Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAGEMEN BENCANA

“Menganalisis Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Geologis (Erupsi


Gunungapi, Gempa Bumi, dan Tsunami)”

Dosen Pengampu : Muhammad Ridha Syafii Damanik, M.Si., M.Sc

Muhammad Farouq Ghazali Matondang, S.Pd., M.Sc

Disusun :
Kelompok 7
Asrah (3203131066)
Grace Silvya Christin Telaumbanua (3202431010)
Jesika Andriani Sijabat (3203131068)
Karolina Hasugian (3203131046)
Katrina Samosir (3202431013)
Wahyu Surya Abdi Harahap (3203331007)
Kelas : D dan E Pendidikan Geografi 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Menganalisis Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Geologis
(Erupsi Gunungapi, Gempa Bumi, dan Tsunami)”dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Managemen
Bencana yang telah membimbing kami membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa dari segi penulisan banyak sekali kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk
langkah-langkah selanjutnya.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu. Semoga segala bantuan,bimbingan dan arahan yang diberikan
mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Tuhan yang maha esa.

Medan, Oktober 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Pengertian dan Tujuan Peringatan Dini......................................................................3

2.2 Pengertian Kesiapsiagaan dan Tujuannya..................................................................7

2.3 5 Tips Dasar Kesiapsiagaan terhadap Bencana..........................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................13

3.2 Saran..............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrem yang diakibatkan oleh berbagai
fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas tektonik di permukaan bumi dapat menjadi salah
satu penyebabnya, demikian halnya dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi
yang juga mungkin sampai di permukaan. Sebaran daerah rawan bencana gempa bumi di
Indonesia hampir semuanya berada pada daerah yang tingkat populasinya sangat padat.
Daerah-daerah ini sering merupakan pusat aktivitas, sumber pendapatan masyarakat dan
negara, serta menjadi pusat pencurahan dana pembangunan.

Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologi
dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera
menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam perekonomian
sekaligus juga rawan dengan bencana. Secara geologis, Indonesia terletak pada 3 (tiga)
lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang
membuat Indonesia kaya dengan cadangan mineral sekaligus mempunyai dinamika geologis
yang sangat dinamis yang mengakibatkan potensi bencana. Sewaktu – waktu lempeng ini
akan bergeser patah dan menimbulkan gempa bumi. Akibatnya, tumbukan antar lempeng
tektonik dapat menghasilkan tsunami (Boen dan Pribadi, 2012). Selain dikepung oleh tiga
lempeng dunia, Indonesia juga merupakan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire )
yang merupakan rangkaian jalur gunung api aktif. Berdasarkan posisinya tersebut, maka
hampir di seluruh Indonesia kecuali daerah Kalimantan yang relatif stabil, kejadian bencana
akan sangat mungkin terjadi setiap saat dan sangat sukar diperkirakan kapan dan dimana
persisnya bencana tersebut akan terjadi. Provinsi Aceh termasuk daerah rawan terjadinya
bencana seperti hal nya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain kondisi
geologinya menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat gunung berapi
yang masih aktif.

Meskipun hampir setiap tahun gempa bumi terjadi di berbagai daerah di Indonesia dan
menimbulkan dampak yang parah pada sosial, ekonomi, lingkungan maupun infrastruktur
sehingga mempengaruhi pembangunan daerah. Perubahan paradigma penanggulangan

1
bencana saat ini tidak lagi memandang penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat
situasi tanggap darurat tetapi penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fase
prabencana yang bertujuan untuk mengurangi risiko bencana. Sehingga semua kegiatan yang
berada dalam lingkup pra bencana lebih diutamakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan peringatan dani dan kesiapsiagaan bencana ?
2. Bagaimanakah kesiapsiagaan dilakukan ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peringatan dini dan kesiapsiagaan
bencana
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam menghadapi kesiapsiagaan
bencana
3. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Peringatan Dini


Peringatan dini merupakan serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga
yang berwenang. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
mengamanatkan peringatan dini sebagai bagian dari penyelenggaraan penanggulangan
bencana dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, di samping upaya kesiapsiagaan
dan mitigasi bencana

Peringatan dini dalam Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 bertujuan untuk
pengambilan Tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risko bencana, serta
persiapan tindakan tanggap darurat. Peringatan dini ini dilakukan melalui beberapa tahapan
yaitu (1) pengamatan gejala bencana, (2) analisis hasil pengamatan gejala bencana, (3)
pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang, (4) penyebarluasan informasi tentang
peringatan bencana dan (5) pengambilan tindakan oleh masyarakat. Tahapan-tahapan ini
kemudian disebut sebagai sistem peringatan dini bencana. Integrasi antar tahapan tersebut
dalam sistem ini harus diselenggarakan dengan seimbang sehingga menghasilkan manfaat
yang optimal dan efektif.

Peringatan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b dilakukan untuk


pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta
mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui : (a) pengamatan gejala bencana (b) analisis hasil pengamatan gejala
bencana (c) pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang (d) penyebarluasan informasi
tentang peringatan bencana dan (e) pengambilan tindakan oleh masyarakat.

Tujuan utama sistem peringatan dini berbasis masyarakat adalah menguatkan individu


dan masyarakat yang terancam bahaya untuk bertindak secara tepat waktu dan benar sehingga
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan fisik seseorang dan kematian.
Upaya peringatan dini disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah
setempat. Tujuannya, memberikan kesadaran kepada masyarakat dalam menghindarkan diri

3
dari bencana berupa sarana teknis, pengalihan jalur jalan, pengungsian dan prasarana
penanganan lainnya.

1. Peringatan Dini Erupsi Gunung Api

Ada berbagai bentuk peringatan yang dapat disampaikan. Peta Kawasan Rawan
Bencana sebagai contoh adalah bentuk peringatan dini yang bersifat lunak. Peta ini memuat
zonasi level kerawanan sehingga masyarakat diingatkan akan bahaya dalam lingkup ruang
dan waktu yang dapat menimpa mereka di dalam kawasan Merapi. Informasi yang
disampaikan dalam sistem peringatan dini terutama adalah tingkat ancaman bahaya atau
status kegiatan vulkanik Merapi serta langkah-langkah yang harus diambil. Bentuk
peringatan dini tergantung pada sifat ancaman serta kecepatan ancaman Merapi. Apabila
gejala ancaman terdeteksi dengan baik, peringatan dini dapat disampaikan secara bertahap,
sesuai dengan tingkat aktivitasnya. Tetapi apabila ancaman bahaya berkembang secara cepat,
peringatan dini langsung menggunakan perangkat keras berupa sirine sebagai perintah
pengungsian.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam peringatan dini terhadap bencana
erupsi gunung api :

Sirine Peringatan Dini dan Komunikasi Radio

Peringatan dini sirine adalah suatu sistem perangkat keras yang berfungsi hanya pada
keadaan sangat darurat apabila peringatan dini bertahap tidak mungkin dilakukan. Sirine
dipasang di lereng Merapi yang dapat menjangkau kampung-kampung yang paling rawan dan
sistem ini dikelola bersama antara pemerintah Kabupaten bersangkutan dengan Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam hal ini adalah BPPTK. Sarana komunikasi
radio bergerak juga termasuk dalam sistem penyebaran informasi dan peringatan dini di
Merapi. Komunikasi berkaitan dengan kondisi terakhir Merapi bisa dilakukan antara para
pengamat gunungapi dengan kantor BPPTK, instansi terkait, aparat desa, SAR dan lembaga
swadaya masyarakat khususnya yang tergabung dalam Forum Merapi.  

Penyebaran Informasi

Penanggulangan bencana Merapi akan berhasil dengan baik apabila dilakukan secara
terpadu antara pemantauan Merapi yang menghasilkan data yang akurat secara visual dan
instrumental, peralatan yang modern, sistem peringatan dini, peralatan komunikasi yang
bagus dan didukung oleh pemahaman yang benar dan kesadaran yang kuat dari masyarakat

4
untuk melakukan penyelamatan diri. Pembelajaran kepada masyarakat yang tinggal dan
bekerja di daerah rawan bencana Merapi merupakan tugas yang secara terus menerus harus
dilakukan sesuai dengan dinamika perkembangan arah dan besarnya ancaman yang bakal
terjadi. Karena wilayah rawan bencana Merapi berada pada teritorial pemerintah daerah maka
kegiatan penyebaran informasi langsung kepada masyarakat dilaksanakan atas kerjasama
BPPTK dan instansi terkait. Sosialisasi dilakukan tidak hanya dilakukan pada saat Merapi
dalam keadaan status aktivitas yang membahayakan, akan tetapi dilakukan baik dalam status
aktif normal maupun pada status siaga.

Forum Merapi Penanggulangan bencana memerlukan keterlibatan semua pihak sesuai


dengan kompetensinya masing-masing. Walaupun erupsi Merapi tergolong berskala kecil
namun melihat dekat dan padatnya penduduk dari ancaman bahaya awanpanas maka potensi
bencana Merapi tetap tinggi.

Contoh peringatan dini yang Sudah Dilakukan:

 Peringatan Dini untuk bahaya erupsi gunung api sudah dilakukan bukan hanya di
Semeru, tetapi juga di 69 gunung api aktif yang dipantau oleh PVMBG melalui
pemasangan peralatan pemantauan, serta pengamatan visual selama 24 jam, Pos
Pengamatan Gunung Api (PGA) Semeru sudah mengeluarkan peringatan agar
masyarakat tidak beraktivitas di sekitar Besuk Kobokan, Bessuk Kembar, Besuk
Bang, dan Besuk sarat, untuk mengantisipasi kejadian guguran/awan panas guguran.
 "Aktivitas Gunung Semeru selalu diinfokan melalui WAG yang terdiri dari unsur
masyarakat, Pemda, BPBD, relawan, dan instansi terkait lainnya, termasuk kejadian
guguran lava pada 1 Desember," tulis PVMBG.
 Sudah Disampaikan Sejak 1 Desember 2021 dan Melalui WA Group
 Sudah kirim surat, Surat tersebut yaitu terkait kondisi terkini terkait peningkatan
aktivitas Gunung Semeru.
 Setelah kejadian awan panas guguran terjadi, guguran lava dengan jarak dan arah
luncur tidak teramati.

2. Peringatan Dini Bencana Gempa Bumi

 Melalui website, BNPB mengharapkan masyarakat dapat mengakses dan


mendapatkan informasi peringatan dini secara cepat dan jelas.

5
 BNPB telah melakukan penyebarluasan informasi peringatan dini melalui beberapa
media, yaitu surat resmi, jejaring sosial atau WAG (whatsapp group), pemasangan
alat peringatan dini, pemasangan rambu-rambu daerah rawan bencana dan peringatan
dini dengan lewat akun sosial media dan website. Beragamnya media
tersebut merupakan upaya penyesuaian kondisi masyarakat yang berbeda-beda antara
satu daerah dengan daerah lain. Website peringatan dini bencana akan menampilkan
informasi harian, bulanan dan insidental.
 Hingga saat ini, Direktorat Peringatan Dini BNPB telah melakukan penyebaran
informasi harian berupa analisis data BMKG dengan pendekatan impact-based
forecast (IBF) dan inaRISK), langkah antisipasi dan kesiapsiagaan melalui media
WAG. Misal di dalam WAG, informasi yang diberikan berupa daerah berstatus
potensi waspada, siaga dan awas dan langkah kesiapsiagaan kepada pemerintah dan
masyarakat pada setiap status.
 Selain melalui media WAG, penyebarluasan peringatan dini harian dilakukan
secara insidental jika terjadi peningkatan aktivitas potensi ancaman bencana gempa
bumi. Pada kondisi krisis tersebut BNPB akan menyebarluaskan informasi
dengan surat resmi ataupun WA untuk pemerintah daerah. Sedangkan untuk
diseminasi bulanan, BNPB akan menginformasikan potensi bahaya banjir dan tanah
longsor di beberapa daerah dengan input prediksi curah hujan bulanan.
 Penyebarluasan peringatan dini yang dilakukan oleh BNPB menekankan langkah-
langkah kesiapsiagaan yang disesuaikan dengan peningkatan status potensi ancaman
bencana. Hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat dapat memiliki kepedulian dan
kesadaran bahwa bencana dapat datang sewaktu-waktu sehingga saat terjadi bencana,
masyarakat akan mengerti langkah-langkah yang harus dilakukan. Dengan
demikian, dampak bencana dapat dikurangi atau diminimumkan bahkan dihindari.
 Kerja sama antar lembaga/instansi diperlukan untuk mengupayakan integrasi sistem
peringatan dini untuk lebih mengedepankan kebutuhan di masyarakat berkaitan
dengan pengurangan risiko dan peningkatan kapasitas dapat dioptimalkan. 

3. Peringatan Dini Bencana Tsunami

Sistem peringatan dini tsunami adalah sebuah sistem yang dirancang untuk


mendeteksi tsunami kemudian memberikan peringatan untuk mencegah jatuhnya korban.
Sistem ini umumnya terdiri dari dua bagian penting yaitu jaringan sensor untuk mendeteksi

6
tsunami serta infrastruktur jaringan komunikasi untuk memberikan peringatan dini adanya
bahaya tsunami kepada wilayah yang diancam bahaya agar proses evakuasi dapat dilakukan
secepat mungkin.

Ada dua jenis sistem peringatan dini tsunami yaitu sistem peringatan dini tsunami
internasional dan sistem peringatan dini tsunami regional. Gelombang tsunami memiliki
kecepatan antara 500 sampai 1.000 km/j (sekitar 0,14 sampai 0,28 kilometer per detik) di
perairan terbuka, sedangkan gempa bumi dapat dideteksi dengan segera karena getaran
gempa yang memiliki kecepatan sekitar 4 kilometer per detik (14.400 km/j). Getaran gempa
yang lebih cepat dideteksi daripada gelombang tsunami memungkinan dibuatnya peramalan
tsunami sehingga peringatan dini dapat segera diumumkan kepada wilayah yang diancam
bahaya.Akan tetapi sampai sebuah model yang dapat secara tepat menghitung kemungkinan
tsunami akibat gempa bumi ditemukan, peringatan dini yang diberikan berdasarkan
perhitungan gelombang gempa hanya dapat dipertimbangkan sebagai sekadar peringatan
biasa saja.Agar lebih tepat, gelombang tsunami harus dipantau langsung di perairan terbuka
sejauh mungkin dari garis pantai, dengan menggunakan sensor dasar laut secara real time.

2.2 Pengertian Kesiapsiagaan dan Tujuannya


Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bancana melalui pengorganisasian dan langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Kesiapsiagaan adalah suatu persiapan untuk perencanaan tentang tindakan pencegahan
terhadap kejadian bencana dan kemungkinan kejadian bencana. Perencanaan yang dilakukan
berdasarkan kepada semua kebutuhan yang dibutuhkan dalam keadaan darurat yang didukung
oleh sumber daya yang ada untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Manfaat dari tindakan
pencegahan ini salah satunya yaitu dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.

IDEP (2007) menyatakan ada 4 tujuan utama dari tindakan kesiapsiagaan yaitu :

1. Mengurangi ancaman dan dampak buruk yang diakibatkan dari kejadian bencana.

2. Mengurangi kerentanan masyarakat dengan cara mempersiapkan sumberdaya manusia


khususnya masyarakat yang tanggap terhadap bencana dengan mendapatkan pelatihan
kesiapsiagaan bencana.

3. Mengurangi akibat dan efek samping yang ditimbulkan dari kejadian bencana.

4. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak berwenang terkait cara atau tindakan yang efektif
dalam menghadapi bencana.

7
1. Kesiapsiagaan Bencana Erupsi Gunung Api

Kesiapsiagaan sangat penting dilakukan sebagai upaya yang cepat dan tepat dalam
menghadapi kejadian bencana yang bisa terjadi tanpa diprediksi. Kesiapsiagaan ini meliputi :

 Melakukan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana, bisa dengan


melakukan simulasi bencana dengan warga yang tinggal didaerah sekitar lereng
gunung api.
 Melakukan organisasi, komunikasi, pemasangan dan menguji sistem peringatan dini
bencana.
 Menyediakan dan menyiapkan segala pasokan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
 Rutin melakukan penyuluhan dan pelatihan tentang mekanisme tanggap darurat
letusan gunung api.
 Menyiapkan jalur evakuasi bagi warga terdampak
 penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan
prasarana dan sarana.

2. Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi

Pengetahuan yang baik akan menentukan sikap terhadap gempa bumi. Sikap tersebut
dikembangkan untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi
meliputi pembangunan rumah 79 tahan gempa, dan adanya rasa kesiapsiagaan dari
masyarakat. Sistem tanggap darurat adalah kesiapan masyarakat dalam mempersiapkan
sarana dan prasarana untuk menghadapai bencana gempa bumi. Begitu juga dengan sistem
peringatan dan mobilisasi sumber daya adalah peningkatan sarana dan prasarana serta
keikutsertaan dalam pelatihan kegempaan. Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa
bumi :

 Membuat kalender musim kejadian bencana gempabumi (Isi tabel : tanggal kejadian,
jumlah korban, daerah terdampak)
 Menyusun daftar potensi ancaman, kerentanan dan kapasitas secara partisipatif
diantaranya melalui pertemuanpertemuan rutin yang dilakukan ditingkat masyarakat.
 Memetakan potensi ancaman, kerentanan dan kapasitas ke dalam denah wilayah
tempat tinggal masyarakat.
 Menyusun rencana aksi komunitas berdasarkan dampak bencana secara partisipatif.

8
 Sosialisasi upaya-upaya Pengurangan Risiko Bencana dalam kegiatan di masyarakat
 Kampanye Pengurangan Risiko Bencana melalui berbagai media informasi yang
tersedia

3. Kesiapsiagaan Bencana Tsunami

Adapun kesiapsiagaan yang dapat dilakukan terhadap bencana tsunami:

 Nyalakan radio/cek info BMKG setelah adanya gempa bumi untuk mengetahui
apakah gempa tersebut berpotensi tsunami yang terjadi disekitar wilayah pantai.
 Cepat bergerak ke arah daratan yang lebih tinggi dan tetap disana sementara
waktu.
 Jauhi pantai. Jangan pernah menuju ke pantai untuk melihat datangnya tsunami.
 Waspada apabila terjadi air surut, jauhi pinggir pantai. Itu merupakan salah satu
peringatan tsunami akan terjadi.

2.3 5 Tips Dasar Kesiapsiagaan terhadap Bencana


Rangkaian bencana alam yang menghantui Indonesia akhir-akhir ini tak pelak membuat
masyarakat kita menyadari akan pentingnya faktor kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai
bencana tersebut. Seperti semboyan yang sering kita dengar Safety First. Keselamatan adalah
yang utama. Keselamatan menjadi prioritas awal dalam beraktivitas sehari-hari. Karena
dengan menanamkan jiwa keselamatan dalam bekerja maupun beraktivitas. Misalnya di
kantor yang berkecimpung dalam dunia ekplorasi minyak dan gas bumi berbagai pelatihan
dan pembekalan terkait kesiapsiagaan dan keselamatan adalah hal yang wajib dimiliki.

Dapat diambil beberapa simpulan tentang apa saja hal dasar yang harus kita persiapkan jika
terjadi bencana:

1. Jangan Panik

Hal pertama dan utama yang harus dilakukan ketika bencana terjadi adalah kendalikan diri

dan emosi kita. Rasa takut dan khawatir adalah hal yang lumrah terjadi ketika kita sedang

menghadapi kondis kegawatdaruratan atau bencana alam. Namun, mengatur kadarnya dalam

batas yang wajar adalah kuncinya. Ketika kita panik dalam menghadapi kondisi tersebut,

maka disadari atau tidak pikiran kita akan kacau dan logika kita tidak akan fokus pada aspek

9
penyelamatan diri dalam waktu-waktu yang krusial. Hal tersebut tentu akan merusak seluruh

pengetahuan terhadapm kesiapsiagaan. Alih-alih menyelamatkan diri justru kita dapat

meperburuk keadaan. Pada dasaranya manusia dianugerahi insting unuk menyelamatkan diri

dari sebuah kondisi kegawatdaruratan. Contohnya seperti ketika tangan kita terpapar panas

maka otomatis tangan kita akan menjauh dari sumber panas. Namun, insting tersebut jika

tidak diiringi ketenangan dalam pengelolaan kegawatdaruratan justru dapat membahayakan.

Coba kita bayangkan suatu hari kita sedang menghidupkan lilin, karena terjadi pemadaman

listrik. Karena abai, kita ternyata lilin membakar bahan gordyn yang berada di dekatnya, api

lalu membesar dan kita panik melihat keadaan tersebut. Karena panik, alih-alih mencari air

ataupun fire extenguisher kita mencari cairan terdekat dengan jangkauan kita. Dengan cepat

kita menemukan satu dirijen bensin dekat dengan diri kita, lalu karena sudah panik tanpa

sadara bensin kita siramkan untuk memadamkan api tersebut. Alhasil, api semakin membesar

dan membahayakan seluruh anggota keluarga kita.

2. Selamatkan Diri kita, Baru Membantu yang lain

Ketika kita sering berpergian menggunakan pesawat salah satu pesan keselamatan yang

disampaikan adalah selamatkan diri kita terlebih dahulu baru membantu orang lain termasuk

anak kita sendiri. Terdengar egois, namun faktanya adalah hal tersebut dimaksudkan untuk

mengurangi risiko jatuh korban lebih banyak. Bayangkan dalam suatu suatu penerbangan

tiba-tiba tekanan udara drastis berubah sehingga kadar oksigen turun drastis membuat alat

bantu pernafasan secara otomatis turun.

3. Keselamatan Diri Adalah Yang Paling Utama

Dalam keadaan darurat kita harus mengutamakan keselamatan diri kita, dalam hal ini

terutama nyawa kita. Perhiasan, uang, barang berharga lainnya HARUS dikesampingkan jika

keadaan darurat. Kita mungkin pernah mendengar berita bahwa seorang yang rumahnya

10
terbakar, tiba-tiba kembali ke dalam rumah demi menyelamatkan barang berharganya yang

tertinggal lalu akhirnya tewas karena terjebak api dan kekurangan oksigen.

Seluruh harta benda dan surat berharga masih dapat dicari dan diurus penggantiannya, namun

nyawa dan keselamatan diri Anda tidak ada gantinya dan tidak mungkin diganti lagi. Namun,

jika memungkinkan dan keadaan tidak sedarurat itu bisa jadi penyelamatan dokumen

berharga masih bisa dilakukan. Untuk itu perlu bagi kita untuk mengumpulkan dokumen

berharga seperti akta kelahiran, akta tanah, ijazah sekolah dan surat berharga lainnya dalam

sebuah tas yang mudah dijangkau dan aman, sehingga ketika terjadi bencana kita dapat

dengan mudah menyelamatkan dokumen tersebut tanpa harus mengorbankan keselamatan

diri kita.

4. Peka dan Amati Lingkungan Sekitar serta Pastikan Jalur Keluar Terdekat

Menjadi ekstrovert ataupun introvert adalah karakter dan pilihan masing-masing orang.

Namun, menjadi antipati dan terlalu cuek terhadap lingkungan justru akan membahayakan

diri kita sendiri. Jika kita sering berpergian dan berjalan-jalan serta menginap di berbagai

tempat, sangat perlu bagi kita memperhatikan sekitar terutama potensi bahaya yang dapat

terjadi serta jalur keluar (emergency exit) terdekat. Itulah mengapa emergency briefing

penting untuk dilakukan dalam setiap kegiatan. Kit harus proaktif untuk mencari informasi

tentang prosedur keselamatan selama kita beraktivitas. Bayangkan jika semisal kita sedang

menginap di hotel lantai 30 lalu tiba-tiba bencana gempa bumi terjadi. Apa yang harus kita

lakukan sedangkan kita pun tidak tahu lokasi jalur evakuasi dan emergency exit terdekat. Hal

tersebut sangat berisiko bagi keselamatan diri dan keluarga kita.

5. Bekali Diri Kita dengan Alat Keselamatan, Perlengkapan Darurat, dan Pengetahuan

Tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (p3K) dan Kegawat Daruratan.

11
Kita harus menyiapkan alat-alat dan obat-obatan P3K di rumah dan secara rutin mengecek

kadaluarsanya. Selain itu juga, kita harus menyiapkan satu tas emergency dimana di

dalamnya ada berbagai kelengkapan emergency seperti alat P3K, alat penerangan, dokumen

identitas, air minum, makanan dengan jangka kadaluarsa lama, lilin, korek api, pakaian ganti,

handuk, selimut, pampers untuk anak, dan lain sebagainya. Dan secara bertahap membagi

pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana dan P3K terkait. Banyak hak-hal yang selama ini

masih salah di tengah masyarakat kita tentang kesiapsiagaan dan P3K. Contohnya saja, apa

yang harus kita lakukan ketika gempa terjadi? Apakah langsung lari keluar ruangan ataukah

berlindung di bawah meja sambil melindungi kepala? Bagaimana jika jalur keluar tertutup

timbunan bangunan? Bagaimana jika kita tertimpa reruntuhan? Hal-hal semacam itu perlu

kita ketahui dengan mencari berbagai sumber sahih dan terpercaya serta lebih penting

dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indonesia adalah negeri yang rawan bencana geologis gempabumi, tanah longsor, erupsi

gunungapi, dan tsunami. Sebagai konsekuensi kewajiban negara untuk melindungi rakyatnya

maka pemerintah diharapkan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi

risiko dan mempunyai rencana keadaan darurat untuk meminimalkan dampak bencana. Saat

ini telah tersedia undang-undang tentang penanggulangan bencana nasional yaitu UU Nomor

24 Tahun 2007. Undang-undang tersebut berfungsi sebagai pedoman dasar yang mengatur

wewenang, hak, kewajiban dan sanksi bagi segenap penyelenggara dan pemangku

kepentingan di bidang penanggulangan bencana. Menurut UU No.24 2007 tersebut,

penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana

meliputi: (a) kesiapsiagaan (b) peringatan dini dan (c) mitigasi bencana.

Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam

menghadapi kejadian bencana yang dapat dilakukan melalui (a) penyusunan dan uji coba

rencana penanggulangan kedaruratan bencana (b) pengorganisasian, pemasangan, dan

pengujian system peringatan dini (c) penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan

kebutuhan dasar (d) pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme

tanggap darurat (e) penyiapan lokasi evakuasi (f) penyusunan data akurat, informasi, dan

pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana dan (g) penyediaan dan penyiapan

bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

13
Peringatan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b dilakukan untuk

pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta

mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan melalui : (a) pengamatan gejala bencana (b) analisis hasil pengamatan gejala

bencana (c) pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang (d) penyebarluasan informasi

tentang peringatan bencana dan (e) pengambilan tindakan oleh masyarakat. Mitigasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko bencana

bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana yang dapat dilakukan melalui

berbagai cara termasuk pelaksanaan penataan ruang, pengaturan pembangunan,

pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan tak kalah penting adalah penyelenggaraan

pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern.

3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan pembaca dapat mengetahui dan

memahami mengenai Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Geologis

(Erupsi Gunungapi, Gempa Bumi, dan Tsunami) serta dapat memberikan kritik dan saran

agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat

penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca. Kami tentunya

menyadari bahwasanya makalah yang kami buat masih terdapat banyak kesalahan dan jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan saran yang membangun

untuk menyempurnakan makalah kami yang selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bencana, B. N. P. (2012). Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat. Jakarta:


Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Siswanto, Siswanto, and Samidi Febri Saputra. "PROTOTYPE SISTEM PERINGATAN


DINI BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI BERBASIS INTERNET OF THINGS."
PROSISKO: Jurnal Pengembangan Riset dan Observasi Sistem Komputer 9.1 (2022): 60-66.

https://perpustakaan.bnpb.go.id/bulian/index.php?p=fstream-pdf&fid=260&bid=1912

https://bpbd.bogorkab.go.id/bencana-dan-manajemen-bencana/

https://sippn.menpan.go.id/pelayanan-publik/maluku/kota-ambon/badan-penanggulangan-
bencana-daerah/peringatan-dini-gempa-bumi-dan-tsunami

https://bpbd.bogorkab.go.id/5-tips-dasar-kesiapsiagaan-terhadap-bencana/

15

Anda mungkin juga menyukai