Anda di halaman 1dari 8

RESUME PRINSIP DAN KONSEP PENCEGAHAN INFEKSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Dasar


Keperawatan
Dosen Pembimbing : Novitasari Tsamrotul Fuadah. S.Kep., Ners, M.Kep

Disusun Oleh :
Dhea Nurafida H 221FK03081

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2023
PRINSIP DAN KONSEP PENCEGAHAN INFEKSI
 Konsep Dasar Infeksi
Infeksi adalah interaksi mikroorganisme patogen dengan
makroorganisme di bawah kondisi lingkungan tertentu. Konsep “Penyakit
infeksi” adalah gangguan yang disebabkan oleh mikrooraganisme seperti
bakteri, virus, jamur, atau parasit. Infeksi dapat menimbulkan gejala klinis
ataupun asimtomatik yang dikenal sebagai carrier (Pembawa parasit,
bakteri, virus). (Joegijantoro, 2019).
Manifestasi infeksi secara klinis dapat berlangsung dengan cara
yang khas ataupun tidak khas (atipikal). Infeksi akut (Misalnya cacar,
campak) dicirikan oleg singkatnya masa tinggal agen penyebab di dalam
tubuh seseorang atau host. Infeksi kronis ( seperti Tuberculosis) dapat
berlangsung selama bertahun-tahun. Mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit infeksi berada pada tubuh host dan bertahan karena melakukan
reproduksi generasi baru secara terus menerus yang mengubah sifat
mereka sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan.
Rantai penularan infeksi yang terus menerus ini (Carrier-pasien),
dimanifestasikan oleh bentuk-bentuk gejala atau tanpa gejala penyakit,
disebut proses epidemi. Fokus epidemi adalah tempat tinggal sumber
infeksi termasuk wilayah sekitarnya di mana dalam kondisi tertentu
sumbernya dapat menularkan penyakit tertentu.
 Tiga faktor berikut ini merupakan prasyarat untuk onset dan proses
yang berkelanjutan dari terjadinya epidemi:
1. sumber mikroorganisme patogen
2. mekanisme transmisi
3. host yang rentan terhadap infeksi
 Penyakit infeksi digolongkan menurut sumbernya:
1. anthroponosis (sumber infeksi adalah manusia)
2. zoonosis (sumber infeksi adalah hewan)

1
3. anthropozoonoses (baik manusia maupun hewan dapat menjadi sumber
infeksi)
 Orang yang berpenyakit adalah sumber utama dari penyebaran infeksi.
Bahaya penyebaran infeksi dari seseorang tergantung pada periode
penyakit. Selama masa inkubasi tidak begitu besar karena mikroorganisme
patogen berada di dalam jaringan dan jarang dilepaskan dari organisme
yang terinfeksi.
 Tahapan Proses Infeksi
Transmisi infeksi dari satu individu ke individu yang lain terjadi dalam
tiga fase:
(1) ekskresi dari individu yang terinfeksi;
(2) keberadaan agen infeksi di lingkungan;
(3) masuk ke dalam individu yang sehat.
- Mekanisme penularan infeksi dibedakan berdasarkan lokalisasi primer
dari agen patogen dalam tubuh individu:
(1) fecal-oral (lokalisasi intestinal);
(2) air-borne (lokalisasi saluran udara);
(3) transmisif (lokalisasi dalam sistem sirkulasi darah);
(4) kontak langsung (transmisi infeksi melalui kontak langsung
dengan orang lain atau objek lingkungan).
- Tahapan Penyakit Infeksi
Proses ketika mikroorganisme menyebabkan penyakit melibatkan
beberapa atau semua tahapan berikut:
- Kontak dengan Mikroorganisme
Mikroorganisme terdapat hampir di semua tempat. Mikroba yang
bukan merupakan flora normal tubuh dapat ditemukan dari penularan,
bisa melalui udara, vektor seperti nyamuk dan kontak langsung dengan
pasien yang terinfeksi. Mikroba ini dapat hidup dan masuk ke area
tubuh yang steril. Mikroorganisme yang masuk ke area steril ini, baik
flora normal atau dari penularan dapat hidup dan tumbuh sehingga
menyebabkan terjadinya infeksi. Mikroorganime seperti bakteri, hidup

2
disekitar kita dan dapat menular baik secara kontak langsung atau
melalui perantara.
- Rute utama transmisi adalah:
a. kontak langsung (termasuk kontak seksual), mis. infeksi
jaringan lunak, gonorrhea, herpes genital
b. infeksi inhalasi/droplet, mis. flu, radang paru-paru
c. rute ingesti/faecal-oral, mis. Gastroenteritis
d. inokulasi atau trauma, mis. tetanus, malaria
e. secara transplasental, mis. toksoplasmosis kongenital.
- Kolonisasi
Kolonisasi merupakan proses ketika mikroorganisme menempati dan
bermultiplikasi pada suatu daerah tertentu dalam tubuh manusia.
Kolonisasi berlangsung pada permukaan inang dengan proses-proses
yang meliputi penetrasi kulit utuh, penetrasi lapisan musin, resistensi
terhadap peptida antibakteri, penempelan, protease sIgA, mekanisme
pengambilan besi. Beberapa spesies mampu memproduksi enzim
mukolitik untuk membantu mereka menembus lapisan lapisan lendir
permukaan tubuh bagian dalam.
- Penetrasi
Untuk menginfeksi jaringan tubuh manusia, mikroorganisme harus
mampu menembus hambatan permukaan tubuh (kulit). Beberapa
parasit dapat menembus kulit utuh. Saluran pernapasan terus menerus
terpapar organisme yang terbawa udara. Namun, saluran pernapasan
bagian atas berfungsi sebagai sistem penyaringan dan melindungi
paru-paru dari paparan partikel yang dihirup. Pada saluran pencernaan,
beberapa organisme penyebab penyakit merusak permukaan mukosa
dengan melepaskan sitotoksin, sementara yang lain (Salmonella typhi)
diambil oleh sel M yang melapisi jaringan limfoid di patch Peyer
- Penyebaran
Mikroorganisme yang menyerang dapat menyebar melalui satu atau
lebih rute: perluasan langsung melalui jaringan sekitarnya, di

3
sepanjang jaringan atau melalui pembuluh darah dan limfatik. Rute
penyebaran vaskuler adalah cara yang sangat efektif untuk
mengantarkan organisme dari fokus awal ke tempat yang jauh di
sekitar tubuh. Organisme mungkin memainkan bagian aktif dalam
penyebaran melalui penghancuran sel-sel, atau bahkan dengan “self-
propulsion”.
- Mekanisme Kerusakan
Mikroorganisme merusak jaringan dengan berbagai mekanisme:
1. Efek Massa (Bulk effect):
Organisme dalam jumlah besar dapat mengobstruksi organ berongga,.
Pembengkakan jaringan yang terinfeksi dapat menyebabkan tekanan
pada organ berongga yang berdekatan atau pada sistem neurovaskular.
2. Toksin:
Penyakit juga bisa disebabkan oleh produksi toksin mikroba yang
merusak sel. Sebagian besar racun mikroba adalah protein yang
dilepaskan oleh organisme atau kompleks lipopolisakarida yang
terletak di dinding sel dan dibebaskan selama pertumbuhan sel atau
lisis. Sejumlah racun spesifik telah terbukti memainkan peran penting
dalam penyakit terkait.
Pada infeksi ini, toksin menyebabkan ciri utama penyakit. Semua
endotoksin menghasilkan efek biologis yang sama pada inang,
menyebabkan reaksi patofisiologis nonspesifik terkait dengan
peradangan.
3. Mengubah Fungsi Organ, Jaringan, atau Sel:
Invasi mikroba dapat mengubah fungsi organ, jaringan, atau sel.
Perubahan ini akibat dari mekanisme fisiologis yang terjadi untuk
menghilangkan agen infeksi.
4. Respon Individu terhadap Infeksi:
Respons individu biasanya dimulai dengan reaksi peradangan, dan
diikuti oleh respons imun humoral atau seluler. Infeksi intraseluler
kronis dapat menyebabkan pembentukan nodul fibrous dan keadaan

4
latensi dimana infeksi akut dapat terjadi kembali pada tahap
selanjutnya.

5. Efek sistemik inflamasi:


Peradangan akut dan kronis dapat memiliki efek pada seluruh tubuh.
Yang utama adalah:
a. Leukositosis
Leukositosis adalah fitur umum dari reaksi inflamasi.
Leukositosis berarti jumlah sel darah putih yang beredar
menjadi meningkat. Leukositosis merupakan salah satu ciri dari
reaksi peradangan, terutama yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Jumlah leukosit biasanya naik menjadi 15.000 atau
20.000 sel/ìl.
b. Demam
Demam adalah respons sistemik umum terhadap inflamasi.
Demam paling sering dikaitkan dengan peradangan yang
memiliki penyebab infeksi. Reaksi demam diatur oleh
hipotalamus dan melibatkan berbagai faktor.
 FAKTOR YANG MENINGKATKAN KERENTANAN TERHADAP
INFEKSI
Kerentanan individu terhadap infeksi tertentu merupakan faktor
yang sangat penting dalam penyebaran infeksi. Ada dua jenis
kerentanan yakni kerentanan individu dan komunitas. Kerentanan
terhadap suatu penyakit adalah sifat biologis dari jaringan manusia
atau hewan, yang dicirikan oleh adanya kondisi optimum untuk
multiplikasi mikroorganisme patogen. Kerentanan adalah sifat
spesies, yang dibawa secara turun-temurun.
a. Faktor genetik dapat mempengaruhi kerentanan terhadap
infeksi
b. Faktor Comorbid

5
 UPAYA PENGENDALIAN INFEKSI
1. Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan PPI,
dilaksanakan melalui penerapan prinsip kewaspadaan standar dan
berdasarkan transmisi; penggunaan antimikroba secara bijak. Penerapan
PPI dilakukan terhadap infeksi terkait pelayanan HAIs dan infeksi yang
bersumber dari masyarakat.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus melakukan: surveilans; dan
pendidikan dan pelatihan PPI, yang mempunyai fungsi utama
menjalankan PPI serta menyusun kebijakan pencegahan dan
pengendalian infeksi termasuk pencegahan infeksi yang bersumber dari
masyarakat berupa Tuberkulosis, HIV, dan infeksi menular lainnya.
3. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas
kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan serta
masyarakat dalam lingkungannya dengan cara memutus siklus penularan
penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan berdasarkan
transmisi.
4. Kewaspadaan Standar:
a. Kebersihan tangan
b. Alat Pelindung Diri (APD)
c. dekontaminasi peralatan perawatan pasien
d. kesehatan lingkungan
e. pengelolaan limbah
f. penatalaksanaan linen
g. perlindungan kesehatan petugas
h. penempatan pasien
i. hygiene respirasi/etika batuk dan bersin
j. praktik menyuntik yang aman dan praktik lumbal pungsi yang
aman
5. KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI
Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai berikut:

6
1. Melalui kontak
2. Melalui droplet
3. Melalui udara (Airborne Precautions)
4. Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)
5. Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)

Anda mungkin juga menyukai