Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MAKALAH COMPOUNDING& DISPENSING

ANTI INFEKSI TOPIKAL

Disusun Oleh:
Kelompok 9

Anisa Fikri Islami (2019000009)


Dina Fatma Alia S. (2019000019)
Fransiska Suryani Ambal (2019000029)
Ati Juwita Asih (2019000109)

Kelas B

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat antiinfeksi topikal/kulit digunakan untuk mencegah atau mengobati
infeksi bakteri, virus atau jamur pada kulit. Pemilihan obat tergantung pada tipe
infeksi yang terjadi. Obat antiinfeksi topikal/kulit berfungsi mencegah infeksi
ringan pada kulit, abrasi (lecet), luka atau goresan. Namun, bila terjadi
pembengkakan, kemerahan, atau tanda-tanda infeksi sedang sampai berat lainnya,
diperlukan antiinfeksi sistemik.
Pada luka atau goresan, kulit kita menjadi terbuka & rentan untuk
dimasuki oleh bakteri yang terdapat di kulit dan udara. Oleh sebab itu, pemakaian
antiinfeksi topikal (antibiotik) diperlukan untuk mencegah atau mengobati infeksi
yang dapat terjadi akibat aktivitas bakteri. Pemberian obat secara topikal adalah
pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit
atau membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang
biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan
perawatan kulit, luka atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi.
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena
tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan
pengobatan topikal pada kulit tergantung pada: umur, pemilihan agen topikal yang
tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit,
konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama
pemakaian obat, penetrasi obat topikal pada kulit.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen danbersifat
sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki carabertahan hidup
dengan berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok danmampu mencari
reservoir lainnya yang baru dengan cara menyebar atauberpindah.
Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagiorang-orang
yang dalam kondisi sehat, lebih-lebih bagi orang-orang yangsedang dalam
keadaan sakit. Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orangyang sedang sakit
serta sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumahsakit akan memperoleh
“tambahan beban penderita” dari penyebaran mikroba patogen ini.
Secara garis besar, mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamuyang
rentan (suspectable host) dapat terjadi melalui dua cara :
1) Transmisi langsung (direct transmission)
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk (portd’entrée)
yang sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanyasentuhan, gigitan,
ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin,batuk, berbicara, atau saat
transfusi darah dengan darah yangterkontaminasi mikroba patogen.
2) Transmisi tidak langsung (indirect transmission)
Penularan mikroba pathogen melalui cara ini memerlukanadanya “media
perantara” baik berupa barang / bahan, udara, air,makanan / minuman,
maupun vektor.
 Vehicle-borne
Dalam kategori ini, yang menjadi media perantarapenularan adalah
barang / bahan yang terkontaminasi sepertiperalatan makan dan
minum, instrumen bedah / kebidanan,peralatan laboratorium,
peralatan infus / transfusi.

2
 Vector-borne
Sebagai media perantara penularan adalah vektor(serangga), yang
memindahkan mikroba patogen ke pejamudengan cara sebagai
berikut.
a. Cara mekanis
Pada kaki serangga yang menjadi vektor melekatkotoran /
sputum yang mengandung mikroba patogen, laluhinggap
pada makanan / minuman, dimana selanjutnyaakan masuk
ke saluran cerna pejamu.
b. Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba
mengalamisiklus perkembangbiakan dalam tubuh vektor /
serangga,selanjutnya mikroba berpindah tempat ke tubuh
pejamumelalui gigitan.
 Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang terbukti
cukup efektif untuk menjadi saran penyebaran mikroba patogen ke
pejamu, yaitu melalui pintu masuk (port d’entrée) saluran cerna.
 Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif,
terutama untuk kebutuhan rumah sakit, adalah suatu hal yang
mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan
bakteriologis, diharapkan telah bebas dari mikroba patogen
sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Jika tidak, sebagai
salah satu media perantara, air sangat mudah menyebarkan
mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk (port d’entrée)
saluran cerna maupun pintu masuk lainnya.
 Air-borne
Udara bersifat mutlak diperlukan bagi setiap orang, namun
sayangnya udara yang telah terkontaminasi oleh mikroba patogen
sangat sulit untuk dapat dideteksi. Mikroba patogen dalam udara

3
masuk ke saluran napas pejamu dalam bentuk droplet nuclei yang
dikeluarkan oleh penderita (reservoir) saat batuk atau bersin, bicara
atau bernapas melalui mulut atau hidung. Sedangkan dust
merupakan partikel yang dapat terbang bersama debu lantai / tanah.
Penularan melaluiudara ini umumnya mudah terjadi di dalam
ruangan yangtertutup seperti di dalam gedung, ruangan / bangsal /
kamarperawatan, atau pada laboratorium klinik.
Infeksi kulit dan jaringan lunak(Skin and Soft Tissue Infection)
Infeksi kulit dan jaringan lunak (SSTI) mencakup serangkaian kondisi yang
luas yang sering dijumpai dalam praktik klinis. SSTI telah diklasifikasikan
sebagai rumit atau tidak rumit, dengan berbagai tingkat keparahan dari abses
subkutan sederhana hingga infeksi nekrosis parah.Infeksi yang tidak terkomplikasi
adalah superfisial, sering membatasi diri, dan biasanya dapat diobati dengan
sukses dengan insisi dan drainase sendiri atau dalam kombinasi dengan antibiotik
oral. SSTI yang rumit meluas ke jaringan subkutan, fasia, atau otot dan
memerlukan perawatan yang kompleks, menggabungkan pemilihan antimikroba
yang hati-hati dengan intervensi bedah yang cepat.

2.2 Epidemiologi
Mengingat penyajian variabel SSTI dan frekuensi episode berulang, penilaian
akurat dari insiden dan prevalensi sulit dilakukan. Namun demikian, dalam
penelitian retrospektif 3 tahun, kejadian SSTI yang didiagnosis secara klinis
dihitung sebagai hampir 500 episode per 10 000 orang-tahun.
Di antara pasien rawat inap, perkiraan prevalensi SSTI adalah 7% -10%,
dengan peningkatan 29% yang dilaporkan untuk jumlah total penerimaan SSTI
tahunan ke rumah perawatan akut AS dari 2000 hingga 2004 dan peningkatan
123% untuk S. aureus SSTI-rawat inap terkait antara 2001 dan 2009.

4
2.3 Etiologi
1. Makanan
Kejadian reaksi alergi terhadap makanan cenderung meningkat pada anak.
Prevalensi tertinggi alergi makanan dijumpai pada bayi, menurun pada usia
anak dan semakin berkurang pada usia dewasa. Pada hampir 40% bayi dan
anak usia muda yang menderita dermatitis atopik sedang ataupun berat
dijumpai alergi makanan sebagai faktor pencetus. Walaupun semua makanan
dapat menimbulkan reaksi alergi, tetapi beberapa makanan lebih bersifat
alergenik dari pada yang lainnya. Alergen makanan yang sering menyebabkan
dermatitis atopik pada bayi adalah susu, telur, kacang-kacangan, makanan
laut, kedelai dan gandum (Siregar, 2004).
2. Infeksi kulit
Mikroorganisme yang berperan sebagai pencetus dermatitis atopik pada
bayi dan anak adalah Staphylococcus aureus, jamur dan virus. Staphylococcus
dapat ditemukan pada 90% lesi penderita dermatitis atopik dan jumlah koloni
bisa mencapai 107 koloni/cm2 pada bagian lesi tersebut. Akibat infeksi kuman
Staphylococcus akan dilepaskan sejumlah toksin yang bekerja sebagai
superantigen, mengaktifkan makrofag dan limfosit T, yang selanjutnya
melepaskan histamin. Oleh karena itu penderita dermatitis atopik dan disertai
infeksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap kuman Staphylococcus
dan steroid topikal.
3. Alergen hirup
Alergen hirup dibagi atas alergen hirup dalam rumah dan luar rumah. Di
daerah tropis seperti di Indonesia alergen hirup dalam rumah lebih
berpengaruh, yang sebagian besar adalah Dermatophagoides pteronyssinus,
Dermatophagoides farinae dan tungau debu rumah. Kedua alergen tersebut
banyak terdapat di kamar tidur, termasuk di bantal, kasur, selimut bulu, karpet
bulu, mainan anak yang berbulu dan gorden. Alergen lainnya antara lain
adalah Candida albicans, kecoa, serpihan kulit binatang peliharaan kucing,
anjing, kelinci dan burung (Siregar, 2004). Perlu juga diperhatikan bahwa
dermatitis atopik juga bisa diakibatkan oleh alergen hirup lainnya seperti bulu

5
binatang rumah tangga, jamur atau ragweed di negara-negara dengan 4 musim
(Santosa, 2010). Kejadian dermatitis atopik pada bayi dan anak < 1 tahun yang
tersensitisasi alergen hirup dan telur dilaporkan akan meningkatkan risiko
sampai 10 kali lipat untuk mendapatkan alregi saluran napas di kemudian hari
(Siregar, 2004).

2.4 Faktor Resiko


Kehadiran faktor risiko spesifik dapat mempotensiasi SSTI, dan mungkin
mendikte etiologi mereka, perjalanan penyakit dan respon terhadap perawatan
khusus. Kehadiran faktor risiko untuk mengembangkan SSTI belum terbukti
berkorelasi dengan keparahan penyakit. Dengan demikian, penggunaan faktor
risiko untuk tujuan diagnostik memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Faktor risiko
dapat disusun menjadi dua kategori.
1. Faktor yang berhubungan dengan pasien, yang dapat menyebabkan
penyakit atau memiliki implikasi prognostik. Faktor risiko dalam kategori
ini termasuk penyakit kritis, usia lanjut, keadaan immunocompromised,
penyakit hati dan ginjal, dan insufisiensi pembuluh darah (terutama
limfatik atau vena). Karena kaki bagian bawah telah terbukti menjadi
lokasi paling sering untuk SSTI, penelitian telah menggambarkan faktor
risiko terkait pasien khusus untuk infeksi tersebut. Sebuah penelitian baru-
baru ini oleh Björnsdóttir et al mampu mengukur kemungkinan SST dari
tungkai bawah berdasarkan pada kehadiran Staphylococcus aureus dan /
atau streptokokus betahemolitik pada jaringan kaki, erosi kaki atau ulkus,
dan / atau saphenectomy sebelumnya. Faktor-faktor ini secara independen
berkorelasi dengan perkembangan SSTI kaki bagian bawah. Pada populasi
yang sama, jika bakteri web toe tidak ada, kehadiran tinea pedis memiliki
kekuatan prediktif moderat untuk SSTI. Selain itu, beberapa faktor risiko
terkait-pasien mungkin berkorelasi dengan prognosis yang lebih buruk,
perkembangan penyakit yang lebih cepat, penyembuhan yang lebih lambat
dan, juga, patogen yang lebih resisten. Faktor risiko tertentu (gagal ginjal
atau hati kronis, asplenia, keadaan immunocompromised, insufisiensi

6
vaskular atau neuropati) harus dipertimbangkan dalam penentuan
keparahan penyakit.
2. Faktor risiko etiologi. Mekanisme cedera (trauma atau lainnya) atau
eksposur spesifik meningkatkan kemungkinan SSTI yang disebabkan oleh
mikroba tertentu.

2.5 Patogenesis
Kulit manusia berfungsi sebagai garis pertahanan pertama melawan infeksi
mikroba sebagai penghalang fisik dengan mengeluarkan pH rendah, cairan
sebasea dan asam lemak untuk menghambat pertumbuhan patogen dan dengan
memiliki flora normal sendiri, dengan demikian menghalangi kolonisasi oleh
organisme patogen lainnya. Sayangnya, setelah menembus sawar pembatas,
menginfeksi organisme dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan dapat memicu
respon inflamasi. Bakteri, awalnya dalam jumlah rendah, mengkolonisasi lapisan
yang berbeda dari arsitektur kulit (yaitu, epidermis, dermis, jaringan subkutan dan
adiposa, dan fasia otot). Ketika bakteri meningkat jumlahnya di mana penghalang
yang menutupi itu terganggu, invasi oleh bakteri kolonisasi ini terjadi kemudian
dan SSTI berkembang.
Keterlibatan pori-pori di epidermis dapat menyebabkan folikulitis, furunkel
atau bisul. Infeksi lapisan superfisial kulit berlabel erisipelas, sedangkan
keterlibatan yang lebih dalam dari dermis dan / atau jaringan subkutan diberi label
selulitis. Akhirnya, keterlibatan struktur kulit yang lebih dalam dapat
menyebabkan fasciitis dan bahkan myositis. Untuk individu dengan jaringan
adiposa tebal (misalnya, individu yang kelebihan berat badan atau obesitas),
keterlibatan jaringan lemak menyebabkan panniculitis.
Presentasi klinis kebanyakan SSTI adalah puncak dari proses dua langkah.
Pertama, invasi terjadi, dan kemudian proses mengikuti yang memuncak dalam
efek klinis yang dihasilkan dari interaksi bakteri dan pertahanan tuan rumah. Ada
beberapa cara dimana bakteri menembus penghalang kulit. Rute yang paling
umum adalah melalui istirahat di penghalang. Laserasi, luka gigitan, goresan,
instrumentasi (misalnya, jarum), kondisi kulit yang sudah ada sebelumnya, luka

7
(misalnya, cacar atau ulkus), luka bakar dan operasi adalah mekanisme umum
untuk mengkompromikan penghalang kulit. Mekanisme ini memungkinkan
masuknya flora kulit normal dan flora asli dari instrumen penetrasi. Rute penetrasi
lainnya termasuk penyebaran bersebelahan dari infeksi yang berdekatan
(misalnya, osteomielitis), masuknya air ke dalam pori-pori kulit (misalnya, hottub
folliculitis) dan, jarang, pembibitan hematogen.

2.6 Obat – Obat Topikal


Kata topikal berasal dari bahasa Yunani topikos yang artinya berkaitan
dengan daerah permukaan tertentu. Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai
obat yang dipakai di tempat lesi.
Contoh obat-obat yang sering digunakan pada pengobatan penyakit kulit:
 Obat antibakteri dan germisida, seperti fenol, kresol, timol alkohol danlain-
lain.
 Antibiotik topikal, terdiri dari Penisilin, Neomisin, Framisetin, Gramisidin,
Gentamisin, Polimixin B, Tetrasiklin HCl, Eritromisin dan lainnya.
 Antifungi topikal, seperti natrium propionat, asam undesilenat, salisilamid,
asam benzoat, asam salisilat dan lain sebagainya.
(Anief, 1997).
Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat
pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal
yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari
sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif
berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah
dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara kosmetik. Selain itu,
bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.
Untuk mendapatkan sifat zat pembawa yang demikian, maka ditambahkanlah
bahan atauunsur senyawa tertentu yang berperan dalam memaksimalkan fungsi
dari zat pembawa

8
Bentuk/sediaan obat yang dapat diberikan melalui rute topikal antara lain:
1. Lotion.Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan
cenderung lebih emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion.
Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan tidak
memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika
mengandung alkohol yang tinggi.
2. Shake lotion. Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi
dua atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu.
Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis air. Perlu dikocok
terlebih dahulu sebelum digunakan.
3. Cream. Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan
mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream
biasanyadigunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko
yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang
tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien.
Cream memiliki variasi dalam bahan.
4. Salep. Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal,
berminyak dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit
atau selaput lendir.Salep digunakan sebagai pelembaban atau

9
perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang
diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat
pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat
pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki risiko
rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan
cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung,
lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian
obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini
dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan
gejala gangguan kulit yang terjadi(contoh: lotion). Pemberian obat topikal pada
kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat
menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan topikal pada kulit tergantung
pada: umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luastubuh yang terkena
atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam
vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama pemakaian obat, penetrasi obat
topikal padakulit.
Keuntungan pemberian obat secara topikal adalah:
1) Untuk efek lokal : efek samping sistemik minimal, mencegah first pass
efect.
2) Untuk sistemik menyerupai IV infus (zero order)
Sedangkan kerugian dari obat yang diberikan secara topikal adalah secara
kosmetik kurang menarik.
Macam-macam pemberian obat topikal :
1. Pemberian obat topikal pada kulit
Menyiapkan dan memberikan obat secara lokal kepada pasien pada
kulit, baik dalambentuk padat (obat salep) maupun dalam bentuk cair
(minyak, bethadine), dengan menggosokkan pada kulit yang mengalami
gangguan tertentu, ataupun dengan bentukserbuk, dengan pertimbangan
keadaan pasien. Tujuan pemberian obat topikal pada kulit adalah :
 Mencegah dan mengobati penyakit.

10
 Mengurangi rasa sakit daerah tertentu.
 Mengobati dengan cepat.
 Menghilangkan rasa nyeri.
 Untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
2. Pemberian obat topikal pada mata
Menyiapkan dan memberikan obat kepada pasien melalui mata, diberikan
dalam bentuk cair/tetes dan salep. Tujuan pemberian obat pada mata adalah:
 Mengobati gangguan pada mata.
 Mengurangi rasa sakit, menimbulkan reaksi yang cepat.
 Mencegah dan mengobati penyakit/rasa sakit.
 Menghilangkan penyebab sakit.
 Mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata.
 Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata.
 Mencegah kekeringan pada mata.
3. Pemberian obat topikal pada telinga
Tindakan menyiapkan dan memberikan obat kepada pasien pada telinga
melaluikanaleksternal, berupa tetesan sesuai anjuran dokter, bertujuan
untuk:
 Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan,
membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal).
 Menghilangkan nyeri.
 Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil.
4. Pemberian obat topikal pada hidung
Sediaan obat topikal umumnya dalam bentuk tetes untuk mengobati
keluhan dari hidung. Tujuan pemberian obat untuk mengencerkan sekresi
dan memfasilitasi drainase dari hidung serta mengobati infeksi dari rongga
hidung dan sinus.

11
2.7 Penatalaksanaan

Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif. Saat ini,
banyaknya sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk mendapat efikasi
maksimal zat aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan yang
terbaik. Obat topikal merupakan salah satu bentuk obat yang sering dipakai dalam
terapi dermatologi. Banyaknya pilihan bentuk sediaan, memerlukan kecermatan

12
dalam memilih, karena di samping pertimbangan bahan aktif, bentuk sediaan
berpengaruh terhadap keberhasilan terapi.
Kecermatan memilih bentuk sediaan obat topikal yang sesuai dengan kondisi
kelainan kulit diperlukan, karena merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam keberhasilan terapi topikal di samping faktor lain seperti: konsentrasi zat
aktif obat, efek fisika dan kimia, cara pakai, lama penggunaan obat agar diperoleh
ef kasi maksimal dengan efek samping minimal. Suatu uji coba efektivitas yang
membandingkan sediaan lotion dan salep untuk kulit kepala memperlihatkan
banyaknya kasus drop out karena ketidaknyamanan terhadap bentuk sediaan obat.
Berbagai laporan mencoba membandingkan efektif tas berbagai bentuk sediaan
topikal pada satu macam penyakit; terlihat bahwa sediaan baru memiliki
kelebihan dibandingkan bentuk konvensional.

2.8 Antibiotik Yang Digunakan Pada Topikal


Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan dari fungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara
semi-sintesis juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintetis
dengan khasiat antibakteri (Tan dan Raharja, 2007).
Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan suatu
organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau
menghambat mikroorganisme lain. Dengan perkataan lain antibiotik merupakan
zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang mengahambat
mikroorganisme lain (Pelczar, 1988).
Penghambatan mikroba yang disebabkan oleh suatu antibiotik mungkin
bersifat tetap atau sementara. Apabila penghambatan itu hanya bersifat sementara
maka keaktifan antibiotik itu disebut sebagai bakteriostatik. Walaupun antibiotik
ini menghambat pertumbuhan sel bakteri, mikroba terus berkembang jika
pemberian antibiotik dihentikan. Sedangkan agen bakterisid mekanisme
tindakannya adalah memusnahkan mikroba.
Berikut golongan antibiotik untuk infeksi topikal:

13
 Antibiotika golongan aminoglikosid, bekerja dengan menghambat sintesis
protein dari bakteri. Contoh gentamisin dan neomisin dimana secara in
vitro, strain Stafilokokus aureus dan sebagian besar Stafilokokus
epidermis sensitif terhadap Gentamisin.
 Antibiotika golongan kloramfenikol, bekerja dengan menghambat sintesis
protein dari bakteri.
 Antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis
protein dari bakteri, contoh eritromisin.
 Antibiotik lain, contoh asam fusidat efektif untuk infeksi kulit yang
disebabkan oleh strain stafilokokus aureus dan mupirosin yang juga efektif
terhadap sebagian besar Stafilokokus (termasuk S.epidermis dan S.aureus)
dan streptokokus.

Monografi:
1. Framisetin sulfat
Indikasi : infeksi kulit bakteria.
Efek Samping: sensitisasi; daerah yang luas. Bila daerah yang diobati luas,
ototoksisitas mungkin merupakan suatu bahaya, khususnya pada anak, pada
pasien lansia, dan pada pasien dengan kerusakan ginjal.
2. Mupirosin
Indikasi: infeksi bakteri pada kulit (lihat juga keterangan di atas).
Efek Samping: reaksi lokal seperti urtikaria, pruritus, rasa terbakar,
kemerahan.
Dosis :oleskan sampai 3 kali sehari selama 10 hari; tidak
direkomendasikan untuk bayi di bawah satu tahun.
3. Neomisin sulfat
Indikasi: infeksi kulit bakteria.
Peringatan : bila daerah kulit yang akan diobati luas, ototoksisitas dapat
merupakan suatu bahaya, khususnya pada anak, pada pasien lanjut usia,
dan pada pasien dengan kerusakan ginjal.
Kontraindikasi: neonatus

14
Efek Samping: sensitisasi
4. Perak sulfadiazin (silver sulphadiazine)
Indikasi: profilaksis dan pengobatan infeksi pada luka bakar; sebagai
pengobatan tambahan jangka pendek infeksi pada leg ulcer dan pressure
sores; sebagai pengobatan tambahan pada profilaksis karena infeksi di
tempat skin graft donor dan abrasi ekstensif; untuk perawatan konservatif
luka ujung jari.
Peringatan: kerusakan hati dan ginjal; defisiensi G6PD; kehamilan dan
menyusui (hindarkan pada kehamilan lambat dan neonatal) dapat
menginaktivasi enzymatic debriding agents karenanya penggunaan
bersamaan mungkin tidak tepat.
Interaksi : sulfonamid
Kontraindikasi :kehamilan dan menyusui, sensitivitas terhadap
sulfonamida; tidak direkomendasi untuk neonatus.
Efek Samping: reaksi alergi termasuk rasa terbakar, gatal dan ruam;
argyria dilaporkan menyusul penggunaan yang lama; leukopenia
dilaporkan (awasi kadar darah).
Penggunaan: pada luka bakar oleskan tiap hari dengan aplikator steril
atau oleskan lebih sering bila luka luas dan ada eksudasi, pada ulkus
tungkai tiap hari (atau tiap 48 jam - tidak dianjurkan untuk leg
ulcer atau pressure ulcers yang sangat eksudatif), pada luka ujung jari
oleskan tiap 2 - 3 hari - untuk penjelasan lihat keterangan pada produk.
5. Polimiksin
Indikasi: infeksi kulit bakterial.
Peringatan : bila daerah kulit yang akan diobati luas, ototoksisitas
mungkin berbahaya, khususnya pada anak, pasien lanjut usia, pasien
dengan kerusakan ginjal.
Efek Samping: sensitisasi.

2.9 Antivirus

15
Antivirus adalah sebuah agen yang membunuh virus dengan menekan
kemampuan untuk replikasi, menghambat kemampuan untuk menggandakan dan
memperbanyak diri.
Penggolongan obat antivirus :
1. Antinonretovirus :
a. Antivirus untuk herves
b. Antivirus untuk influenza
c. Antivirus untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus :
a. Nukleuside reverse transcriptase inhibiror (NRTI)
b. Nukleuside reverse transcriptase inhibiror (NRTI)
c. NNRTI (non Nukleuside reverse transcriptase inhibiror)
d. Protease inhibitor (PI)
e. Viral entry inhibitor
Contoh antivirus :
SENYAWA MEKANISME KERJA
Asiklovir Dimetabolisme menjadi asiklovr trifosfat, yang
menghambat DNA polimerase virus

Valasiklovir Sama dengan asiklovir

Gansikovir Dimetabolisme menjadi gansiklovir trifosfat, yang


menghambat DNA polimerase virus

Pensiklovir Dimetabolisme menjadi pensiklovir trifosfat yang


menghambat DNA polimerase virus

Famsiklovir Sama dengan pensiklovir

Foskarnet Menghambat DNA polimerase dan reverse transcriptase


pada tempat ikata pirofosfat

Ribavirin Mengganggu mRNA virus

Lamivudin Hambatan DNA polimerase dan reverse transciptase


virus

Amantadin Hambatan kenal ion protein M2 dan modulasi pH intrasel

16
Hambatan kenal ion protein M2 dan modulasi pH intrasel
Rimantadin Induksi enzim seluler yang mengganggu sintesis protein
virus

Induksi enzim seluler yang mengganggu sintesis protein


virus
Interferon alfa
Menghentikan perpanjangan rantai DNA virus, dengan
cara bergabung pada ujung 3 rantai DNA virus
NRTI
Menghambat HIV-1 reverse transriptase melalui interaksi
dengan allosteric pocket site.

NNRTI

2.10 Antijamur
Obat anti jamur merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan
organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan dan ragi,
atau obat yang digunakan untuk menghilangkan jamur.
Obat antijamur antijamur terdiri terdiri dari : Kelompok Kelompok polyene
polyene (amfoterisin (amfoterisin B, nistatin, nistatin, natamisin), natamisin),
kelompok kelompok azol (ketokonazol, (ketokonazol, ekonazol, ekonazol,
klotrimazol, klotrimazol, mikonazol, mikonazol, flukonazol, flukonazol,
itrakonazol), itrakonazol), allilamin allilamin (terbinafin), (terbinafin),
griseofulvin, griseofulvin, dan flusitosin flusitosin.

17
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. ANALISA RESEP
1. Tulis Ulang Resep

Dr. Tedjo Tjahjono


No. SIP 1.1.01.3173.3173/12007/06.17.1
Jl. P. Jayakarta 123/55
(jl. Melawan) Telp. 6006755
JAKARTA PUSAT

Jakarta, 10 Nov 2017

R/ Acyclovir 400mg No. XXX


S 4 dd 1
R/ Acyclovir krim No.1
S ue

Pro: Tjung Sin Yim

Obat tsb. Tidak boleh diganti tanpa sepengetahuan Dokter

18
2. Resep Asli

19
3. Skrining Resep
a. Skrining Administratif (Kelengkapan resep)
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK

Inscription

Identitas dokter:

1. Nama dokter 

2. SIP dokter 
3. Alamat dokter 

4. Nomor telepon 
Tempat dan tanggal penulisan
5. 
resep
Invocatio

6. Tanda resep diawal penulisan (R/) 

Prescriptio/Ordonatio

7. Nama Obat 

8. Kekuatan obat 

9. Jumlah obat 

Signatura

10. Nama pasien 

11. Jenis kelamin 

13. Umur pasien 

20
14. Berat badan 

15. Aturan pakai obat 

Subscriptio

17. Tanda tangan/ paraf dokter 

Kesimpulan :Resep tersebut tidak lengkap.Resep tidak lengkap karena


identitas pasien pada signatura tidak dicantumkan lengkap, seperti jenis
kelamin, umur, dan berat badan.

b. Kesesuaian Farmasetik

No Kriteria Permasalahan Pengatasan Keterangan

1. Stabilitas obat - Sesuai -

2. Inkompabilitas - Sesuai -

3. Cara pemberian - Sesuai -

4. Jumlah dan - Sesuai -


Aturan pakai

c. Dosis
Nama Dosis
No. Dosis Lazim Kesimpulan Rekomendasi
Obat Resep
Pengobatan herpes simpleks:
200 mg (400 mg
4x
pada immunocompromised atau -
1. Acyclovir sehari1 Sesuai
bila ada gangguan absorpsi) 5
tablet
kali sehari, selama 5 hari.
Pencegahan herpes simpleks

21
kambuhan, 200 mg 4 kali
sehari atau 400 mg 2 kali
sehari.
Profilaksis herpes simpleks
pada immunecompromised,
200-400 mg 4 kali sehari.

Untuk Dioleskan 5-6 kali/hari selama


Acyclovir -
2. pemakaian 5-10 hari (diinfokan ke pasien Sesuai
krim
luar saat melakukan konseling)

d. Pertimbangan klinis
No. Kriteria Permasalahan Pengatasan

1. Adanya alergi Tidak ada -

Efek samping dari


clinovir tablet
adalah mual,
muntah dan diare.
Sedangkan untuk
2. Efek samping Ada clinovir krim
adalah kulit kering.
Efek samping ini
perlu di info kan
kepada pasien.

Interaksi kesesuaian (dosis, -


3. Tidak ada
durasi, jumlah obat)

4. Duplikasi/ problem Tidak ada -

B. DATA OBAT

22
1. Informasi obat
Nama obat Nama zat aktif Jenis Kekuatan Pabrik
Dermacoid Hydrocortison sediaan sediaan Combiphar
Cream 17-butyrate Krim 0.1 %
Kelompok obat Obat antiinflamasi topical (kortikosteroid)
Indikasi Mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh
infeksi khususnya eksim, dermatitis kontak, gigitan
seranga dan eksim scabies Bersama-sama dengan obat
scabies. (IONI, 2017)
Peringatan Hindari untuk penggunaan jangka panjang (pada anak-anak
tidak lebih dari 5-7 hari) (IONI, 2017)
Efek samping Penipisan kulit yang belum tentu pulih setelah pengobatan
dihentikan karena struktur asli mungkin tidak akan
kembali. (IONI, 2017)
Kontraindikasi Luka akibat bajteri, jamur atau viral yang tidak diobati,
rosasea (jerawat rosasea) perioral dermatitis. (IONI, 2017)
Dosis lazim Dioleskan secara merata hingga satulapisan tipis pada
Dan Pemberian obat daerah kulit yang terluka 1-2 kali sehari (IONI, 2017)

Harga obat Rp. 88.141 (K24 online)

Nama obat Nama zat aktif Jenis Kekuatan Pabrik


Gentamisin krim Gentamisin sediaan sediaan Kimia
krim 0.1% Farma
Kelompok obat Antiinfeksi untuk kulit
Indikasi Pengobatan infeksi awal dan berulang herpes simpleks
labial dan genital; pengobatan sebaiknya dimulai seawal
mungkin.
Krim asiklovir dapat digunakan untuk untuk pengobatan
herpes simplek labial awal dan berulang (cold sores) pada
dewasa dan anak. Paling baik pengobatan dilakukan pada
tahap sedini mungkin, yaitu ketika perubahan prodromal
dirasakan di bibir dan sebelum gelembung muncul. (IONI,
2017)
Efek samping Rasa terbakar selintas, menusuk; kadang-kadang eritema
atau kulit mengering. (IONI, 2017)
Peringatan Hindarkan kontak dengan mata dan membran mukosa.
(IONI, 2017)

23
Dosis lazim Dewasa: krim 5%: dioleskan 5-6 kali/hari selama 5-10
hari. (IONI, 2017)
Harga obat Rp. 27.500,- (MIMS, edisi 15)

Nama obat Nama zat aktif Jenis Kekuatan Pabrik


Clinovir krim Asiklovir sediaan sediaan Pharos
krim 5%
Kelompok obat Antiinfeksi untuk kulit
Indikasi Pengobatan infeksi awal dan berulang herpes simpleks
labial dan genital; pengobatan sebaiknya dimulai seawal
mungkin.
Krim asiklovir dapat digunakan untuk untuk pengobatan
herpes simplek labial awal dan berulang (cold sores) pada
dewasa dan anak. Paling baik pengobatan dilakukan pada
tahap sedini mungkin, yaitu ketika perubahan prodromal
dirasakan di bibir dan sebelum gelembung muncul. (IONI,
2017)
Efek samping Rasa terbakar selintas, menusuk; kadang-kadang eritema
atau kulit mengering. (IONI, 2017)
Peringatan Hindarkan kontak dengan mata dan membran mukosa.
(IONI, 2017)
Dosis lazim Dewasa: krim 5%: dioleskan 5-6 kali/hari selama 5-10
hari. (IONI, 2017)
Harga obat Rp. 27.500,- (MIMS, edisi 15)
Nama obat Nama zat aktif Jenis Kekuatan Pabrik
Clinovir krim Asiklovir sediaan sediaan Pharos
krim 5%
Kelompok obat Antiinfeksi untuk kulit
Indikasi Pengobatan infeksi awal dan berulang herpes simpleks
labial dan genital; pengobatan sebaiknya dimulai seawal
mungkin.
Krim asiklovir dapat digunakan untuk untuk pengobatan
herpes simplek labial awal dan berulang (cold sores) pada
dewasa dan anak. Paling baik pengobatan dilakukan pada
tahap sedini mungkin, yaitu ketika perubahan prodromal
dirasakan di bibir dan sebelum gelembung muncul. (IONI,
2017)
Efek samping Rasa terbakar selintas, menusuk; kadang-kadang eritema
atau kulit mengering. (IONI, 2017)

24
Peringatan Hindarkan kontak dengan mata dan membran mukosa.
(IONI, 2017)
Dosis lazim Dewasa: krim 5%: dioleskan 5-6 kali/hari selama 5-10
hari. (IONI, 2017)
Harga obat Rp. 27.500,- (MIMS, edisi 15)

1. Perhitungan harga obat


- Clinovir tablet
HNA =Rp. 224.400,- /30 tablet
= Rp. 7.480,- / kapsul
HJA = Rp. 7.480 x 1,1 x 1,25
= Rp. 10.300,-/ kapsul
Jumlah yang harus dibayar : (Rp. 10.300 x 30) + pelayanan (Rp. 2000) =
Rp 311.000,-
- Clinovir krim
HNA = Rp. 27.500,-
HJA = Rp. 27.500 x 1,1 x 1,25
= Rp. 37.900,-
Jumlah yang harus dibayar : (Rp. 37.900x 1) + pelayanan (Rp. 2000) =
Rp 39.900,-
Total yang harus dibayar = Rp 311.000 + Rp 39.900 = Rp 350.900,-

2. Drug Related Problem(DRP)


Berdasarkan resep tersebut dapat diketahui bahwa pasien datang ke dokter
dengan keluhan herpes simpleks . Pada resep asiklovir virus tidak terdapat
frekuensi dan durasi pemakaian obat, sedangkan dosis untuk dewasa
penggunaan krim asiklovir 5% yaitu dioleskan 5-6 kali/hari selama 5-10
hari, sehingga aturan pakai tersebut dapat di beritahukan ke pasien saat
melakukan konseling.
Masalah terkait obat yang mungkin timbul pada saat penggunaan obat dapat
dibagi menjadi 8 kategori seperti pada table di bawah ini.
No Kategori Alasan

25
1 Untreated indication - -
2 Drug use without indication - -
3 Obat kurang tepat - -
4 Dosis sub terapi - -
5 Dosis terlalu tinggi - -
6 Adverse drug reaction - -
7 Interaksi obat - -
8 Gagal menerima obat - -
Dapat disimpulkan tidak terdapat DRP pada resep tersebut.

3. Pelayanan resep
1. Apoteker memberi salam
2. Pasien memberikan resep dan resep diterima.
3. Melakukan kelengkapan / skrining resep
- Dokter, nama, SIP, alamat, no telepon
- Resep :
 Tempat dan tanggal resep
 R/
 Nama obat, kadar, jumlah
 Bentuk sediaan; jumlah
 Aturan pakai/ signa
 Paraf dokter
 Nama pasien; umur; berat badan
4. Mengecek persediaan obat yang diresepkan.
5. Menghitung harga obat yang diresepkan.
6. Menginformasikan harga obat yang harus dibayar pasien yaitu Rp
350.900,-
7. Pasien membayar sesuai dengan harga obat.
8. Menyiapkan obat.
a. Ambil asiklovir tablet sebanyak 30 tablet, masukkan ke dalam
plastic klip. Dikemas dan diberi etiket putih.
b. Ambil asiklovir krim 1 tube, dikemas dan diberi etiket biru.

26
9. Melakukan pengecekan ulang sesuai obat dalam resep, jumlah obat yang
diberikan dan signa yag dituliskan pada etiket.
10. Penyerahan obat ke pasien dengan meminta nomor antrian pasien lalu
dicocokkan dengan nomor resep.

4. Informasi dan Edukasi


Informasikan kepada pasien:
- Penggunaan asiklovir tablet, sehari 4 x 1 tablet tiap 6 jam pada jam
06.00 (pagi), 12.00 (siang),18.00 (sore), 24.00 (malam). Obat
digunakan sesudah makan.Obat harus di habiskan.
- Penggunaan asiklovir krim, dioleskan sehari 5-6 kali selama 5-10
haripada bagian kulit yang terinfeksi.

5. Konseling
Pasien datang ke apotik, kemudian menyerahkan resep yang ia dapat dari
dokter.
• Apoteker memberi salam dan memperkenalkan diri.
• Apoteker menerima resep dari pasien.
• Apoter mengecek kelengkapan administrasi dan farmasetis resep (nama
dokter, SIP dokter, alamat dokter, nomor telepon, tempat dan tanggal
penulisan resep, tanda resep di awal penulisan, nama obat, kekuatan obat,
jumlah obat, nama pasien, jenis kelamin pasien, umur pasien, berat badan
pasien, aturan pakai obat, iter/tanda lain, tanda tangan/paraf dokter, cara
pemberian obat, bentuk sediaan obat, jumlah dan aturan pakai obat,
inkompatibilitas dan stabilitas obat).
• Apoteker mengecek ketersediaan obat di apotek.
• Apoteker menghitung harga obat yang harus dibayar pasien.
• Apoteker memberitahu harga obat dan disetujui oleh pasien.
• Apoteker menyiapkan obat.
• Apoteker mengkonfirmasi kembali bahwa pasien tidak memiliki alergi
terhadap pengobatan

27
• Apoteker menanyanyakan ke pasien apakah sudah diberi informasi oleh
dokter mengenai pengobatan pasien. Apabila belum maka, berikan
infromasi mengenai pengobatan pasien. Apoteker menanyakan kepada
pasien apakah pasien mengetahui kegunaan dan cara pakai obat. Jika
belum mengetahui, jelaskan kegunaan obat tersebut dan cara
menggunakan obat yaitu asiklovir diminum 4 x 1 tablet tiap 6 jam pada
jam 06.00 (pagi), 12.00 (siang),18.00 (sore), 24.00 (malam) dan asiklovir
krim, dioleskan sehari 5-6 kali selama 5-10 haripada bagian kulit yang
terinfeksi.
• Apoteker menginformasikan bahwa penggunaan obat asiklovir dapat
menyebabkan diare dan rasa mual.
• Beri tahu dokter jika kondisi anda tidak membaik atau jika semakin
memburuk

6. Etiket

Apotek UP Farma
Jl. Raya Lenteng Agung Timur, Srengseng Saawah
NomorTelepon : 021 – 8859120, 081367733189
Apoteker :Mohammad Fariz, S.Farm., Apt.
S.I.K : 2017001256

No. 36 Jakarta, 7 Mei 2018

Tn. TjungSin Yim

4 x sehari 1 tablet
Sebelum dan sesudah makan
HABISKAN
Asiklovir tablet

Apotek UP Farma
Jl. Raya Lenteng Agung Timur, Srengseng Saawah
NomorTelepon : 021 – 8859120, 081367733189\
Apoteker :Mohammad Fariz, S.Farm., Apt.
S.I.K : 2017001256

No. 36 Jakarta, 7 Mei 2018

Tn. TjungSin Yim

28 luar
Untuk pemakaian

Asiklovir krim
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada kelengkapan administrasi resep masih terdapat data yang
kurangyaituidentitas pasien pada signatura tidak dicantumkan lengkap, seperti
jenis kelamin, alamat pasien, umur, dan berat badan.Pada resep asiklovir virus
tidak terdapat frekuensi dan durasi pemakaian obat, sedangkan dosis untuk
dewasa penggunaan krim asiklovir 5% yaitu dioleskan 5-6 kali/hari selama 5-10
hari.
Penggunaan asiklovir tablet, sehari 4 x 1 tablet tiap 6 jam pada jam
06.00 (pagi), 12.00 (siang), 18.00 (sore), 24.00 (malam). Obat digunakan sesudah
makan. Obat harus di habiskan. Penggunaan asiklovir krim, dioleskan sehari 5-6
kali selama 5-10 hari pada bagian kulit yang terinfeksi, informasi aturan pakai
tersebut harus di informasikan ke pasien saat melakukan konseling.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M.. 1997. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Cetakan Ketiga
(Revisi). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2017.
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: BPOM RI, KOPER
POM dan CV SagungSeto.
Depkes RI. 2015. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 16. UBM Medica
Asia, Jakarta.
Depkes RI. 2017. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 18. UBM Medica
Asia, Jakarta.
Pelczar, M. J., Chan, E. C. S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.

30
Siregar,C.J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Yanhendri, dkk. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam Dermatologi.
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Padang. CDK-194/ vol. 39 no. 6.

RESUME PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Apa yang dimaksud dengan superfisial pada infeksi kulit dan jaringan
lunak(Skin and Soft Tissue Infection) ?
Jawab:
Superfisial adalah luka atau infeksi yang terjadi pada lapisan epidermis kulit,
pada kasus penderita herpes adalah timbulnya bercak merah lalu adanya
gelembung-gelembung pada kulit yang berisi cairan seperti pada gambar di
bawah ini :

31
2. Apa yang dimaksud dengan Inisiasi?
Jawab :
Inisiasi merupakan suatu operasi kecil, atau dikenal dengan operasi
menggunakan pisau. Biasanya operasi ini bersifat kecil, dimana dilakukan
pada infeksi kulit untuk menghilangkan nanah (purulent) yang terdapat pada
kulit, karena nanah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Atas alasan tersebut, maka perlu diangkat. Setelah inisiasi, dilakukan drainasi
untuk mengeringkan bagian kulit yang terinfeksi untuk mencegah
terbentuknya mikroba.

3. Apa perbedaan antivirus topikal dan antibiotik topikal dari segi frekuensi
pemberian dan penggunaannya?
Jawab :
Dalam penggunaannya, antivirus topikal dan antibiotik topikal sama-sama
harus dihabiskan, sedangkan untuk frekuensi penggunaannya antivirus topikal
digunakan lebih sering di banding antibiotik topikal karena adanya replikasi
virus.Virus akan masuk ke dalam sel untuk melakukan replikasi dan
menyebabkan terjadinya lesi pada kulit melalui replikasi langsung pada
epidermis, sehingga antivirus topikal harus digunakan lebih sering dibanding
antibiotik topikal.

32
4. Pada kasus diatas pasien sudah diberikan antibiotik oral untuk pengobatan,
apakah masih perlu diberikan antibiotik topical ? Jelaskan ?
Jawab :
Pemberian antibiotik oral digunakan untuk mengobatin infeksi (membunuh
mikroba) yang ada didalam tubuh sedangkan antibiotik topikal digunakan
untu mengobati infeksi mikroba yang ada diluar tubuh yaitu dikulit (papul).
Tujuan kombinasi antibiotik tersebut adalah untuk mempercepat
penyembuhan.

33

Anda mungkin juga menyukai