Disusun :
Kelompok 7
Asrah (3203131066)
Grace Silvya Christin Telaumbanua (3202431010)
Jesika Andriani Sijabat (3203131068)
Karolina Hasugian (3203131046)
Katrina Samosir (3202431013)
Wahyu Surya Abdi Harahap (3203331007)
Kelas : D dan E Pendidikan Geografi 2020
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Menganalisis Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Geologis
(Erupsi Gunungapi, Gempa Bumi, dan Tsunami)”dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Managemen
Bencana yang telah membimbing kami membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa dari segi penulisan banyak sekali kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk
langkah-langkah selanjutnya.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu. Semoga segala bantuan,bimbingan dan arahan yang diberikan
mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Tuhan yang maha esa.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrem yang diakibatkan oleh berbagai
fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas tektonik di permukaan bumi dapat menjadi salah
satu penyebabnya, demikian halnya dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi
yang juga mungkin sampai di permukaan. Sebaran daerah rawan bencana gempa bumi di
Indonesia hampir semuanya berada pada daerah yang tingkat populasinya sangat padat.
Daerah-daerah ini sering merupakan pusat aktivitas, sumber pendapatan masyarakat dan
negara, serta menjadi pusat pencurahan dana pembangunan.
Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologi
dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera
menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam perekonomian
sekaligus juga rawan dengan bencana. Secara geologis, Indonesia terletak pada 3 (tiga)
lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang
membuat Indonesia kaya dengan cadangan mineral sekaligus mempunyai dinamika geologis
yang sangat dinamis yang mengakibatkan potensi bencana. Sewaktu – waktu lempeng ini
akan bergeser patah dan menimbulkan gempa bumi. Akibatnya, tumbukan antar lempeng
tektonik dapat menghasilkan tsunami (Boen dan Pribadi, 2012). Selain dikepung oleh tiga
lempeng dunia, Indonesia juga merupakan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire )
yang merupakan rangkaian jalur gunung api aktif. Berdasarkan posisinya tersebut, maka
hampir di seluruh Indonesia kecuali daerah Kalimantan yang relatif stabil, kejadian bencana
akan sangat mungkin terjadi setiap saat dan sangat sukar diperkirakan kapan dan dimana
persisnya bencana tersebut akan terjadi. Provinsi Aceh termasuk daerah rawan terjadinya
bencana seperti hal nya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain kondisi
geologinya menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat gunung berapi
yang masih aktif.
Meskipun hampir setiap tahun gempa bumi terjadi di berbagai daerah di Indonesia dan
menimbulkan dampak yang parah pada sosial, ekonomi, lingkungan maupun infrastruktur
sehingga mempengaruhi pembangunan daerah. Perubahan paradigma penanggulangan
1
bencana saat ini tidak lagi memandang penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat
situasi tanggap darurat tetapi penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fase
prabencana yang bertujuan untuk mengurangi risiko bencana. Sehingga semua kegiatan yang
berada dalam lingkup pra bencana lebih diutamakan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Peringatan dini dalam Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 bertujuan untuk
pengambilan Tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risko bencana, serta
persiapan tindakan tanggap darurat. Peringatan dini ini dilakukan melalui beberapa tahapan
yaitu (1) pengamatan gejala bencana, (2) analisis hasil pengamatan gejala bencana, (3)
pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang, (4) penyebarluasan informasi tentang
peringatan bencana dan (5) pengambilan tindakan oleh masyarakat. Tahapan-tahapan ini
kemudian disebut sebagai sistem peringatan dini bencana. Integrasi antar tahapan tersebut
dalam sistem ini harus diselenggarakan dengan seimbang sehingga menghasilkan manfaat
yang optimal dan efektif.
3
dari bencana berupa sarana teknis, pengalihan jalur jalan, pengungsian dan prasarana
penanganan lainnya.
Ada berbagai bentuk peringatan yang dapat disampaikan. Peta Kawasan Rawan
Bencana sebagai contoh adalah bentuk peringatan dini yang bersifat lunak. Peta ini memuat
zonasi level kerawanan sehingga masyarakat diingatkan akan bahaya dalam lingkup ruang
dan waktu yang dapat menimpa mereka di dalam kawasan Merapi. Informasi yang
disampaikan dalam sistem peringatan dini terutama adalah tingkat ancaman bahaya atau
status kegiatan vulkanik Merapi serta langkah-langkah yang harus diambil. Bentuk
peringatan dini tergantung pada sifat ancaman serta kecepatan ancaman Merapi. Apabila
gejala ancaman terdeteksi dengan baik, peringatan dini dapat disampaikan secara bertahap,
sesuai dengan tingkat aktivitasnya. Tetapi apabila ancaman bahaya berkembang secara cepat,
peringatan dini langsung menggunakan perangkat keras berupa sirine sebagai perintah
pengungsian.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam peringatan dini terhadap bencana
erupsi gunung api :
Peringatan dini sirine adalah suatu sistem perangkat keras yang berfungsi hanya pada
keadaan sangat darurat apabila peringatan dini bertahap tidak mungkin dilakukan. Sirine
dipasang di lereng Merapi yang dapat menjangkau kampung-kampung yang paling rawan dan
sistem ini dikelola bersama antara pemerintah Kabupaten bersangkutan dengan Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam hal ini adalah BPPTK. Sarana komunikasi
radio bergerak juga termasuk dalam sistem penyebaran informasi dan peringatan dini di
Merapi. Komunikasi berkaitan dengan kondisi terakhir Merapi bisa dilakukan antara para
pengamat gunungapi dengan kantor BPPTK, instansi terkait, aparat desa, SAR dan lembaga
swadaya masyarakat khususnya yang tergabung dalam Forum Merapi.
Penyebaran Informasi
Penanggulangan bencana Merapi akan berhasil dengan baik apabila dilakukan secara
terpadu antara pemantauan Merapi yang menghasilkan data yang akurat secara visual dan
instrumental, peralatan yang modern, sistem peringatan dini, peralatan komunikasi yang
bagus dan didukung oleh pemahaman yang benar dan kesadaran yang kuat dari masyarakat
4
untuk melakukan penyelamatan diri. Pembelajaran kepada masyarakat yang tinggal dan
bekerja di daerah rawan bencana Merapi merupakan tugas yang secara terus menerus harus
dilakukan sesuai dengan dinamika perkembangan arah dan besarnya ancaman yang bakal
terjadi. Karena wilayah rawan bencana Merapi berada pada teritorial pemerintah daerah maka
kegiatan penyebaran informasi langsung kepada masyarakat dilaksanakan atas kerjasama
BPPTK dan instansi terkait. Sosialisasi dilakukan tidak hanya dilakukan pada saat Merapi
dalam keadaan status aktivitas yang membahayakan, akan tetapi dilakukan baik dalam status
aktif normal maupun pada status siaga.
Peringatan Dini untuk bahaya erupsi gunung api sudah dilakukan bukan hanya di
Semeru, tetapi juga di 69 gunung api aktif yang dipantau oleh PVMBG melalui
pemasangan peralatan pemantauan, serta pengamatan visual selama 24 jam, Pos
Pengamatan Gunung Api (PGA) Semeru sudah mengeluarkan peringatan agar
masyarakat tidak beraktivitas di sekitar Besuk Kobokan, Bessuk Kembar, Besuk
Bang, dan Besuk sarat, untuk mengantisipasi kejadian guguran/awan panas guguran.
"Aktivitas Gunung Semeru selalu diinfokan melalui WAG yang terdiri dari unsur
masyarakat, Pemda, BPBD, relawan, dan instansi terkait lainnya, termasuk kejadian
guguran lava pada 1 Desember," tulis PVMBG.
Sudah Disampaikan Sejak 1 Desember 2021 dan Melalui WA Group
Sudah kirim surat, Surat tersebut yaitu terkait kondisi terkini terkait peningkatan
aktivitas Gunung Semeru.
Setelah kejadian awan panas guguran terjadi, guguran lava dengan jarak dan arah
luncur tidak teramati.
5
BNPB telah melakukan penyebarluasan informasi peringatan dini melalui beberapa
media, yaitu surat resmi, jejaring sosial atau WAG (whatsapp group), pemasangan
alat peringatan dini, pemasangan rambu-rambu daerah rawan bencana dan peringatan
dini dengan lewat akun sosial media dan website. Beragamnya media
tersebut merupakan upaya penyesuaian kondisi masyarakat yang berbeda-beda antara
satu daerah dengan daerah lain. Website peringatan dini bencana akan menampilkan
informasi harian, bulanan dan insidental.
Hingga saat ini, Direktorat Peringatan Dini BNPB telah melakukan penyebaran
informasi harian berupa analisis data BMKG dengan pendekatan impact-based
forecast (IBF) dan inaRISK), langkah antisipasi dan kesiapsiagaan melalui media
WAG. Misal di dalam WAG, informasi yang diberikan berupa daerah berstatus
potensi waspada, siaga dan awas dan langkah kesiapsiagaan kepada pemerintah dan
masyarakat pada setiap status.
Selain melalui media WAG, penyebarluasan peringatan dini harian dilakukan
secara insidental jika terjadi peningkatan aktivitas potensi ancaman bencana gempa
bumi. Pada kondisi krisis tersebut BNPB akan menyebarluaskan informasi
dengan surat resmi ataupun WA untuk pemerintah daerah. Sedangkan untuk
diseminasi bulanan, BNPB akan menginformasikan potensi bahaya banjir dan tanah
longsor di beberapa daerah dengan input prediksi curah hujan bulanan.
Penyebarluasan peringatan dini yang dilakukan oleh BNPB menekankan langkah-
langkah kesiapsiagaan yang disesuaikan dengan peningkatan status potensi ancaman
bencana. Hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat dapat memiliki kepedulian dan
kesadaran bahwa bencana dapat datang sewaktu-waktu sehingga saat terjadi bencana,
masyarakat akan mengerti langkah-langkah yang harus dilakukan. Dengan
demikian, dampak bencana dapat dikurangi atau diminimumkan bahkan dihindari.
Kerja sama antar lembaga/instansi diperlukan untuk mengupayakan integrasi sistem
peringatan dini untuk lebih mengedepankan kebutuhan di masyarakat berkaitan
dengan pengurangan risiko dan peningkatan kapasitas dapat dioptimalkan.
6
tsunami serta infrastruktur jaringan komunikasi untuk memberikan peringatan dini adanya
bahaya tsunami kepada wilayah yang diancam bahaya agar proses evakuasi dapat dilakukan
secepat mungkin.
Ada dua jenis sistem peringatan dini tsunami yaitu sistem peringatan dini tsunami
internasional dan sistem peringatan dini tsunami regional. Gelombang tsunami memiliki
kecepatan antara 500 sampai 1.000 km/j (sekitar 0,14 sampai 0,28 kilometer per detik) di
perairan terbuka, sedangkan gempa bumi dapat dideteksi dengan segera karena getaran
gempa yang memiliki kecepatan sekitar 4 kilometer per detik (14.400 km/j). Getaran gempa
yang lebih cepat dideteksi daripada gelombang tsunami memungkinan dibuatnya peramalan
tsunami sehingga peringatan dini dapat segera diumumkan kepada wilayah yang diancam
bahaya.Akan tetapi sampai sebuah model yang dapat secara tepat menghitung kemungkinan
tsunami akibat gempa bumi ditemukan, peringatan dini yang diberikan berdasarkan
perhitungan gelombang gempa hanya dapat dipertimbangkan sebagai sekadar peringatan
biasa saja.Agar lebih tepat, gelombang tsunami harus dipantau langsung di perairan terbuka
sejauh mungkin dari garis pantai, dengan menggunakan sensor dasar laut secara real time.
IDEP (2007) menyatakan ada 4 tujuan utama dari tindakan kesiapsiagaan yaitu :
1. Mengurangi ancaman dan dampak buruk yang diakibatkan dari kejadian bencana.
3. Mengurangi akibat dan efek samping yang ditimbulkan dari kejadian bencana.
4. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak berwenang terkait cara atau tindakan yang efektif
dalam menghadapi bencana.
7
1. Kesiapsiagaan Bencana Erupsi Gunung Api
Kesiapsiagaan sangat penting dilakukan sebagai upaya yang cepat dan tepat dalam
menghadapi kejadian bencana yang bisa terjadi tanpa diprediksi. Kesiapsiagaan ini meliputi :
Pengetahuan yang baik akan menentukan sikap terhadap gempa bumi. Sikap tersebut
dikembangkan untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi
meliputi pembangunan rumah 79 tahan gempa, dan adanya rasa kesiapsiagaan dari
masyarakat. Sistem tanggap darurat adalah kesiapan masyarakat dalam mempersiapkan
sarana dan prasarana untuk menghadapai bencana gempa bumi. Begitu juga dengan sistem
peringatan dan mobilisasi sumber daya adalah peningkatan sarana dan prasarana serta
keikutsertaan dalam pelatihan kegempaan. Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa
bumi :
Membuat kalender musim kejadian bencana gempabumi (Isi tabel : tanggal kejadian,
jumlah korban, daerah terdampak)
Menyusun daftar potensi ancaman, kerentanan dan kapasitas secara partisipatif
diantaranya melalui pertemuanpertemuan rutin yang dilakukan ditingkat masyarakat.
Memetakan potensi ancaman, kerentanan dan kapasitas ke dalam denah wilayah
tempat tinggal masyarakat.
Menyusun rencana aksi komunitas berdasarkan dampak bencana secara partisipatif.
8
Sosialisasi upaya-upaya Pengurangan Risiko Bencana dalam kegiatan di masyarakat
Kampanye Pengurangan Risiko Bencana melalui berbagai media informasi yang
tersedia
Nyalakan radio/cek info BMKG setelah adanya gempa bumi untuk mengetahui
apakah gempa tersebut berpotensi tsunami yang terjadi disekitar wilayah pantai.
Cepat bergerak ke arah daratan yang lebih tinggi dan tetap disana sementara
waktu.
Jauhi pantai. Jangan pernah menuju ke pantai untuk melihat datangnya tsunami.
Waspada apabila terjadi air surut, jauhi pinggir pantai. Itu merupakan salah satu
peringatan tsunami akan terjadi.
Dapat diambil beberapa simpulan tentang apa saja hal dasar yang harus kita persiapkan jika
terjadi bencana:
1. Jangan Panik
Hal pertama dan utama yang harus dilakukan ketika bencana terjadi adalah kendalikan diri
dan emosi kita. Rasa takut dan khawatir adalah hal yang lumrah terjadi ketika kita sedang
menghadapi kondis kegawatdaruratan atau bencana alam. Namun, mengatur kadarnya dalam
batas yang wajar adalah kuncinya. Ketika kita panik dalam menghadapi kondisi tersebut,
maka disadari atau tidak pikiran kita akan kacau dan logika kita tidak akan fokus pada aspek
9
penyelamatan diri dalam waktu-waktu yang krusial. Hal tersebut tentu akan merusak seluruh
meperburuk keadaan. Pada dasaranya manusia dianugerahi insting unuk menyelamatkan diri
dari sebuah kondisi kegawatdaruratan. Contohnya seperti ketika tangan kita terpapar panas
maka otomatis tangan kita akan menjauh dari sumber panas. Namun, insting tersebut jika
Coba kita bayangkan suatu hari kita sedang menghidupkan lilin, karena terjadi pemadaman
listrik. Karena abai, kita ternyata lilin membakar bahan gordyn yang berada di dekatnya, api
lalu membesar dan kita panik melihat keadaan tersebut. Karena panik, alih-alih mencari air
ataupun fire extenguisher kita mencari cairan terdekat dengan jangkauan kita. Dengan cepat
kita menemukan satu dirijen bensin dekat dengan diri kita, lalu karena sudah panik tanpa
sadara bensin kita siramkan untuk memadamkan api tersebut. Alhasil, api semakin membesar
Ketika kita sering berpergian menggunakan pesawat salah satu pesan keselamatan yang
disampaikan adalah selamatkan diri kita terlebih dahulu baru membantu orang lain termasuk
anak kita sendiri. Terdengar egois, namun faktanya adalah hal tersebut dimaksudkan untuk
mengurangi risiko jatuh korban lebih banyak. Bayangkan dalam suatu suatu penerbangan
tiba-tiba tekanan udara drastis berubah sehingga kadar oksigen turun drastis membuat alat
Dalam keadaan darurat kita harus mengutamakan keselamatan diri kita, dalam hal ini
terutama nyawa kita. Perhiasan, uang, barang berharga lainnya HARUS dikesampingkan jika
keadaan darurat. Kita mungkin pernah mendengar berita bahwa seorang yang rumahnya
10
terbakar, tiba-tiba kembali ke dalam rumah demi menyelamatkan barang berharganya yang
tertinggal lalu akhirnya tewas karena terjebak api dan kekurangan oksigen.
Seluruh harta benda dan surat berharga masih dapat dicari dan diurus penggantiannya, namun
nyawa dan keselamatan diri Anda tidak ada gantinya dan tidak mungkin diganti lagi. Namun,
jika memungkinkan dan keadaan tidak sedarurat itu bisa jadi penyelamatan dokumen
berharga masih bisa dilakukan. Untuk itu perlu bagi kita untuk mengumpulkan dokumen
berharga seperti akta kelahiran, akta tanah, ijazah sekolah dan surat berharga lainnya dalam
sebuah tas yang mudah dijangkau dan aman, sehingga ketika terjadi bencana kita dapat
diri kita.
4. Peka dan Amati Lingkungan Sekitar serta Pastikan Jalur Keluar Terdekat
Menjadi ekstrovert ataupun introvert adalah karakter dan pilihan masing-masing orang.
Namun, menjadi antipati dan terlalu cuek terhadap lingkungan justru akan membahayakan
diri kita sendiri. Jika kita sering berpergian dan berjalan-jalan serta menginap di berbagai
tempat, sangat perlu bagi kita memperhatikan sekitar terutama potensi bahaya yang dapat
terjadi serta jalur keluar (emergency exit) terdekat. Itulah mengapa emergency briefing
penting untuk dilakukan dalam setiap kegiatan. Kit harus proaktif untuk mencari informasi
tentang prosedur keselamatan selama kita beraktivitas. Bayangkan jika semisal kita sedang
menginap di hotel lantai 30 lalu tiba-tiba bencana gempa bumi terjadi. Apa yang harus kita
lakukan sedangkan kita pun tidak tahu lokasi jalur evakuasi dan emergency exit terdekat. Hal
5. Bekali Diri Kita dengan Alat Keselamatan, Perlengkapan Darurat, dan Pengetahuan
11
Kita harus menyiapkan alat-alat dan obat-obatan P3K di rumah dan secara rutin mengecek
kadaluarsanya. Selain itu juga, kita harus menyiapkan satu tas emergency dimana di
dalamnya ada berbagai kelengkapan emergency seperti alat P3K, alat penerangan, dokumen
identitas, air minum, makanan dengan jangka kadaluarsa lama, lilin, korek api, pakaian ganti,
handuk, selimut, pampers untuk anak, dan lain sebagainya. Dan secara bertahap membagi
pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana dan P3K terkait. Banyak hak-hal yang selama ini
masih salah di tengah masyarakat kita tentang kesiapsiagaan dan P3K. Contohnya saja, apa
yang harus kita lakukan ketika gempa terjadi? Apakah langsung lari keluar ruangan ataukah
berlindung di bawah meja sambil melindungi kepala? Bagaimana jika jalur keluar tertutup
timbunan bangunan? Bagaimana jika kita tertimpa reruntuhan? Hal-hal semacam itu perlu
kita ketahui dengan mencari berbagai sumber sahih dan terpercaya serta lebih penting
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia adalah negeri yang rawan bencana geologis gempabumi, tanah longsor, erupsi
gunungapi, dan tsunami. Sebagai konsekuensi kewajiban negara untuk melindungi rakyatnya
risiko dan mempunyai rencana keadaan darurat untuk meminimalkan dampak bencana. Saat
ini telah tersedia undang-undang tentang penanggulangan bencana nasional yaitu UU Nomor
24 Tahun 2007. Undang-undang tersebut berfungsi sebagai pedoman dasar yang mengatur
wewenang, hak, kewajiban dan sanksi bagi segenap penyelenggara dan pemangku
meliputi: (a) kesiapsiagaan (b) peringatan dini dan (c) mitigasi bencana.
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam
menghadapi kejadian bencana yang dapat dilakukan melalui (a) penyusunan dan uji coba
pengujian system peringatan dini (c) penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar (d) pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat (e) penyiapan lokasi evakuasi (f) penyusunan data akurat, informasi, dan
pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana dan (g) penyediaan dan penyiapan
bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
13
Peringatan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b dilakukan untuk
pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta
mempersiapkan tindakan tanggap darurat. Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui : (a) pengamatan gejala bencana (b) analisis hasil pengamatan gejala
bencana (c) pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang (d) penyebarluasan informasi
tentang peringatan bencana dan (e) pengambilan tindakan oleh masyarakat. Mitigasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko bencana
bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana yang dapat dilakukan melalui
pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan tak kalah penting adalah penyelenggaraan
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan pembaca dapat mengetahui dan
(Erupsi Gunungapi, Gempa Bumi, dan Tsunami) serta dapat memberikan kritik dan saran
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat
penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca. Kami tentunya
menyadari bahwasanya makalah yang kami buat masih terdapat banyak kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan saran yang membangun
14
DAFTAR PUSTAKA
https://perpustakaan.bnpb.go.id/bulian/index.php?p=fstream-pdf&fid=260&bid=1912
https://bpbd.bogorkab.go.id/bencana-dan-manajemen-bencana/
https://sippn.menpan.go.id/pelayanan-publik/maluku/kota-ambon/badan-penanggulangan-
bencana-daerah/peringatan-dini-gempa-bumi-dan-tsunami
https://bpbd.bogorkab.go.id/5-tips-dasar-kesiapsiagaan-terhadap-bencana/
15