Anda di halaman 1dari 9

Nama : Muhammad Ferdy Asyiraq

NIM : G0017143

Judul Usulan Penelitian : Pengaruh Cahaya Lampu Ketika Tidur Terhadap Durasi
Tidur Mahasiswa Kedokteran Semester 3 Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret

1st Assignment

A. Latar Belakang

Tidur merupakan kebutuhan setiap orang, termasuk juga mahasiswa. Pada


saat tidur, sebagian besar sistem yang beroperasi di dalam tubuh beristirahat. Oleh
karena itu, tidur sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat menjalankan fungsinya
dengan baik pada esok harinya. Kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda,
tergantung pada usia.

Bayi yang baru berumur 0-3 bulan membutuhkan waktu tidur sebanyak 14-
17 jam dalam sehari nya. Bayi yang berumur 4-12 bulan membutuhkan waktu
tidur sebanyak 12-16 jam per hari. Anak berusia 1-2 tahun membutuhkan waktu
tidur 11-14 jam per harinya. Anak berusia 3-5 tahun membutuhkan waktu tidur
sebanyak 10-13 jam per hari. Anak berusia 6-12 tahun butuh 9-12 jam waktu tidur
per harinya. Remaja usia 13-18 tahun membutuhkan waktu tidur sebanyak 8-10
jam per hari. Dewasa berumur 18-60 tahun butuh 7 jam waktu tidur per malam
nya. Dewasa usia 61-64 tahun butuh 7-9 jam waktu tidur. Sedangkan di atas 65
tahun butuh waktu tidur sebanyak 7-8 jam (Hirshkowitz, 2015).

Terdapat banyak faktor yang menentukan kualitas dan durasi tidur


seseorang. Bisa berupa jet lag, kerja shift di malam hari, rasa sakit, stress,
penyakit, dan juga cahaya. Cahaya merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi tidur. Cahaya menyebabkan seseorang kesulitan untuk tidur lebih
cepat. Cahaya mempengaruhi waktu tidur kita melalui sel yang sensitif terhadap
cahaya pada retina mata. Sel tersebut, berperan sama seperti sel batang dan sel

1
kerucut yang menyebabkan kita bisa melihat, memberitahukan otak apakah
waktunya siang hari atau malam hari, dan juga terhadap siklus tidur kita.
Dikarenakan penemuan lampu pada akhir abad ke-19, saat ini kita terpapar lebih
banyak cahaya saat malam hari yang mana mempengaruhi siklus tidur kita.
Paparan sinar pada malam hari cenderung menunda waktu tidur kita dan
menyebabkan kita terjaga pada malam hari (Harvard, 2007).

Pada proposal ini akan dibahas mengenai pengaruh cahaya lampu ketika
tidur terhadap durasi tidur mahasiswa kedokteran semester III Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan


sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh cahaya lampu saat tidur terhadap durasi tidur


mahasiswa?

2. Bagaimana pengaruh mematikan lampu sebelum tidur terhadap durasi


tidur mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pada pengadaan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan cahaya lampu saat tidur


terhadap durasi tidur mahasiswa

2. Untuk mengetahui pengaruh mematikan lampu sebelum tidur terhadap


durasi tidur mahasiswa

D. Manfaat Penelitian

1. Agar dapat mengerti pengaruh yang ditimbulkan dari cahaya lampu saat
tidur terhadap durasi tidur mahasiswa

2
2. Membantu para mahasiswa untuk dapat meningkatkan kualitas dan durasi
tidurnya dengan mematikan lampu sebelum tidur

2nd Assignment

A. Landasan Teori
 Perbedaan durasi tidur berdasarkan usia
Durasi tidur pada setiap orang berbeda-beda dan banyak faktor yang
membedakannya. Salah satunya usia, kebutuhan seseorang akan tidur akan
berubah seiring bertambahnya usia. Pada bayi yang baru lahir butuh 14-17
jam tidur. Balita butuh 12-15 jam tidur seharinya. Anak-anak butuh 11-14
jam untuk tidur yang optimal. Anak-anak usia playgroup butuh 10-13 jam
waktu tidur. 9-11 jam waktu tidur dibutuhkan anak-anak SD. 8-10 jam
tidur dibuthkan usia remaja. Sedangkan dewasa butuh 9-11 jam waktu
tidur yang baik.

 Mekanisme dan fisiologi tubuh ketika tidur


Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan
masa rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama
sirkadian bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan
terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan
siang hari, awas waspadanya manusia dan bintang pada 7 siang hari dan
tidurnya mereka pada malam hari.

Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika


seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak
aktif melainkan sedang bekerja. Sistem yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah Reticular Activating System (RAS) dan
Bulbar Synchronizing Regional (BSR) yang terletak pada batang otak.
RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam
mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi

3
rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima
stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.
Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin
seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya
pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang
otak tengah, yaitu BSR.

 Tahapan Tidur
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau
Rapid Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau
Non Rapid Eye Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM
yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium
dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat, lalu diikuti 8 oleh fase
REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian
sekitar 4-6 siklus dalam semalam.
 Tidur Stadium
Satu Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal
dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan
lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan,
dan aktivitas otot melambat.
 Tidur Stadium Dua
Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung
melambat dan suhu tubuh menurun, Pada tahap ini didapatkan gerakan
bola mata berhenti.
 Tidur Stadium Tiga
Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya. Pada tahap ini
individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut
tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung
selama beberapa menit.
 Tidur Stadium Empat

4
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang
otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju
otot, untuk memulihkan energi fisik.

Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan
sangat restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup
istirahat dan energik di siang hari. Fase tidur NREM ini biasanya
berlangsung antara 70 menit 9 sampai 100 menit, setelah itu akan masuk
ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih
cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau
bangun. Selama tidur REM, mata bergerak cepat ke berbagai arah,
walaupun kelopak mata tetap tertutup. Pernafasan juga menjadi lebih
cepat, tidak teratur, dan dangkal. Denyut jantung dan nadi meningkat
(Patlak, 2005). Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi
mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting
secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang.

 Siklus Tidur
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM
terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup
mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan
untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu
makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik
menjadi kurang gesit. Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut.
Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang.
Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu.

 Mekanisme Tidur
Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter fisiologis.
NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan

5
lambat serta tekanan darah yang rendah. NREM adalah tahapan tidur yang
tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba,
peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas
dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai
dengan penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM
disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur
paradoks (Ganong, 1998). Pada tidur yang normal, masa tidur REM
berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode
pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM
menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur NREM tingkat I dengan
gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi
jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata
yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit dibangunkan daripada
tidur gelombang lambat atau NREM. Pengaturan mekanisme tidur dan bangun
sangat dipengaruhi oleh sistem yang disebut Reticular Activity System. Bila
aktivitas Reticular Activity System ini meningkat maka orang tersebut dalam
keadaan sadar jika aktivitas Reticular Activity System menurun, orang
tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktivitas Reticular Activity System (RAS)
ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kolinergik, histaminergic.
B. Kerangka konsep

CAHAYA
LAMPU
MEKANISME

TIDUR
DURASI
TIDUR
FASE-FASE

6
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori tersebut, saya menyimpulkan hipotesis bahwa
terdapat pengaruh cahaya terhadap durasi tidur pada mahasiswa
kedokteran semester 3.
D. Daftar Pustaka

1. Hirshkowitz M, Whiton K, Albert SM, Alessi C, Bruni O, et al. The


National Sleep Foundation’s sleep time duration recommendations:
methodology and results summary. Sleep Health. 2015;1(1):40–43.
2. Paruthi S, Brooks LJ, D'Ambrosio C, Hall WA, Kotagal S, Lloyd RM,
et al. Recommended amount of sleep for pediatric populations: a
consensus statement of the American Academy of Sleep Medicine. J
Clin Sleep Med. 2016;12(6):785–786.
3. Watson NF, Badr MS, Belenky G, et al. Recommended amount of sleep
for a healthy adult: a joint consensus statement of the American
Academy of Sleep Medicine and Sleep Research Society. Sleep.
2015;38(6):843–844.
4. Quan, SF, Shea, SA, Laker, M, et al 2007, External Factors That
Influence Sleep, Division of Sleep Medicine, Harvard Medical School,
dilihat pada 21 September 2018,

<http://healthysleep.med.harvard.edu/healthy/science/how/external-
factors>

3rd Assignment

A. Populasi Penelitian dan Subyek Penelitian


Populasi target penelitian adalah seluruh mahasiswa Kedokteran semester
3 FK UNS (223 orang). Populasi terjangkau adalah mahasiswa Kedokteran
semester 3 FK UNS yang menggunakan lampu saat tidur (belum
diketahui). Subyek penelitian adalah mahasiswa Kedokteran FK UNS
semester 3 yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi.
B. Teknik Sampling

7
Teknik pengambilan subjek penelitian menggunakan metode Purposive
Sampling, yaitu dengan cara menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh
peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel
yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan kriteria
eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon responden
yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok
penelitian.
Dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
 Kriteria Inklusi
o Mahasiswa Kedokteran FK UNS Semester 3
o Mahasiswa yang menghidupkan lampu ketika tidur
 Kriteria Eksklusi
o Mahasiswa yang mematikan lampu ketika tidur

C. Penentuan Jumlah Sampel Penelitian


Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus Solvin, yaitu sebagai
berikut:
N
n=
1+ Ne2

n= Besar sampel
N= Besar populasi
e= Margin error

223
n= 2
1+(223)(0.05)
223
n=
1+(223)(0.05)2
n=143

8
D. Identifikasi Variabel
 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan cahaya lampu
saat tidur

 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah durasi tidur mahasiswa
Kedokteran semester 3

E. Rancangan Penelitian

Besar sampel
Populasi 223 Subjek penelitian
dihitung dengan
mahasiswa adalah yang
rumus Solvin
Kedokteran semester memenuhi criteria
didapatkan sebanyak
3 FK UNS inklusi
143 orang

Persiapan penelitian
Pengumpulan data Pengolahan data

Pembuatan proposal
penelitian dan
Pemberitahuan dan Analisis data
perizinan ethical
pengumpulan
lembar informed
consent
Pencatatan hasil

Pengisian kuesioner
oleh sampel
penelitian

Anda mungkin juga menyukai