PENDAHULUAN
Salah satu gangguan tidur adalah teror tidur (night terror). Teror tidur
adalah terbangun pada sepertiga awal malam selama tidur non-REM (NREM)
yang dalam (tahap 3 dan 4). Kira-kira 1-6% anak memiliki gangguan ini, yang
lazim pada anak laki-laki daripda anak perempuan dan cenderung menurun
didalam keluarga.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium ,
lali diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian antara 4-7 siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur
16 -20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari
pada umur di atas 10 tahun dan kira-kir 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.2
2
2. Tidur Stadium Dua
Pada fase ini bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih kurang, tidur
lebih dalam daripada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang
theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang
verteks dan kompleks K.
1. Sistem Serotoninergik
hasil serotoninergik dipengaruhi hasil metabolisme asam amino
trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah trypthopan, jumlah serotonin
yang terbentuk akan meningkat sehingga menyebabkan keadaan
mengantuk. Bila serotonin dari trypthopan terhambat, maka terjadi
keadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa penelitian lokasi
serotoninergik terletak pada nulkeus raphe dorsalis di batang otak, yang
terdapat hubungan aktifitas serotonis di nukleus raphe dorsalis dengan
tidur REM.
2. Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di sel
nukleus cereleys di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cerelus
sangan mempengaruhi penurunan atau hilang REM saat tidur. Obat-
3
obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik
akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan
peningkatan keadaan jaga.
3. Sistem Kholinergik
Pemberian prostigmin IV dapat mempengaruhi episode tidur REM.
Stimulasi jalur kholinergik ini meningkatkan aktifitas EEG seperti dalam
keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan
dengan perubahan tidur ini terlihata pada orang depresi, sehingga terjadi
pemendekan latensi tidur REM. Pada obata antikolinergik (scopalamine)
yang menghambat pengeluaran kolinergik dari lokus sereleus maka
tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
4. Sistem Histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.
5. Sistem Hormon
Pengaruh hormon pada siklus tidur dipengaruhi beberapa hormon seperti
ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon-hormon ini masing-masing disekresi
secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway.
Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengaruhi neurotransmitter
norepinefrin, dopamin dan serotonin yang mengatur mekanisme tidur dan
bangun.2
4
2.2.2 Diagnosis
a. Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun tidur mulai dengan
berteriak karena panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar,
dan hiperaktivitas otonomik seperti jantung berdebar-debar, nafas cepat,
pupil melebar, dan berkeringat.
b. Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya sekitar 1-10 menit dan
biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam.
c. Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain
mempengaruhi keadaan teror tidurnya dan kemudian dalam beberapa menit
setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan gerakan berulang.
d. Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal.
e. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.4
b. Halusinasi Hipnagogik
Dapat diasosiakan dengan kecemasan namun timbul pada saat tidur dan
dijumpai halusinasi penglihatan yang jelas saat transisi dari bangun
menuju tidur.3
c. Kejang Epilepsi
5
Gambaran klinis kejang epilepsi saat tidur dan dijumpai kebingungan
sesudah itu menunjukan gejala yang sama dengan night terror. Namun,
adanya kejang saat terbangun ataupun didapati EEG abnormal saat tidur
dapat menyingkirkan kejang epilepsi.3
2.2.4 Penatalaksanaan
6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teror tidur lebih sering terjadi pada anak-anak. Pasien terbangun dalam
keadaan anxietas yang berat. Pasien sering tidak ingat atau amnesia mengenai
episode ini. Terapu spesifik sangat jarang digunakan untuk kasus ini.
Diazepam pada beberapa kasus dapat memperbaiki keadaan dan kadang-
kadang menghilangkan serangan.
7
DAFTAR PUSTAKA
2. National Sleep Foundation, 2002, Its Physiology and Impact on Health, page 3-5.
3. Sadock VA, Sadock BJ. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi kedua.
Buku Kedokteran EGC, 2004. Hlm 337-347
4. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001. Hlm 95
5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika, Edisi III Jakarta:
PT Nuh Jaya; 2001. Hlm 36-38