Anda di halaman 1dari 69

EPIDEMOLOGI PENYAKIT INFEKSI

KLASIK DAN PENYAKIT YANG


DAPAT DICEGAH DENGAN
IMUNISASI
OUTLINE
KONSEP
EPIDEMOLOGI
PENYAKIT 4. TYPOID 7. CAMPAK
INFEKSI
KLASIK

2. DIARE 5. RABIES 8. HEPATITIS

3. TB 6. MALARIA 9.HIV/AIDS
KONSEP
EPIDEMOLOGI
PENYAKIT INFEKSI
KLASIK & PENYAKIT
YANG DAPAT DI
1
N0

CEGAH DENGAN
IO
CT

IMUNISASI
SE

CLASSICAL DISEASES INFECTIOUS

E4
ID
SL

 Penyakit infeksi klasik  penyakit yang selalu ada pada populasi tetapi
dengan tingkat yang relatif rendah seperti influenza, dll.
 Terminologi terkait :
a. Endemik  jumlah yang diharapkan dari penyakit dalam populasi
tertentu di wilayah geografis tertentu (Prevalensi baseline bukan nol)

t
oin
erP
b.Hiperendemik  tingkat kejadian penyakit yang persisten dan tinggi

ow
fP
o
er
ow
eP
Th
E5
ID
SL

 Epidemi  situasi di mana tingkat penyakit dalam komunitas naik


di atas tingkat yang diharapkan, terutama jika ada peningkatan
mendadak.

 Pandemi  epidemi melintasi benua dan mempengaruhi banyak


orang

t
oin
erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Th
6

Risiko dan ancaman yang ditimbulkan oleh penyakit menular klasik yang
berpotensi epidemi telah berkurang.

Cacar, salah satu penyakit penting, telah diberantas dari populasi umum,
sedangkan beberapa penyakit penting lainnya yang berpotensi epidemi,
seperti demam kuning dan wabah, telah terpinggirkan.
7

 Banyak dari ancaman penyakit menular tradisional yang terkait dengan


perjalanan dan mobilitas penduduk berkurang, yang lainnya menganggap
semakin penting.

 Evolusi dalam sains dan praktik medis yang mendukung pengendalian dan
pengelolaan infeksi klasik pada populasi bergerak memiliki efek sekunder
dalam hal bagaimana ancaman penyakit sekarang dikenali.
Tantangan
8

 Kecepatan perjalanan telah membuat sebagian besar pemeriksaan medis


perbatasan atau pelabuhan hampir tidak relevan dalam mengidentifikasi
pelancong yang mungkin sakit dengan penyakit menular menular yang
penting bagi kesehatan masyarakat.

 Perjalanan udara berkecepatan tinggi memungkinkan pergerakan


internasional individu dalam masa inkubasi hampir semua infeksi
mematikan yang menular.
9

 Volume perjalanan internasional menghalangi pemeriksaan individu


atau skrining pelancong untuk penyakit gaib atau infeksi awal.
Konsekuensi penting dari hubungan ini adalah secara fungsional
menghilangkan batas dalam hal pengendalian penyakit menular.

 Dua faktor — penurunan risiko penyakit menular klasik dan


kehancuran perbatasan sebagai mekanisme perlindungan —
menciptakan lingkungan baru dan serangkaian tantangan baru untuk
pengendalian penyakit menular pada populasi bergerak.
IMUNISASI
0
E1
ID
SL

Imunisasi memiliki dimensi tanggung jawab ganda yaitu selain untuk


memberikan perlindungan kepada anak agar tidak terkena penyakit
menular, namun juga memberikan kontribusi yang tinggi dalam
memberikan sumbangan bagi kekebalan kelompok (herd Immunity)
yaitu anak yang telah mendapat kekebalan imunisasi akan
menghambat perkembangan penyakit dikalangan masyarakat

t
oin
erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Dwi dan Arief 2015

Th
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN
IMUNISASI (YUNDRI ET ALL, 2017).

1
E1
ID
SL

4
2
TETANUS
PERTUSIS NEONATORUM
3
1 5
HEPATITIS DIFTERI
POLIOMIELITIS

t
oin
(VIRUS POLIO)

erP
ow
fPo
er
ow
eP
Th
DAMPAK YANG TIDAK IMUNISASI LENGKAP

2
E1
ID
SL
Dampak jika tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah timbulnya angka
kesakitan dan kematian akibat terserang :
Tetanus
TB Hipatitis B Neonatoru
m

Polio Difteri

t
oin
Yundri et all, 2017

erP
ow
fP
o
er
Campak Pertusis

ow
eP
Th

SE
CT
IO
N0
1

DIARE
PREVALENSI DIARE
4
E1
ID
SL

Kelompok umur dengan prevalensi diare (berdasarkan diagnosis


tenaga Kesehatan) tertinggi yaitu pada kelompok umur 1-4 tahun
sebesar 11,5% dan pada bayi sebesar 9%. Kelompok umur 75 tahun
ke atas juga merupakan kelompok umur dengan prevalensi tinggi
(7,2%).

Prevalensi pada perempuan, daerah perdesaan, pendidikan rendah,

t
oin
erP
dan nelayan relatif lebih tinggi dibandingkan pada kelompok lainnya.

ow
fP
o
er
ow
eP
Infodatin, 2019

Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT DIARE

5
E1
ID
SL

• Cryptosporidium, Cyclospora, Blastocystis hominis,


Parasites Entamoeba histolytica, Giardia, microsporidia
: Enterocytozoon bieneusi
• Entero aggregative Escherichia coli, enteropathogenic
AGENT Bacteria E. coli, Campylobacter, Salmonella, Shigella,
Plesiomonas. vibrio cholera

t
oin
• norovirus, rotavirus

erP
ow
fP
Virus

o
er
ow
eP
Th
PENYEBAB DIARE
6
E1
ID
SL

Penyebab diare yang terpenting dan tersering adalah


Shigella, khususnya S. flexneri dan S. dysenteriae.
Entamoeba histolytica (E. histolytica) merupakan penyebab
disentri pada anak yang usianya di atas lima tahun dan jarang
ditemukan pada balita.

t
oin
erP
ow
fP
o
er
ow
eP
A Anorital All, 2011

Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT
DIARE

7
E1
ID
SL

HOST
Faktor Host  Usia, higiene yang buruk, pengenalan dini susu hewan,
penerimaan makanan tambahan, faktor makanan, malabsorbsi, dan,
malnutrisi, komorbiditas, paparan antibiotik (metronidazol selama fase
akut penyakit, kontak dengan pasien lain, episode akut dan diare
persiten sebelumnya, patogen enterik teridentifikasi

t
oin
Diare lebih banyak terjadi pada balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah/menurun

erP
system pencernaan dalam hal ini adalah lambung tidak dapat menghancurkan makanan

ow
fP
dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan dan betah tinggal dilambung, sehingga

o
er
ow
mudah bagi kuman untuk menginfeksi saluran pencernaan

eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT

8
DIARE
E1
ID
SL

ENVIRONMENT

Faktor Lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi


antara pejamu host dengan faktor agent. Lingkungan biologis yang
bersifat biotik mikroorganisme penyebab penyakit, vektor pembawa
penyakit dan binatang pembawa sumber bahan makanan dan

t
oin
erP
bersifat abiotic yaitu udara, keadaan tanah, geografis, air dan zat

ow
fP
kimia

o
er
ow
eP
Th
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT DIARE

9
E1
ID
SL

• Melaksanakan tatalaksana diare sesuai standar, baik disarana kesehatan


maupun dirumah tangga masyarakat
• Melaksanakan SKD Sistem Kewaspadaan Dini diare
• Melaksanakan Surveilans epidemologi dan penanggulangan kejadian luar
biasa
• Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan

t
oin
program aspek managerial dan teknis medis

erP
ow
• Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor

fP
o
• Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare

er
ow
• Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan

eP
Th

SE
CT
IO
N0
1

TBC
PENYAKIT TUBERCULOSIS (TB)
1
E2
ID
SL

Menurut Global Tuberculosis Report 2019 yang dirilis oleh


WHO, dunia tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai
tujuan Strategi END TB tahun 2020 yaitu mengurangi TB
sebesar 20 persen dari jumlah kasus tahun 2015-2018. Namun,
antara 2015 dan 2018, penurunan kumulatif kasus TB hanya
sebesar 6,3%.

t
oin
erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Pusdatin, 2019

Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT TBC

2
E2
ID
SL

AGENT
TB disebabkan oleh Mycobacterium Tubercolosis bakteri gram
positif, berbentuk batang halus mempunyai sifat tahan asam dan
aerobic.

Karakteristik alami dari agent TBC hampir bersifat resisten


terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan

t
oin
erP
hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama

ow
fP
o
er
ow
eP
Th
3
E2
ID
SL

HOST

Umur merupakan faktor terpenting, terdapat 3 puncak kejadian dan


kematian yaitu paling rendah pada penderita : anak bayi dengan
orang tua, paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai
dengan pertumbuhan, perkembangan fisik mental dan momen
kehamilan pada wanita dan Puncak sedang pada usia lanjut

t
oin
erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT TBC

4
E2
ID
SL

ENVIRONTMENT

Sebaran geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan


variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat
perkembangannya, penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis.

t
oin
erP
Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan

ow
fP
berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah

o
er
ow
berbahaya

eP
Th
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENAYKIT TB

5
E2
ID
SL

• Melaksanakan Pengobatan TB dan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) dengan


pengawasan tinggi hingga dinyatakan sembuh.
• Menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin bagi penderita
tuberkulosis
• Imunisasi BCG pada bayi mencegah TB berat pada anak sejak dini
• Membuang dahak di tempat tertutup dan di buang di tempat yang mengalir
seperti lubang WC, atau diberi desinfekatan, atau membakar dahak di

t
oin
tempat pembuangan

erP
• Menjaga agar terjadi pergantian udara dalam rumah dengan cara

ow
fP
o
membukan jendelah setiap hari, dan menjaga agar seluruh bagian rumah

er
ow
terkena matahari.

eP
Th

SE
CT
IO
N0
1

THYPOID
PENYAKIT TYPOID
7
E2
ID
SL

Demam Thypoid merupakan penyakit endemik yang termasuk dalam


masalah kesehatan di negara berkembang. Di Indonesia demam typoid dapat
ditemukan sepanjang tahun dengan insidens tertinggi pada daerah endemik.

Terdapat dua sumber penularan s.typhi yaitu pasien dengan demam tyfoid
dan yang lebih sering adalah karier.

t
oin
Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar S. Thypi

erP
sedangkan di daerah non endemik makanan yang tercemar oleh karier

ow
fP
o
merupakan sumber penularan tersering

er
ow
eP
(WHO, Global Tuberculosis Report, 2018).

Th
8
E2
ID
SL

Sanitasi yang buruk dan keterbatasan akses air bersih, diyakini


merupakan penyebab utama berkembangnya penyakit tipes.

ANak-anak lebih sering terserang tifus karena belum sempurnanya sistem


kekebalan tubuh

Jika tidak segera ditangani dengan baik, diperkirakan tiap satu dari lima orang

t
akan meninggal karena tifus.

oin
erP
ow
fP
Tifus juga berisiko menimbulkan komplikasi

o
er
ow
eP
(WHO, Global Tuberculosis Report,

Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT

9
TYPOID
E2
ID
SL

AGEN
T tifoid
Demam disebabkan oleh Salmonella typhi. S. Typhi adalah
bakteri gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak
membentuk spora.

Bakteri ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan

t
oin
laboratorium,

erP
ow
fP
S. Typhi juga dapat disebarkan oleh serangga yang kemudian

o
er
ow
mengkontaminasi makanan dan minuman

eP
Th
0
E3
ID
SL

HOST
Salmonella typhi banyak ditemukan di negara-negara berkembang
yang higiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. 

Manusia adalah host alami dan reservoir.

t
Infeksi ini ditularkan oleh konsumsi makanan atau air yang

oin
erP
terkontaminasi dengan kotoran.

ow
fP
o
er
ow
eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT

1
TYPOID
E3
ID
SL
ENVIRONTMENT
Salmonella typhi banyak ditemukan pada lingkungan yang kotor
dengan sanitasi yang kurrang baik.

Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia.

Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim.

t
oin
erP
Penyakit itu sering merebak di daerah yang kebersihan lingkungan dan

ow
pribadi kurang diperhatikan. Lingkungan yang kurang sehat dan

fP
o
er
sanitasi yang kurang baik

ow
eP
.

Th
STRATEGI PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
TYPOID

2
E3
ID
SL

• Perlindungan dini agar tidak tertular


• Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan
• Perbaikan sanitasi lingkungan
• Peningkatan higiene makanan dan minuman
• Peningkatan higiene perorangan

t
oin
erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Th
STRATEGI PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
TYPOID

3
E3
ID
SL

• Pencegahan dengan imunisasi


• Surveilans dan defenisi kasus
• Sistem pencatatan dan pelaporan
• Penanggulangan KLB
• Langkah-langkah strategis pencegahan karier, relaps dan
resistensi typoid

t
oin
erP
• Mengobati secara sempurna pasien dengan karier typoid

ow
fP
o
er
ow
eP
Th

SE
CT
IO
N0
1

S
RABIE
PENYAKIT RABIES

5
E3
ID
SL

Rabies terus menjadi masalah dengan sekitar 80%


rabies terjadi secara global di SEAR - sekitar 30.000
orang di India, 2000 di Bangladesh dan sekitar 400
orang di Bhutan, Indonesia, Nepal, Sri Lanka dan
Thailand meninggal karena rabies setiap tahun

t
oin
erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Tabish, 2012

Th
EPIDEMIOLOGI RABIES
6
E3
ID
SL

• Salah satu penyakit infeksi tertua, diketahui sejak lebih dari 4000
tahun

• Setiap Tahun, 59.000 orang di dunia meninggal karena rabies,


mayoritas 40% anak-anak berusia < 14 Tahun

t
• Dapat menyerang manusia dan hewan berdarah panas (Zoonosis)

oin
erP
ow
dengan case fatality rate 100%

fP
o
er
ow
eP
Aseph Purnama, 2020

Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT
RABIES

7
E3
ID
SL

AGENT
Semua anggota genus ini mempunyai persamaan antigen, namun
dengan teknik antibodi monoklonal dan sequencing nucleotide dari
virus menunjukkan adanya perbedaan, tergantung spesies binatang
atau lokasi geografis darimana mereka berasal.

Virus yang mirip dengan rabies yang ditemukan di Afrika (Mokola

t
oin
erP
dan Duvenhage) jarang menyebabkan kesakitan pada manusia mirip

ow
fP
seperti rabies dan jarang yang fatal

o
er
ow
eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT RABIES

8
E3
ID
SL

HOST

Hewan-hewan yang terkena virus rabies seperti


Anjing, Kucing, Monyet, Musang dan juga manusia

ENVIRONTMENT

t
oin
erP
Penyakit ini sering terjadi di lingkungan dimana anjing

ow
fP
lebih banyak dari pada orang yang tinggal disitu

o
er
ow
eP
Th
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT RABIES

9
E3
ID
SL

• Kontrol hewan peliharaan. Upaya pencegahan terhadap hewan-hewan yang ada


pemiliknya terhadap paparan rabies maka perlu dilakukan vaksinasi rabies
• Pemberatasan Hewan tak bertuan terutama dilakukan pada anjing dan kucing liar
dengan cara penangkapan hewan liar tersebut, menahannya kemudian dilakukan
euthanasia apabila tidak di akui oleh pemeliknya atau tidak berpemilik sama
sekali
• Kontrol satwa liar. Melalui reduksi selektif terhadap satwa dengan populasi
berlebihan, hal ini harus dilakukan kerjasama dengan pihak-pihak konservasi

t
oin
alam.

erP
ow
• Pencegahan terhadap masuknya rabies ke daerah bebas rabies.

fP
• Pengawasan penderita terhadap kontak dengan lingkungan sekitar

o
er
ow
• Penanganan pada pasien yang terkena gigitan HPR di daerah tertular rabies

eP
Th

SE
CT
IO
N0
1

MALARIA
PENYAKIT

1
MALARIA
E4
ID
SL

Angka kesakitan malaria digambarkan dengan indikator Annual Parasite


Incidence (API) per 1.000 penduduk, yaitu proprosi antara pasien positif
malaria terhadap penduduk berisiko di wilayah tersebut dengan konstanta
1.000.

API malaria di Indonesia pada tahun 2019 meningkat dibandingkan tahun


2018, yaitu dari 0,84 menjadi sebesar 0,93 per 1.000 penduduk.

t
oin
erP
ow
API malaria di Indonesia menunjukkan kecenderungan penurunan sejak tahun

fP
o
er
2009

ow
eP
Tabish, 2012,

Th
PENGOBATAN MALARIA

2
E4
ID
SL

Pengobatan malaria secara efektif dilakukan dengan pemberian


ACT (Artemicin-based Combination Therapy) pada 24 jam
pertama, pasien panas dan obat harus diminum habis.

Persentase pengobatan ACT masuk dalam indikator prioritas

t
oin
yang dipantau oleh Kantor Staf Presiden dengan target 90%.

erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Th
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN API <1 per
1.0000 PENDUDUK ATAU BEBAS MALARIA DI

3
E4
INDONESIA TAHUN 2019
ID
SL

t
oin
erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT

4
MALARIA
E4
ID
SL

AGENT

Penyakit malaria adalah suatu penyakit akut atau sering kronis


yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium (Class
Sporozoa).

Sifat spesifik parasit berbeda-beda untuk setiap spesies malaria

t
oin
dan hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan

erP
ow
penularan

fP
o
er
ow
eP
Th
5
E4
ID
SL

HOST
Malaria dapat dikatakan bahwa setiap orang dapat terkena
penyakit malaria.

Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin karena


berkaitan dengan perbedaan tingkat kekebalan dan frekuensi

t
oin
erP
keterpaparan gigitan nyamuk

ow
fP
o
er
ow
eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT MALARIA

6
E4
ID
SL

ENVIRONTMENT

Beberapa faktor lingkungan yang cukup ideal mendukung


keberadaan penyakit malaria di Indonesia, antara lain:
lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara, curah hujan,
ketinggian, angin), lingkungan biologik dan lingkungan sosial-

t
oin
budaya.

erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Th
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MALARIA

7
E4
ID
SL

• Melindungi Diri. Perlindungan pribadi dan pengelolaan lingkungan dari nyamuk


sangat penting dalam mencegah penyakit ini
• Konsultasi dengan Tim Medis. Temui ahli kedokteran perjalanan sebelum kamu
pergi untuk mendapatkan saran khusus tentang tempat-tempat yang akan kamu
kunjungi.
• Mengetahui Informasi Mengenai Bahaya Malaria secara Jelas. Ketahuilah
bahwa tidak ada tindakan pencegahan yang 100 persen efektif, jadi selalu mencari
perhatian medis segera jika kamu terserang demam saat bepergian atau setelah

t
oin
kembali dari negara tempat malaria terjadi

erP
ow
• Membatasi Aktivitas di Luar. Cara terbaik mencegah malaria adalah melindungi

fP
diri dari gigitan nyamuk. Ini termasuk membatasi aktivitas luar ruangan selama

o
er
ow
sore dan pagi hari, yaitu saat nyamuk lebih aktif

eP
Th

SE
CT
IO
N0
1
CAMPAK
PENYAKIT CAMPAK

9
E4
ID
SL

Penyakit campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang termasuk


dalam prioritas masalah kesehatan, karena penyakit ini dapat dengan
mudah menular sehingga dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar
biasa (KLB).

t
oin
erP
(Dwi dan Arif, 2015)

ow
fP
o
er
ow
eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT

0
CAMPAK
E5
ID
SL

AGENT

 Penyakit ini disebabkan oleh virus campak yaitu virus rubella


golongan Paramyxovirus dari pada genus Morbillivirus.
 Virus ini menyerang anak-anak, dewasa, bahkan ibu hamil.
 Virus rubella ini dapat menyerang bagian saraf dan otak yang
kemudian menyerang kulit ditandai dengan timbulnya bercak

t
oin
merah.

erP
ow
 Virus campak biasanya timbul di sel-sel yang melapisi bagian

fP
o
er
belakang tenggorokan dan paru-paru

ow
eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT

1
CAMPAK
E5
ID
SL

HOST

Sidang CDC / PAHO / WHO menyimpulkan bahwa host atau pejamu


penyakit ini adalah manusia. Jika orang yang sudah terkena penyakit
ini, makan sepanjang hidupnya tidak akan terkena penyakit campak ini
lagi.

t
oin
erP
ow
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum

fP
o
timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada

er
ow
eP
Th
2
E5
ID
SL

ENVIRONTMENT
 Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara
berkembang dengan cakupan vaksinasi yang rendah.
 Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada populasi
yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil
yakni < 400.000 orang.

t
oin
 Pada lingkungan yang jarang terjangkit penyakit, angka

erP
ow
fP
kematian bisa setinggi 25%

o
er
ow
eP
Th
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI MENURUT
PROVINSI TAHUN 2019

3
E5
ID
SL

t
oin
erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Th
STRATEGI PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT CAMPAK

4
E5
ID
SL
• Vaksinasi  Cara terbaik untuk mencegah campak adalah melakukan vaksinasi terhadap virus
tersebut.
• Lakukan imunisasi setelah terpajan. Jika Anda atau seseorang terpajan virus campak dan
belum diimunisasi, Anda bisa mendapatkan vaksinasi dalam jangka waktu 72 jam sejak pajanan
awal
• Isolasi diri dari orang yang terinfeksi. Campak sangat menular dan menyebar melalui udara.
Jika Anda atau orang lain terinfeksi campak, penting untuk mengisolasi diri dari orang lain,
terutama orang yang belum menerima vaksin, untuk mencegah penularan virus
• Cucil tangan sesering mungkin. 
• Pertimbangkan untuk mengenakan masker bedah. Campak biasanya menyebar melalui

t
oin
erP
butiran-butiran air kecil yang terlempar ke udara saat penderita campak batuk atau bersin atau

ow
bahkan saat mereka menyentuh permukaan suatu benda

fP
o
• Hindarilah kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Orang dapat tertular campak

er
ow
dengan menyentuh penderita atau bahkan barang yang disentuh oleh penderita.

eP
Th

SE
CT
IO
N0
1

HEPATITIS
HEPATITIS
6
E5
ID
SL

 Hepatitis yang merupakan peradangan hati yang dapat berkembang


menjadi fibrosis, sirosis, atau kanker hati.
 Disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi virus, zat beracun
dan penyakit autoimun.
 Penyebab paling umum Hepatitis adalah yang disebabkan oleh
Virus Hepatitis A,B,C,D dan E untuk Hepatitis A dan Hepatitis E

t
oin
besaran masalah tidak diketahui dengan pasti

erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Pusdatin, 2019

Th
HEPATITIS C

7
E5
ID
SL

Diidentifikasi pada tahun 1989, virus ini sekarang diketahui sebagai


penyebab paling umum dari hepatitis pasca transfusi di seluruh dunia,
dengan sekitar 905 kasus di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa Barat.

Hingga 3% dari populasi dunia diperkirakan terinfeksi, di antaranya 170


juta pembawa berisiko kronis mengembangkan sirosis hati dan / atau

t
oin
kanker hati

erP
ow
fP
o
er
ow
eP
Tabish, 2012,

Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT HEPATITIS C

8
E5
ID
SL

AGENT

Penyakit hepatitis C yang menjadi agent penyakitnya adalah virus


Hepatits C (HCV).  

HCV merupakan virus RNA dengan untai tunggal (RNA single


strain), berbentuk linear dan berdiameter 50 nm.

t
oin
erP
ow
HCV merupakan virus beramplop yang termasuk pada genus

fP
o
er
hepacivirus dan family Flarividae .

ow
eP
Th
9
E5
ID
SL

HOST
Manusia merupakan host dari penyakit Hepatitis C,
dimana virus berkembang biak di dalam tubuh manusia.
Ada berbagai macam faktor host yang menyebabkan
timbulnya penyakit, antara lain genetik, umur, suku,

t
oin
keadaan fisiologi tubuh, keadaan imunologis, tingkah

erP
ow
laku, dan lifestyle

fP
o
er
ow
eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT HEPATITIS C

0
E6
ID
SL
ENVIRONMENT
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa
lingkungan fisik, biologis, social, dan sosio-ekonomik.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya penyakit hepatitis C antara


lain lingkungan sosio-ekonomik yaitu dari lingkungan pekerjaan.

Para petugas kesehatan rentan terhadap terinfeksinya HCV terutama petugas

t
oin
donor darah. Hal ini disebabkan karena petugas kesehatan tersebut berinteraksi

erP
langsung dengan darah dan jarum suntik.

ow
fPo
er
ow
Penularan HCV terjadi melalui darah atau jarum suntik yang tidak steril.

eP
Th
HIV / AIDS
1
N0
IO
CT
SE

PENYAKIT
HIV/AIDS
2
E6
ID
SL

 Selain berdampak buruk pada kesehatan, epidemi HIV merupakan ancaman


utama bagi pembangunan nasional.
 Menurut WHO dan UNAIDS, 50 juta orang telah terinfeksi HIV di seluruh
dunia, 16 juta di antaranya telah meninggal.
 Selain kesehatan implikasinya memiliki dampak sosial ekonomi yang serius
di tahun-tahun mendatang.
 Epidemi ini dinamis dan berkembang pesat. Perilaku berisiko yang

t
oin
mendorong penularan HIV terjadi di semua negara dan wanita serta dewasa

erP
ow
muda tetap sangat rentan.

fP
o
er
ow
eP
Tabish, 2012,

Th
3
E6
ID
SL

Selain dampaknya yang merusak kesehatan, epidemi AIDS merupakan


ancaman utama bagi pembangunan nasional.

Keinginan politik yang kuat, ditambah dengan lingkungan kebijakan


yang mendukung, sangat penting untuk memerangi AIDS.

Negara-negara yang merespons dengan cepat dan efektif, dengan

t
oin
erP
komitmen politik yang tinggi, kini berhasil mencegah HIV dan

ow
fP
membalikkan tren peningkatan prevalensi HIV

o
er
ow
eP
Tabish, 2012,

Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT HIV /
AIDS

4
E6
ID
SL

AGENT

Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami mutasi


sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus
tersebut.

Daya penularan pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus yang ada
didalam darahnya, semakin tinggi/semakin banyak virus dalam darahnya

t
oin
erP
semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga semakin

ow
fP
parah

o
er
ow
eP
Th
5
E6
ID
SL

HOST
Distribusi penderita AIDS di Amerika Serikat Eropa dan Afrika
tidak jauh berbeda, kelompok terbesar berada pada umur 30 -
39 tahun.

Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik

t
oin
erP
ow
homoseksual mapupun heteroseksual merupakan pola

fP
o
transmisi utama

er
ow
eP
Th
TRIAS EPIDEMOLOGI PENYAKIT HIV /
AIDS

6
E6
ID
SL

ENVIRONTMENT

Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat


menentukan penyebaran AIDS.

Lingkungan biologis adanya riwayat ulkus genitalis, Herpes Simpleks


dan STS (Serum Test for Syphilis) yang positip akan meningkatkan

t
oin
erP
prevalensi HIV karena luka ini menjadi tempat masuknya HIV

ow
fP
o
er
ow
eP
Th
STRATEGI PENCEGAHAN PENYAKIT HIV AIDS

7
E6
ID
SL

• Absen hubungan seksual - stidak melakukan hubungan seksual.


Pencegahan ini terutama bagi mereka yang belum pernah berhubungan seks
atau belum menikah.
• Berlaku saling setia - hanya melakukan hubungan seksual dengan satu
orang dan saling setia. Sekalipun kita sudah pernah berhubungan seks, jika
kita hanya berhubungan seks dengan orang yang juga hanya berhubungan
seks dengan kita, maka HIV bisa dicegah
• Cegah dengan kondom - apabila salah satu pasangan sudah terkena HIV

t
oin
erP
atau tidak dapat saling setia, gunakan kondom. Hal ini juga berlaku jika

ow
fP
kita atau pasangan melakukan perilaku berisiko lain seperti memakai

o
er
ow
narkoba suntik

eP
Th
RUJUKAN REFERENSI

8
E6
ID
SL
1. D Owen, B Paranandi, R Sivakumar, M Seevaratnam. Classical diseases revisited: transient global
amnesia. Postgrad Med J 2007;83:236–239. doi: 10.1136/pgmj.2006.052472.
2. Dwi Wahyu Ningtyas Dan Arief Wibowo. Pengaruh Kualitas Vaksin Campak Terhadap Kejadian
Campak Di Kabupaten Pasuruan. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3, No. 3 September 2015: 315–
326.
3. Infodatin. 2019, Profil Kesehatan 2019, Kementrian Kesehatan RI.
4. Khuril Eka Oktaviasari. Hubungan Imunisasi Campak Dengan Kejadian Campak Di Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Berkala Epidemiologi Volume 6 Nomor 2 (2018) 166-173 Doi:
10.20473/Jbe.V6i22018.166-173
5. epidemiologiunsri.blogspot.com/2011
6. S A Tabish. Emergent Infection: A New Global Health Threat, 2012

t
7. Ulva Febriana,M. Tanzil Furqon,Bayu Rahayudi, Klasifikasi Penyakit Typhoid Fever (TF) dan

oin
erP
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) dengan Menerapkan Algoritma Decision Tree C4.5, ol. 2 No. 3

ow
Maret 2018, hlm. 1275 -1282

fP
o
er
ow
eP
Th

Anda mungkin juga menyukai