Disusun Oleh:
NIM : 17711080
Kelompok :6
FAKULTAS KEDOKTERAN
Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang menginginkan lahir dengan
kekurangan ataupun memiliki kecacatan. Begitu pula, tidak ada orangtua manapun
yang menginginkan anak yang cacat. Kelahiran seorang anak berkebutuhan
khusus tidak memandang status sosial, latar belakang agama, ataupun pendidikan.
Oleh: Eka Wahyu Pramita, Mila Novita (Pramita and Novita, 2019)
Sedari awal membangun keluarga, Kartika dan suami memiliki komitmen yang
kuat di awal pernikahan. Satu suara, satu hati, saling terbuka dan saling
mendukung adalah salah satu kekuatan terbesar saat mengetahui ketiga buah hati
tumbuh dengan kebutuhan khusus. Selain suami, dukungan keluarga adalah
motivasi hidup dalam dirinya.
"Keluarga besar, Alhamdulillah juga menerima kondisi Shoji, Rey, dan Aisha,
begitu juga sahabat sahabat kami selain teman di media sosial pun memberikan
dukungan dari komentar yang menyemangati saat kami berbagi cerita tentang
anak-anak," ujarnya.
"Hingga usia kurang dari 4,5 tahun, kemampuan bicaranya masih terbatas
seperti anak usia 1,5 tahun. Shoji mulai dapat merangkai kalimat sederhana di
usia 6 tahun," ceritanya.
Kebahagiaan Kartika saat Shoji berhasil mengucap kata demi kata mungkin
telah lebih awal dirasakan oleh para ibu yang lain. Namun bagi Kartika tak ada
kata terlambat, Shoji memberikan berkah yang tiada terkira.
"Namun kata dokter sudah ada pengobatan dan terbukti bisa disembuhkan. Ini
salah satu harapan terbesar kami," ujar lulusan Ilmu Teknologi Pangan dan Hasil
Pertanian Universitas Gadjah Mada ini.
Sebagai seorang ibu yang telah melewati rasa menerima, sabar, dan menangis,
Kartika selalu mengingat dua kalimat yang saya ingat saat Aisha dirawat di
kamar bayi PICU rumah sakit, yaitu QS Al Insyirah 5-6, di mana artinya adalah
"Di mana ada kesulitan di situ terdapat kemudahan" dan "Sakit itu penggugur
dosa".
"Pernah ikut TORCH Kampanye yang diadakan Rumah Ramah Rubella juga,
ikut seminar dan bergabung di komunitas kelompok pendukung anak-anak
berkebutuhan khusus di sekolah Shoji, di grup WhatsApp yang beranggota anak-
anak dengan epilepsi, juga di grup Facebook Wahana Keluarga Cerebral Palsy.
Makin banyak ilmu dan makin banyak teman itu bikin saya dan suami lebih
menikmati proses bareng anak-anak, "katanya.
Kini harapan ibu cantik itu adalah Shoji, Rey, dan Aisha menjadi anak mandiri
yang memiliki karakter. Menjadi manusia yang utuh dengan segala
ketidaksempurnaan yang menjadikan manusia sempurna. "Percaya diri, mampu
memberdayakan diri sendiri, menjadi pribadi yang takut akan Tuhan, dan
bermanfaat bagi sesama," kata dia.
ULASAN
Kehadiran seorang anak adalah kebahagiaan paling besar bagi orang tua.
Terlebih kebahagiaan ini akan sangat dirasakan bagi suami-isteri yang sudah
lama menikah dan berharap mendapatkan momongan. Namun, bagaimana jika
anak yang hadir pada keluarga tersebut merupakan anak berkebutuhan khusus?
Permasalahannya adalah sikap orangtua terhadap anak. Apa kehadiran anak
tersebut merupakan sebuah anugerah, atau amanah? Tentu anggapan ini akan
mempengaruhi sikap orangtua kepada anaknya nanti.
Pramita, E. W. and Novita, M. (2019) Cerita Ibu yang Membesarkan Tiga Anak
Berkebutuhan Khusus, TEMPO.