Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Islam dan Jagat Raya Diniya, M.Pd

Sabuk Gempa dan Gunung Api Serta Pengunungan

Disusun Oleh :

Putri Salsabila (1201112386)

KELAS 6B

JURUSAN TADRIS IPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah
“Serbuk gempa bumi dan Gunung api” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk
itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 2 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Gunung Api............................................................................................................................6
Dalil Al-Qur’an Gunung Sebagai Pasak.....................................................................................6
Defenisi Gunung Api.................................................................................................................7
Meletusnya Gunung Api............................................................................................................8
Faktor Gunung Api Meletus.......................................................................................................9
B. Gempa Bumi........................................................................................................................10
Dalil Alquran............................................................................................................................10
Defenisi....................................................................................................................................10
Penyebab Gempa Bumi............................................................................................................11
Tindakan Terhadap Bencana....................................................................................................12
C. PEGUNUNGAN..................................................................................................................12
Pembentukan Pegunungan........................................................................................................13
Pentingnya Pegunungan bagi Ekosistem..................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia disebut sebagai negara kepulauan yang berada pada jalur sabuk
mediterania melalui jalur dari cincin api (Ring of Fire) dunia. Jalur medeterania ini
terbentang hampir sebagian wilayah Indonesia mulai dari pulau Sumatera, pulau Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke Maluku Sulawesi Utara. Hal ini menjadi
penyebab negara Indonesia dilalui oleh jalur cincin api ini yang menyebabkan di
Indonesia memilki kekyaan yaitu terdapat banyak gunung berapi yang rata-rata masih
aktif (Sabtaji, 2020). Kekayaan atas gunung api, Di Indonesia terdapat banyak gunung
api yang masih aktif. Gunung api yang masih aktif ini akan bergejolak karena
melakukan aktivitasnya di dalam bumi, ini juga merupakan siklus alam dan hal ini
tenty terjadi pada setiap gunung berapi di seluruh dunia. Sewaktu-waktu gunung api ini
tentu dapat mengeluarkan isinya yang menyebabkan gunung api ini akan melakukan
pergerakan magma yang ada di dalam permukaan gunung api yang dapat dikeluarkan
dengan berbagai materialnya di dalamnya. Proses pengeluaran material ini akan
menyebabkan guncangan atau getaran di sekitar daerah gunung berapi, getaran ini
adalah awal dari bencana gempa bumi yang disebut dengan gempa vulkanik.
Gempa bumi disebut sebagai getaran dari kulit bumi yang bersifat sementara
dan kemudian dipancarkan ke segala arah dalam bentuk gelombang seismik, sehingga
efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Getaran tersebut diakibatkan oleh
adanya pelepasan energi dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik, yaitu lempeng
yang bergerak saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen) dan saling
melewati (transform). Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut terjadi secara
terus menerus serta menjadi salah satu pemicu terjadinya peristiwa geologi seperti
gempabumi, peristiwa gunung berapi, munculnya gunung api bawah laut dan
sebagainya (Husein, 2016).
Keterkaitan antara gempa bumi sering kali dikatakan sebagai sebuah bencana
alam. Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan alam dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
koban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis. Sedangkan menurut para ahli bencana adalah suatu bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami gunung meletus, kekeringan, dan angin topan.
Bencana alam memang merupakan sunatullah (ketetapan Allah) yang tidak dapat
dicegah dan mungkin faktor – faktornya bisa dijelaskan secara ilmiah. Namun, selain

4
factor ilmiah, ternyata ada juga faktor – faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya
bencana alam.
Dalam Alquran bencana alam itu seringkali dikaitkan dengan adzab. Ketika
hamba-Nya berbuat maksiat dan membuat Allah murka, maka bencana yang
diturunkan kepada mereka adalah teguran agar mereka bertobat atau bahkan adzab bagi
mereka, seperti sekarang ini sudah banyak kerusakan – kerusakan yang diperbuat oleh
tangan manusia itu sendiri sehingga sekarang banyak terjadi fenomena – fenomena
bencana alam yang melanda manusia di berbagai permukaan bumi. Sehingga banyak
memunculkan berbagai macam penafsiran seperti ada yang menafsirkan bencana alam
merupakan peringatan dari Tuhan atau ada yang menafsirkan bencana merupakan
takdir Tuhan atau siksaan dosa penduduk yang tertimpa bencana. Sehingga kita sebagai
hamba-Nya yang diberi Alquran dapat mengambil pelajaran dari sana.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu gunung api ?
2. Apa itu gempa bumi ?
3. Apa itu pegunungan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui terkait gempa bumi
2. Untuk mengetahui terkait gunung api
3. Untuk mengetahui terkait pengungan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gunung Api

Dalil Al-Qur’an Gunung Sebagai Pasak


Alquran dan sains merupakan suatu keterpaduan, sehingga fenomena yang terjadi di
alam sudah tercantum di dalam Alquran. Banyak fenomena yang sudah kita alami ternyata
sudah disebutkan jauh sebelum manusia menemukan teori atau konsep fenomena tersebut.
Alquran secara lengkap membahas terkait semua kehidupan manusia. Alquran juga
menjelaskan Bumi beserta isinya, termasuk fenomena gunung api dan gempa Bumi. “Dan
telah Kami jadikan di Bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak)
goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di Bumi itu jalan-jalan yang luas,
agar mereka mendapat petunjuk,” Q.S Al-Anbiya Ayat 31.
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman bahwa gunung yang ada di Bumi berperan
sebagai penstabil agar Bumi tidak guncang. “Dan Allah menancapkan gunung-gunung di
bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai
dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,” Q.S An-Nahl Ayat 15.
Gunung berapi seperti tiang yang dipancangkan dengan dasar yang sangat kokoh
menjulang ke dasar Bumi. Dengan kokohnya kedudukan gunung ini, sehingga sebesar
apapun sungai yang ada tidak mungkin sanggup menggesar gunung agar bergeser ke laut.
“Bukankah Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk
(mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping
Allah ada tuhan (yang lain)? Sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui,” Q.S
An-Naml Ayat 61.
Melalui perpanjangannya yang menghujam jauh ke dalam maupun ke atas
permukaan bumi, gunung-gunung mengenggam lempengan-lempengan kerak bumi yang
berbeda, layaknya pasak. Kerak bumi terdiri atas lempengan-lempengan yang senantiasa
dalam keadaan bergerak. Fungsi pasak dari gunung ini mencegah guncangan dengan cara
memancangkan kerak bumi yang memiliki struktur yang sangat mudah bergerak. Al Quran
mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung sebagaimana terdapat
pada An Nazi’at ayat 32 seperti berikut Artinya; “Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya
dengan teguh”(Q.S An Nazi’at: 32)
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat diatas dapat diketahui bahwa gunung-
gunung berfungsi mencegah guncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah
diketahui oleh siapapun di masa Al Quran diturunkan dan sekarang baru saja terungkap
sebagai hasil penemuan geologi modern. Menurut penemuan ini gunung-gunung muncul
sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang

6
membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat
menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan
membentuk dataran tinggi termasuk gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan
dan membentuk perpanjangan yang dalam sampai ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai
bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di
permukaan bumi. Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan
kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik
pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, gunung memancangkan kerak bumi
dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau diantara lempengan-
lempengannya. Gunung diibaratkan dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran
kayu tetap menyatu.
Defenisi Gunung Api

Sumber CNBC Indonesia


Menurut Bronto (1996), gunung berapi merupakan bentuk yang dihasilkan
oleh magma yang muncul ke permukaan bumi. Gunung api tidak dijumpai di semua
tempat. Gunung api hanya terdapat pada tempat-tempat tertentu, yaitu pada jalur
punggungan tengah samudera, pada jalur pertemuan dua buah lempeng kerak bumi,
dan pada titik-titik panas di muka bumi tempat keluarnya magma, di benua maupun
di samudera (hot spot). Sebagian besar gunung api yang aktif di dunia berada di
pertemuan lempeng tektonik dan muncul di daerah-daerah yang berada di dalam di
Lautan Pasifik yang disebut "cincin gunung api" (ring of fire). Gunung api juga
terbentuk di kedalaman laut di punggungan tengah samudera (Dame, Poli, & Tarore,
2019).
Sebuah gunung api disebut aktif apabila kegiatan magmatisnya dapat dilihat secara
nyata. Leleran lava dari kawah puncak atau kawah samping, adanya awan panas letusan
dan awan panas guguran, lahar letusan dan lain sebagainya mencirikan bahwa gunungapi
tersebut masih aktif. Morfologi gunungapi aktif biasanya menampakkan bentukkan kerucut
sempurna. Apabila gejala kegiatan magmatisnya tidak teramati, suatu gunungapi dapat
dikelompokkan menjadi gunungapi padam. Tetapi keadaan seperti ini bukan berarti bahwa

7
gunungapi tersebut mati, sebab pada suatu saat gunungapi tersebut dapat aktif kembali
(Alzwar, dkk., 1987).
Meletusnya Gunung Api
Secara sains meletusnya gunung api tidak hanya terjadi secara tiba-tiba dalam
waktu yang singkat, akan tetapi melalui proses dan tahapan yang cukup lama. Meletusnya
gunung api tersebut berdasarkan perspektif sains-fisika yaitu, akibat panasnya suhu dalam
interior bumi menyebabkan terbentuknya magma dan pada suhu yang sangat panas dapat
melelehkan batuan-batuan dalam bumi sehingga menghasilkan gas-gas dan gas tersebut
dapat bercampur dengan magma. Magma yang mengandung gas sedikit demi sedikit naik
ke permukaan karena memiliki massa yang ringan dan mudah terapung. Magma tersebut
tertumpuk pada kantong magma dan lama-lama menutupi lubang kantong magma.
Sementara gas dan batuan terus memberikan tekanan yang tinggi pada magma dari bagian
bawah magma. Apabila tekanan di bawah magma lebih besar dibandingkan tekanan dari
atas magma maka akan terjadi perbedaan tekanan dan magma akan terdorong keluar
sehingga mengakibatkan adanya getaran dan gelombang bunyi berupa letusan yang keluar
melalui celah yang utama dan selanjutnya magma kelaur dalam bentuk gas, debu dan cairan
berupa lava. Aktivitas tersebut sangat sederhana apabila hanya dijelaskan secara garis
besar, sebenarnya banyak aktivitas fisis dan kimiawi yang terjadi pada proses meletusnya
gunung sehingga dapat meningkatkan aktivitas gunung selanjutnya akan dibahas secara
lebih detail .
Gunung api meletus karena adanya tekanan dari magma yang naik ke permukaan
melalui pipa magma atau saluran kawah. Proses ini dimulai ketika magma yang terbentuk
di dalam kerak bumi naik ke atas melalui pipa magma yang terhubung dengan kawah
gunung api. Ketika magma mencapai kawah, tekanan dalam kawah meningkat, dan
akhirnya tekanan ini terlalu besar sehingga kawah meletus, dan magma, gas, dan material
vulkanik lainnya keluar dari gunung api.
Letusan gunung api dapat berupa letusan yang kuat atau meletus secara bertahap,
tergantung pada jenis magma, tekanan, dan kondisi lainnya. Letusan kuat terjadi ketika
magma yang mengandung banyak gas naik ke atas, menciptakan tekanan yang sangat tinggi
di dalam kawah gunung api. Ketika tekanan mencapai batas tertentu, kawah meletus secara
hebat, dan material vulkanik, seperti abu vulkanik, bom lava, dan gas, dapat terlempar
hingga jarak yang sangat jauh. Sementara itu, letusan yang lebih lambat terjadi ketika
magma yang lebih kental dan mengandung lebih sedikit gas naik ke atas. Proses ini
membuat tekanan di kawah kurang besar, sehingga material vulkanik yang keluar lebih
mudah diprediksi dan lebih mudah untuk dievakuasi.
Letusan gunung api dapat memiliki dampak yang sangat besar pada lingkungan dan
masyarakat di sekitarnya. Abu vulkanik dapat menutupi tanah, menghambat pertumbuhan
tanaman, dan merusak infrastruktur. Bom lava dan material vulkanik lainnya dapat merusak

8
properti dan membahayakan keselamatan manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memahami dan memantau aktivitas gunung api dengan cermat, dan mengambil tindakan
pencegahan yang tepat untuk melindungi masyarakat dan lingkungan di sekitar gunung api.
Faktor Gunung Api Meletus
Meletusnya gunung api dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya:
1. Aktivitas tektonik: Gunung api terbentuk di tempat-tempat di mana lempeng
tektonik bertabrakan atau bergesekan satu sama lain. Ketika lempeng tektonik
bergerak, tekanan dan panas yang terjadi di bawah permukaan bumi dapat
memicu meletusnya gunung api.
2. Tekanan magma: Tekanan magma yang terlalu tinggi di dalam kawah gunung
api dapat menyebabkan letusan. Tekanan ini dapat disebabkan oleh naiknya
magma ke permukaan atau oleh blokade pada pipa magma yang
menghubungkan kawah dengan sumber magma di bawah permukaan.
3. Kandungan gas dalam magma: Magma yang mengandung banyak gas, seperti
karbon dioksida, sulfur dioksida, dan air, dapat menciptakan tekanan yang besar
di dalam kawah. Ketika tekanan ini mencapai titik tertentu, letusan dapat terjadi
untuk melepaskan tekanan tersebut.
4. Perubahan suhu: Perubahan suhu yang terjadi di dalam kawah gunung api dapat
memicu meletusnya. Saat magma mencair dan mendingin, suhu di dalam kawah
dapat berubah secara drastis, menciptakan tekanan yang cukup besar untuk
memicu letusan.
5. Aktivitas manusia: Aktivitas manusia, seperti pengeboran, peledakan, atau
penambangan, dapat memicu meletusnya gunung api jika melakukan penetrasi
terlalu dalam dan mencapai pipa magma di bawah permukaan tanah.
Faktor-faktor ini tidak selalu muncul secara terpisah. Biasanya, letusan gunung api
disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor di atas. Oleh karena itu, penting untuk
memahami aktivitas gunung api dengan baik dan mengambil tindakan pencegahan yang
tepat untuk mengurangi risiko bencana alam dan melindungi masyarakat di sekitar gunung
api.
Macam-Macam Letusan Gunung Api
Ada beberapa macam letusan gunung api yang dapat terjadi, yaitu:
1. Letusan eksplosif: Letusan ini biasanya terjadi pada gunung api yang memiliki
magma dengan kandungan gas yang tinggi. Letusan ini disebabkan oleh
pelepasan tekanan dalam magma secara tiba-tiba dan kuat, sehingga
menyebabkan ledakan yang keras. Letusan eksplosif menghasilkan awan panas,
abu vulkanik, bom lava, dan material vulkanik lainnya yang terlempar jauh dari
gunung api.

9
2. Letusan efusif: Letusan ini terjadi ketika magma yang kurang kental dan
mengandung sedikit gas naik ke permukaan melalui pipa magma. Letusan efusif
cenderung mengalir keluar dari kawah secara perlahan, menciptakan lava yang
mengalir di sekitar gunung api. Letusan ini cenderung tidak menghasilkan
ledakan atau material vulkanik yang terlempar jauh.
3. Letusan freatik: Letusan freatik terjadi ketika air atau uap bertemu dengan
magma yang sangat panas di dalam kawah gunung api. Air atau uap yang
bertemu dengan magma dapat meledakkan material vulkanik ke udara dan
menciptakan awan panas, abu vulkanik, dan batu-batu vulkanik lainnya.
4. Letusan hidromagmatik: Letusan hidromagmatik terjadi ketika air atau uap
masuk ke dalam kawah gunung api dan bertemu dengan magma yang sangat
panas. Kombinasi antara air dan magma yang panas ini dapat menciptakan
ledakan yang kuat dan terlemparnya material vulkanik yang jauh dari gunung
api.
5. Letusan campuran: Letusan ini terjadi ketika terjadi kombinasi antara letusan
efusif dan letusan eksplosif. Letusan ini biasanya terjadi pada gunung api yang
memiliki magma yang mengandung gas dan kurang kental. Letusan campuran
dapat menghasilkan ledakan dan material vulkanik yang terlempar jauh dari
gunung api, serta lava yang mengalir di sekitar gunung api.
B. Gempa Bumi

Dalil Alquran
Di dalam Alquran Allah berfirman yaitu dalam surat Al-Zalzalah ayat 1, Allah
mengunggkapkan bahwa bumi bergetar dan berguncang sedasyat-dasyatny. Artinya:
“Apabila Bumi diguncangkan dengan guncangan sedasyat-dahsyatnya.” Q.S Al-Zalzalah 1
Kemudian pada surat al-Muzammil Allah juga berfirman bahwa azab Allah (saat
kiamat terjadi ketika bumi diguncangkan sekeras-kerasnya sehingga menjadi bersekaran,
bercerai berai seperti tumpukan pasir yang beterbangan. Artinya “(Ingatlah) pada hari
(ketika) bumi dan gunung-gunung berguncang keras dan gunung-gunung itu menjadi
seperti tumpukan pasir yang beterbangan.
Defenisi
Gempa bumi adalah suatu sentakan/guncangan yang berasal dari dalam bumi,
kemudian merambat ke permukaan bumi. Gempa Bumi merupakan pelepasan energi secara
tiba-tiba yang menimbulkan getaran partikel yang menyebar kesegala arah akibat proses
subduksi. Gempa bumi merupakan getaran siesmik yang disebabkan oleh pecahnya atau
bergesernya bebatuan di suatu tempat dalam kerak bumi. Getaran tersebut merambat
melalui tanah dalam bentuk gelombang getaran sehinga manusia yang berada di permukaan
bumi merasa getaran yang akhirnya disebut gempa bumi. Secara umum terdapat dua teori
proses terjadinya gempa bumi yakni teori mengenai pergeseran sesar dan teori kekenyalan

10
elastis. Teori Pergeseran sesar dimulai 225 tahun yang lalu dimana benua merupakan satu
daratan yang disebut Pangaea. Seiring berjalannya waktu daratan ini memisahkan diri
sehingga mendasar pembentukan lempeng-lempeng bumi yang masih bergerak dan memicu
terjadinya gempa bumi. Menurut teori kekenyalan elastis bahwa gempa bumi disebabkan
oleh adanya pelepasan energi renggangan elastik batuan pada litosfer sehingga terjadi
getaran pada permukaan bumi semakin besar energi yang dilepaskan maka semakin kuat
getaran yang ditimbulkan. Gempa bumi berkaitan dengan serangkaian gerak gelombang yg
merambat dan menembus batuan penyusun bumi. Bila batuan tiba-tiba bergerak sepanjang
patahan, energi yg telah terhimpun, lepas. Ini dapat menyebabkan malapetaka di permukaan
bumi. Titik asal suatu gempa bumi iposentrum (fokus) yg letaknya relatif jauh di dalam
bumi. Titik di permukaan bumi tepat diatas fokus disebut epicenter. Gempa bumi yang
paling dahsyat berfokus dangkal, kurang dari 70km dari permukaan bumi. Pengaruhnya di
permukaan bervariasi dari getaran dan goncangan keras, hingga kegulungan tanah yang
menyebabkan permukaan laut surut (Thoyibah, Dwidiyanti, & ..., 2019).
Penyebab Gempa Bumi
1. Aktivitas Tektonik: Aktivitas tektonik adalah penyebab utama terjadinya gempa
bumi. Bumi terdiri dari lempeng-lempeng tektonik yang bergerak dan saling
bertabrakan di permukaan bumi. Ketika lempeng tektonik bertabrakan atau
bergeser satu sama lain, energi yang besar terakumulasi dan kemudian
dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Daerah yang paling rawan terjadi gempa
bumi adalah di sepanjang tepi lempeng tektonik, yang dikenal sebagai cincin api
Pasifik.
2. Aktivitas Vulkanik: Aktivitas vulkanik juga dapat menyebabkan terjadinya
gempa bumi. Ketika magma mendesak keluar dari gunung berapi dan merusak
batuan di sekitarnya, dapat terjadi gempa bumi. Selain itu, letusan gunung
berapi yang besar dapat memicu gempa bumi yang kuat.
3. Gerakan Tanah Liat: Gerakan tanah liat juga dapat menjadi penyebab terjadinya
gempa bumi. Tanah liat memiliki kemampuan untuk mengalami deformasi dan
perubahan bentuk yang besar ketika terjadi perubahan kondisi lingkungan,
seperti saat terjadi perubahan tekanan atau kelembaban. Ketika terjadi gerakan
tanah liat yang besar, dapat memicu terjadinya gempa bumi.
4. Aktivitas Manusia: Aktivitas manusia juga dapat menjadi penyebab terjadinya
gempa bumi. Beberapa aktivitas manusia yang dapat memicu terjadinya gempa
bumi adalah aktivitas pengeboran minyak dan gas bumi, pembangunan
bendungan, penambangan bawah tanah, dan pengeboran sumur geotermal.
Semua aktivitas ini dapat merusak kestabilan lapisan bumi dan memicu
terjadinya gempa bumi (Halim & Widodo, 2017).
5. Ledakan Nuklir: Ledakan nuklir yang dilakukan di bawah permukaan bumi juga
dapat memicu terjadinya gempa bumi. Ledakan nuklir akan menghasilkan
energi yang sangat besar yang dapat merusak batuan di sekitarnya dan memicu

11
terjadinya gempa bumi. Oleh karena itu, ledakan nuklir di bawah permukaan
bumi tidak dianjurkan dan dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan
global.
Tindakan Terhadap Bencana
Gempa bumi dan gunung meletus merupakan bencana alam yang tidak dapat
diprediksi secara tepat terjadinya, bahkan sampai saat ini belum ada alat yang dapat
mendeteksi gempa bumi tersebut. Manusia sebagai makhluk yang selalu melakukan
hubungan timbal balik dengan alam, seharusnya dapat membaca pesan yang disampaikan
oleh alam melalui gerak binatang tidak seperti biasanya. Gerak binatang akan memberikan
petunjuk akan datangnya bahaya salah satunya adalah bencana gempa bumi. Mengingat
gempa bumi itu merupakan bencana yang merusak dan tidak sedikit korban jiwa serta
kerusakan bangunan akibat yang ditimbulkan dari gempa bumi. Manajemen bencana
merupakan cara yang digunakan untuk penanggulangan bencana, manajemen bencana ini
efektif untuk meminimalkan korban jiwa dan juga kerusakan bangunan, serta fasilitas yang
ada. Salah satu tahap dari manajemen bencana ini adalah Kesiapsiagaan (Nuraeni,
Mujiburrahman, & ..., 2020). Menurut Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana : Tentang penanggulangan bencana dijelaskan bahwa
kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
Kesiapsiagaan berkaitan dengan kegiatan dan langkah-langkah yang diambil sebelum
terjadinya bencana untuk memastikan adanya respon yang efektif terhadap dampak bahaya,
termasuk dikeluarkannya peringatan dini secara tepat waktu dan efektif. Banyaknya korban
jiwa yang berjatuhan akibat dari bencana gempabumi karena ketidaktahuan masyarakat
terhadap gempa bumi dan cara penanggulangan gempa bumi sebelum, saat dan setelah
terjadi. Rencana penanggulangan bencana penting, tetapi tidak cukup hanya dengan
melibatkan diri mereka sendiri untuk memastikan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan bukan
hanya melibatkan dari persiapan diri sendiri melainkan dapat melibatkan pihak lain atau
lembaga lain yang terkait dengan penanggulangan bencana.

C. PEGUNUNGAN
Pegunungan merupakan salah satu fitur alam yang paling menarik dan menakjubkan
di dunia. Pegunungan menawarkan pemandangan yang menakjubkan, keanekaragaman
hayati yang kaya, dan berbagai kegiatan olahraga dan rekreasi yang menyenangkan. Dalam
makalah ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang pegunungan, termasuk bagaimana
pegunungan terbentuk, mengapa mereka penting bagi ekosistem, dan dampak manusia pada
pegunungan.

12
Pembentukan Pegunungan
Pegunungan terbentuk melalui berbagai proses geologis yang melibatkan aktivitas
tektonik, vulkanisme, dan erosi. Pada umumnya, pegunungan terbentuk ketika dua atau
lebih lempeng tektonik bertemu dan saling menekan satu sama lain, menghasilkan
deformasi di kerak bumi dan membentuk rangkaian pegunungan. Selama proses ini,
bebatuan terangkat dan terlipat, dan patahan-patahan terbentuk di sepanjang permukaan
pegunungan. Selain aktivitas tektonik, pegunungan juga dapat terbentuk melalui aktivitas
vulkanisme. Gunung berapi dapat membangun gunung melalui penumpukan material
vulkanik seperti lava, abu vulkanik, dan batu apung. Eerosi juga memainkan peran penting
dalam pembentukan pegunungan. Air, angin, dan es dapat mengikis batuan dan tanah di
sekitar pegunungan, mengubah bentuk dan ukuran pegunungan seiring waktu.

Pentingnya Pegunungan bagi Ekosistem


Pegunungan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi karena faktor-
faktor seperti perbedaan ketinggian, suhu, dan kondisi lingkungan yang berbeda-beda.
Pegunungan menyediakan habitat yang ideal bagi banyak spesies flora dan fauna, termasuk
spesies endemik yang hanya ditemukan di daerah pegunungan tertentu. Contoh spesies
endemik ini termasuk panda merah di Cina dan anoa pegunungan di Sulawesi, Indonesia.
Pegunungan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di seluruh
dunia. Pegunungan menyediakan air tawar bagi banyak sistem sungai dan danau di seluruh
dunia. Air dari pegunungan juga penting bagi pertanian dan industri di daerah-daerah yang
lebih rendah. Selain itu, pegunungan juga berfungsi sebagai pembatas geografis bagi
spesies flora dan fauna, sehingga membantu mendorong keanekaragaman hayati.
Meskipun pegunungan memiliki nilai ekologis dan keindahan yang luar biasa,
manusia seringkali mempengaruhi dan merusak lingkungan pegunungan melalui aktivitas
seperti pertambangan, perkebunan, dan kegiatan wisata yang berlebihan. Perusakan hutan
dan penggundulan tanah yang berlebihan dapat menyebabkan erosi yang parah,
mengganggu sistem hidrologi,

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa gempa bumi, pegunungan, dan gunung
berapi merupakan fenomena geologi yang kompleks dan memiliki kaitan erat satu sama
lain. Gempa bumi adalah getaran atau goncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi yang terjadi di dalam bumi, yang disebabkan oleh aktivitas tektonik,
aktivitas vulkanik, gerakan tanah liat, aktivitas manusia, dan ledakan nuklir. Pegunungan
terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng tektonik yang saling bertabrakan dan
mengakibatkan deformasi pada kerak bumi. Pegunungan dapat memiliki berbagai jenis
topografi dan struktur geologi yang berbeda, tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhinya, seperti jenis batuan, proses tektonik, dan pengaruh cuaca dan erosi.
Gunung berapi merupakan jenis pegunungan yang memiliki aktivitas vulkanik yang aktif.
Gunung berapi terbentuk akibat proses pembentukan bumi yang kompleks, di mana magma
yang berasal dari dalam bumi naik ke permukaan dan membentuk kerucut gunung yang
terdiri dari berbagai jenis batuan vulkanik. Gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya
gempa bumi yang kuat, letusan, dan erupsi yang mengancam keselamatan manusia dan
lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena geologi ini
sangat penting, terutama dalam memahami dampak dan risiko yang ditimbulkan terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan, serta upaya mitigasi dan penanganan bencana yang
diperlukan

14
DAFTAR PUSTAKA
Alzwar, Samodra, Tarigan, 1987, Pengantar Ilmu Gunung Api, Nova, Indonesia
Dame, G. S. A., Poli, H., & Tarore, R. C. (2019). Analisis Kerentanan Bahaya Erupsi
Gunung Api Karangetang Terhadap Kawasan Permukiman Di Pulau Siau. SPASIAL.
Retrieved from https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/spasial/article/view/25323
Halim, N. N., & Widodo, E. (2017). Clustering Dampak Gempa Bumi di Indonesia
Menggunakan Kohonen Self Organizing Maps (SOM). … Dan Nilai-Nilai ….
download.garuda.kemdikbud.go.id. Retrieved from
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=492237&val=10053&title=Clustering Dampak Gempa Bumi di Indonesia
Menggunakan Kohonen Self Organizing Maps SOM
Husein, S. (2016). Bencana Gempa Bumi. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
researchgate.net. Retrieved from https://www.researchgate.net/profile/Salahuddin-
Husein/publication/290883862_Bencana_Gempabumi/links/
569c74de08aea14769547b23/Bencana-Gempabumi.pdf
Nuraeni, N., Mujiburrahman, M., & ... (2020). Manajemen Mitigasi Bencana pada Satuan
Pendidikan Anak Usia Dini untuk Pengurangan Risiko bencana Gempa Bumi dan
Tsunami. Jurnal Penelitian Dan …. Retrieved from
https://journal-center.litpam.com/index.php/e-Saintika/article/view/200
Sabtaji, A. (2020). Statistik kejadian gempa bumi tektonik tiap provinsi di wilayah
Indonesia selama 11 tahun pengamatan (2009-2019). Buletin Meteorologi,
Klimatologi, Dan Geofisika. academia.edu. Retrieved from
https://www.academia.edu/download/63864365/Agung_Sabtaji_STATISTIK_GEMP
A_BUMI_TIAP_PROVINSI_DI_INDONESIA_11_TAHUN_PENGAMATAN_2009
-201920200708-22221-j8i893.pdf
Thoyibah, Z., Dwidiyanti, M., & ... (2019). Gambaran dampak kecemasan dan gejala
psikologis pada anak korban bencana gempa bumi di Lombok. Holistic Nursing and
…. Retrieved from https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs/article/view/5328

15

Anda mungkin juga menyukai