Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN BENCANA

“ KONSEP DASAR BENCANA: GUNUNG MELETUS ”

OLEH :
KELOMPOK 4

1. DENDI (18301067)
2. DHEA PERMATA SARI (18301066)
3. RESTI JULITA (18301064)
4. RESKY HIDAYAT (18301065)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Keperawatan Bencana”. Penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Keperawatan Bencana yaitu Bpk Ns. Dendi Kharisna, M.Kep, selaku koordinator
mata kuliah keperawatan bencana dan Bpk Naspi Yendri, SE, M.Si selaku sebagai dosen
pengampu dan pengajar keperawatan bencana. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya.
Harapan penulis makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, khususnya
bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman penulis, makalah ini masih banyak kekurangan dalam
pembuatan. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca yang berguna
untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 04 Desember 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1. Latar Belakang..........................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
3. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................3
A. Konsep Dasar Bencana Gunung Meletus...................................................................................3
1. Definisi bencana dan gunung meletus....................................................................................3
2. Jenis-jenis gunung.................................................................................................................3
3. Tipe Erupsi Gunung Berapi...................................................................................................4
4. Tanda dan Gejala Gunung Meletus........................................................................................4
5. Penyebab Gunung Meletus....................................................................................................7
B. Dampak Bencana Gunung Meletus Terhadap Kesehatan..........................................................8
C. Manajemen Bencana Gunung Meletus......................................................................................8
1. Tahap Pencegahan/Kesiapsiagaan.........................................................................................8
2. Tahap Tanggap Darurat.........................................................................................................9
3. Tahap Rehabilitasi.................................................................................................................9
4. Tahap Rekontruksi...............................................................................................................10
5. Tahap penanggulangan........................................................................................................10
D. Perencanaan Kebutuhan Korban Terhadap Bencana Gunung Meletus....................................11
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................12
1. Simpulan..................................................................................................................................12
2. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bencana adalah salah satu peristiwa yang sering terjadi diindonesia, mengingat letak
indonesia beradapada lingkaran api menyebabkan indonesia sebagai negara yang sering
terkena bencana seperti gempa bumi, puting beliung, dan kekeringan yang tidak dapat
diketahui datangnya. Beberapa bencana lainnya seperti bajir, tanah longsor, kekeringan,
letusan gunung api, tsunami, dan anomali cuaca masih dapat diramalkan sebelumnya
(Niode, Rindengan, & Karouw, 2016).
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari dalam bumi
seperti debu awan panas, asap, krikil, batu-batuan lahar panas lahar dingin, magma, dan
lain sebagainya. Bencana tersebut banyak menimbulkan dampak atau permasalahan, baik
permasalahan sosial ataupun permasalahan psikologis masyarakat setempat. Mulai dari
adanya korban jiwa, kerugian harta benda, bahkan adanya ras trauma terhadap psikologi
masyarakat. Bencana terbagi dalam beberapa jenis diantaranya adalah bencana alam,
bencana non alam, dan bencana sosial (Khambali, 2017).
Manajemen bencana dibutuhkan dalam mengatasi dan meminimalisir adanya dampak
yang terjadi baik itu sebelum dan sesudah terjadinya bencana. Dikarenakan masih
minimnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya bentuk atau model dari manajemen
itu sendiri seperti bagaimana cara mengatasi dan mengantisipasi bencana alam tersebut.
Penyelengaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi (Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 24, 2007)
Dengan demikian, selain manajemen bencana itu penting dilakukan dan diterapkan
oleh masyarakat, peran pemerintah juga sangat diperlukan mengingat pemerintah adalah
intitusi yang didalamnya mempunyai kewajiban untuk melindungi masyarakat dari
adanya bencana. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan pemerintah (kota), yakni:
a. Rehabilitasi dan restorasi atas kerusakan lingkungan dan tindakan pencegahannya
agar dimasa mendatang tidak lebih parah lagi,
b. Penggunaan teknologi yang selektif serta pengawasan penggunaannya,

1
c. Pengingkatan usaha penelitian, penerangan, pelatihan, dsb, agar kesadaran semua
pihak terhadap kelestarian lingkungan semakin baik. (Wilonoyudho, 2017).
Sehingga menyikapi hal tersebut, tahapan menjemen bencana haruslah diperhatikan
dengan sebenar-benarnya, yang nantinya akan menjadi bekal pengetahuan bagi
masyarakat sekitar terutama masyarakat yang tempat tinggalnya didekat arena
kawasan gunung.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah terlampir diatas, penulis dapat menarik
rumusan masalah dalam makalah ini yaitu “ Bagaimana Konsep Dasar Bencana: Gunung
Meletus?”
3. Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan mengenai Konsep Dasar Bencana: Gunung Meletus
B. Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan tentang konsep dasar bencana: gunung meletus
2. Untuk menjelaskan tentang dampak bencana gunung meletus terhadap
kesehatan
3. Untuk menjelaskan tentang sistem penanggulangan bencana gunung meletus
4. Untuk menjelaskan tentang perencanaan kebutuhan korban terhadap bencana
gunung meletus

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bencana Gunung Meletus


1. Definisi bencana dan gunung meletus
a. Definisi bencana
Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak
terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulakn dampak
terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan
tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu
manusia dan lingkungannya (KEMENKES RI no: 145/MENKES/SK/I/2007).
b. Definisi gunung meletus
Gunung merupakan bentuk muka bumi yang menonjol dari rupa bumi disekitar.
Gunung biasanya lebih tinggi dan curam dibandingkan bukit. Gunung dan
pegunungan terbentuk karena pergerakan kerak bumi yang menjulang naik. Jika
kedua kerak bumi menjulang naik, pegunungan dihasilkan, sebaliknya jika salah
satu kerak bumi terlipat bawah kerak yang lain, gunung berapi terbentuk.
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol diatas wilayah sekitarnya.
Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada
kesamaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal.
Gunung meletus merupakan gejala alam vulkanik. Gunung meletus merupakan
peristiwa yang terjadi akibat endapan magma didalam perut bumi yang didorong
keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat
didalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih
dari 1.000 ºC. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava
yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 ºC. Letusan gunung berapi yang
membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih,
sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua
gubung berapi sering meletus, gubung berapi yang sering meletus disebut gunung
berapi aktif. Gunung meletus biasanya bisa diprediksi waktunya sehingga korban
jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.

3
2. Jenis-jenis gunung
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi / aktif dan tidak
aktif.
a. Gunung Aktif/gunung berapi
Gunung aktif yaitu gunung api yang masih bekerja yang kawahnya selalu
mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Gunung berapi terbentuk oleh lapisan
material yang keluar dari perut bumi. Gunung berapi yang masih hidup atau aktif
gejala yang tampak adalah timbulnya ledakan atau letusan. Kegiatan gunung berapi
diawasi oleh badan geologi yang telah memiliki alat pencatat gempa bumi yang
disebut seismograf. Beberapa bentuk gunung api, yaitu: gunung api kerucut
(strato), gunung api landai (Maar), dan gunung api perisai (tameng). Bentuk ini
dipengaruhi oleh letak dapur magma dan sifat magma yang keluar dari perut bumi.
b. Gunung tidak aktif/tidak berapi
Gunung tidak berapi merupakan gunung yang sudah tidka aktif lagi. Gunung
tidak berapi sangat kecil kemungkinan untuk meletus. Gunung tidak berapi sering
juga disebut gunung mati. Contoh gunung tidak berapi adalah gunung muria (Jawa
tengah), gunung tembora (NTB), dan gunung melawan (Kalimantan tengah).
3. Tipe Erupsi Gunung Berapi
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, kuat atau
lemahnya letusan dan tinggi tiang asap, gunung api dibagi menjadi beberapa tipe
erupsi, yaitu diantaranya:
a. Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt,
umumnya berupa semburan lava pijar, dan sering diikuti lelehan lava secara
simultan, terjadi pada clah atau kepundan sederhana.
b. Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan hawaiian berupa semburan lava
pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunung api sering aktif
ditepi benua atau tengah benua.
c. Tipe plinian, merupakn erupsi yang sangat eksplosif dari magma berviskositas
tinggi atau magma asam. Komposisi magma bersifat andesitik sampai reolitik.
Material yang dierupsikan berupa batu apung dalam jumlah besar.
4. Tanda dan Gejala Gunung Meletus
Gunung meletus dikategorikan sebagai bencana alam yang masih dapat
diantisipasi. Hal ini karena gunung meletus datangnya selalu disertai oleh tanda-tanda
tertentu sehingga semuanya bisa diantisipasi dari awal agar tidak terdapat korban jiwa

4
dan kerugian material bisa diantisipasi serendah mungkin. Ketika tanda-tanda tersebut
datang, maka sebagai masyarakat (khususnya yang berada di sekitar gunung berapi)
harus waspada dan segera melakukan tindakan.
Selain memiliki tanda-tanda tertentu akan kedatangannya, gunung yang akan
meletus pun mempunyai statusnya masing-masing. Dengan demikian sebelum gunung
masuk ke dalam status awas, lingkungan yang ada di sekitar gunung tersebut segera
dikosongkan, supaya tidak menimbulkan satu pun korban jiwa. Karena sangat penting
kehadiran tanda-tanda sebagai sinyal, maka kita sangat perlu untuk mengetahui
beberapa tanda-tanda atau ciri-ciri gunung meletus. Beberapa tanda-tanda gunung
meletus antara lain adalah sebagai berikut:
1. Suhu di sekitar gunung tersebut meningkat
Peningkatan suhu ini terutama dirasakan oleh masyarakat yang berada di sekitar
lereng gunung tersebut ataupun kaki gunung. Naiknya suhu di sekitar gunung
berapi disebabkan oleh aktivitas magma yang semakin banyak atau semakin
meningkat sehingga akan berkumpul di dekat permukaan bumi. Dengan demikian,
suhu panas yang dimiliki oleh magma tersebut akan merambat hingga
mempengaruhi lapisan tanah yang ada atau yang menyusun badan gunung tersebut.
Untuk penjelasan yang lebih sederhana mengenai naiknya suhu di sekitar gunung
ini adalah karena magma naik mendekati permukaan bumi, sehingga jaraknya lebih
dekat dengan permukaan bumi dan suhunya terasa semakin panas.
2. Mata air di sekitar gunung mengering
Mengenai mata air yang mengering ini, pada dasarnya alasannya adalah sama,
yakni semakin meningkatnya suhu di sekitar gunung berapi. Apabila magma yang
ada di perut bumi mengalami kenaikan hingga mendekati permukaan bumi, maka
suhu yang dirasakan pun semakin panas. Akibatnya sumber air atau mata air yang
berada di sekitar gunung tersebut akan kepanasan pula. Seperti sifat air yang
kepanasan, mata air tersebut akan menguap menjadi gas-gas dan terbang ke atas.
Akibatnya jumlah air menjadi semakin sedikit karena banyak yang telah menguap,
lalu mata air tersebut akan mengering. Alasan mengapa air yang ada di dalam
tanah ini menguap karena ketika magma naik ke atas, pada lapisan tanah tertentu
akan terasa sangat panas, hingga dapat mengeringkan sumber air yang ada di dalam
tanah tersebut.
3. Tumbuhan yang berada di sekitar gunung layu

5
Sumber dari kekeringan dan kelayuan tanaman adalah suhu panas yang datang
dari magma yang naik ke atas. Suhu panas yang ada di dalam panas dapat membuat
tanaman-tanaman menjadi layu, terlebih panasnya ini meningkat secara signifikan.
Efeknya akan lebih parah daripada layu akibat musim kemarau. Karena ketika
magma terkumpul tepat di balik gunung, ada salah satu lokasi di mana magma
dapat bergerak ke atas dekat dengan lapisan tanah. Hal inilah yang menyebabkan
tumbuhan layu, bahkan mati seketika.
4. Hewan-hewan liar yang tinggal di gunung lari ke bawah atau turun gunung
Hal ini sudah dapat dipastikan karena binatang-binatang tersebut merasa tidak
nyaman berada di atas akibat suhu yang bertambah panas, bahkan sangat panas.
Binatang-binatang tersebut turun gunung untuk menjauhi panas yang menyengat
dan menuju ke kaki gunung, bahkan ke pemukiman warga. Binatang-binatang yang
turun ini merupakan binatang liar yang habitatnya berada di gunung tersebut,
sehingga di antara dari mereka mungkin terlihat asing. Ketika hal ini sudah terjadi,
maka manusia harus waspada, bukan hanya terhadap turunnya binatang liar, namun
juga terhadap status dari gunung berapi tersebut.
5. Sering terdengar suara gemuruh gunung
Suara gemuruh ini terjadi karena peningkatan aktivitas dari magma yang
berada di perut bumi. Biasanya, suara gemuruh ini terjadi pada waktu malam hari.
Maka dari itulah rata-rata pada gunung berapi yang akan mengalami erupsi,
mereka mengeluarkan suara gemuruh yang semakin lama semakin sering. Bahkan
frekuensi keluarnya suara gemuruh tersebut bisa puluhan kali terjadi dalam satu
malam. Suara gemuruh ini semacam menandakan adanya tanda-tanda gunung
tersebut seolah-olah akan longsor.
6. Sering terjadinya gempa vulkanik
Gempa vulkanik merupakan gempa yang berasal dari aktivitas gunung berapi.
Aktivitas gunung berapi ketika akan meletus yang paling banyak adalah berupa
aktivitas magma di dalam perut bumi. Magma yang semakin aktif di dalam perut
bumi selain menimbulkan suara yang gemuruh juga akan menimbulkan getaran-
getaran. Getaran-getaran inilah yang pada akhirnya sampai hingga ke permukaan
bumi dan disebut sebagai gempa. Gempa yang ditimbulkan karena aktivitas
gunung berapi ini memanglah tidak terlalu besar. Gempa vulkanik umumnya lebih
kecil daripada gempa tektonik.

6
Gempa vulkanik ini akan sering kita rasakan, terlebih oleh masyarakat yang ada
di sekitar gunung tersebut. Semakin mendekati gunung akan meletus maka
intensitas terjadinya gempa akan semakin tinggi. gempa vulkanik akan sering
terjadi, baik yang berkekuatan sangat rendah maupun yang besar. Semua aktivitas
kegempaan vulkanik akan dicatat oleh alat pengukur gempa bumi, yakni
seismograf yang dimiliki oleh Badan Meteorologi dan Geofisika di sekitar wilayah
gunung tersebut. Gempa vulkanik ini akan semakin dirasakan terlebih pada malam
hari, karena mungkin aktivitas lebih tenang.
7. Keluarnya awan panas
Awan panas merupakan asap yang dikeluarkan oleh gunung berapi sebagai
tanda bahwa gunung tersebut mempunyai aktivitas magma yang tinggi dan siap
untuk erupsi. Awan panas dari gunung berapi ini berupa kepulan asap berwarna
terkadang putih dan terkadang coklat yang mana keluarnya bisa dalam jumlah
sangat besar, ataupun jumlah yang biasa. Awan panas ini mempunyai sifat yang
sangat panas. Awan panas berasal dari dalam perut gunung atau perut bumi yang
bersumber dari magma yang mempunyai suhu yang sangat panas.
Awan panas mempunyai sifat seperti asap, yakni mudah terbawa angin sehingga
awan panas pun bisa berpindah tempat hingga membumbung tinggi ke angkasa
atau terbang ke wilayah lain. Kecepatan perpindahan awan panas ini juga sangat
tinggi, maka dari itulah tetap harus waspada. Awan panas ini sifatnya merusak,
terlebih jika melewati tumbuhan, binatang atau bahkan manusia. Apabila jumlah
kepulan besar awan panas ini menerjang hutan, maka pohon-pohon yang ada di
hutan tersebut bisa mati.
8. Terjadinya hujan abu
Tanda yang paling ekstrem dari tanda-tanda atau ciri-ciri gunung api akan
meletus adalah terjadinya hujan abu. Apabila biasanya hujan air, maka lain halnya
ketika gunung berapi akan meletus. Hujan yang turun biasanya adalah abu. Hujan
abu menandakan bahwa gunung sudah mengalami erupsi atau akan mengalami
erupsi lebih besar lagi. Hujan abu ini layaknya awan panas, jadi bisa terbawa oleh
angin. Abu yang turun berasal dari dalam perut bumi.
Oleh karena massanya yang ringan, maka abu ini terbawa ke mana pun angin
berembus. Jadi tidak harus area yang dekat dengan gunung saja yang harus terkena
hujan abu ini.

7
5. Penyebab Gunung Meletus
Kerak bumi memberikan sebuah tekanan besar pada mantel magma yang
cenderung terhadap keuntungan pada setiap titik lemah yang berada di atas kerak
bumi, yang terbentuk oleh beberapa patahan, untuk naik dan keluar di atas
permukaan. Gunung berapi dengan bentuk kerucut yang khas terbentuk menjadi
banyak lapisan dari letusan lava terpadatkan selama ratusan ribu tahun. Hal tersebut
merupakan kehidupan normal gunung berapi. Pada titik ini, mengingat banyaknya
gunung berapi di dunia, kita bisa bertanya-tanya bagaimana magma dari mantel bisa
begitu mudah keluar melalui kerak bumi.
Jawabannya terletak pada mantel yang sama, hal ini ditunjukkan oleh gerakan-
gerakan konvektif besar yang menyebabkan turunnya magma bagian atas yang lebih
dingin, digantikan oleh magma bagian dalam yang lebih panas dalam siklus terus
menerus, mirip dengan air mendidih dalam ketel. Konveksi aliran ini banyak terdapat
di dalam mantel dan bergerak seperti ban berjalan, mampu bergerak seluas kerak
bumi. Untuk alasan ini, dibagi menjadi banyak lempeng kerak yang bergerak antara
satu dengan lainnya beberapa centimeter setiap tahun. Hanya tepi lempeng kerak ini
merupakan daerah lemah dan tidak stabil dari kerak bumi di mana magma dari mantel
dengan mudah dapat muncul untuk membentuk gunung berapi.

B. Dampak Bencana Gunung Meletus Terhadap Kesehatan


Terdapat beberapa dampak yang timbul akibat dari bencana gunung meletus, yaitu
diantaranya:
1. Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti sulfur dioksida
(SO2), gas hidrogen sulfida (H2S), nitrogen dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk
partikel debu.
2. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik,serta makanan
terkontaminasi, dan lain-lain
3. Banyak dari penduduk, terutama sekitar gunung merapi yang kehingan pekerjaan rutin
ksehariannya
4. Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA
5. Dapat terjadi kebakaran hutan akibat lahar yang mengalir

8
C. Manajemen Bencana Gunung Meletus
1. Tahap Pencegahan/Kesiapsiagaan
Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari
bencana alam. Contoh kegiatan pada tahap ini adalah:
a. Mengajarkan kepada warga masyarakat tentang tanda-tanda gunung berapi akan
meletus
b. Mengajarkan stimulasi bencana kepada warga sekitar gunung berapi
c. Pembuatan jalur evakuasi apabila terjadi bencana
d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak mengalir kepemukiman warga
e. Pembangunan fasilitas instalasi sirine peringatan bagi masyarakat disekitar kaki
gunung merapi sebagai early warning system (EWS). Mitigasi fisik ini diharapkan
berfungsi sebagai penanda darurat bagi masyarakat untuk bersiap diri pada saat
ancaman datang secara tiba-tiba. Jika alarm EWS bunyi, masyarakat harus segera
meninggalkan kawasan siaga bencana gunung merapi pada radius aman yang telah
ditetapkan oleh pemerintah
f. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
g. Mengembangkan radio komunitas untuk menyebarluaskan informasi status gunung
merapi
h. Mencermati dan memahami peta kawasan rawan gunung api yang diterbitkan oleh
instansi berwenang.
2. Tahap Tanggap Darurat
Pada tahap tanggap darurat, hal yang paling pokok yang sebaiknya dilakukan
adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap
darurat. Selain itu, tahap tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena
bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal.
Para korban juga perlu dibawa ketempat sementara yang dianggap aman dan
ditampung ditempat penampungan sementara yang layak. Pada tahap ini dilakukan pula
pengaturan dan pembagian logistik atau bahan makanan yang cepat dan tepat sasaran
kepada seluruh korban bencana. Secara operasional, pada tahap tanggap darurat ini
dialihkan pada kegiatan sebagai berikut:
a. Penanganan korban bencana termasuk menguburkan korban yang meninggal dan
menangani korvban yang luka-luka
b. Penanganan pengungsi
c. Pemberian bantuan darurat

9
d. Pelayanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih
e. Penyiapan penampungan sementara
f. Pembangunan fasilitas osial dan fasilitas umum sementara, serta memperbaiki sarana
dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan yang memadai untuk para
korban
3. Tahap Rehabilitasi
Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah perbaikan fisik dan non
fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini bertujuan
mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak
dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi bangunan
ibadah, bangunan sekolah, infrastruktur sosial dasar, serta prasaranan dan sarana
perekonomian yang sangat diperlukan.
Sarana utama tahap rehabilitasi adalah memperbaiki pelayanan masyarakat atau
publik sampai pada tingkat yang memadai. Dalam rehabilitasi ini juga diupayakan
penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek kejiwaan/psikologis
melalui penanganan trauma korban bencana.
4. Tahap Rekontruksi
Upaya yang dilakukan pada tahap rekontruksi adalah pembangunan kembali
sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan agar kehidupan
masyarakat kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat,
perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sarana utama ditahap ini
adalah terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini
sedapat mungkin juga melibatkan masyarakat dalam setiap proses. Contohnya adalah
pembangunan perkampungan-perkampungan baru dikaki gunung merapi dalam radius
yang lebih aman.
5. Tahap penanggulangan
Penanggulangan bencana letusan gunung berapi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan setelah terjadi letusan.
a. Penanganan sebelum terjadi letusan
1) Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunung berapi yang aktif
2) Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana dan peta zona resiko
bahaya gunung berapi yang didukung dengan peta geologi gunung berapi
3) Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung berapi
4) Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunung berapi

10
5) Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia
digunung berapi
6) Melakukan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan pendukungnya
seperti peningkatan sarana dan prasarana
b. Penanganan saat terjadi letusan
1) Membentuk tim gerak cepat
2) Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung oleh
penambahan peralatan yang memadai
3) Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan alur dan frekuensi pelaporan sesuai
dengan kebutuhan
4) Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur
c. Penanganan setelah terjadi letusan
1) Menginventarisir data, mencangkup sebaran dan volume hasil letusan
2) Mengidentifikasi daerah yang terancam bencana
3) Memberikan saran penanggulangan bencana
4) Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang
5) Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak
6) Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun
7) Melanjutkan pemantauan secara berkesinambungan

D. Perencanaan Kebutuhan Korban Terhadap Bencana Gunung Meletus

11
BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Indonesia merupakan negara yang jumlah gunung apinya sangat banyak. Tidak
kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung api yang ada
didunia, terdapat diindonesia. Peran perawat pada pasca bencana murut Feri dan
Makhfudli (2009) adalah perawat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care
secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stress psikologis
yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD)
yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali,
individu mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun
peristiwa-peristiwa yang memacunya dan indivisu akan menunjukkan gangguan fisik,
perawat dapat berperan sebagai konjseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat
dan profesi lain yang terkait bekerja sana dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju
keadaan sehat dan aman.
Gunung merapi yaitu tempat-tempat dibuni dimana batuan cair dan panas menyembur
mel;alui permukaannya. Tempat-tempat ini disebut gunung api. Dibawah gunung api
terdapat ruang raksasa yang dipenuhi batuan panas (cair), yang disebuit ruang magma.
Abu, uap panas, dan batuan cair yang disebut lava keluar dari puncak gunung api. Dari
penjelasan yang telah disampaikam pada bab sebelumnya, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pada dasarnya bencana alam yang terjadi dapat merugikan banyak
pihak.
Selain itu, bencana yang terjadi pun bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah. Tetapi menjadi tanggung jawab semua pihak. Dan konseling untuk para
korban bencana sangat dibutuhkan untuk memulihkan trauma yang terkena dampak
letusan gunung merapi.

2. Saran
Saran yang dapat penulis lampirkan yaitu sebaiknya gunung api yang masih aktif
terdapat pos pengawasan yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat.

12
Informasikan atau komunikasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin
kepada masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya
untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaan tambah gawat.
Pembvuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul yang kokoh
untuk melindungi desa dari aliran lahar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alfarizi, L. M. (2015). SPM Kesehatan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Alam


Sebagai Upaya Pemenuhan HAM Sesuai dengan UU NO 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan. Jurnal Pembaharuan Hukum, II(2), 279-286.
Budiyanto, M. N., Santosa, P. I., & Sumayono, S. (2012). Perwarupa Sistem Peringatan Dini
Awan Panas Gunung Api Berbasis Sistem Informasi Geografis (Kasus Gunung Merapi
di Pebatasan Jawa Tengah dan Derah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Nasional Teknik
Elektro dan Teknologi Informasi (JNTETI), 1(1), 24-30.
http://doi.org/10.22146/JNTETI.V1I1.5
Febriana, Sugiyanto, D., & Abubakar, Y. (2015). Kesiapsiagaan Mayarakat Desa Siaga
Bencana dalam Menghadapi Gempa Bumi di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.
Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 2(3), 41-49.
Skhambali. (2017). Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta: CV. Andi offset.

14

Anda mungkin juga menyukai