Anda di halaman 1dari 18

Tugas Kelompok :2

Tanggal Penyerahan : Kamis, 03 Mei 2018

BENCANA GEMPA BUMI


Tugas ini disusun guna untuk melengkapi nilai mata kuliah Geologi Tata
Lingkungan

Disusun Oleh

Rahadian Dwi Pratama 173060035

Rachmandha Zanna Aura 173060037

Maharani Nur 173060039

Fadlun Nisa Ugar 173060044

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan tentang Bencana Gempa Bumi.

Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Bandung, 2 Mei 2018

Penyusun

2
Daftar Isi

Contents
BAB 1 ............................................................................................................................ 4
1.1. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 4
1.2. ISU MASALAH .............................................................................................. 5
1.3. TUJUAN DAN SASARAN ............................................................................. 5
1.4. RUANG LINGKUP WILAYAH ..................................................................... 5
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................................ 6
BAB 2 ............................................................................................................................ 7
2.1. UNDANG-UNDANG ...................................................................................... 7
2.2. BUKU ............................................................................................................. 8
2.3. JURNAL ......................................................................................................... 9
BAB 3 .......................................................................................................................... 13
3.1. BAHAYA...................................................................................................... 13
3.2. KERENTANAN ............................................................................................ 14
3.3. KAPASITAS ................................................................................................. 14
BAB 4 .......................................................................................................................... 16
BAB 5 .......................................................................................................................... 18

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Bencana ialah fenomena yang disebabkan oleh alam ataupun
nonalam yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Dan fenomena
tersebut hampir terjadi di belahan bumi manapun. Bencana alam
tersebut dapat berupa perubahan permukaan bumi, perubahan cuaca,
serta bermacam gejala alam yang dapat mengakibatkan bencana alam
lainnya. Salah satu bencana alam yang sering terjadi adalah gempa
bumi.

Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi


akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan
gelombang seismik. Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari
pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh
lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar
dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak
dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa
Bumi akan terjadi. Berdasarkan penyebabnya, gempa bumi terbagi
menjadi gempa bumi tektonik dan gempa bumi vulkanik. Gempa bumi
tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena
pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik
dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Sedangkan gempa bumi vulkanik
disebabkan oleh adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum
gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan
menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan
terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.

Berbeda dengan bahaya geologi, bencana dapat mengakibatkan


berbagai macam kerugian, diantaranya memakan korban jiwa dan dapat
membuat manusia kehilangan harta bendanya. Indonesia terletak di
daerah yang cukup rawan terjadinya bencana Gempa Bumi dan
Tsunami. Hal ini dikarenakan Indonesia Negara kepulauan yang
memiliki banyak laut dan terletak diantara dua lempengan yang
berjalan, serta banyaknya gunung berapi yang ada di Indonesia.

4
1.2. ISU MASALAH

1. Adanya sesar lembang


2. Adanya ancaman gempa megathrust
3. Adanya pergeseran batuan
4. Pergerakan aktivitas gunung berapi

1.3. TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan dalam penulisan laporan ini diantaranya :

1. Mengetahui potensi gempa bumi di daerah Bandung.


2. Mengetahui dampak yang dirasakan setelah terjadi gempa bumi.
3. Mengidentifikasi tempat terjadinya gempa bumi.
4. Mengidentifikasi resiko bencana yang ditimbulkan.
Adapun sasaran dalam penulisan laporan ini diantaranya :
1. Teridentifikasinya dampak yang dirasakan dan resiko yang
ditimbulkan akibat adanya bencana gempa bumi
2. Pemerintah Kabupaten Bandung, dalam melakukan mitigasi atau
kesiapsiagaan sebelum bencana, evakuasi saat bencana, dan
Rehabilitasi serta Rekonstruksi saat sesudah terjadi bencana. Dan
mengatasi dampak dari bencana Gempa Bumi, dan
3. Masyarakat Kabupaten Bandung, dalam melakukan mitigasi atau
kesiapsiagaan sebelum bencana, evakuasi saat bencana, dan
Rehabilitasi serta Rekonstruksi saat sesudah terjadi bencana.

1.4. RUANG LINGKUP WILAYAH


Cekungan Bandung merupakan cekungan (basin) yang dikelilingi
oleh gunung api dengan ketinggian 650 m sampai lebih dari 2000
meter.Dan wilayah Rancaekek termasuk di wilayah timur cekungan
Bandung tsb. Sehingga rentan terhadap dampak yang terjadi karena
aktivitas gunung berapi,maupun gempa sesar lembang,karena
Rancaekek sangat dekat dengan wilayah Sesar Lembang.

5
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada BAB 1, kami membahas mengenai Latar Belakang, Isu
Masalah, Tujuan dan Sasaran, serta Ruang lingkup wilayah yang
memuat bencana Gempa Bumi.

Pada BAB 2, terdapat Kajian Pustaka yang terdiri dari beberapa


sumber, meliputi Undang-Undang, Buku dan Jurnal mengenai Bencana
Gempa Bumi

Pada BAB 3, terdapat Profil bencana yang mencakup Bahaya,


Kerentanan dan Kapasitas disertai dengan foto dan peta mengenai
Bencana Gempa Bumi

Pada BAB 4, kami memberikan rekomendasi untuk menanggulangi


bencana.

Dan pada BAB 5, terdapat Kesimpulan dari paparan yang telah kami
buat.

6
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA
2.1. UNDANG-UNDANG

UU NO.24 TAHUN 2007

PENANGGULANGAN BENCANA

Indonesia adalah sebuah Negara rawan gempa, dimana


bencana tersebut harus dihadapi dalam setiap saat maupun dalam
waktu tertentu. Oleh karena itu penanggulangan bencana harus
ditangani secara integral, holistik dan komprehensif.Untuk mengatasi
permasalahan bencana tersebut, berbagai pihak telah terlibat dalam
persoalan tersebut, namun peran vital Negara tidak dapat
dinafikan,dalam hal ini Pemerintahharus bertanggung jawab dalam
penanggulangganbencana. Selain karena bencana(baik yang disebabkan
oleh faktor alam dan atau nonalam, maupun oleh faktor manusia),
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis,
serta sangat berpengaruh besar terhadap kesejahteraan warga negara

. Akibat dari peristiwa tersebut dampak dari bencana juga bersifat


kompleks sehingga dapat mempengaruhi stabilitas Penanggulangan
bencana bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman bencana, menyelaraskan peraturan
perundang-undangan yang sudah ada menjamin
terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai budaya lokal
membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta mendorong
semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan
dan menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. konomi, politik, dan sosial.

Tanggung jawab Pemerintah dalam penyelenggaraan


penanggulangan bencana meliputi, pengurangan risiko bencana dan
pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program
pembangunan, perlindungan masyarakat dari dampak bencana,
penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang
terkena bencana secara adil dan sesuai dengan standar

7
pelayanan minimum, pemulihan kondisi dari dampak bencana,
pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
memadai,pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam
bentuk dana siap pakai, dan pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan
kredibel dari ancaman dan dampak bencana.

2.2. BUKU
Geologi Lingkungan

Gempa bumi adalah getaran dalam bumi yang terjadi sebagai akibat
dari terlepasnya energy yang terkumpul secara tiba-tiba dalam batuan
yang mengalami deformasi. Intensitas dan magnitude gempa yang
terjadi di permukaan bumi dapat diketahui melalui alat seismograf, yaitu
sauatu alat pencatat getaran seismik yang sangat peka yang ditempatkan
di berbagai lokasi di bumi. Untuk menentukan magnitude gempa
didasarkan atas besarnya amplitude gelombang seismic yang tercatat
pada alat seismograf. Skala Richter adalah satuan yang dipakai untuk
mengukur besaran magnitude gempa, satuan besaran gempa
berdasarkan satuan skala richter adalah 1 sampai 10. Satuan intensitas
dan magnitude gempa bumi dapat juga diukur berdasarkan dampak
kerusakan yang ditimbukan oleh getaran gelombang seismic dan satuan
ini dikenal dengan satuan Intensitas Modifikasi Mercalli (MMI), nilai
satuan ini berkisar dari 1 sampai 12.

Bencana yang disebabkan oleh gempa bumi dapat berupa rekahan


tanah (Ground Rupture), getaran tanah (Ground Checking), gerakan
tanah (Mass-Movement), Kebakaran (Fire), perubahan aliran air
(Drainage Changes), gelombang pasang/tsunami dan lain-lain.

Para ahli gempa (Seismologist) telah mencoba beberapa metode


untuk memprediksi gempa bumi, yaitu antara lain dengan cara:

1.) Mengukur getaran-getaran mikro melalui alat seismograf dan


dapat mengetahui gelombang awal dari suatu gempa.
2.) Mengukur kedalaman air dan perubahan kedalam muka air tanah
pada sumur-sumur bor.
3.) Mengukur miringnya permukaan tanah.
4.) Melakukan pengukuran kemagnetan bumi.
5.) Pengukuran unsure-unsur radon didalam sumur bor

8
6.) Mengukur sifat-sifat konduktivitas listrik.

Mitigasi bencana geologi adalah mengurangi resiko bencana geologi


terhadap harta benda maupun jiwa manusia. Usaha-usaha dalam
penanggulangan bencana untuk meminimalkan kerugian, baik kerugian
harta benda ataupun jiwa manusia yang disebabkan oleh gempa bumi
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain adalah :

1.) Melakukan pemetaan penyebaran lokasi-lokasi gempa yang


disajikan dalam bentuk Peta Rawan Bencana Gempa Bumi/
Seismik.
2.) Membuat peraturan-peraturan yang berkaitan dnegan desain
struktur bangunan tahan gempa guna mencegah runtuhnya
bangunan ketika terjadi gempa.
3.) Tidak membangun bangunan di wilayah-wilayah yang rawan
bencana gempa.
4.) Menghindari lahan-lahan yang rawan gempa untuk areal
pemukiman, dan aktivitas manusia.
5.) Melakukan penataan ruang baik yang berada disekitar pantai
ataupun didaratan guna mencegah dan menghindari terjadinya
korban jiwa dan harta serta dampak yang mungkin timbul ketika
bencana itu terjadi.
6.) Memasang system peringatan dini (Early Warning System).

2.3. JURNAL

1. RANCANG BANGUN SISTEM DETEKSI DINI


GEMPABUMI BERDASARKAN FLUKTUASI MEDAN
MAGNET MENGGUNAKAN SENSOR MEMS
Artikel ini membahas tentang pengukuran dan perekaman
suatu data karakteristik gempabumi berdasarkan fluktuasi
medan magnet menggunakan sensor MEMS, kemudian data
yang tersimpan pada perekam data dianalisa berdasarkan waktu
setiap kejadian pengamatan (time stamp) untuk mengukur
selang waktu (delay time) antara kejadian anomali medan
magnet terhadap puncak getaran dengan magnitude terbesar.

2. ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN


INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA
MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI
DI KOTA BENGKULU

9
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai PGA dan
nilai indeks kerentanan seismik Kota Bengkulu yang merupakan
daerah yang sangat rawan terhadap gempabumi. Pengambilan
data menggunakan seismometer DS-4A sebanyak 21 titik
pengukuran. Nilai periode dominan dihitung dengan teknik
Horizontal to Vertical Spectral Rasio (HVSR). Perhitungan nilai
PGA diperoleh dengan menggunakan metode empiris Kanai
untuk event gempa tanggal 04 Juni 2000 dengan magnitudo
momen 7,9.

3. INTERAKSI AKTOR DALAM REKONSTRUKSI RUMAH


PASCABENCANA GEMPA BUMI
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai proses interaksi berbagai aktor yang terlibat dalam
kegiatan rekonstruksi perumahan di Kecamatan Pangalengan
sebagai dampak gempa bumi Jawa Barat pada tahun 2009.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
difokuskan pada penggambaran pola peran yang diambil oleh
setiap aktor yang terlibat dan mengeksplorasi interaksi mereka.
Interaksi aktor disajikan dalam pengukuran statistik dan analisis
jejaring sosial.

4. APLIKASI METODE NEAREST NEIGHBOR PADA


PENENTUAN JALUR EVAKUASI TERPENDEK UNTUK
DAERAH RAWAN GEMPA DAN TSUNAMI
Makalah ini menunjukkan sistem untuk menentukan jalur
terpendek di rute evakuasi tsunami di Padang Sumatera Barat.
Pemilihan Padang didasarkan pada bencana gempa yang
potensi tsunami pernah terjadi di kota ini dan menelan korban
cukup banyak. Dalam tulisan ini, adalah memilih jumlah trek
yang bisa diikuti ketika warga kota Padang akan melakukannya
garis evakuasi sektor VI. Beberapa jalur yang dipilih adalah rute
terpendek untuk mengamankan area demi area melewati jalan
Padang.

5. PENGUJIAN TEKNIK KORELASI UNTUK DETEKSI


PENGARUH AKTIVITAS GEMPA BUMI BESAR PADA
IONOSFER [EXAMINATION OF CORRELATION
TECHNIQUE FOR DETECTING THE INFLUENCE OF
GREAT EATHQUAKE ACTIVITIES ON IONOSFER]
Jurnal ini membahas mengenai teknik korelasi yang telah
digunakan untuk penelitian deteksi pengaruh aktivitas gempa
bumi dari data ionosfer, tetapi penelitian tersebut masih terbatas
pada beberapa kasus karena keterbatasan data ionosfer dan
kejadian gempa bumi besar.

10
6. GOUGE GRAPHITIZATION AND DYNAMIC FAULT
WEAKENING DURING THE 2008 MW 7.9 WENCHUAN
EARTHQUAKE
Patahan Longmenshan yang pecah selama 2008 Mw 7.9
Gempa Wenchuan (China) dibor hingga kedalaman 1200 m, dan
batuan patahan termasuk yang ada di zona gempa 2008
pulih pada kedalaman 575–595 m. Dalam jurnal ini dilaporkan
kekuatan laboratorium pengukuran dan pengamatan
mikrostruktur dari sampel slip zone fault rocks pada kondisi
deformasi yang diharapkan untuk slip coseismic di kedalaman
borehole. Hasil menunjukkan bahwa patahan Longmenshan di
wilayah ini sangat lemah pada tingkat slip seismik. Sinkrotron in
situ Analisis difraksi sinar-X menunjukkan bahwa grafit
terbentuk bersama zona slip terlokalisasi dalam produk
percobaan, mirip dengan kejadian grafit di zona slip utama alami
dari Wenchuan 2008 pecah

7. THE EARTHQUAKE POTENTIAL OF THE NEW MADRID


SEISMIC ZONE
Sesar yang terdapat di daerah New Maadrid mengakibatkan
banyak gempa bumi terjadi di Indonesia. Perilaku tektonik
kontemporer dari sistem patahan yang terkait dibuat melalui
studi ratusan fitur pencairan yang diinduksi gempa bumi di lebih
dari 250 situs di seluruh wilayah New Madrid. Dari distribusi
spasial, dapat disimpulkan zona sumber dan memperkirakan
besaran gempa bumi dalam setiap urutan dan dengan demikian
ciri perilaku rinci dari sistem patahan.

8. THE 2013, MW 7.7 BALOCHISTAN EARTHQUAKE,


ENERGETIC STRIKE-SLIP REACTIVATION OF A
THRUST FAULT

Pada jurnal ini, penulis menganalisis gempa Mw 7,7


Balochistan dari 09/24/2013 berdasarkan deformasi permukaan
tanah diukur dari korelasi sub-pixel dari citra Landsat-8,
dikombinasikan dengan proyeksi belakang dan terbatas
pemodelan sumber dari bentuk gelombang teleseismik. Gempa
ini berada di sisi selatan dari patahan Chaman dan menyebar ke
barat daya sepanjang patahan Hoshab di depan Band Kech.
Pecahnya kebanyakan unilateral, disebarkan pada 3 km / s rata-
rata dan menghasilkan jejak kesalahan permukaan 200 km
dengan pemogokan geser-slip murni memuncak menjadi 10 m
dan rata-rata sekitar 6 m. Model sumber terbatas menunjukkan
bahwa slip itu maksimum di dekat permukaan. Slip seismik

11
besar pada orientasi non-optimal patahan ditingkatkan mungkin
karena pengaruh permukaan bebas pada tekanan dinamis atau
khusus properti dari zona sesar memungkinkan untuk pelemahan
dinamis yang kuat. Strike-slip faulting pada patahan dorong di
timur Makran diartikan sebagai akibat ekstrusi ke arah timur dari
prisma akresi tersebut menonjol di atas lempeng India. Bagian-
bagian megathrust Makran, beberapa patahan dorong di Kirthar
jangkauan dan sesar mendatar dalam sistem patahan Chaman
telah dibawa lebih dekat ke kegagalan oleh ini
gempa bumi. Gempa susulan bergerombol dalam sistem sesar
Chaman di utara episentrum, berlawanan dengan arah propagasi
pecah. Sebaliknya, beberapa gempa susulan terdeteksi di area
maksimum saat rilis.

9. RESEARCH ON EARTHQUAKE INDUCED


LIQUEFACTION IN PADANG CITY AND YOGYAKARTA
AREAS
Penelitian tentang desain bangunan tahan gempa telah
dilakukan secara intensif setelahnya gempa bumi yang fatal di
Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Namun, perhatian
kurang diberikan pada fenomena likuifaksi karena kekurangan
informasi gerakan tanah dan catatan di daerah bahaya. Dalam
tulisan ini, tanah seismik.
Jurnal ini merupakan bentuk tanggapan,setelah terjadi
gempa bumi yang mengejutkan jawa dan sumatera. Berdasarkan
hasil perhitungan,percepatan tanah yang mungkin diharapkan
sekitar 0,48 g dan 0,14 g di daerah yang dicairkan di Yogyakarta
(Jawa Selatan) dan Padang (Sumatera Barat) masing-masing.
Akselerasi tersebut kemungkinan membuat 50% ketebalan
lapisan pasir dicairkan dan diinduksi 1% penyelesaian tanah
daerah-daerah dalam peristiwa gempa bumi ini terbatas atau
tidak tersedia; maka likuifaksi analisis berdasarkan kekuatan
konsep kesetimbangan tidak dapat langsung dilakukan dalam
penelitian ini. Umumnya, analisis respons seismic dilakukan
dengan menyebarkan rangkaian percepatan batuan waktu
sejarah dari dasar kolom tanah ke permukaan tanah. Namun,
karena kurangnya tanah yang tercatat gerakan di lokasi-lokasi
yang sedang diselidiki, respons tanah seismik di Yogyakarta dan
Padang area miliki diperkirakan menggunakan profil CPT di
situs cair.

12
10. INTERNATIONAL RESPONSE TO 2015 NEPAL
EARTHQUAKE LESSONS AND OBSERVATIONS
Ulasan literatur ini menilai itu muncul literatur dari Gempa
Nepal, dengan fokus utama pada pencarian dan penyelamatan,
dan fase bantuan langsung. Literatur termasuk laporan,
akademik. Pandangan jangka panjang dari bencana internasional
,respons yang meliputi fase rehabilitasi dan rekonstruksi siklus
bencana,ini penelitian difokuskan terutama dan jika mungkin
secara eksklusif, pada periode tanggapan langsung.prinsip-
prinsip kemanusiaan arianisme dan menawarkan tipologi aktor
kemanusiaan terlibat dalam bencana dan emergency tanggapan ,
dan kemudian ditinjau literatur .
Upaya internasional kolektif pasca gempa Nepal terbukti
menjadi salah satu yang paling penting, tanggapan kemanusiaan
dan bencana terbesar pada tahun 2015. Sementara sebagian besar
merupakan perusakan berhasil oleh sebagian besar responden
serta pemerintah dan orang yang diuntungkan. Di Nepal, ada
banyak pelajaran untuk menanggapi pihak-pihak dan negara
yang terkena bencana. Ini bervariasi dari institusi ke sektor
tertentu pelajaran bagi yang relevan dengan bidang kemanusiaan
yang jauh lebih luas urusan dan bencana pengelolaan.

BAB 3

PROFIL BENCANA
3.1. BAHAYA
Pada cekungan bandung(Rancaekek) secara langsung tidak
akan terkena bahaya gempa akibat dari subduksi lempeng Indo-
Australia dengan lempeng Eurasia, Namung di wilayah cekungan
bandung sendiri tinggi dengan potensi gempa akibat pergerakan dari
sesar aktif dan juga aktivitas gunung berapi.
Pernah diprediksi bahwa gempa yang terjadi di cekungan
bandung yang di hasilkan oleh sesar lembang mencapai 6,8-7 Skala
Richter,dan gempa ini yang akan turut dirasakan olek semua daerah
di cekungan bandung termasuk wilayah rancaekek, dan memiliki
ancaman bahaya yang sangat besar karena wilayah bandung yang di

13
kenal sebagai wilayah padat penduduk ,hal ini memicu timbulnya
banyak kerusakan dan juga dapat menelan korban jiwa . Dan saat
gempa terjadi juga dapat memicu terjadi Longsor,Longsor yang
terjadi tidak langsung terjadi tetapi bisa dalam hitungan menit.
Ini juga merupakan suatu bahaya bencana yang beruntutan.
Gempa yang terjadi pada cekungan bandung dapat menimbulkan
dampak kerugian yang besar apa bila terjadi pergerakan dengan
frekuensi yang besar pula.Bahaya gempa ini juga mengakibat
Ancaman kehidupan,kehilangan mata pencaharian,kehilangan harta
benda dan berdampak pada kerusakan lingkungan.

3.2. KERENTANAN
Adanya bencana sengat tidak diinginkan oleh
masyarakat,akan tetapi jika bencana itu terjadi maka tindakan yang
harus di lakukan yaitu dengan menerapkan kesiapsiagaan ,ketika
belum terjadi bencana agar mengurangi faktor kerusakan yang
terjadi saat bencana(gempa)terjadi. Dan juga perlu diterapkan
metode perkiraan untuk mengatasi bencana susulan.
Kerentanan ( Vulnerability ) adalah keadaan atau kondisi
yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk
mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman
bencana, Pada wilayah cekungan bandung khususnya rancaekek
pada struktur bangunan yang merupakan bangunan yang tidak tahan
gempa sehingga ketika terjadi pergerakan sesar atau pun aktivitas
gunungberapi yang dapat menimbulkan gempa, makabangunan-
bangunan tersebut akan hancur, ada pula struktur tanah pada
cekungan bandung, yang mana pada daerah cekungan bandung,
khususnya rancaekek merupakan wilayah dengan kepadatan
penduduk tinggi ,hal ini yang mengakibatkan semakin tinggi pula
kerentanan terhadap kerusakan saat gempa.

3.3. KAPASITAS
Kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga
dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah,
mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih
dari suatu kedaruratan dan bencana.

14
Pada wilayah cekungan bandung, lebih baik di bangung bagunan
tahan gempa sehingga dapat mempermudah masyarakat untuk
menghadapi dampak dari gempa akibat aktivitas sesar dan juga
aktivitas gunung berapi.Dan juga alangkah baiknya pada wilayah
cekungan debatasi pembangunannya sehingga mengurangi
kerentanan serta bahaya dari gempa itu sendiri.

15
BAB 4

REKOMENDASI PENANGGULANGAN BENCANA


Adapun rekomendasi penanggulangan bencana gempa bumi terdiri dari 3
fase, yaitu :

1. Fase Pra-Bencana

Pada fase pra bencana atau sebelum terjadi bencana, dilakukan mitigasi.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP
No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana)
seperti pencegahan berupa melakukan pembagunan yang tahan gempa, dll

Mitigasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan


mitigasi non struktural

a) Mitigasi Struktural

Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan


(vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan
tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur
yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu
bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila
bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur
perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik
aksi dari bencana.

b) Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi non –struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana


selain dari upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan
kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang
Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di bidang
kebijakan dari mitigasi ini.

2. Fase Bencana

Pada fase bencana, yang dilakukan adalah proses evakuasi dan bantuan.
Evakuasi darurat adalah perpindahan langsung dan cepat dari orang-orang
yang menjauh dari ancaman atau kejadian yang sebenarnya dari bahaya.
Urutan evakuasi dapat dibagi ke dalam tahap-tahap berikut:

16
1. deteksi
2. keputusan
3. alarm
4. reaksi
5. perpindahan ke area perlindungan atau stasiun perakitan
6. transportasi

3. Fase Pasca-Bencana
Pada Fase Pasca-Bencana atau setelah terjadi bencana dilakukan
pemulihan pada bangunan yang mengalami kerusakan. Yaitu Rehabilitasi
dan Rekonstruksi. Yang artinya Melakukan pembangunan kembali pada
bangunan yang telah mengalami kerusakan akibat terjadinya bencana.

17
BAB 5

KESIMPULAN
Gempa bumi merupakan getaran yang terjadi karena pelepasan energi
secara tiba-tiba,fenomena yang terjadi ini yang mengacu timbulnya bahaya
bencana,kerentanan bencana,kapasitas bahaya dan risiko bencana. Jadi kami
mengambil kesimpulan bahwa gempa yang terjadi di wilayah cekungan bandung
disebabkan akibat aktivitas sesar aktif,yakni sesar lembang dan juga aktivitas
gunung berapi sehingga memicu terjadinya gempa bumi, dan pada wilayah cekugan
bandung sendiri lebih mengungguli saat paska bencana sedangkan untuk paska
bencana ,masih kurang diterapkan,seperti halnya ,Sampai saat ini belum ada metode
yang dilakukan untuk mengatasi pencegahan pada pra bencana,dan juga masih
kurang adanya estimasi pengurangan dampak bencana dan Resiliensi.

Pada materi yang kita bahas termasuk ke dalam sudden onset,karena


bencana gempa yang terjadi di cekungan bandung dampaknya terjadi sekaligus,dan
datangnya secara tiba-tiba sehingga kami menyimpulkan bahwa bencana gempa
termasuk dalam istilah sudden onset.

Dan Gempa pada wilayah cekungan bandung ,belum di atasi


penaggulangannya sesuai dengan UU No.24 tahun 2007,karena belum semua isi
dalam UU penanggulangan bencana itu diterapkan di wilayah bencana gempa
cekungan Bandung.

18

Anda mungkin juga menyukai