4a Lupus
4a Lupus
k4B
DITA NOVIANTI
KHAIRUNNISA ASSHOFAT
RIDHA FEBRIA
WINDI CAHYANI
1
Sistem Imunitas
2
LEUKOSIT (Sel Darah Putih)
T
L
T
L
SI
FI
FI
SI
FI
O
RO
O
FO
SO
N
N
SI
ET
M
BA
O
EO
N
LI
M
Limfosit terdiri dari limfosit B dan limfosit T. Limfosit B memproduksi antibodi jika terdapat anti
gen dan akan menghancurkan benda asing, sedangkan limfosit T langsung berhubungan denga
n benda asing untuk difagosit
Faktor Genetik
Beberapa jenis gen memperbesar risiko lupus dengan meningkatkan kemampuan
tubuh untuk memproduksi lebih banyak autoantibody.
Faktor lingkungan
Seperti virus, bakteri, kimia, obat, atau sinar ultraviolet dapat memainkan peran p
enting dalam aktivasi mekanisme patologis penyakit.
Faktor Hormonal
Ketidakseimbangan hormon seks dapat berkontribusi terhadap terjadinya SLE.
PATOFISIOLOGI
Add an image Add an image
2 4
Alopesia
Dema
m
Add an image
1 3 5
7 9
Edema tungk Pembesaran
ai dan sekitar kelenjar
mata
6 8 10
Sensitif te Ulkus pada Keletihan
rhadap m mulut ekstrem
atahari
Icon
Komplikasi
Pemeriksaan Diagnostik
12
• Riwayat penyakit dahul
u
1) Adakah riwayat penyakit ginjal atau manifestasi
SLE yang serius? Pertimbangkan riwayat kejadi
an tromboembolik.
2) Adakah riwayat kondisi autoimun lain (misalny
a hipotiroidisme)?
3) Obat-obatan
Pengkajian 4) Apakah pasien mendapat terapi dengan imuno
• Riwayat keluarga
7) Adakah riwayat lupus atau penyakit
autoimun lain dalam keluarga? 13
• Pemeriksaan fisik
1) Ruam
2) Demam
3) Anemia
4) Alopesia
5) Limfadenopati
6) Ulkus mulut
Pengkajian 7) Bengkak sendi: nyeri tekan
Keperawatan 8) Takipnea:
9) TD: periksa keberadaan hipertensi
10)Gesekan perikard / pleural
11)Edema kaki atau tangan
12)Neuropati. Defisit neurologis, termasuk defisit foka
l dan gangguan kognitif.
13)Gangguan psikiatrik, psikosis khusus. Urin:
proteinuria dipstik, hematuria, dan silinder. 14
Diagnosa Keperawatan Gangguan citra tubuh b.d peru
bahan struktur/bentuk tubuh,
perubahan fungsi tubuh
Bersihan jalan napas tidak efektif
Gangguan integritas kulit/jaringan b.d hipersekresi jalan napas, pros
b.d suhu lingkungan yang ekstrem es infeksi
dan perubahan pigmentasi 6
4
2
5
3 Defisit nutrisi b.d ketidakmam
1 puan mengabsorbsi makanan,
Risiko infeksi b.d penyakit kro
Nyeri akut b.d age nis, peningkatan paparan orga faktor psikologis
n pencedera fisiolo nisme patogen lingkungan, im
gis unosupresi, leukopenia 15
Add an image Dx: Risiko infeksi
• Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24
jam maka tingkat infeksi menurun
• Kriteria hasil:
1) Kebersihan tangan meningkat
2) Demam menurun
3) Kemerahan menurun
4) Periode malaise menurun
5) Kadar sel darah putih membaik
• Intervensi: pencegahan infeksi
Observasi:
IntervensiIcon 1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik:
Keperawatan 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
2) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi:
3) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
5) Ajarkan etika batuk
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Add an image Dx: Gangguan integritas kulit
• Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam maka
integritas kulit meningkat
• Kriteria hasil:
1) Kerusakan lapisan kulit menurun
2) Kemerahan menurun
3) Hematoma menurun
4) Pigmentasi abnormal menurun
5) Tekstur membaik
• Intervensi: Perawatan integritas kulit
Observasi:
1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
IntervensiIcon perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
Keperawatan Terapeutik:
1. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
2. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergi pada kulit sensitif
3. Hindari produk berbahan alkohol pada kulit kering
Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum)
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
4. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
Add an image Dx: Bersihan jalan napas tidak efektif
• Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam maka
bersihan jalan napas meningkat
• Kriteria hasil :
1) Batuk efektif meningkat
2) Produksi sputum menurun
3) Dispnea menurun
4) Frekuensi napas membaik
5) Pola napas membaik
• Intervensi : Manajemen jalan nafas
Observasi:
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
IntervensiIcon 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Keperawatan Terapeutik:
1. Posisikan semi fowler atau semi fowler
2. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
3. Lakukan penghisapan lendir kurang daei 15 detik
4. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
1. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
2. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Add an image Dx. Gangguan Citra Tubuh
• Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 24 jam maka
citra tubuh meningkat.
• Kriteria hasil :
1) Verbalisasi perasaan negatif meningkat tentang perubahan tubuh
menurun
2) Hubungan sosial membaik
• Intervensi : Promosi Citra Tubuh
Observasi
1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
2) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
3) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
Icon 4) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Terapeutik
Intervensi Keper 5) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
6) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
awatan 7) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis. luka,
penyakit. pembedahan)
8) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
9) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi
10)Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
11)Latih peningkatan penampilan diri (mis.berdandan)
Add an image Dx: Nyeri Akut
• Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam, maka diharapkan
tingkat nyeri menurun
• Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Frekuensi nadi membaik
5) Tekanan darah membaik
• Intervensi utama : Manajemen nyeri
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
Icon 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
Intervensi Kep 5) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
erawatan akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
6) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
7) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8) Jelaskan strategi meredakan nyeri
9) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
10)Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Add an image Dx: Defisit nutrisi
• Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam maka
status nutrisi membaik
• Kriteria hasil:
1) Makan yang dihabiskan meningkat
2) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
3) Nyeri abdomen menurun
4) Frekuensi makan membaik
5) Nafsu makan membaik
• Intervensi: manajemen nutrisi
Observasi:
1) Identifikasi status nutrisi
Icon 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Intervensi Kep
4) Monitor asupan makanan
erawatan Terapeutik:
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi:
7) Anjurkan posisi duduk bila mampu
Kolaborasi:
8) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
Thank You!
Any Questions?