Disusun Oleh:
Munirul Hinayat 221FK03070
Desti Apriliani 221FK03071
Dhea Nurafida Hermawati 221FK03081
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Kesiapsiagaan mengatasi Krisis Pangan dan Obat pasca Gempa
bumi di Cianjur pada Tahun 2022”.
Adapun tujuan dari penulisan dari karya tulis ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Achmad Dian Nurdiansyah pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Selain itu, Karya tulis ini juga bertujuan untuk menambah wawasan pembaca
tentang bagaimana krisis pangan dan obat setelah terjadi bencana.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan karya
tulis ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari karya yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Kelompok penyusun
BAB I
PEMBUKAAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di
bagian Utara, lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Filipina
dan Samudera Pasifik di bagian Timur. Indonesia merupakan negara yang
memiliki tingkat kerawanan bencana alam tinggi, seperti gempabumi
(Pribadi dan Yuliawati, 2009). Gempa bumi mengakibatkan jatuhnya
korban jiwa juga berdampak pada kerusakan infrastruktur fisik seperti
runtuhnya bangunan, retakan jalan, dan tumbangnya pepohohan. Hal ini
menyebabkan bertambah parahnya korban jiwa karena ketidaktahuan
mereka tentang cara menyelamatkan diri dengan benar (Irwansyah,
Saputra, Piu, dan Wirangga, 2012). Dengan ketidaktahuan mereka tentang
cara menyelamatkan diri dari gempa bumi maka diperlukan pengetahuan
tentang kesiapsiagaan.
Di bulan Oktober 2022, gempa dengan magnitudo 5,5 melanda
Banten pada 9 Oktober 2022. Gempa yang terasa hingga Jakarta ini tidak
berpeluang menimbulkan tsunami. Sepanjang bulan tersebut, beberapa
wilayah lain di Tanah Air juga terkena gempa, yakni Cilacap (9 Oktober
2022, magnitudo 4,7), Tapanuli Utara (19 Oktober 2022, magnitudo 3,4),
Kolaka Utara (30 Oktober 2022, magnitudo 2,9), dan Sukabumi (30
Oktober 2022, magnitudo 4,7). Beranjak ke bulan November 2022, salah
satu gempa destruktif terjadi pada 21 November 2022 yang berpusat di
Cianjur, Jawa Barat. Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 ini menewaskan
lebih dari 100 orang dan memaksa sekitar 5.400 masyarakat untuk
mengungsi. Tidak hanya di Cianjur, gempa juga terasa hingga ke Bogor
dan Jakarta.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peniliti pada
November 2022 tentang beberapa wilayah pedalaman cianjur yang
mengalami krisis pangan dan juga obat-obatan pasca gempa cianjur
lantaran distribusi bantuan logistic yang tidak merata sehingga
menyebabkan keadaan warga setempat sangat memprihatinkan akibat
kurangnya pangan dan obat-obatan. Berdasarkan berita resmi dari BNPB
bahwa gempa di Cianjur yang terjadi pada Senin (21/11) lalu,
sedikitnya menelan korban jiwa 310 orang, ribuan orang terluka, dan
para korban akan lebih cepat bangkit dari musibah tersebut (Joko, 2022).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesiapsiagaan Bencana
2.1.1 Kondisi bencana di Indonesia
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang diapit oleh dua
Benua yaitu Benua Asia di sebelah Utara dan Benua Australia di
sebelah Selatan, serta oleh dua samudera yaitu Samudera Pasifik di
Timur Laut dan Samudera Hindia di Barat dan Selatan. Wilayah
Indonesia yang berada di Garis Khatulistiwa yang mempunyai iklim
tropis, juga berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar Dunia,
yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Kondisi
pertemuan lempeng tektonik inilah yang menyebabkan Indonesia
memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa, baik dari atas bumi
maupun dari dalam buminya. Efek domino dari wilayah Indonesia
yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar Dunia, selain
kaya akan sumber daya alam, juga memiliki potensi bencana yang luar
biasa.
Bencana adalah sebuah kejadian ataupun rangkaian kejadian yang
diakibatkan oleh faktor fisik atau alam, maupun yang diakibatkan oleh
manusia yang mengakibatkan kerugian terhadap manusia itu sendiri.
Pengertian dari bencana adalah peristiwa yang terjadi di alam yang
diakibatkan oleh manusia ataupun alam itu sendiri, yang memiliki
kemampuan untuk merugikan manusia, mengganggu kehidupan
normal, dan kehilangan harta benda (Immadudina, 2011). Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 mengenai
Penanggulangan Bencana, Bencana didefinisikan sebagai berikut:
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana merupakan peristiwa yang mengakibatkan gangguan
serius bagi fungsi-fungsi masyarakat, mengakibatkan kerugian,
material, serta manusia secara luas, yang melebihi kemampuan dari
manusianya itu sendiri (Kent, 1994). Bencana akan sangat merugikan
bagi manusia yang terdampak dari bencana tersebut, terlebih jika
masyarakat terdampak tidak memiliki pengetahuan terkait bencana
tersebut.
Sebagai wilayah pertemuan tiga lempeng tektonik besar Dunia,
Indonesia. memiliki risiko bencana gempa bumi yang sangat tinggi,
hal tersebut tercermin dari beberapa gempa besar yang terjadi di
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Seperti gempa bumi
Yogyakarta tahun 2006, di mana gempa berkekuatan 5,9 skala Richter
merenggut korban jiwa sebanyak 5.782 orang, serta merusak hampir
400.000 rumah (Almas, 2020). Kejadian gempa bumi Lombok tahun
2018, dengan kekuatan 6,4 skala Richter yang memakan korban jiwa
sebanyak 16 orang dan lebih dari 10.000 bangunan rusak (Zulfakriza,
2018). Serta masih banyak lagi bencana gempa bumi lainnya.
Bencana gempa bumi merupakan bencana alam yang paling sering terjadi.
Para ahli memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar satu juta kali gempa.
Namun, hanya sekitar 5% yang berupa gempa besar. Indonesia termasuk salah
satu negara yang sering mengalami gempa bumi tersebut.
Bukan tanpa alasan jika Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan
gempa. Selain berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh
cincin api pasifik atau ring of fire, Indonesia juga berada di pertemuan tiga
lempeng utama dunia, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Hal ini
disebut para ahli membuat Indonesia sangat berpotensi akan gempa bumi.
Gempa bumi merupakan getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Peristiwa tersebut ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada
kerak bumi.
2.3 Kekuatan Gempa Bumi
Perkiraan banyaknya gempa yang terjadi dapat diperoleh melalui hasil
perekaman dari alat pendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan
tanah, yang dilakukan oleh seorang ilmuwan ahli gempa atau disebut
seismolog. Alat pendeteksi itu disebut seismometer, yakni alat yang
digunakan untuk mengukur atau merekam getaran gempa bumi yang
mencakup kekuatan, lama, arah, dan jaraknya.
Gambar 3. Seismometer
Seismometer berasal dari bahasa Yunani seismos, yang berarti gempa
bumi dan metero yang berarti mengukur. Prototipe dari alat ini diperkenalkan
pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang
bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut bisa
menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi. Dengan perkembangan
teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan,
sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar.
Alat seperti ini disebut seismometer broadband. Seismometer dirangkaikan
dengan seismograf, yaitu alat yang berfungsi untuk mencatat gempa bumi.
Hasil rekaman gempanya disebut seismogram.
2.4 Skala Gempa Bumi
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau biasa disebut BMKG,
yakni Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang mempunyai
tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika. Salah satu yang sangat tidak asing adalah pemberitahuan
terkait gempa yang baru saja terjadi. Untuk melihat besar gempa, mereka
mempunyai istilah Skala Intensitas Gempabumi (SIG).
Skala ini menyatakan dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya gempa
bumi. SIG-BMKG digagas dan disusun dengan mengakomodir keterangan
dampak gempa bumi berdasarkan tipikal budaya atau bangunan di Indonesia.
Skala ini disusun lebih sederhana dengan hanya memiliki lima tingkatan yaitu
I-V.
SIG-BMKG diharapkan bermanfaat untuk digunakan dalam penyampaian
informasi terkait mitigasi gempa bumi dan atau respons cepat pada kejadian
gempa bumi merusak. Skala ini dapat memberikan kemudahan kepada
masyarakat untuk dapat memahami tingkatan dampak yang terjadi akibat
gempa bumi dengan lebih baik dan akurat.