Referat Divisi
Hari/ tanggal : Selasa / 6 September 2022 Pukul : 10.00 WIB
Penyaji : dr. Sari Novita Pratiwi
Divisi : Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial
Pembimbing : dr. T.M Thaib, MKes, SpA (K)
dr. Eka Yunita Amna, Sp.A
PENDAHULUAN
Sekitar sepertiga kehidupan manusia dilewatkan dengan tidur, tetapi tidur itu sendiri
jarang sekali dipermasalahkan. Pentingnya tidur baru dirasakan oleh orang tua yang mengalami
gangguan tidur. Prevalensi gangguan tidur adalah sekitar 30% pada anak dan dewasa. Bila
gangguan tidur ini berlangsung lama, anak akan menjadi kurang motivasi, kehilangan rasa ingin
tahu, serta daya tangkap dan daya ingatnya juga akan berkurang, sehingga proses belajar dan
1
berdampak pada bayi atau anak itu sendiri- seperti perubahan fisik, emosi, psikologis, sosial dan
status kesehatannya melainkan juga berdampak pada orang tua dan keluarga.1
Tidur adalah kesempatan bagi tubuh untuk menghemat energi, memulihkan proses
yang paling dikenal dari kurang tidur adalah kantuk di siang hari. Namun, kantuk pada anak-
anak umumnya bermanifestasi sebagai lekas marah, masalah perilaku, kesulitan belajar,
kecelakaan kendaraan bermotor pada remaja, dan kinerja akademik yang buruk. Membedakan
gangguan tidur yang signifikan dari perubahan normal terkait usia dapat menjadi tantangan dan
Masalah yang terjadi dalam tidur disebut dengan gangguan tidur. Gangguan tidur
merupakan kumpulan gejala gangguan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan durasi waktu tidur
seseorang. Sekitar 46% gangguan tidur pada anak sekolah dasar memiliki tipe gangguan
memulai dan mempertahankan tidur. Tidur juga memiliki fungsi restoratif, yaitu memulihkan
tenaga yang hilang, menghilangkan kelelahan, dan meningkatkan efisiensi belajar. Tidur Non
REM memiliki fungsi restoratif yang terkait dengan pemeliharaan sistem imun dan pertumbuhan
fisik. Pada saat yang sama, tidur REM memiliki fungsi restoratif yang berkaitan dengan sistem
yang mengatur fokus perhatian, yaitu kemampuan untuk berkonsentrasi terhadap suatu hal pada
satu waktu. Kemampuan untuk mempertahankan suasana hati yang optimistik, rasa percaya diri,
kemampuan untuk beradaptasi secara emosional terhadap lingkungan fisik dan sosial juga
Tidur normal terdiri dari beberapa siklus yang merupakan proses aktif yang berputar
dalam irama ultradian. Irama ultradian adalah putaran proses fisiologis yang terjadi berulang-
2
ulang dalam periode 24 jam atau kurang, seperti pada pelepasan hormon, aktivasi sistem saluran
cerna, denyut jantung, pengaturan suhu, serta tidur. Irama ultradian pada tidur berlangsung
selama kurang lebih 90 menit. Satu siklus memiliki tahap yang dibagi menjadi tidur non-rapid
Tidur tidak hanya merupakan sebuah keadaan tidak sadar yang berkelanjutan, tetapi ada
berbagai tahap yang dilalui sepanjang malam itu, yang masing-masing dapat diidentifikasi
melalui aktivitas gelombang listrik otak. Tidak ada bayi atau anak yang melewati masa kecilnya
tanpa pernah mengalami gangguan tidur sama sekali. Bagi sementara orang hal ini tidak pernah
menjadi masalah. Bagi banyak orang tua, bayi yang menjerit sepanjang malam adalah perkenalan
mereka yang pertama dengan “neraka dunia”. Gangguan tidur mempengaruhi seluruh keluarga,
DEFINISI
Tidur adalah suatu keadaan teratur, berulang, dan reversible, yang ditandai dengan
keadaan yang relatif diam dan meningginya nilai ambang rangsang terhadap stimulus dari luar
bila dibandingkan dengan pada keadaan terjaga. Sedangkan berdasarkan aktifitas mental tidur
adalah penurunan kewaspadaan terhadap lingkungan dan hilangnya kesadaran.1 Tahapan tidur
pada bayi dan anak dapat dikelompokkan menjadi, tidur aktif atau REM (rapid eye movement)
dan tidur tenang atau non-REM. Tidur memegang peran yang sangat besar bagi perkembangan
bayi. Pada saat inilah terjadi perbaikan sel-sel otak dan kurang lebih 75% hormon tubuh
diproduksi.5
FISIOLOGI TIDUR
3
Proses tidur dan bangun diatur oleh system tidur (hypnogenic system) dan system bangun
(arousal system) yang terdapat di otak. Kedua system ini bekerja bersama-sama untuk mencapai
keseimbangan yang wajar. Area di otak yang menyebabkan tidur disebut pusat neuronal tidur.
Daerah nucleus raphe yang terletak di setengah bagian bawah pons dan di dalam medulla.
Di bagian tengah area ini terdapat sederet inti yang menyebarkan serabut-serabut saraf
kearah formasio retikularis, thalamus, neokortek, hipotalamus, dan kortek limbik. Diduga
sederet inti ini mengeluarkan serotonin yang dianggap sebagai neurotransmitter utama
Daerah inti tractus solitarius yang merupakan daerah sensoris di medulla dan pons.
Beberapa area lain di batang otak dan ensefalon yaitu ujung depan/rostral hipotalamus,
Regulasi tidur juga dipengaruhi oleh beberapa neurotransmitter. Untuk tetap bangun
noradrenalin. Dari keadaan jaga menuju tidur non-REM (non rapid eye movement)
diperlukan adanya serotonin dari system raphe , sedangkan dari tidur non-REM ke REM
dipengaruhi oleh system norepinefrin yang berpusat di lokus coeruleus (LC) di pons
FASE-FASE TIDUR
4
Siklus tidur biasanya regular sepanjang malam yg terdiri dari 2 tahap, yaitu REM atau
tidur aktif dan non-REM atau tidur tenang. Pada tahap REM aktivitas korteks cukup intensif.
Sedangkan pada tahap non-REM, aktivitas korteks yang digambarkan dengan amplitude besar
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh
fase REM. Tidur NREM merupakan sekitar 75 – 80 persen dari total waktu yang dihabiskan
dalam tidur dan tidur REM merupakan sisa 20 sampai 25 persen. Panjang rata – rata siklus tidur
NREM-REM pertama adalah 70 – 100 menit. Siklus kedua, dan kemudian, yang lebih tahan
lama-sekitar 90 sampai 120 menit. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi
secara bergantian antara 4 – 7 siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16 – 20 jam/hari, anak –
anak 10 – 12 jam/ hari, kemudian menurun 9 – 10 jam/ hari pada umur diatas 10 tahun.14
1. Stadium 1
Terjadi pada masa transisi dari tidur ke bangun, dan sering disebut sebagai tidur ringan.
Fase awal bermula dari 30 detik hingga 5 menit. Halusinasi hipnogagik dapat muncul5
2. Stadium 2
Biasanya dianggap sebagai tidur sebenarnya. Ciri khas dari stadium ini yaitu aktivitas
ritmik EEG yang cepat dan disebut kumparan tidur dan amplitudo tinggi dengan puncak
gelombang lambat. Fase awal dari stadium 2 bertahan dari 5 hingga 25 menit.5
3. Stadium 3 dan 4
Dikenal dengan tidur dalam, tidur gelombang lambat atau tidur delta. Stadium ini
ditandai oleh gelombang delta. Stadium 3 diperoleh dalam polysomnogram pada saat
5
gelombang delta menempati antara 20%-50% dari aktivitas EEG. Stadium 4 jumlah delta
Setelah tahap IV, tidur memasuki tahap REM yang ditandai oleh pergerakan cepat bola
mata yang terjadi tiba-tiba, peningkatan aktivitas gelombang EEG, paralisis otot dan percepatan
pola napas dan denyut jantung. Pada tahap ini sering terjadi mimpi, dan aktivitas EEG
menyerupai saat terjaga. Hal ini menunjukkan fungsi luhur otak terlibat secara aktif. Paralisis
otot dan aktivitas otak yang meningkat dalam tidur REM menyebabkan tahap tidur ini juga
Selesainya tidur REM melengkapi satu siklus tidur, yang dapat berlanjut ke siklus tidur
berikutnya atau ke keadaan terjaga. Apabila seseorang terbangun di tengah putaran siklus tidur
NREM, akan terjadi rasa mengantuk berat disertai kebingungan dan disorientasi, serta
6
dibutuhkan beberapa waktu untuk menuju keadaan terbangun. Bangun di pagi hari umumnya
Gambar proporsi REM dan Non REM pada perkembangan berdasarkan kelompok umur.5
7
Gambar Kecukupan tidur sesuai usia anak14
EPIDEMIOLOGI
Sekitar 35 – 45% gangguan tidur terjadi pada anak berumur 2 – 18 tahun. Chervin et al
mendapatkan bahwa pada anak usia sekolah sering dijumpai gangguan tidur, yaitu kesulitan
untuk memulai tidur atau mempertahankan tidur terjadi pada 10 – 20% anak berumur 8 – 9
tahun; gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan terjadi pada 1- 3% anak; dan
mengantuk yang berlebihan di siang hari terjadi pada sekitar 10% anak. Sebuah survey pada
1.125 remaja berumur 15 – 18 tahun di Perancis, Inggris, Jerman, dan Italia mendapatkan 20%
kejadian mengantuk yang berlebihan, 25% mempunyai gejala insomnia, dan 4% memenuhi
Penelitian yang dilakukan Haryono pada anak usia12-15 tahun di Jakarta Timur dengan
menggunakan skala gangguan tidur pada anak atau Sleep Disturbance for Children (SDSC)
mengungkapkan bahwa prevalensi gangguan tidur pada anak usia 12 – 15 tahun adalah 62,9%.
Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Rini sekartini dan kawan-kawan mengenai gangguan
tidur pada anak usia dibawah 3 tahun di Lima kota di Indonesia ditemukan prevalensi gangguan
tidur pada 44,2% anak dengan usia rata-rata 12 bulan. Tingginya prevalensi gangguan tidur ini
mempengaruhi pola tumbuh kembang anak baik pada usia pra sekolah maupun usia sekolah.5
Masalah yang terjadi dalam tidur disebut dengan gangguan tidur. Gangguan tidur
merupakan kumpulan gejala gangguan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan durasi waktu tidur
seseorang. Sekitar 46% gangguan tidur pada anak sekolah dasar memiliki tipe gangguan
memulai dan mempertahankan tidur. Prevalensi gangguan tidur pada anak usia dibawah tiga
8
tahun di Indonesia mencapai angka 44,2%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, prevalensi
gangguan tidur pada anak usia di bawah tiga tahun sebesar 30% yang mengalami gangguan tidur
ETIOLOGI
Secara umum penyebab gangguan tidur pada anak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
penyebab organic (kondisi medis) dan penyebab non organic (kondisi psikiatrik atau
lingkungan). Hampir semua kondisi medis yang disertai nyeri dan rasa tidak nyaman dapat
mengakibatkan gangguan tidur. Berbagai kondisi organik yang dapat menyebabkan gangguan
tidur diantaranya adalah : kejang epilepsi, nyeri kepala, sindrom menelan abnormal, asma, gejala
Keadaan lain yang merupakan factor yang berhubungan dengan masalah terbangun pada
malam hari adalah masa perinatal (prematuritas, asfiksia perinatal), kepribadian yang sulit
(sensitif, sulit beradaptasi), kondisi lapar, ngompol, kebiasaan tidur ditemani orang tua, stress
keluarga. Kualitas tidur anak juga dapat dipengaruhi oleh masalah interaksi anak dan orang tua.
Dilaporkan bahwa 57% dari anak dengan masalah tidur memiliki hubungan yang tidak baik
dengan ibunya.1
9
Bayi dan anak yang tidak dapat tidur dengan baik akan menjadi overarroused dan
menjadi lebih sulit untuk memulai tidur. Berbagai manifestasi pada bayi dan anak yang kualitas
tidurnya tidak adekuat dapat berupa mengantuk sampai hiperaktif. Mereka cenderung irritable,
kurang atensi, kurang kooperatif, dan sulit dikontrol. Untuk usia prasekolah, terlambat tidur 30
menit saja bisa mempengaruhi emosi mereka pada keesokan harinya. Bayi normal umumnya
memiliki perilaku rewel antara umur 3-14 minggu. Hal ini terjadi karena system susunan saraf
pusatnya masih immature terlalu dipenuhi oleh berbagai rangsangan . Bayi yang rewel dan sering
motoriknya. 1
Terdapat dua klasifikasi gangguan tidur, yaitu menurut ICD 10 dan menurut DSM IV (
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ). Diagnosis gangguan tidur menurut
ICD 10 termasuk dalam kategori F51 (nonorganic sleep disorder) dan G47 ( organic sleep
disorder). Kategori F51 selanjutnya dibagi menjadi disomnia dan parasomnia. Tidak ada kriteria
khusus untuk anak, tetapi ICD 10 menekankan bahwa masalah tidur pada anak tidak
perkiraan etiologi. Tiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM IV adalaha gangguan tidur
primer, gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain, dan gangguan tidur lain
khususnya gangguan tidur karena kondisi medis umum atau yang disebabkan oleh zat.1
10
1.2 Disomnia
Istilah disomnia berhubungan dengan masalah jumlah tidur, saat mulai tidur, dan lama
mempertahankan tidur. Disomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur yang heterogen.
Diantaranya :
Dikatakan Insomnia Primer jika pada keluhan utama didapatkan kesulitan memulai
atau mempertahankan tidur atau merupakan tidur nonrestorative, dan keluhan tersebut
terus berlangsung selama sekurangnya satu bulan. Istilah primer menyatakan bahwa
insomnia terjadi tidak ada kaitannya dengan masalah fisik atau mental. Insomnia primer
seringkali ditandai oleh kesulitan mulai tidur dan terjaga berulang kali. 1
Hypersomnia primer didiagnosa jika tidak dapat ditemukan penyebab lain untuk
somnolensi berlebihan yang terjadi sekurangnya selama satu bulan. Tidur mereka
kendatipun lama adalah normal dari segi arsitektur dan fisiologinya. Efisiensi tidur dan
jadwal tidur bangun mereka adalah normal. Pola tersebut tanpa disertai keluhan tentang
kualitas tidur, mengantuk di siang hari, atau kesulitan dengan mood, motivasi, dan kinerja
saat terjaga. Tidur lama mungkin merupakan pola seumur hidup dan keadaan ini
memiliki insidensi familial. Banyak orang pernah menjadi petidur lama pada waktu
mengantuk berlebihan yang berlangsung sekurangnya tiga hari dan terjadi beberapa kali
11
1.2.2.1 Narkolepsi 1
Narkolepsi adalah mengantuk berlebihan di siang hari dan manifestasi tidur REM
yang abnormal, yang terjadi setiap hari selama sekurangnya tiga bulan. Ditemukannya
tidur REM dalam 10 menit onset tidur juga dianggap sebagai bukti narkolepsi.
Narkolepsi dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada awal masa
remaja atau dewasa muda sebelum usia 30 tahun. Angka kejadian sekitar 0,02-0,16 %
dan menunjukkan insidensi familial. Lamanya serangan adalah sekitar 1-10 menit.
Setelah tidur, penderita bangun dalam keadaan segar. Pada penderita narkolepsi jumlah
lamanya tidur selama 24 jam tidak lebih lama daripada orang normal. Manifestasi
utamanya adalah :
Katapleksi yaitu hilangnya tonus otot dipicu oleh emosi yang mengakibatkan
Paralisis tidur yaitu tidak mampu bergerak pada awal waktu bangun.
Serangan tidur dapat muncul mendadak pada keadaan yang tidak wajar,
misalnya pada waktu makan yang didahului oleh rasa mengantuk yang berat. Serangan
dapat terjadi beberapa kali dalam seminggu, tetapi bisa juga beberapa kali dalam sehari.
12
insomnia. Gangguan yang dapat terjadi selama tidur adalah apneu, hipopneu, desaturase
Suatu periode apneu adalah adalah periode terhentinya napas yang berlangsung
selama 10 detik atau lebih. Biasanya apneu tidur dianggap patologis, jika sekurangnya
terjadi lima episode apneu dalam 1 jam atau 30 episode apneu selama semalam. Apneu
tidur adalah kondisi yang berbahaya, dan dapat menyebabkan sejumlah kematian yg
tidak dapat dijelaskan dan kematian di tempat tidur pada bayi dan anak-anak.
Apneu tidur obstruktif lebih sering dijumpai daripada apneu tidur sentral. Apneu
tidur obstruktif banyak terjadi pada kondisi obesitas, penyakit neuromuscular yang
Apneu tidur sentral dapat disebabkan oleh menurunnya rangsangan untuk bernapas.
Kelainan ini dapat dijumpai pada pasien dengan lesi di batang otak bagian bawah.
Terapi pada apneu tidur obstruktif adalah mengurangi berat badan bila pasien
meningkatkan oksigenasi, menghindari posisi terlentang bila tidur, atau tindakan lain
sesuai dengan kelainan yang mendasari, dan menggunakan tekanan udara positif seperti
Hipoventilasi alveolar sentral terdiri dari beberapa kondisi yang ditandai oleh
gangguan ventilasi yaitu disfungsi pernapasan hanya selama tidur, tetapi episode apneu
yang bermakna tidak ditemukan. Disfungsi pernapasan ditandai oleh volume tidal atau
kecepatan pernapasan yang tidak adekuat selama tidur. Kematian dapat terjadi saat
tidur, hipoventilasi alveolar sentral diobati dengan suatu bentuk ventilasi mekanis
13
1.2.2.3 Gangguan Tidur Irama Sirkadian
ketidaksejajaran antara periode tidur yang diinginkan dan yang sesungguhnya. DSM IV
menuliskan empat tipe gangguan tidur irama sirkadian : tipe fase tidur terlambat
(delayed sleep phase type), tipe jet lag, tipe pergantian kerja (shift work type), dan tidak
dapat dispesifikasi. 1
waktu tidur dan berputar kira-kira setiap 24 jam pada sebagian besar
ulang" terus menerus oleh isyarat waktu, seperti cahaya, melatonin, aktivitas fisik, suhu
tubuh, dan makanan. Cahaya adalah yang paling kuat dari entrainers ini. Waktu paparan
cahaya yang tidak tepat dapat mengubah ritme sirkadian. Misalnya, paparan cahaya
sebelum tidur dapat menekan melatonin dan akhirnya menunda onset tidur.23-25
kebiasaan tertunda setidaknya dua jam dibandingkan dengan waktu yang dapat diterima
secara sosial. 26 Gangguan ini lebih sering terjadi selama masa remaja ketika ritme
dan dokumentasi waktu tidur dan bangun pada buku harian atau log tidur. Kekhawatiran
orang tua biasanya berfokus pada waktu tidur yang terlambat (2 pagi atau lebih), tidur,
14
Perawatan berfokus pada menyelaraskan ritme sirkadian dengan waktu tidur-
tidur-bangun yang teratur dan mempraktikkan kebersihan tidur yang baik adalah dasar
ponsel) dari kamar tidur mungkin bermanfaat. Terapi cahaya terang yang digunakan
selama satu hingga dua jam pertama setelah bangun tidur juga dapat bermanfaat dan
akan meningkatkan ritme sirkadian. 23 Ada bukti kuat bahwa suplemen melatonin (0,3
sampai 5 mg diberikan 1,5 sampai 6,5 jam sebelum waktu tidur yang diinginkan) adalah
pengobatan yang efektif untuk gangguan fase tidur tertunda, meskipun dosis atau waktu
15
Menurut DSM IV disomnia yang tidak dapat dispesifikasi termasuk insomnia,
hypersomnia dan gangguan irama sirkadian yang tidak memenuhi kriteria untuk salah
1.3 Parasomnia 1
fisik dan prilaku yang terjadi terutama pada waktu tidur. Kebanyakan parasomnia dapat
didiagnosis dari anamnesis, tetapi pada beberapa kasus dibutuhkan juga pemeriksaan
lanjutan. Parasomnia dapat berupa gangguan mimpi buruk, gangguan terror tidur,
Mimpi buruk ditandai oleh mimpi yang lama dan menakutkan, yang membuat
individu terbangun dari tidur REM dalam keadaan ketakutan; dan mimpi tersebut dapat
diingat setelah bangun. Seperti mimpi lainnya, mimpi buruk hampir selalu terjadi selama
tidur REM. Mimpi buruk yang berulang dan mengganggu dijumpai pada sekitar 10-20%
anak, dengan puncaknya pada umur 3-6 tahun. Kejadian pada anak perempuan sama
dengan anak laki-laki. Kebanyakan mimpi buruk tidak memerlukan terapi khusus.
Terror tidur terjadi pada tidur non-REM yang dalam (stadium 3-4). Keadaan ini
hampir selalu diawali oleh teriakan atau tangisan yang keras dan disertai oleh manifestasi
prilaku berupa kecemasan yang hebat atau hampir panik. Teror tidur sering terjadi pada
anak umur 4-12 tahun, dengan puncaknya pada umur 5-7 tahun. Prevalensi sekitar 1-6%
dan lebih sering dialami oleh anak laki daripada anak perempuan. Terror malam kadang-
16
kadang ada kaitannya dengan tidur berjalan atau enuresis, tetapi berbeda dengan mimpi
buruk. Pasien biasanya tidak memiliki ingatan tentang mimpi, tetapi kadang-kadang dapat
Terapi terror tidur ditujukan untuk menghindari faktor pencetus dan memberikan
lingkungan yang aman, seperti : tempat tidur jangan tinggi, pintu dikunci, membiarkan
mimpi itu berlalu sendiri, orang tua cukup menjaga jangan sampai terjadi cedera, berusaha
menenangkan dengan cara membelai dan berbicara dengan tenang, jangan memeluk
dengan paksa kecuali bila melindungi dari bahaya. Bila kejadian terlalu sering dapat
Tidur berjalan adalah urutan prilaku kompleks pada malam hari selama tidur non
REM dalam (stadium 3 dan 4), dimana tanpa kesadaran penuh meninggalkan tempat tidur
bervariasi, berkisar antara 15-30%. Biasanya gangguan tidur ini mulai antara umur 4 dan
8 tahun, dengan prevalensi puncak usia 12 tahun. Gangguan ini lebih sering dialami anak
gangguan ini. Kondisi ini dapat dipicu oleh : deprivasi tidur, kelelahan yang berat,
demam, stress, medikasi (misalnya fenotiazin), kandung kencing penuh dan suara keras.
Tidur berjalan cenderung terjadi pada waktu sepertiga pertama malam hari dan serangan
dapat terjadi selama beberapa menit sampai 1 jam. Gangguan ini kadang-kadang
17
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan melalui anamnesis. Tidur berjalan tidak
menutup pintu, menjaga kamar dari benda yang dapat terinjak, menyingkirkan benda
yang dapat membahayakan, dan menghindari factor pemicu. Bila gangguan sangat sering
Tingkat sindrom kaki gelisah pada anak-anak tidak jelas, tetapi penelitian
menunjukkan prevalensi 2%. 26,32 Kondisi ini ditandai dengan sensasi tidak enak pada
kesulitan tidur, resistensi waktu tidur, "nyeri tumbuh," dan gejala yang mirip dengan
perilaku dan suasana hati negatif, dan penurunan kognisi dan perhatian, dan lebih sering
patogenesis sindrom kaki gelisah. Selain itu, gejala dapat diperburuk oleh aktivitas fisik
yang berlebihan atau tidak memadai atau penggunaan kafein, nikotin, antihistamin,
karena mereka mungkin tidak dapat menggambarkan gejala inti. Diagnosis dapat dibuat
jika riwayatnya konsisten dengan kondisi dan setidaknya ada dua dari berikut ini:
gangguan tidur, kerabat tingkat pertama memiliki kondisi tersebut, atau lima atau lebih
18
gerakan anggota tubuh periodik per jam tidur selama polisomnografi. 26 Setelah sindrom
pengukuran kadar feritin adalah wajar. 34 Penggantian zat besi harus dimulai jika kadar
feritin kurang dari 50 mcg per L, dan harus diperiksa ulang dalam tiga bulan. 46, 48 Tidak
ada obat yang disetujui untuk mengobati sindrom kaki gelisah pada anak-anak. Pasien
dengan gejala yang tidak merespon pengobatan konservatif harus dirujuk untuk evaluasi
lebih lanjut.
Kategori parasomnia yang tidak dapat ditentukan adalah gangguan yang ditandai
oleh prilaku atau kejadian fisiologis abnormal selama tidur atau saat transisi tidur dan
terjaga, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk parasomnia yang lebih spesifik.
Insomnia ini terjadi sekurangnya satu bulan, dan jelas berhubungan dengan
masalah psikologis, dan gangguan mental yang yang telah dikenal secara klinis. Pada
kasus yang sudah pasti dimana kecemasan merupakan akar psikologis, maka psikoterapi
Hypersomnia ini terjadi sekurangnya selama satu bulan, dan berhubungan dengan
gangguan mental termasuk gangguan mood. Mengantuk berlebihan di siang hari terjadi
19
pada stadium awal. Gangguan mental lain, seperti gangguan kepribadian, gangguan
1.5 Gangguan Tidur Lain Khususnya Gangguan Tidur Karena Kondisi Medis Umum atau yang
Setiap jenis gangguan tidur dapat disebabkan oleh suatu kondisi medis
umum. Hampir semua kondisi medis yang disertai oleh nyeri dan rasa tidak nyaman
menimbulkan insomnia tanpa adanya rasa nyeri atau tidak nyaman adalah neoplasma,
lesi vaskular, infeksi dan kondisi degenerative dan traumatic. Kondisi lain khususnya
penyakit endokrin dan metabolik seringkali disertai oleh beberapa gangguan tidur.
Setiap jenis gangguan tidur dapat disebabkan oleh suatu zat. Menurut DSM IV
klinisi juga harus menentukan apakah onset terjadi selama intoksikasi atau setelah putus
zat. Jenis gangguan tidur yang sering terjadi pada anak adalah narkolepsi, gangguan tidur
yang disertai oleh gangguan pernapasan, gangguan mimpi buruk, gangguan terror tidur,
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Aktigrafi (ACG)
Pemeriksaan ACG menggunakan peralatan kecil yang diletakkan di tangan, yang dapat
merekam dan menyimpan data aktivitas motorik sepanjang malam dari menit ke menit.
20
Penggunaan ACG didasarkan pada pengetahuan bahwa keadaan tidur-bangun dapat diketahui
dari aktivitas motoric. Aktivitas motoric akan menghilang pada saat subyek tertidur dan akan
Kelemahan ACG adalah kurang peka untuk mendeteksi keadaan terjaga. Beberapa
subyek dengan kesulitan memulai tidur yang berbaring dengan tenang ditempat tidur dapat salah
didata sebagai dalam keadaan tidur. Kelemahan lainnya adalah gerakan malam hari dapat salah
diinterpretasikan sebagai keadaan terjaga. Karena keterbatasannya, ACG hanya dapat memberi
Polisomnografi (PSG)
terjadi selama tidur, diantaranya aktivitas elektrik otak, gerakan bola mata dan rahang, gerakan
otot kaki, gerakan dan aliran pernapasan, elektrokardiografi, dan saturasi oksigen. Dapat
memberikan informasi lengkap tentang perubahan keadaan tidur bangun. PSG dianggap sebagai
standar baku emas untuk penelitian tentang tidur. Indikasi yang paling sering untuk melakukan
Walaupun dianggap sebagai standar baku emas, pada pemeriksaan PSG ini memiliki
beberapa kekurangannya, seperti peralatan tidak praktis, scoring PSG tergantung pada penilaian
subyektif dari rekaman EEG, dan PSG pada umumnya dilakukan dilaboratorium tidur, yang
21
Pengukuran yang direkam selama polisomnografi memberikan banyak informasi tentang
Gelombang otak dan gerakan mata selama tidur dapat membantu tim medis menilai tahap
tidur yang Anda miliki dan mengidentifikasi gangguan tidur sesuai tahapannya seperti
Perubahan detak jantung dan pernapasan serta perubahan oksigen darah yang abnormal
Gerakan kaki yang sering mengganggu tidur Anda mungkin mengindikasikan gangguan
Gerakan atau perilaku yang tidak biasa selama tidur mungkin merupakan tanda-tanda
Kuesioner
Cara sederhana dan mudah dikerjakan oleh praktisi kesehatan adalah dengan
menggunakan kuesioner skrining gangguan tidur. Ada beberapa kuesioner yang sudah divalidasi
22
dengan baku emas pemeriksaan PSG ataupun aktigrafi, diantaranya BEARS (Bedtime resistance,
Excessive daytime sleepiness, Awakenings during the night, Regularity and duration of sleep,
Snoring), Pediatric Sleep Questionnaire (PSQ), dan The Infant Sleep Questionnaire. kuesioner
Brief Infant Screening Questionnaire (BISQ) adalah salah satu kuesioner yang sudah
divalidasi dengan pemeriksaan aktigrafi. Kuesioner ini berisi pertanyaan singkat seputar
kebiasaan tidur dan lain-lain.Waktu pengisian kuesioner sekitar 5-10 menit. Anak dikatakan
mengalami masalah tidur apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut: anak terbangun lebih
dari 3 kali per malam ,jumlah waktu terbangun pada malam hari lebih dari 1 jam,atau total waktu
Kuesioner lain yang telah divalidasi dan dinilai reabilitasnya adalah the Children’s Sleep
Disturbance Scale (SDSC). Dengan metode ini, peneliti meminta orang tua responden untuk
mengisi kuesioner dengan mengingat pola tidur anak mereka. Melalui metode SDSC dapat
mendeteksi gangguan tidur dan jenis gangguan tidur yang dialami oleh anak usia 6-15 tahun.
Metode ini sering digunakan karena memiliki prinsip analisis komponen yang kuat, normalitas
yang distandarisasi, dan usia yang dipakai sesuai dengan subyek yang akan diteliti.5
gangguan tidur yaitu (1) gangguan pernapasan waktu tidur (mengorok sebanyak 24 kali saat
tidur, apnea saat tidur, dan kesulitan bernapas); (2) gangguan memulai dan mempertahankan
tidur (awitan mulai tidur yang lama, bangun malan hari, dan lain – lain); (3) gangguan kesadaran
(berjalan saat tidur, mimpi buruk, dan terror tidur), (4) gangguan transisi tidur-bangun (gerakan
involunter saat tidur); (5) gangguan somnolen berlebihan (mengantuk saat pagi dan tengah hari,
dan lain-lain; dan (6) hyperhidrosis saat tidur (berkeringat saat tidur).5
23
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
1.1 Bayi
Tidur REM adalah tahapan tidur yang sangat aktif. Pola napas dan denyut jantung
tidak teratur, bola mata bergerak lebih cepat, sering timbul Gerakan pada tangan,
kaki dan muka. Orang tua sering menganggap hal ini sebagai tanda bahwa
Jika bayi mulai tidur dengan dipegang, disusui atau keduanya, bayi akan
hari.
Setelah umur 6 bulan, bayi tidak harus diberi minum pada malam hari.
Ketika anda pergi apakah anda memikirkan dan mengkhawatirkan bayi anda
sepanjang waktu?
Beberapa orang tua memiliki masalah pemisahan dengan bayinya. Hal ini dapat
1.2 Anak-anak
ditujukan pada masalah yang terjadi pada siang hari dan bukan pada malam hari.
24
Apakah anda merasa putus asa karena tidak dapat Mengendalikan prilaku anak?
Apakah anda percaya bahwa anak anda yang bertanggung jawab? Apakah anda
Pertanyaan ini menilai penerimaan orang tua terhadap kemandirian anak mereka,
dan membantu melihat apakah pertengkaran merupakan akar dari gangguan tidur
Apakah anda merasa khawatir bahwa gangguan tidur pada anak anda merupakan
Beberapa orang tua merasa cemas, karena khawatir kalau-kalau gangguan tidur
yang terjadi merupakan tanda masalah psikologis dan medis yang lebih dalam dan
bermakna.
Seberapa besar gangguan tidur yang terjadi pada anak membebani anda?
dampak negative pada anak. Jika keluarga tidak terganggu dengan masalah ini,
mereka tidak akan termotivasi dan berkeinginan untuk mengikuti strategi terapi
2. Observasi prilaku
Penilaian klinisi mengenai interaksi anak dan orang tua dapat memberikan
informasi yang penting. Orang tua yang mudah cemas atau terlalu perhatian terhadap
anaknya dapat memiliki kesulitan pemisahan. Informasi mengenai hubungan anak dengan
orang tua sangat membantu untuk mengetahui adanya gangguan tidur pada anak. Sikap
orang tua yang sangat melindungi anaknya akan sangat berpengaruh terhadap kemandirian
anak tersebut.
3. Pemeriksaan fisik
25
Klinisi harus memastikan bahwa tidak terdapat masalah medis (contoh otitis
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
Penanganan gangguan tidur secara menyeluruh meliputi edukasi kepada orangtua, terapi
perilaku (behavior therapy), serta pemberian obat. Edukasi kepada orangtua terutama diberikan
mengenai pentingnya kebiasaan tidur. Pengertian kebiasaan tidur yang baik meliputi waktu tidur
yang teratur dan konsisten, tidur siang tetap diperlukan untuk anak dengan lama tidur tertentu,
setiap anak memiliki kebiasaan memulai tidur yang berbeda (mandi sebelum tidur, dibacakan
cerita, membaca, mendengarkan music, dll). Pemberian makan harus disesuaikan dengan waktu
tidur anak, menghindari aktivitas fisik yang berlebihan menjelang waktu tidur, aktivitas tidur
yang teratur akan mengurangi kesulitan anak untuk jatuh tertidur, selain itu lingkungan tempat
anak tidur harus nyaman, dan hindari pemberian kopi, makanan atau minuman yang
Terapi perilaku atau disebut juga terapi non-farmakologi berupa pengaturan pola tidur,
terapi relaksasi, pengaturan stimulus atau rangsangan, dan pengaturan hygiene tidur. Salah satu
yang berperan dalam tidur adalah lingkungan, dengan memberikan lingkungan dan kondisi yang
menunjang untuk tidur, akan membantu anak dengan gangguan tidur. Selain itu jadwal makan
yang teratur, jadwal tidur dan bangun, serta latihan fisik rutin yang teratur perlu dilakukan untuk
Pengertian pengaturan stimulus adalah menghindari atau atau mengatasi masalah yang
sering menyebabkan kesulitan memulai atau jatuh tidur.Hal ini dapat dilakukan memberikan
26
edukasi bahwa kamar dan tempat tidur adalah khusus untuk tidur, hindari bermain ataupun
belajar di kamar tidur.Hal ini termasuk menghindari makanan atau minuman yang mengandung
nikotin atau kafein 4-6 jam sebelum tidur. Relaksasi dapat membantu untuk memudahkan anak
jatuh tidur, dapat dilakukan dengan pijatan lembut sebelum anak tidur.20
Pada gangguan tidur yang bersifat sekunder terjadi karena terdapat gangguan organik
atau penyakit lainnya, oleh sebab itu pertama kali yang dilakukan adalah melakukan penanganan
pada penyakitnya. Diharapkan dengan penanganan yang baik, gangguan tidur yang dialami akan
teratasi.20
Farmakalogis
Pemilihan jenis farmakoterapi dapat memakai sedatif dan hipnotik, sebagian besar
digunakan untuk kasus insomnia. Beberapa jenis antihistamin dapat memperbaiki gangguan tidur
pada anak,namun sampai saat ini masih sedikit data mengenai efikasi, keamanan, dan toleransi
obat-obat tersebut untuk kasus insomnia pada anak. Pendapat lain mengatakan bahwa obat
bukanlah terapi pilihan pertama untuk penanganan gangguan tidur pada anak.20,28
pertama, dapat melewati sawar darah otak, dengan waktu paruh sekitar 4 sampai 6 jam.Jenis obat
ini dapat mempengaruhi kualitas tidur. Jenis lain yaitu melatonin yang merupakan analog
hormone, memiliki waktu paruh sekitar 30-50 menit, obat ini memiliki pengaruh dalam irama
estazolam dan triazolam yang memiliki waktu paruh bervariasi mulai dari 2 jam sampai lebih
dari 2 hari, memiliki peran dalam mengurangi frekuensi nocturnal arousals. Jenis obat lain yang
dapat digunakan memiliki efek mengurangi stadium tidur REM adalah klonidin yang merupakan
27
agonis alfa dengan waktu paruh sekitar 6 sampai 24 jam. Jenis antidepresan atipikal yaitu
trazodone memiliki pengaruh mengurangi sleep onset latency, memperbaiki kontinuitas tidur,
Melatonin padaa saat ini menarik banyak perhatian peneliti dan dokter karena potensi
terapinya yang tinggi tanpa efek samping. Banyak penelitian yang menghubungkan melatonin
yang diproduksi oleh kelenjar pineal dengan siklus tidur-bangun; bila melatonin diberikan
kepada manusia atau hewan, obat ini akan memicu tidur dan mensinkronkan ritme sikardian.
Didapatkan hubungan antara defisiensi melatonin atau gangguan ritme dengan peningkatan
prevalensi gangguan tidur. Tampaknya melatonin ini memengaruhi regulasi ritme diurnal.
Melatonin eksogen memiliki efek memengaruhi awal tidur. Penggunaan melatonin dosis rendah
(0,5-3mg) dilaporkan mengurangi latensi tidur dan memperbaiki kualitas tidur. Sebuah penelitian
metaanalisis melaporkan bahwa belum didapatkan cukup bukti mengenai efektivitas pemakaian
melatonin eksogen sebagai terapi pada gangguan tidur sekunder, tetapi obat ini cukup aman
digunakan pada pemakaian jangka pendek (<3 bulan). Masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai pemakaian melatonin eksogen sebagai terapi farmakologis pada gangguan tidur.1
Telah dibuktikan bahwa tidur memiliki efek yang besar untuk kesehatan mental,
emosi dan fisik, serta system imunitas tubuh. Adanya abnormalitas pada otak juga dapat
diketahui dari bagaimana pola tidur anak tersebut. Pada saat tidur terjadi perbaikan sel – sel
otak dan diproduksi kurang lebih 75% hormone pertumbuhan; gangguan tidur akan
mengakibatkan efek yang sebaliknya. Hormone pertumbuhan terkait langsung dengan proses
tidur. Selama fase tidur non REM stadium 3 dan 4, dan dihambat selama tidur REM. Namun
hormone pertumbuhan ini juga disekresi pada waktu yang lain selama 24 jam, misalnya 4-5
28
jam setelah makan. Hormone ini berfungsi merangsang pertumbuhan tulang Panjang, tulang
rawan, dan jaringan lunak dan berperan juga mengatur metabolisme otak. Hormone lain yang
mempunyai kaitan dengan siklus tidur adalah prolactin dan kortisol. Kadar prolactin
mencapai puncak antara pukul 05.00 – 07.00 pagi, sedangkan sekresi kortikosteroid biasanya
terjadi pada malam hari dan dapat berubah sesuai dengan siklus tidur-bangun.
Pada waktu bangun, tubuh menggunakan oksigen dan makanan untuk keperluan
aktivitas fisik dan mental. Selain itu, digunakan juga hormone adrenalin dan kortikosteroid
tubuh. Selama tidur, terjadi keadaan sebaliknya, yakni terjadi konversi energi, perbaikan sel-
sel tubuh dan pertumbuhan. Selain berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan hormone
ini juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui seluruh sel tubuh. Proses ini
berlangsung lebih cepat pada waktu tidur dibandingkan dengan waktu bangun. Hal ini
merupakan bukti bahwa tidur mempunyai efek yang penting pada tumbuh kembang anak.
lebih sulit untuk memulai tidur. Kualitas tidur yang tidak adekuat dapat mengakibatkan
dan sulit dikontrol. Untuk usia prasekolah, terlambat tidur 30 menit saja akan mempengaruhi
emosi mereka pada keesokan harinya. Bayi yang rewel dan sering terganggu tidur malamnya
KESIMPULAN
Secara umum tidur didefinisikan suatu perilaku alami ketika seseorang kehilangan
kontak perseptual dengan lingkungannya. Tidur merupakan aktivitas area tertentu di otak.
29
Stimulasi pada area ini akan menghasilkan tidur, sebaliknya kerusakan area ini akan
mengakibatkan gangguan tidur. Gangguan tidur terjadi pada sekitar 35-45% anak berumur 2 – 18
tahun.
Gangguan tidur pada anak memiliki angka kejadian cukup tinggi, gangguan tidur dapat
memberikan dampak bagi anak, baik dari segi aktifitasnya, konsentrasi, suasana hati, emosi,
atensi, dan memori anak. Selain itu akan memberikan dampak pula bagi orangtua dan keluarga.
Oleh sebab itu edukasi mengenai pola tidur yang benar harus diberikan, dan lakukan evaluasi
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih, IG.N. Gde Ranuh. Gangguan tidur pada anak. Dalam: Thermiany AS,
Trisna Windiani IGA, dkk, editor. Buku Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta :
Badan Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012; h. 337 – 350.
31
12. Diette GB, Markson L, Skinner EA, Nguyen TT, Algaatt-Bergstrom P, Wu AW.
Nocturnal asthma in children affects school attendance, school performance, and parents’
work attendance. Arch of Ped & Adolesc Med. 200;56:143-76.
13. Benoit D, Zeanah CH, Boucher C, Minde KK. Sleep disorders in early childhood:
association with in secure maternal attachment. J of the American Acad of Child &
adolescent Psychiatry.1992;31:86-93.
14. C. Carolyn Thiedke, M.D. Sleep Disorders and Sleep Problems in Childhood. Am Fam
Physician 2001;63:277-84
15. Lamberg L. Knitting up the raveled sleave of care: role of sleep and effects of its lack
examined. JAMA. 1996;57:128-53.
16. Davis KF, Parker KP, Montgomery GL. Sleep in infants and young children. Part two:
common sleep problems. J Pediatr Health Care 2004;18:130-7.
17. Morgenthaler T, Alessi C, Friedman L, Owen J, Kapur V, Boehlecke B, dkk. Practice
parameters for the use of actigraphy in the assessment of sleep and sleep disorders: an
update for 2007. Sleep 2007;30:519-29.
18. Pollack C, Tryon W, Nagaraja H, Dzwonczyk R. How accurately does wrist actigraphy
identify the states of sleep and wakefulness? Sleep 2001;24:957-65.
19. Helpguide. Understanding sleep: deep sleep, REM cycles, stage, and needs. Diunduh
dari: http://helpguide.org/life/sleeping.htm#stages.
20. Mindell JA, Owens JA. A Clinical guide to pediatric sleep: diagnosis and management of
sleep problems. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2010.h.30-167.
21. Owens JA. Sleep disorders.dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics.Edisi ke-19, Philadephia: Saunders; 2011.h Judith A.
Owens, Sleep Medicine, edisi 18, 2007: 91-100.
22. Nau SD, Lichstein KL. Insomnia: causes and treatment. Dalam: Berry RB, Geyer JD,
Carney PR, penyunting. Clinical sleep disorders. Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins; 2005.h.157-88.
23. Sack RL, Auckley D, Auger RR, dkk. Gangguan tidur ritme sirkadian: bagian II,
gangguan fase tidur lanjut, gangguan fase tidur tertunda, gangguan berjalan bebas, dan
32
ritme tidur-bangun yang tidak teratur. Ulasan American Academy of Sleep
Medicine. Tidur. 2007;30(11):1484-1501.
25. Keenan SA. Polysomnography technical aspect in adolescent and adult. J Clin
Neurophysiol 1992; 9:21 – 31.
Medicine; 2005.
27. Hansen M, Janssen I, Schiff A, Zee PC, Dubocovich ML. Pengaruh jadwal harian
28. Chervin RD, Archbold KH, Panahi P, Pituch KJ. Sleep problems seldom addressed at
two general pediatric clinics. Pediatrics. 2001;107:1375-80.
30. Kayumov L, Brown G, Jindal R, Buttoo K, Shapiro CM. Sebuah studi crossover acak,
double-blind, terkontrol plasebo tentang efek melatonin eksogen pada sindrom fase tidur
31. Nagtegaal JE, Kerkhof GA, Smits MG, Swart AC, Van Der Meer YG. Sindrom fase tidur
tertunda: studi cross-over terkontrol plasebo tentang efek melatonin yang diberikan lima
32. Picchietti D, Allen RP, Walters AS, Davidson JE, Myers A, Ferini-Strambi L. Sindrom
kaki gelisah: prevalensi dan dampak pada anak-anak dan remaja—studi Peds
REST. Pediatri. 2007;120(2):253-266.
33
33. Gamaldo CE, Earley CJ. Sindrom kaki gelisah: pembaruan
klinis. Dada. 2006;130(5):1596-1604.
34. Cogswell ME, Looker AC, Pfeiffer CM, dkk. Penilaian kekurangan zat besi pada anak-
anak prasekolah AS dan wanita tidak hamil usia subur: Kesehatan Nasional dan Survei
35. Morel J. The infant sleep questionnaire: a new tool to assess infant sleep problems for
clinical and research purpose. Child Psychology and Psychiatry. Review. 1999;4:420-6.
36. Sadeh A. A brief screening questionnaire for infant sleep problems: validation and
finding for an internet sample. Pediatrics.2004;113:570-7.
37. Dijk DJ, Duffy JF, Czeisler CA. contribution of circardian physiology and sleep
homeostasis to age-related changes in human sleep. Chronobiol Int. 2000;17:285- 311.
38. Mindell JA, Emslie G, Blumer J, Genel M, Glaze D, Ivanenko A, etc. Pharmacologic
management of insomnia in children and adolescent: consensus statement. Pediatrics.
2006;117:1223-32.
39. Dewald JF, Meijer AM, Oort FJ, Kerkhof G a, Bögels SM. The influence of sleep
quality, sleep duration and sleepiness on school performance in children and adolescents:
A meta-analytic review. Sleep Medicine Reviews 2010;14(3):179-189.
40. Zee C. The Normal Duration of Daily Sleep for Different Groups. Medscape Family
Medicine. 2005;7(2)
41. Meita Dhamayanti, Faisal, Elma Citra Maghfirah. Hubungan kualitas tidur dan masalah
mental emosional pada remaja sekolah menengah . Sari Pediatri. 2019;20(5):283-8
34