Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENANGGULANGAN PASCA BENCANA

STASE DISASTER
DI-BPBD DIY

Disusun Oleh :

Riska Febrianto Salehah


2110306099

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

PENANGGULANGAN PASCA BENCANA

STASE DISASTER

Disusun Oleh :

Riska Febrianto Salehah


2110306099

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Sebagai Tugas Individu pada Kasus
Stase Disaster
Di BPBD DIY

Yogyakarta, 05 Juni 2022

Mengesahkan,
Clinical Educator

Enaryaka S.Kep.Ns., M.M.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan tugas disaster Pendidikan Fisioterapi Profesi Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta di BPBD DIY. Penyusunan tugas ini tidak dapat terwujud tanpa
bantuan, bimbingan, arahan dan kerja sama dari semua pihak.Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada :
1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat Kedua
orang tua saya yang senantiasa mendo’akan putrinya setiap hari dan setiap waktu
selama menjalankan pendidikan profesi
2. Bapak/Ibu Pembimbing lahan BPBD DIY
3. Bapak/Ibu Pembimbing Stase Disaster Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Teman-teman sejawat Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk lebih
menyempurnakan penyusunan tugas ini.

Yogyakarta, 05 Juni 2022

Riska Febrianto Salehah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Tujuan Makalah ................................................................................................. 2
1. Tujuan Umum ............................................................................................. 2
2. Tujuan Khusus ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 3
1. Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana ........................................................4
2. Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum ........................................................ 4
3. Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Mayarakat ........................................ 5
4. Pemulihan Sosial Psikologis ..........................................................................6
5. Pelayanan Kesehatan ..................................................................................... 6
6. Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik .................................................................7
7. Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya ...............................................................7
8. Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ............................................................7
9. Pemulihan Fungsi Pemerintahan ................................................................... 8
10. Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik ............................................................8
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ......................................................................................................11
B. Saran ................................................................................................................ 11
DAFTAR ISI ................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua


benua dan dua samudra dengan kondisi alam yang memiliki berbagai
keunggulan, namun di pihak lain posisinya berada dalam wilayah yang
memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang rawan
terhadap terjadinya bencana dengan frekuensi yang cukup tinggi, sehingga
memerlukan penanganan yang sistematis, terpadu, dan terkoordinasi.Undang-
undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memaparkan
definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Sedangkan bencana alam adalah
konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti
letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia.
Indonesia adalah salah satu negara yang rawan akibat berbagai
bencana alam, seperti Gempa bumi, tsunami tanah longsor dan banjir. Sebagai
sumber awal mengapa Indonesia menjadi wilayah yang rawan bencana salah
satunya adalah karena Indonesia masuk dalam wilayah jalur lingkaran api atau
yang sering disebut dengan Cincin Api (Ring Of Fire). Cincin Api Pasifik
adalah gugusan gunung berapi di kawasan Pasifik yang melewati wilayah
Indonesia, sehingga membuat wilayah ini rawan letusan vulkanik dan gempa
bumi. Cincin Api Pasifik berbentuk seperti tapal kuda mengelilingi cekungan
samudera pasifik dengan panjang jalur kurang lebih 40.000 km. Tercatat,
sekitar 90 persen kejadian gempa bumi di seluruh dunia terjadi di Cincin Api
Pasifik. Sekitar 81 persen gempa di jalur Cincin Api Pasifik merupakan gempa
terbesar di dunia. Jalur Cincin Api Pasifik menyebabkan terdapatnya sekitar
400 gunung api di Indonesia, dengan 130 diantaranya merupakan gunung api
dengan status aktif.Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia
memberikan banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia

1
2

bahwa banyaknya korban jiwa dan harta benda dalam musibah tersebut
terjadi karena kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan masyarakat dalam
mengantisipasi bencana. Di samping itu, kejadian-kejadian bencana tersebut
pun semakin menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya perencanaan dan
pengaturan dalam penanggulangan bencana.

B. Tujuan Makalah

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mengetahui secara penuh perihal tentang


konsep penanggulangan bencana dan proses rehabilitasi pemulihan pada pasca
bencana.

2. Tujuan Khusus

a) Dapat megetahui rehabilitasi dan rekontruksi pada saat pasca bencana


b) Dapat mengetahui proses manajemen pemulihan dan pronsip
pemulihan pada saat pasca bencana.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Bencana
Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95
adalah sebagai berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan
korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

B. Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan
terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan
dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).

C. Pasca Bencana (Rehabilitasi/Recovery)


Pasca bencana sering disebut dengan istilah pemulihan
(Rehabilitasi/Recovery) adalah kegiatan mengembalikan sistem insfrastruktur
kepada standar operasi minimal dan panduan upaya jangka panjang yang
dirancang untuk mengembalikan kehidupan ke keadaan dan kondisi normal
atau ke keadaan yang lebih baik setelah bencana.
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pasca bencana.

D. Manajemen Pasca Bencana


Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah
bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan

3
4

rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan,


rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya,
pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, serta
pemulihan fungsi pelayanan publik. Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi
prinsip dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai korban bencana, namun
juga sebagai pelaku aktif dalam kegiatan rehabilitasi.
b) Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dan
terintegrasi dengan kegiatan prabencana, tanggap darurat dan pemulihan
dini serta kegiatan rekonstruksi.
c) “Early recovery” dilakukan oleh “Assessment Team” segera setelah
terjadi bencana.
d) Program rehabilitasi dimulai segera setelah masa tanggap darurat
(sesuai dengan Perpres tentang Penetapan Status dan Tingkatan Bencana)
dan diakhiri setelah tujuan utama rehabilitasi tercapai.

E. Ruang Lingkup Rehabilitasi Pasca Bencana


1. Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana

Perbaikan lingkungan fisik meliputi kegiatan :


perbaikan lingkungan fisik untuk kawasan pemukiman,
kawasan industri, kawasan usaha dan kawasan gedung.
Indikator yang harus dicapai pada perbaikan lingkungan adalah
kondisi lingkungan yang memenuhi persyaratan teknis, sosial,
ekonomi, dan budaya serta ekosistem.

2. Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum


5

Prasarana dan sarana umum adalah jaringan


infrastruktur dan fasilitas fisik yang menunjang kegiatan
kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Prasarana
umum atau jaringan infrastruktur fisik disini mencakup :
jaringan jalan/ perhubungan, jaringan air bersih, jaringan listrik,
jaringan komunikasi, jaringan sanitasi dan limbah, dan jaringan
irigasi/ pertanian. Sarana umum atau fasilitas sosial dan umum
mencakup : fasilitas kesehatan, fasilitas perekonomian, fasilitas
pendidikan, fasilitas perkantoran pemerintah, dan fasilitas
peribadatan.

3. Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Mayarakat

Yang menjadi target pemberian bantuan adalah


masyarakat korban bencana yang rumah/ lingkungannya
mengalami kerusakan struktural hingga tingkat sedang akibat
bencana, dan masyarakat korban berkehendak untuk tetap
tinggal di tempat semula. Kerusakan tingkat sedang adalah
kerusakan fisik bangunan sebagaimana Pedoman Teknis
6

(Kementerian PU, 2006) dan/ atau kerusakan pada halaman


dan/ atau kerusakan pada utilitas, sehingga mengganggu
penyelenggaraan fungsi huniannya.

4. Pemulihan Sosial Psikologis

Pemulihan sosial psikologis adalah pemberian bantuan


kepada masyarakat yang terkena dampak bencana agar dapat
berfungsi kembali secara normal. Sedangkan kegiatan
psikososial adalah kegiatan mengaktifkan elemen-elemen
masyarakat agar dapat kembali menjalankan fungsi sosial
secara normal. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja
yang sudah terlatih. Pemulihan sosial psikologis bertujuan agar
masyarakat mampu melakukan tugas sosial seperti sebelum
terjadi bencana, serta tercegah dari mengalami dampak
psikologis lebih lanjut yang mengarah pada gangguan
kesehatan mental.

5. Pelayanan Kesehatan
7

Pemulihan pelayanan kesehatan adalah aktivitas


memulihkan kembali segala bentuk pelayanan kesehatan
sehingga minimal tercapai kondisi seperti sebelum terjadi
bencana. Pemulihan sistem pelayanan kesehatan adalah semua
usaha yang dilakukan untuk memulihkan kembali fungsi sistem
pelayanan kesehatan yang meliputi: SDM Kesehatan,
sarana/prasarana kesehatan, kepercayaan masyarakat.

6. Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik


Kegiatan rekonsiliasi adalah merukunkan atau
mendamaikan kembali pihak-pihak yang terlibat dalam
perselisihan, pertengkaran dan konflik. Sedangkan kegiatan
resolusi adalah memposisikan perbedaan pendapat, perselisihan,
pertengkaran atau konflik dan menyelesaikan masalah atas
perselisihan, pertengkaran atau konflik tersebut. Rekonsiliasi
dan resolusi ditujukan untuk membantu masyarakat di daerah
bencana untuk menurunkan eskalasi konflik sosial dan
ketegangan serta memulihkan kondisi sosial kehidupan
masyarakat.

7. Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya


Pemulihan sosial ekonomi budaya adalah upaya untuk
memfungsikan kembali kegiatan dan/atau lembaga sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat di daerah bencana. Kegiatan
pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya ditujukan untuk
menghidupkan kembali kegiatan dan lembaga sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat di daerah bencana seperti sebelum
terjadi bencana.

8. Pemulihan Keamanan dan Ketertiban


Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan untuk
membantu memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban
masyarakat di daerah bencana agar kembali seperti kondisi
8

sebelum terjadi bencana dan terbebas dari rasa tidak aman dan
tidak tertib.

9. Pemulihan Fungsi Pemerintahan


Indikator yang harus dicapai pada pemulihan fungsi
pemerintahan adalah :
a. Keaktifan kembali petugas pemerintahan.
b. Terselamatkan dan terjaganya dokumen-dokumen negara
dan pemerintahan.
c. Konsolidasi dan pengaturan tugas pokok dan fungsi petugas
pemerintahan.
d. Berfungsinya kembali peralatan pendukung tugas-tugas
pemerintahan.
e. Pengaturan kembali tugas-tugas instansi/lembaga yang
saling terkait.

10. Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik


Pemulihan fungsi pelayanan publik adalah
berlangsungnya kembali berbagai pelayanan publik yang
mendukung kegiatan/kehidupan sosial dan perekonomian
wilayah yang terkena bencana. Pemulihan fungsi pelayanan
publik ini meliputi : pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, pelayanan perekonomian, pelayanan perkantoran
umum/pemerintah, dan pelayanan peribadatan.
F. Rekontruksi Pasca Bencana
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langka-
langka nyata yang terencana baik, kosnsisten dan berkelanjutan untuk
membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem
kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan
sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah
bencana..(Husein, Achmad. 2017).
9

Rencana rekonstruksi adalah dokumen yang akan digunakan sebagai


acuan bagi penyelenggaraan program rekonstruksi pasca-bencana, yang
memuat informasi gambaran umum daerah pasca bencana meliputi antara lain
informasi kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, sarana dan prasarana
sebelum terjadi bencana, gambaran kejadian dan dampak bencana beserta
semua informasi tentang kerusakan yang diakibatkannya, informasi mengenai
sumber daya, kebijakan dan strategi rekonstruksi, program dan kegiatan,
jadwal implementasi, rencana anggran, makanisme/prosedur kelembagaan
pelaksanaan. (Husein, Achmad. 2017).
a. Linglup Rekontruksi
1) Cakupan rekonstruksi fisik mencakup kegiatan membangun kembali
sarana dan prasarana fisik dengan lebih baik dari hal-hal berikut:
i. Prasarana dan sarana
ii. Sarana sosial masyarakat
iii. Penerapan rencangan bangunan dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana.
2) Cakupan rekontruksi Non Fisik
i. Kegiatan pemulihan layanan yang berhubungan dengan
kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
ii. Partisipasi dan peran serta lembaga/organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat.
iii. Kegiatan pemulihan kegiatan perekonomian masyarakat.
iv. Fungsi pelayanan publik dan pelayanan utama dalam
masyarakat.
v. Kesehatan mental masyarakat. (Husein, Achmad. 2017).

G. Prinsip Pemulihan Pasca Bencana


Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana, maka prinsip dasar
penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana adalah:
1) Merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah dan Pemerintah.
2) Membangun menjadi lebih baik (build back better) yang terpadu
dengan konsep pengurangan risiko bencana dalam bentuk
10

pengalokasian dana minimal 10% dari dana rehabilitasi dan


rekonstruksi.
3) Mendahulukan kepentingan kelompok rentan seperti lansia, perempuan
anak dan penyandang cacat.
4) Mengoptimalkan sumberdaya daerah
5) Mengarah pada pencapaian kemandirian masyarakat, keberlanjutan
program dan kegiatan serta perwujudan tatakelola pemerintahan yang
lebih baik.
6) Mengedepankan keadilan dan kesetaraan gender. (Husein,
Achmad.2017)

H. Startegi Koordinasi dalam Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi


Strategi koordinasi dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan
rekonstruksi diatur pada Pasal 7 Perka BNPB 17/2010 adalah sebagai berikut
1. Strategi koordinasi dilakukan dengan cara:
i) Perwujudan peran dan tanggungjawab Kepala BNPB dan/atau
Kepala BPBD sebagai pelaksana koordinasi umumdi tingkat nasional
dan/ataudaerah (provinsi/kab/kota).
ii) Peran aktif Kementrian/Lembaga di tingkat nasional dan atau
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam mengkoordinasikan
hal – hal yang bersifat teknis.
iii) Peran serta internasional sebagai unsur pelengkap yang
digerakkan berdasar permintaan dan kepemimpinan pemerintah.
2. Strategi penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan
dengan cara:
i) Pengkajian kebutuhan pasca bencana secara cermat dan akurat baik
meliputi aspek fisik dan aspek pembangunan manusia.
ii) Penentuan prioritas dan pengalokasian sumberdaya secara
maksimal, komprehensif dan partisipatif termasuk memasukkan
sumberdaya local sebagai salah satu bentuk pemulihan aktivitas sosial
kemasyarakatan
iii) Penyebarluasan informasi atau sosialisasi rencana pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi secara bertanggungjawab dan membuka
kesempatan semua pemangku kepentingan untuk berperan serta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Rehabilitas adalah langka upaya yang diambil setelah kejadian bencana


untuk membantu masyarakat memprbaiki rumahnya, fasilitas umum, dan
fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian. (I.
Khambali, 2017).
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-
langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk
membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem
kelembagaan, baik di tinggkat pemerintah maupun masyarakat, dengan
sasaran utama tumbuh bekembangnya kegiatan perekonomian social, dan
budaya, tagaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarkat di wilayah pasca
bencana. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi
fisik dan program rekonstruksi non fisik. (Husein, achmad.2017)
Diluar dari masa pasca bencana, faktor kesiapsiagaan tenaga kesehatan
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan kesiapsiagaan dalam melakukan
penanganan kegawatdaruratan bencana banjir. Sehingga disarankan kepada
instansi terkait dapat meningkatkan pengetahuan dan memberikan pelatihan
kepada tenaga kesehatan sehingga siap dalam melakukan penanganan bencana
yang terjadi di suatu daerah.
Maka dapat disimpulkan bahwa setiap masyarakat dalam suatu daerah
harus mengetahui dan paham perihal dengan penangganan dan
penanggulangan bencana mulai dari sebelum terjadinya bencana, saat terjadi
bencana, dan sesudah terjadinya bencana.

B. Saran

Diharapkan dari makalah yang telah dibuat ini, mahasiswa mampu


memhami secara jelas dan pasti perihal tentang penanggulangan bencana pada
fase pasca bencana (masa pemulihan dan rekontruksi).

11
DAFTAR ISI

Husein, Achmad&Onasis Aidil. (2017). Bahan Ajar Lingkungan, Manajemen


Bencana.

Nurjana,dkk. (2013). Bandung : Manajemen bencana

Khambali, I. (2017). Manajemen Penanggulangan Bencana. Edisi 1. Yogyakarta : ANDI

Zakhya, Nena. (2019). Daftar Bencana Alam Yang Dasyat Yang Terjadi Sepanjang
Tiga Tahun Terakhir. [Online] Desember 2019. [Dikutip: Kamis Maret
2020.] https://www.idntime.com.

Modul Penanggulangan Bencana Pelatihan Penanggulangan Bencana


https://simantu.pu.go.id/epel/edok/6e01a_02._Modul_2_Manajemen_Pena
nggulangan_Bencana.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai