. Health Science Journal. 2011. Vol.5 (3) : 159-168

Anda mungkin juga menyukai