SKENARIO II
KELOMPOK VII
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 2
Seorang nenek membawa cucunya yang berusia 2 tahun datang berobat ke poli anak
dengan keluhan sariawan dan sulit makan. Sariawan dirasakan sudah sejak 1 bulan ini dan
tidak hilang meskipun sudah mendapatkan terapi nystatin. Anak mengalami sulit makan sejak
sekitar 2 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, frekuensi
nadi 110x/menit, frekuensi napas 38x/menit teratur, suhu aksila 37,8⁰C. Pasien tampak
malnutrisi dan didapatkan oral thrush serta hepatomegali. Pada anamnesis lebih lanjut
didapatkan riwayat ibu meninggal 1 tahun yang lalu karena menderita AIDS. Dokter
mengatakan kemungkinan besar telah terjadi penularan HIV secara transplasenta. Selanjutnya
dokter merencanakan pelacakan kemungkinan infeksi oportunistik melalui pemeriksaan
pewarnaan KOH dari swab mukosa mulut, mantoux test, antibodi HIV, limfosit CD4. Dokter
memberikan terapi suportif dan antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oportunistik
yang lain.
BAB II
A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario
1. Nystatin : anti jamur dari S. nausei yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan
jamur.
2. Infeksi Oportunistik : infeksi yang timbul akibat sistem imun menurun.
3. Oral Thrush/Oral Candidiasis : lesi putih pada lidah/bagian dalam mulut oleh
Candida albicans.
4. Mantoux Test : untuk Tuberculin Test/mengecek adanya TB.
5. Antibiotik Profilaksis : untuk mengontrol gejala suatu penyakit infeksi.
6. Composmentis : kesadaran penuh, nilai GCS 15.
7. Pewarnaan KOH : untuk identifikasi C. albicans dan jamur lainnya.
8. Swab Mukosa Mulut: untuk identifikasi C. albicans di mukosa mulut, menggunakan
KOH.
Struktur virus
Gejala
Mekanisme
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan Farmakologi
penunjang
Pengobatan
Non-
Farmakologi
Komplikasi
4. Apa sajakah pemeriksaan penunjang yang diberikan dokter dalam kasus tersebut?
Jawaban:
Tes Antibodi: untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan
infeksi HIV. Perlu waktu 3-12 minggu agarjumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi
untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
Hitung sel CD4: untuk mengetahui jumlah sel limfosit CD4 dalam tubuh. Normal:
500-1400 sel/mm3 darah. HIV AIDS: CD4 <200 sel/mm3 darah.
Pemeriksaan HIV mengikuti prinsip yang telah disepakati secara global, yaitu:
o Konfidensialitas
o Persetujuan
o Konseling
o Pencatatan
o Pelaporan dan rujukan
Prinsip konfidensial berdasarkan Permenkes no. 21 tahun 2013 pasal 21 ayat 3,
pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya dapat dibuka pada:
o Yang bersangkutan
o Tenaga kesehatan yang menangani
o keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak cakap
o Pasangan seksual
o Pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Bagaimana penanganan pasien HIV secara farmakologis?
Jawaban:
Penanganan dengan obat anti retroviral yang dibagi menjadi 5 kelompok, antara lain:
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Reverse transcriptase mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum
bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada
tahap awal replikasi HIV, obat-obat ini menghambat terjadinya infeksi akut sel
yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV.
Contoh:
- Zidovudin
- Didanosin
- Lamivudin
- Emtrisitabin
- Abakavir
Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor
Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat anti-retrovirus lainnya. Tidak
seperti NRTI yang harus melalui 3 tahap fosforilasi intraseluler untuk menjadi
bentuk aktif, NtRTI hanya membutuhkan 2 tahap fosforilasi. Diharapkan, dengan
berkurangnya satu tahap fosforilasi, obat dapat bekerja lebih cepat dan
konversinya menjadi bentuk aktif lebih sempurna.
Contoh: Tenofovir Disoproksil
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
NNRTI merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim reverse
transcriptase dengan cara berikatan di tempat yang dekat dengan tempat aktif
enzim dan menginduksi perubahan konformasi pada situs aktif. Tidak seperti
NRTI dan NtRTI, NNRTI tidak mengalami fosforilasi untuk menjadi bentuk aktif.
NNRTI hanya aktif terhadap HIV-1, tidak HIV-2.
Contoh:
- Nevirapin
- Efavirenz
Protease Inhbitor (PI)
Bekerja dengan cara berikatan secara reversibel dengan situs aktif HIV-protease.
HIV-protease sangat penting untuk infektivitas virus dan pelepasan poliprotein
virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya pelepasan polipeptida prekusor virus
oleh enzim protease sehingga menghambat maturasi virus, maka sel akan
mengahsilkan partikel virus yang imatur dan tidak virulen.
Contoh:
- Ritonavir
- Lopinavir
Viral Entry Inhibitor
Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat fusi virus ke sel melalui
reseptor CXCR4. Contoh: Enfuvirtid
Secara teoritis terapi kombinasi untuk HIV lebih baik daripada monoterapi karena:
Di Indonesia, regimen obat anti-retrovirus yang diusulkan oleh Depkes RI 2003 adalah:
Kolom A Kolom B
Didanosin + Lamivudin
Zidovudin + Lamivudin
Stavudin + Didanosin
Walaupun obat anti-retrovirus sudah menjadi kunci dalam penatalaksanaan HIV-AIDS,
ada beberapa leterbatasan, yaitu:
A (Abstinance): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum
menikah.
B (Be faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan (tidak berganti-ganti
pasangan).
C (Condom): Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan
kondom.
D (Drug No): Dilarang menggunakan narkoba.
E (Education): Pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara
penularan, pencegahan, dan pengobatannya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan diskusi tutorial skenario 2 Blok Immunology and Tropical Infection ini
mahasiswa mampu menjelaskan tentang penurunan system imun akibat penyakit infeksi
(HIV/AIDS). Mahasiswa juga mampu menjelaskan jalur transmisi dan factor risiko
infeksi HIV. Selanjutnya, menjelaskan perjalanan penyakit, gejala, dan tanda infeksi
HIV. Menjelaskan prinsip terapi infeksi HIV. serta menjelaskan infeksi oportunistik dan
kmplikasi pada penderita HIV. Sehingga dari diskusi tutorial ini didapat diagnosis
bandingnya adalah toksoplasmosis dan kandidiasis. Mahasiswa pun mampu menjelaskan
prinsip edukasi pada pasien HIV dan keluarganya, jadi tidak hanya pengobatan secara
farmako, tetapi non-farmako pun juga diberikan pada pasien.
B. Saran
Kegiatan tutorial skenario 2 Blok Immunology and Tropical Infection ini telah
berjalan dengan baik. Pada saat pertemuan pertama dalam membahas jump 1 sampai
dengan jump 5 kami telah aktif mencurahkan pendapat yang telah kami miliki
sebelumnya (Brain Storming). Serta, kami telah membuat pertanyaan-pertanyaan terkait
scenario yang diberikan. Namun, masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab di
pertemuan pertama. Pertemuan kedua pada skenario 2 juga berjalan dengan baik.
Masing-masing anggota kelompok telah mencari dan mengumpulkan informasi secara
mandiri untuk pertemuan kedua ini, sehingga semua pertanyaan yang belum terjawab di
pertemuan pertama serta learning object dapat terjawab.