Disusun oleh:
1
Stefen Andrean
112011101071
102011101039
Dokter Pembimbing:
dr. Eddy Ario Koentjoro, Sp.S
BAB I
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh
seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Masyarakat awam belum
begitu mengenal gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan.
Pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang meninggal karena
tidak tidur adalah tidak benar. Beberapa gangguan tidur dapat mengancam
jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia yang bersifat keturunan dan
fatal atau apnea tidur obstruktif) atau secara tidak langsung misalnya
kecelakaan akibat gangguan tidur. Di amerika serikat, biaya kecelakaan
yang berhubungan dengan gangguan tidur per tahun sekitar seratus juta
dolar. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.
Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan
adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang
serius. 1
Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang
signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur misalnya
mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood
depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya dan
penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker
lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau
kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama
tidurnya antara 7-8 jam per hari.
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun
semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan masalah
kesehatan.
Di
dalam
praktek
sehari-hari,
kecendrungan
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
POLA TIDUR
Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang
memiliki
fungsi
perbaikan
dan
homeostatik
(mengembalikan
Kleitman, yang terdiri dari aktivitas bangun / aktivitas harian dan siklus
tidur yang juga dikenal sebagai activity / rest cycle. Siklus ini terdiri dari
Rapid Eye Movement (REM) dan Non-Rapid Eye Movement (NREM).
Tidur fisiologis
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan
jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau
berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk
menyelesaikan
persoalan
yang
dihadapi.
Semua
makhluk
hidup
dipengaruhi
oleh
aktifitas
neurotransmiter
seperti
sistem
tidur.
Bila
serotonin
dari
trypthopan
terhambat
yang
mempengaruhi
peningkatan
aktifitas
neuron
Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa
hormon seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masingmasing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui
hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran
neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas mengatur
mekanisme tidur dan bangun.
Beberapa orang secara normal adalah petidur yang normal yang
memerlukan tidur kurang dari enam jam setiap malam dan yang berfungsi
secara adekuat. Petidur lama adalah mereka yang tidur lebih dari sembilan
jam setiap malamnya untuk dapat berfungsi secara adekuat.
Tidur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang dimaksud disini adalah irama biologis tubuh, dimana dalam periode
24 jam, orang dewasa tidur sekali, kadang 2 kali. Sedangkan faktor
eksternal dipengaruhi oleh siklus terang gelap, rutinitas harian, periode
makan, dan penyelaras eksternal lainnya. Faktor-faktor inilah yang
membentuk siklus 24 jam.
2.3
Insidensi
Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama
masa kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa
mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah
serius. Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini
juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan
dan sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut
menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan
oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol.
Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebabpenyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: penyakit asma (61-74%),
gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),
psychophysiological
(15%),
sindroma
kaki
gelisah
(5-15%),
Intrinsic
sleep
disorder
s
Parasomnias
10
Associated
with
Mental
Disorders
Associated
with
Neurological
Disorders
Associate
with othe
medical
disorders
Dyssomnias
Intrinsic sleep disorders
Psychophysiological
insomnia
Sleep State
Misperception
Idiopathic Insomnia
Narcolepsy
Recurrent Hypersomnia
Idiopathic Hypersomnia
Posttraumatic
Hypersomnia
Obstructive sleep apnoea
syndrome
Central sleep apnoea
syndrome
Central alveolar
hypoventilation
syndrome
Stimulant-dependent
sleep disorder
Alcohol-dependent sleep
disorder
Toxin-induced sleep
disorder
Parasomnias
11
Arousal Disorders
Parasomnias usually
associated with REM sleep
Other parasomnias
Confusional arousals
Nightmares
Sleep bruxism
Sleepwalking
Sleep paralysis
Sleep enuresis
Sleep terrors
Impaired sleep-related
penile erections
Sleep-related abnormal
swallowing syndrome
Sleep-related painful
erections
Nocturnal paroxysmal
dystonia
Sudden unexplained
nocturnal death syndrome
Primary snoring
Infant sleep apnoea
Congenital central
hypoventilation syndrome
Sudden infant death
syndrome
Benign neonatal sleep
myoclonus
12
Associated with
Neurological Disorders
Psychoses
Mood Disorders
Anxiety Disorders
Panic Disorder
Alcoholism
Cerebral degenerative
disorders
Dementia
Parkinsonism
Fatal Familial Insomnia
Sleep-related epilepsy
Electrical status
epilepticus of sleep
Sleep-related headaches
Short sleeper
Long sleeper
Subwakefulness syndrome
Fragmentary myoclonus
Sleep hyperhidrosis
Menstrual-associated sleep disorder
Pregnancy-associated sleep disorder
Terrifying Hypnogogic Hallucinations
Sleep-related neurogenic tachypnea
Sleep-related larnyngospasm
Sleep choking syndrome
I.1 Dissomnia
I.1.a Insomnia primer
I.1.b Hipersomnia primer
I.1.c Narkolepsi
I.1.d Gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan
I.1.e Gangguan tidur irama sirkadian (gangguan jadwal tidur-bangun)
I.1.f Dissomnia yang tidak ditentukan
I.2 Parasomnia
II.2.a Gangguan mimpi buruk
II.2.b Gangguan teror tidur
II.2.c Gangguan tidur berjalan
II.2.d Parasomnia yang tidak ditentukan
II. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN
MENTAL LAIN
II.1 Insomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
II.2 Hipersomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
III. GANGGUAN TIDUR LAIN
III.1 Gangguan tidur karena kondisi medis umum
III.1.a Kejang epilepsi; asma berhubungan dengan tidur
III.1.b Nyeri kepala kluster & hemikrania paroksismal kronik berhubungan
dengan tidur
III.1 c Sindrom menelan abnormal berhubungan dengan tidur
14
2.4.1
a.
Gejala Utama
Insomnia
Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur,
yang merupakan keluhan tidur yang paling lazim ditemui dan dapat
bersifat sementara atau menetap. Suatu periode singkat insomnia paling
sering disebabkan ansietas, baik sebagai gejala sisa suatu pengalaman yang
mencemaskan atau antisipasi pengalaman yang mencetuskan ansietas.
Pada beberapa orang, insomnia sementara jenis ini dapat disebabkan
berkabung, kehilangan, atau nyaris semua perubahan kehidupan maupun
stres. Keadaan ini cenderung tidak berat, meskipun episode psikotik atau
15
tampak
sebagai
tidur
yang
berlebihan,
rasa
dibandingkan
dengan
keluhan
insomnia,
namun
keluhan
Parasomnia
Parasomnia merupakan fenomena yang tidak diinginkan atau yang
tidak biasa yang terjadi tiba-tiba saat tidur atau terjadi pada ambang antara
bangun dan tidur. Parasomnia biasanya terjadi pada tahap 3 dan 4 sehingga
dikaitkan dengan ingatan buruk mengenai gangguan ini.
d.
Gangguan Jadwal Tidur-Bangun
Gangguan jadwal tidur-bangun melibatkan pergeseran tidur dari
periode sirkadian yang diinginkan. Pasien lazimnya tidak dapat tidur
ketika mereka ingin tidur, meskipun mereka bisa tidur pada waktu lain.
Demikian juga, mereka tidak dapat benar-benar bangun ketika mereka
ingin benar-benar bangun, tetapi mereka dapat bangun di waktu lain.
Gangguan ini tidak persis menimbulkan insomnia atau somnolen,
meskipun
keluhan
awalnya
sering
insomnia
atau
somnolen,
pola
tidur
seseorang
dengan
pola
tidur
normal
lingkungannya.
a.
INSOMNIA PRIMER
Insomnia adalah ketidakmampuan secara relatif pada
seseorang untuk dapat tidur atau mempertahankan tidur baik pada
saat ingin tidur, keadaan tidur yang tenang/sedang tidur ataupun
bangun saat pagi sebelum waktunya (hal ini dikenal sebagai
insomnia
jenis
awal/initial,
jenis
intermediate
dan
jenis
18
gangguan
emosional,
seperti
kecemasan,
yang
pola
tidurnya
terganggu
dapat
b. Gejala
20
perceraian, kehilangan
lain
yang
sering
digunakan
meliputi
meningkat
potensinya
bila dikonsumsi
Keluhan
yang
menonjol
adalah
kesulitan
untuk
memulai
atau
C.
D.
E.
Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
b.
HIPERSOMNIA PRIMER
Hipersomnia primer terdapat pada 5% populasi dewasa, pria dan
berupa amfetamin yang diberikan pada pagi dan sore hari. Obat
24
Karena
obat-obatan
stimulan
dapat
menimbulkan
B.
C.
D.
E.
c.
NARKOLEPSI
Narkolepsi adalah salah satu bentuk hipersomnia yang paling
25
diantara 2000 orang, jumlah penderita pria yang sama dengan wanita.
Narkolepsi mungkin merupakan penyakit herediter karena setengah pasien
narkolepsi mempunyai keluarga yang sakit serupa.
Gejala dari narkolepsi adalah ditemukannya serangan tidur yang
berakhir dari beberapa detik hingga 30 menit atau lebih lama. Pasien
narkolepsi juga dapat mengalami serangan tidur pada saat bekerja, selama
percakapan atau pada keadaan normal lainnya. Narkolepsi dijumpai pada
pasien yang berusia di bawah 25 tahun (90%). 80% pasien narkolepsi
mengalami episode cataplexy, dimana terjadi kehilangan kontrol otot
secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan orang tersebut pingsan tanpa
kehilangan kesadaran. Keadaan ini dapat terjadi sebagai respon terhadap
suatu keadaan emosional seperti mengalami kegembiraan atau kejutan.
Sleep paralysis lebih jarang terjadi dibandingkan dengan cataplexy.
Sleep paralysis akan menyebabkan kehilangan muscle tone yang bersifat
sementara sehingga menimbulkan ketidakmampuan untuk bergerak.
Hyponagonic hallucination merupakan penerimaan halusinasi yang
menyenangkan, biasanya melihat atau mendengar sesuatu yang terjadi
26
narkolepsi.
Polysomnography dengan
MSLT
lain menyebutkan,
terapi
27
Kerjasama dan
respon
terhadap
CPAP
dan
uvulopalatopharingoplasty.
29
Penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum lain (selain
gangguan terkait pernapasan)
Catatan pemberian kode : beri kode juga gangguan pernapasan yang terkait
tidur pada aksis III
e.
GANGGUAN
TIDUR
IRAMA
SIRKADIAN
Kebanyakan orang
Pengurangan
Gejala EEG
Pengobatan
atau Tidur
kehilangan
tonus
yang Imipramin
otot mengikutinya
masuk
terkena.
Jika
yang
berlebihan Eeg
tidur
yang Pengobatan
gangguan
gejala
narkolepsi.
jantung
dan
bertambah.
33
yang
kerusakan
saraf
pusat.
Insomnia
tidur
terus. baru
terbangun pengobatan
buta.
gangguan
terdapat
tidur
dan
yang
Waktu membantu.
primer,
tidak Tidur
gangguan
rem
fisik bertambah
dan psikologis.
Sindrom
Episode
kleine-levin
menghilang dengan
sendirinya
Episode
episode
tidur Episode
rem Amfetamin
dan
berulang- dengan
atau
metilfenidat
mulainya
tidur,
halusinasi
dan
hipnagogik,.
Kecemasan
buruk
reaksi
ringan
otonomik, rem
kembali,
psikoterapi
nocturnus
hebat.
Pavor
Panik
nocturnus
berteriak,
hebat,
jika
34
orangtua
otonomik,
kebingungan,
Pada
dwasa,
diberikan
obat
penekanan
pada
gangguan
tidur fase 4
mental
lain,
dari
mimpi
buruk.
Sindrom
Obesitas,
pickwick
pernapasan
iregularitas Eeg
dan menggambarkan
Tidur terputus-putus
atau
tidak
ada
gelombang lambat
waktu tidur rem
f.
Mioklonus nokturnal
Terdiri atas kontraksi mendadak yang sangat stereotipik
pada tungkai saat tidur. Secara subjektif penderita tidak menyadari
kedutan tersebut. Keadaan ini terjadi pada 40% orang yang berusia
diatas 65 tahun. Gerakan tungkai berulang ini terjadi 20-60 detik
dengan ekstensi ibu jari kaki dan fleksi mata kaki, lutut, dan
pinggul. Sering bangun, tidur yang tidak menyegarkan, dan rasa
mengantuk di siang hari adalah gejala utama. Tidak ada terapi
untuk mioklonus nokturnal yang secara universal efektif. Terapi
yang mungkin berguna mencakup benzodiazepine, levodopa,
quinine, dan pada kasus yang jarang, opioid.1
g.
Sindrom kleine-levin
Sindrom yang jarang, terdiri atas episode berulang tidur
yang lama (pasien dapat dibangunkan) dengan menyelingi periode
tidur normal dan bangun. Selama episode hipersomnia, periode
bangun biasanya ditandai dengan penarikan diri dari kontak sosial
dan berusaha kembali ke tempat tidur secepat mungkin; pasien
dapat menunjukan apati, iritabilitas, kebingungan, makan dengan
rakus, kehilangan inhibisi seksual, waham, halusinasi, disorientasi
yang jelas, hendaya daya ingat, pembicaraan inkoheren, eksitasi
atau depresi, dan sikap galak. Pada sebagian kecil pasien dapat
terjadi demam. Sindrom ini sering terjadi pada rentang usia 10-21
tahun, tampak akan sembuh sendiri dan remisi penuh terjadi
spontan sebelum usia 40 tahun pada kasus dengan onset dini.1,2
i.
perempuan
mengalami
hipersomnia
yang
secara
k.
36
Sleep drunkenness
Merupakan keadaan abnormal bangun berupa tidak adanya
kesadaran yang jernih pada transisi tidur menjadi benar-benar
bangun, yang berlebihan dan lama. Keadaan bingung berkembang
dan sering menimbulkan ketidaknyaman individu atau sosial serta
kadang-kadang menyebabkan tindakan kriminal. Yang terpenting
dari diagnosis ini tidak adanya kurang tidur, mempunyai
kecendrungan familial. Sebelum menegakkan diagnosis ini
sebaiknya menyingkirkan diagnosis apnea, mioklonus nokturnal,
narkolepsi, dan penggunaan alkohol serta zat lain secara
berlebihan.1,2
2.4.2.2 Parasomnia
Yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadiankejadian episode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau
pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini sering berhubungan dengan
gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik potensial, sehingga
sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian, Insidensi ini
sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami
perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa (3%).
Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial
Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium
transmisi antara bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal
37
mimpi
buruk
sering
dihubungkan
terhadap
fase
akan
juga
menyebabkan
mimpi
buruk.
(seperti
citalopram,
38
fluoxatine,
fluvoxamine,
B.
C.
D.
39
B.
C.
D.
E.
F.
yang
telah
dialami.
Penderita
juga
mengalami
disorientasi.
Orang-orang
akan
berjalan
tanpa
tujuan,
tanpa
Pasien tidur
ringan seperti
diberikan
untuk
anak-anak
meskipun
dosis
yang
B.
42
D.
E.
Tidur
berjalan
menyebabkan
terjaga,
menyebabkan
teriakan panik
Rasa takut yang hebat serta adanya tanda bangkitan otonom,
mseperti takikairdi, pernapasan cepat, dan berkeringat selama
episode ini
Relatif tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk
ini
Episode ini menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna
memperbaiki
keadaan
dan
kadang-kadang
benar-benar
menghilangkan serangan.2
Sedangkan menurut PPDGJ III, diagnosis gangguan teror tidur
adalah sebagai berikut:
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti,
yaitu:3
o Gejala utama adalah salah satu atau lebih episode bangun
dari tidur, mulai dengan berteriak karena panik, disertai
anxietas
yang
hebat,
seluruh
tubuh
bergetar
dan
yang terpilah-pilah)
o Tidak ada bukti gangguan mental organik
Teror tidur harus dibedakan dengan mimpi buruk (F.51.5),
biasanya terjadi setiap saat dalam tidur, mudah dibangunkan dan
Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat sedang tidur dan
berjalan berkeliling, bisanya terjadi pada sepertiga pertama episode
tidur utama
Selama berjalan didalam tidur, orang tersebut memiliki wajah yang
kosong, dan menetap, relatif tidak responsif terhadap upaya orang
lain untuk berbicara dengan mereka dan sangat sulit untuk
dibangunkan
Saat bangun (baik dari episode berjalan didalam tidur maupun pada
keesokan harinya) orang ini akan mengalami amnesia tentang
episode tersebut
46
penting lain
Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
(contoh: penyalahgunaan zat, atau obat) atau keadaan medis umum.
Pasien duduk dan kadang-kadang melakuikan tindakan motorik
47
c. Confusional arousals
Gangguan tidur yang merupakan sebagian terbangun dengan
gangguan kesadaran dan memori yang dapat terjadi selama tidur dalam
atau berusaha untuk bangun. Episode ini kurang dari 5 menit, namun pada
orang dewasa disertai kejadian seperti suara atau tingkahlaku seksual.
Confusional arousal ini merupakan indikasi depresi dan gangguan mental
lain.
2.
Bangun berulang dari periode tidur utama atau tidur siang dengan
ingatan yang rinci mengenai mimpi yang lama dan sangat
menakutkan, biasanya melibatkan ancaman terhadap kelangsungan
hidup, keamanan atau harga diri. Bangun biasanya terjadi pada
rem dan biasanya setelah periode rem yang panjang di akhir malam.
Beberapa orang sering mengalami mimpi buruk sebagai keadaan yang
berlangsung seumur hidup, yang lainnya mengalami miimpi buruk
terutama saat stres dan sakit. Kira-kira 50% dari populasi dewasa
melaporkan tentang mimpi buruk sewaktu-waktu. Biasanya tidak ada
terapi spesifik untuk gangguan mimpi buruk. Agen yang menekan tidur
rem, seperti obat trisiklik dapat mengurangi frekuensi mimpi buruk dan
benzodiazepin juga telah digunakan. Berlawanan dengan keyakinan
populer, tidak ada akibat yang membahayakan dari membangunkan orang
yang sedang mengalami mimpi buruk.2
Sedangkan menurut PPDGJ III, diagnosis mimpi buruk adalah
sebagai berikut:3
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
o Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan
dengan mimpi yang menakutkan yang dapat diingat
kembali dengan rinci atau jelas. Perihal kelansungan
49
individu
Sangat penting untuk membedakan, mimpi buruk mimpi buruk
dengan teror tidur, denigan memperhatikan gambaran klinis yang
khas untuk masing-masing gangguan.
tidur atau transisi dari tidur kebangun, tetapi tidak memenuhi kriteria
parasomnia spesifik, contoh-contohnya meliputi:
51
52
narkolepsi,
gangguan
itidur
terkait
pernapasan,
parasomnia)
kriteria
diagnostik
menurut
DSM-IV-TR
tentang
Penatalaksanaan parasomnia
Pengobatan parasomnia NREM pada orang dewasa dapat
meminimalkan faktor pencetus seperti film menakutkan, kafein, alkohol
atau makan larut malam dan adanya bukti jadwal tidur-bangun yang stabil.
Selain itu dapat juga menjaga pasien terhadap bahaya, seperti mengunci
jendela atau pintu sehingga tidak lari lewat pintu atau tidur di lantai, dan
53
gangguan
tidur
REM,
clonazepam
1-4
mg
GANGGUAN
TIDUR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
Diagnosis
54
Psikosis
Schizophrenia
Gangguan afektif
Gangguan cemas
Gangguan panik
Penggunaan Alkohol
Penggunaan akut
Penggunaan kronis
Abstinensi
Gangguan Kepribadian
Borderline
REM
tidur
mengalami
perubahan
yang
Demensia
56
57
2.4.2.3.4
PEMAKAIAN
ATAU
KETERGANTUNGAN
ALKOHOL
Ketergantungan
alkohol
dapat
berkembang
menjadi
tetapi
di
awal
pagi
hari.
Polysomnographic
akan
Substansi
Penyakit Alzheimer
Alkohol
Angina
Anti Kejang
Asma
Anti Depresan
Anti Psikotik
Diabetes Melitus
Lithium
Eczema
Opioid
Gastrointestinal Reflux
Psychostimulants
Hipertensi
Hipnotik-sedatif
Hipertiroid
Distrofi Otot
Distrofi Miotonik
Penyakit Paru Obstruktif
Pain Syndromes
Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria
Ulkus Peptikum
59
Kehamilan
Progressive Supranuclear Palsy
Shy-Drager Syndrome
Uremia
Sakit kepala cluster terkait tidur adalah sakit kepala unilateral berat
yang sering timbul saat tidur dan ditandai dengan pola serangan on-off.
Hemikrania paroksismal kronik adalah sakit kepala unilateral sejenis yang
terjadi setiap hari dengan onset yang lebih sering tetapi hanya berlangsung
singkat dan tanpa distribusi tidur yang lebih besar. Kedua tipe sakit kepala
vaskuler tersebut merupakan contoh keadaan yang diperberat oleh tidur
dan muncul sehubungan dengan periode tidur rem; hemikrania
paroksismal sebenarnya adalah tidur rem yang terkunci.
3.
Sindrom menelan abnormal terkait tidur
Sindrom menelan abnormal merupakan suatu keadaan saat tidur
dengan penelanan yang tidak adekuat sehingga mengakibatkan aspirasi
saliva, batuk, dan tersedak. Sindrom ini disertai dengan terbangun yang
singkat dan silih berganti.
4.
Asma terkait tidur
Asma yang diperberat oleh tidur pada beberapa orang dapat
menimbulkan gangguan tidur yang signifikan.
5.
Gejala kardiovaskuler terkait tidur
Gejala kardiovaskuler terkait tidur berasal dari gangguan irama
jantung, inkompetensi miokardial, insufisiensi arteri koronaria, dan
variabilitas tekanan darah, yang dapat dicetuskan atau diperberat oleh
fisiologi kardiovaskuler yang diubah oleh tidur atau yang dimodifikasi
oleh keadaan tidur.
6.
Refluks gastroesofagus terkait tidur
Refluks gastroesofagus terkait tidur merupakan suatu gangguan
berupa pasien terbangun dari tidur dengan rasa nyeri terbakar di substernal
atau rasa nyeri menyeluruh atau rasa sempit di dada atau rasa pahit di
mulut. Batuk, tersedak, dan rasa tidak nyaman pernapasan yang samar
juga dapat terjadi berulang.
7.
Hemolisis terkait tidur (hemoglobinuria nokturnal paroksismal)
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal adalah anemia hemolitik
kronis didapat yang jarang, berupa adanya hemolisis intravaskuler yang
menimbulkan hemoglobinemia dan hemoglobinuria. Hemolisis dan
hemoglobinuria yang ditimbulkan dipercepat saat tidur, dan urine pagi hari
berwarna merah kecoklatan. Hemolisis berkaitan dengan periode tidur,
bahkan jika periode digeser.
61
b.
kombinasi) dapat disebabkan oleh suatu zat. Menurut dms-iv-tr, klinisi juga harus
merinci apakah onset gangguan terjadi saat intoksikasi atau putus zat. Somnolen
yan berkaitan dengan toleransi atau putus zat akibat stimulant system saraf pusat
lazim terjadi pada orang-orang dengan putus zat amfetamin, kokain, kafein, dan
zat terkait. Somnolen dapat dikaitkan dengan depresi berat, yang kadang-kadang
mencapai proporsi bunuh diri. Penggunaan depresan ssp yang berlangsung lama,
seperti alcohol, dapat menyebabkan somnolen. Penggunaan alkohol berat di sore
62
hari menimbulkan rasa mengantuk dan kesulitan bangun keesokan harinya. Reaksi
ini dapat memberikan masalah diagnostik ketika pasien tidak mengakui
penyalahgunaan alkohol.
Insomnia dikaitkan dengan toleransi atau putus obat sedative-hipnotik,
seperti benzodiazepine, barbiturat, dan kloral hidrat. Dengan penggunaan agen
tersebut dalam waktu lama biasanya dilakukan untuk menerapi insomnia akibat
sumber-sumber yang berbeda toleransi meningkat, dan obat kehilangan efek
mencetuskan tidur; pasien kemudian sering menaikkan dosis. Pada penghentian
obat secara tiba-tiba, keadaan tidak dapat tidur yang parah mencuat, sering disertai
ciri umum putus zat. Secara khas, pasien mengalami peningkatan sementara
keparahan insomnia.
Penggunaan agen hipnotik jangka panjang (lebih dari 30 hari) ditoleransi
dengan baik oleh sejumlah pasien, tetapi yang lainnya mulai mengeluhkan
gangguan tidur, paling sering bangun singkat multiple di malam hari. Perekaman
menunjukkan gangguan arsitektur tidur, berkurangnya tidur tahap 3 dan 4,
meningkatnya tidur tahap 1 dan 2, serta fragmentasi tidur sepanjang malam.
Klinisi harus waspada akan stimulant ssp sebagai penyebab yang mungkin untuk
insomnia dan harus ingat berbagai obat untuk menurunkan berat badan, minuman
yang mengandung kafein, dan obat adrenergic yang digunakan sekali-sekali oleh
asmatik semuanya dapat menimbulkan insomnia ini. Alkohol dapat membantu
mencetuskan tidur, tetapi sering menyebabkan bangun di malam hari. Penggunaan
alkohol di sore hari dapat menimbulkan kesulitan untuk jatuh tertidur di malam
hari.
Untuk alasan yang tidak selalu jelas, beragam obat kadang-kadang
menimbulkan masalah tidur sebagai efek samping. Obat ini mencakup
antimetabolit dan agen kemoteraupetik kanker lain, sediaan tiroid, agen
antikonvulsan, obat antidepressant obat mirip hormone adrenokortikotropik
(acth), kontrasepsi oral, -metil-dopa, dan antagonis reseptor -adrenergik. Agen
lain tidak menimbulkan gangguan tidur saat digunakan tetapi memiliki efek ini
setelah putus zat. Hampir setiap obat dengan agen sedasi atau tranquilizer,
termasuk saat ini benzodiazepine, phenothiazine, obat trisiklik sedasi, dan
berbagai narkotika, termasuk marijuana dan opioid, dapat memiliki efek ini.
63
Alkohol adalah depresan ssp dan menimbulkan maslah serius depresan ssp
lain, saat pemberianmungkin terkait dengan timbulnya toleransidan setelah
putus zat. Insomnia setelah mengkonsumsi alkohol jangka panjang kadangkadang berat dan berlangsung selama beberapa minggu atau lebih lama. Klinisi
sebaiknya tidak memberikan obat yang berpotensi menimbulkan ketergantungan
pada pasien yang baru saja pulih dari ketergantungan; jika mungkin, obat tidur
harus dihindari.
Di antara para perokok, kombinasi ritual relaksasi dan kecenderungan
dosis rendah nikotin untuk menyebabkan sedasi sebenarnya dapat membantu
tidur, tetapi dosis tinggi nikotin dapat mengganggu tidur, terutama onset tidur.
Perokok secara khas tidur lebih sedikit daripada orang yang tidak merokok. Putus
zat nikotin dapat menyebabkan pusing atau terbangun dari tidur.
Tabel kriteria diagnostik dsm-iv-tr gangguan tidur yang dicetuskan zat
A. Gangguan tidur yang menonjol dan cukup berat sehingga memerlukan
perhatian klinis tersendiri.
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium baik (1) atau (2):
1) Gejala pada kriteria a terjadi selama, atau dalam sebulan sejak,
intoksikasi atau putus zat.
2) Penggunaan obat secara etiologis terkait dengan gangguan tidur.
C. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur yang bukan
dicetuskan zat. Bukti bahwa gejala sebaiknya disebabkan oleh gangguan
tidur yang bukan dicetuskan zat dapat mencakup hal berikut: gejala
mendahului onset penggunaan zat (atau penggunaan obat), gejala
berlangsung untuk suatu periode waktu tertentu (cth: sekitar satu bulan)
setelah penghentian dari putus zat akut atau intoksikasi berat atau sangat
berlebihan jika mengingat jenis atau jumlah zat yang digunakan. Atau
durasi penggunaannya; atau terdapat bukti lain yang mengesankan adanya
gangguan tidur yang dicetuskan oleh bukan zat tersendiri (cth: riwayat
episode yang terkait dengan bukan zat)
D. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan delirium.
E. Gangguan tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna
atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
64
Catatan: diagnosis harus ditegakkan selain diagnosis intoksikasi atau putus zat
hanya jika gejala tidur berlebihan dengan gejala yang biasanya dikaitkan
dengan sindrom intoksikasi atau putus zat dan jika gejala cukup berat
sehingga membutuhkan perhatian klinis tersendiri.
Kode gangguan tidur yang dicetuskan oleh zat-(sebutkan zatnya)
Alkohol, amfetamin, kafein, kokain, opioid, sedatif, hipnotik, atau
ansiolitik, zat lainnya (atau tidak diketahui)
Tentukan tipenya:
Tipe insomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah insomnia.
Tipe hipersomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah hipersomnia.
Tipe parasomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah parasomnia.
Tipe campuran: jika terdapat lebih dari satu gangguan tidur dan tidak ada
yang dominan.
Tentukan jika:
Dengan onset saat intoksikasi: jika kriteria terpenuhi untuk intoksikasi dengan
zat dan gejala timbul selama sindrom intoksikasi.
Dengan onset saat putus zat: jika kriteria terpenuhi untuk intoksikasi untuk
putus zat dan gejala timbul selama, atau segera setelah sindrom putus zat.
Ritmik sirkadian tidur-bangun lansia juga sering terganggu. Jam biologik lansia
lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju. Seringnya terbangun pada malam hari
menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada siang hari.
Dengan perkataan lain, bertambahnya umur juga dikaitkan dengan kecenderungan
untuk tidur dan bangun lebih awal. Toleransi terhadap fase atau jadual tidurbangun menurun, misalnya sangat rentan dengan perpindahan jam kerja.
Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur juga berpengaruh terhadap kadar
hormon yaitu terjadi penurunan sekresi hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid,
dan kortisol pada lansia. Hormon-hormon ini dikeluarkan selama tidur dalam.
Sekresi melatonin juga berkurang. Melatonin berfungsi mengontrol sirkadian
tidur. Sekresinya terutama pada malam hari. Apabila terpajan dengan cahaya
terang, sekresi melatonin akan berkurang.
66
mengatur dan mengurangi waktunya di tempat tidur. Selain itu, pasien mesti
didorong untuk lebih aktif di siang hari (fisik dan sosial).
Lingkungan
Suara gaduh, cahaya, dan temperatur dapat mengganggu tidur. Lansia
sangat sensitif terhadap stimulus lingkungannya. Penggunaan tutup telinga dan
tutup mata dapat mengurangi pengaruh buruk lingkungan. Temperatur dan alas
tidur yang tidak nyaman juga dapat mengganggu tidur. Kebiasaan-kebiasaan yang
tidak baik di tempat tidur juga harus dihindari misalnya makan, menonton TV, dan
memecahkan masalah-masalah serius. Faktor-faktor ini mesti dievaluasi ketika
berhadapan dengan lansia yang mengalami gangguan tidur. Lansia mesti
dianjurkan untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk tidur.
Diet dan Penggunaan obat
Minum kopi, teh, dan soda, serta merokok sebelum tidur dapat
mengganggu tidur. Alkohol dapat mempercepat onset tidur tetapi beberapa jam
kemudian pasien kembali tidak bisa tidur. Obat-obat tidur atau obat-obat yang
diresepkan untuk gangguan kondisi medik dapat kadang-kadang dapat
mengganggu tidur. Pengaruhnya dapat terjadi secara berangsur-angsur setelah
beberapa lama menggunakan obat tersebut. Pasien dianjurkan untuk mengurangi
atau mengubah jam-jam penggunaan obat atau diet yang dapat mempengaruhi
tidur.
Hal-hal Umum
Edukasi tentang tidur malam perlu diberikan kepada lansia. Pasien
dianjurkan untuk membuat kontak sosial dan aktivitas fisik secara teratur di siang
hari. Pasien harus pula dibantu untuk menghilangkan kecemasannya. Membaca
sampai mengantuk merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kecemasan
yang mengganggu tidur .
67
Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat nonpatologik karena faktor usia
dan ada pula gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan pada lansia. Ada
beberapa gangguan tidur yang sering ditemukan pada lansia.
INSOMNIA PRIMER
Ditandai dengan:
Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar
meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan.
Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau impairment sosial,
okupasional, atau fungsi penting lainnya.
Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental
lainnya.
Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum atau
zat.
Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk tidur dan
terbangun berkali-kali. Bentuk keluhan tidur bervariasi dari waktu ke waktu.
Misalnya, seseorang yang saat ini mengeluh sulit masuk tidur mungkin suatu saat
mengeluh sulit mempertahankan tidur. Meskipun jarang, kadang-kadang
seseorang mengeluh tetap tidak segar meskipun sudah tertidur. Diagnosis
gangguan insomnia dibuat bila penderitaan atau impairmentnya bermakna.
Seorang penderita insomnia sering berpreokupasi dengan tidur. Makin
berokupasi dengan tidur, makin berusaha keras untuk tidur, makin frustrasi dan
makin tidak bisa tidur. Akibatnya terjadi lingkaran setan.
Insomnia kronik disebut juga insomnia psikofisiologik persisten.
Insomnia ini dapat disebabkan oleh kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi
akibat kebiasaan atau pembelajaran atau perilaku maladaptif di tempat tidur.
Misalnya, pemecahan masalah serius di tempat tidur, kekhawatiran, atau pikiran
negatif terhadap tidur ( sudah berpikir tidak akan bisa tidur). Adanya kecemasan
yang berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan seseorang berusaha keras
untuk tidur tetapi ia semakin tidak bisa tidur. Ketidakmampuan menghilangkan
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha tidur dapat pula menyebabkan
68
69
dan stadium 3 dan 4 menurun. Ketegangan otot meningkat dan jumlah aktivitas
alfa dan beta juga meningkat.
1. GANGGUAN TIDUR TERKAIT PERNAFASAN (APNEA TIDUR)
Gangguan tidur terkait pernafasan atau Breathing-Related Sleep Disorders
atau apnea tidur ditandai dengan episode berulang henti nafas yang menyebabkan
terjadinya hipoksia dan terbangun berkali-kali. Keadaan ini dapat terjadi akibat
gangguan ventilasi ketika tidur (hipoventilasi alveolar sentral). Gangguan tidur ini
tidak disebabkan oleh gangguan mental lain dan tidak pula akibat langsung
pengaruh fisiologik atau zat (termasuk medikasi).
Penderita sering mengeluh mengantuk berlebihan di siang hari sehingga
mengganggu fungsinya. Rasa kantuk yang berlebihan ini terjadi akibat seringnya
terbangun di malam hari karena penderita berusaha untuk bernafas normal. Rasa
kantuk sering muncul pada situasi santai misalnya ketika membaca dan menonton
TV atau dalam pertemuan. Bila rasa kantuk sangat berlebihan, penderita bisa jatuh
tidur meskipun ia sedang dalam keadaan aktif misalnya sedang bercakap-cakap,
makan, berjalan, atau berkendara. Tertidur sejenak tidak menyegarkan bahkan
dapat menimbulkan nyeri kepala. Apnea tidur lebih sering terjadi pada laki-laki
terutama bila ia tidur telentang.
Peristiwa-peristiwa respirasi abnormal yang terjadi pada apnea tidur yaitu
apnea (episode berhenti nafas), hipopnea (respirasi lambat dan dangkal), dan
hipoventilasi ( abnormal kadar oksigen dan karbon dioksida darah). Episode
apnea dapat dieksaserbasi oleh penggunaan obat-obat yang mendepresi susunan
saraf pusat dan alkohol. Mendengkur, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler
berkaitan dengan apnea tidur. Bila sindrom apnea tidur derajatnya berat dan tidak
diobati, gangguan fungsi jantung dapat terjadi dan mortalitas meningkat.
Ada tiga bentuk apnea tidur yaitu:
70
Sindrom apnea tidur obstruktif adalah bentuk apnea tidur yang paling
sering ditemukan. Sindrom ini ditandai dengan episode berulang obstruksi jalan
nafas atas (apnea-hipopnea) selama tidur. Biasanya terjadi pada penderita yang
sangat gemuk. Penderita biasanya tidur mendengkur (sangat keras) dan nafas
pendek bergantian dengan episode diam yang berlangsung sekitar 20-30 detik.
Dengkuran yang keras terjadi karena ia bernafas melalui aliran udara yang
tersumbat sebagian. Adanya periode diam atau berhenti nafas disebabkan
terjadinya obstruksi sempurna jalan nafas. Berhenti nafas kadang-kadang terjadi
60-90 detik sehingga bisa terjadi sianosis. Sebagian besar penderita tidak
menyadari gangguannya ini.
Sindrom apnea tidur sentral ditandai dengan penghentian episodik
ventilasi ketika tidur (apnea dan hipopnea) tanpa obstruksi jalan udara. Gangguan
ini sering terjadi pada lansia akibat gangguan jantung atau neurologik yang
mengganggu regulasi ventilasi. Mendengkur ringan sering ditemukan pada
penderita dengan gangguan tidur ini.
Sindrom hipoventilasi alveolar sentral ditandai dengan gangguan
pengontrolan ventilasi yang mengakibatkan rendahnya kadar oksigen arteri.
Bentuk ini paling sering terjadi pada orang yang sangat gemuk dan adanya
keluhan tidur berlebihan di siang hari. Seseorang dengan apnea tidur sering
mengeluh adanya rasa tidak enak di dada pada malam hari, rasa tercekik, dan
kecemasan. Pasien mengalami gangguan memori, konsentrasi buruk, dan iritabel.
Gangguan mood (gangguan depresi mayor, distimia), gangguan cemas (gangguan
panik) dan demensia sering dikaitkan dengan apnea tidur. Mengantuk di siang hari
dapat menyebabkan kecelakaan misalnya tertidur saat berkendara. Selain itu,
dapat pula terjadi impairmen okupasional dan sosial.
Nokturia dan inkontinensia nokturnal merupakan salah satu gejala apnea
tidur obstruktif. Hal ini terjadi karena ekskresi urin meningkat dan juga karena
faktor mekanik (tekanan diafragma). Nokturia juga meningkatkan risiko
terjadinya kecelakaan (jatuh) terutama pada lansia yang menggunakan sedatifhipnotik. Prevalensi penyakit renal kronik meningkat dengan bertambahnya umur;
gangguan ini sering menyebabkan nokturia.
71
Respirasi
Mendengkur
Mulut dan tenggorok kering
Kardiovaskuler
Hipertensi
Gagal jantung
Atritmia
Renal
Enuresis, nokturia
Hematologi
Polisitemia.
2.
RESTLESS
LEG
SYNDROME
(RLS)
dan
PERIODIC
LEG
MOVEMENT (PLM)
Lansia dapat mengalami disfungsi neuromuskular yang berkaitan dengan
tidur. Restless Leg Syndrome disebut juga sindrom Ekbom. Sindrom ini ditandai
dengan adanya dorongan yang kuat untuk memindah-mindahkan kaki dengan
72
cepat ketika mau jatuh tidur. Gerakan-gerakan kaki sering bersamaan dengan
apnea tidur. Pasien sering mengeluh adanya rasa sakit atau parestesia yang
menjalar. Kadang-kadang ada sensasi seperti semut atau cacing menjalar di
tungkai. Gagal ginjal, diabetes, anemia kronik, dan gangguan saraf perifer sering
dihubungkan dengan RLS. Restless leg syndrome dapat pula diinduksi oleh
neuroleptik, antidepresan, lithium, diuretik, dan narkotik. Agonis dopamin dapat
mengurangi RLS. Narkotik juga efektif tetapi harus hati-hati karena dapat
menimbulkan resistensi.
Untuk gangguan ini belum ada terapi yang ideal. Benzodiazepin
(clonazepam) dan temazepam dapat mengurangi frekuensi terbangun tetapi
kurang bermanfaat terhadap gerakan-gerakan kaki. Selain itu, obat ini dapat
menyebabkan sedasi di siang hari. Obat-obat seperti opioid, dan levodopa, serta
carbamazepine, juga cukup bermanfaat.
Periodic Leg Movement disebut juga mioklonus nokturnal yaitu gerakan
kaki berulang, stereotipi, dan durasinya pendek. Gerakan berupa fleksi cepat dan
periodik tungkai dan telapak kaki. Keadaan ini dapat menyebabkan terbangun
berulang kali sepanjang malam. Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya
umur. Gangguan ini dihubungkan dengan sebab-sebab metabolik, vaskuler,
anemia, defisiensi asam folat, dan gangguan neurologik.
Apnea tidur dan gerakan kaki periodik juga sering pada lansia.
Prevalensinya berkisar antara 25%-60%. Individu dengan gerakan kaki periodik
memiliki waktu tidur satu jam lebih kurang bila dibandingkan dengan kontrol
normal.
keterjagaan. Suara gaduh juga bisa mempengaruhi tidur. Ritme sirkadian yang
dangkal dikaitkan dengan gangguan tidur.
PENATALAKSANAAN
Langkah pertama untuk mengatasi insomnia sekunder terhadap gangguan
medik atau psikiatrik adalah mengoptimalkan terapi terhadap penyakit yang
mendasarinya. Cara farmakologik dan nonfarmakologik diperlukan untuk terapi
gangguan tidur baik primer maupun sekunder
fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada hari
berikutnya (long acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu
pula bila pemakain obat jangka panjang dapat menimbulkan over dosis dan
ketergantungan obat. Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih
dahulu ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase
latensi panjang (nrem) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas
sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal
kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit primernya.
Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan
gangguan tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara,
sambil dicari penyebab yang mendasari. Dengan pemakaian obat yang
rasional, obat hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema gangguan
tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati
pada pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan
menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut
tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah
mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya atau obat hipnotik adalah
sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan
jenis
obat
yang
bereaksi
cepat
(short
action)
dengan
membatasi
obat
tersebut
dihentikan
secara
perlahan-lahan
untuk
kronik,
obesitas,
gangguan
jantung
dengan
hipoventilasi.
dan
76
BAB III
3.1 PENUTUP
Tidur adalah proses yang amat diperlukan manusia untuk terjadinya
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak,
memberi waktu bagi organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh.
membutuhkan 7,5 jam tidur setiap malamnya, walaupun ada beberapa orang yang
memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya. Hal ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya usia, aktivitas fisik, penggunaan obat, dan
sebagainya.
Apabila keadaan tersebut mengalami kelainan maka akan timbul gangguan
tidur. Sebagai dokter, kita harus melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang
teliti dan seksama agar diagnosis tipe gangguan tidur dapat ditegakkan. Kriteria
diagnosis untuk masing-masing gangguan tidur berbeda-beda menurut jenisnya.
Beberapa kondisi medik umum seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit
paru, neurodegenerasi, penyakit endokrin, kanker, dan penyakit saluran
pencernaan, serta penyakit muskuloskeletal sering menimbulkan gangguan tidur.
Gangguan mental seperti depresi, anksietas, demensia serta delirium dapat pula
menimbulkan gangguan tidur. Pola gangguan tidur pada penderita depresi berbeda
dengan yang tidak menderita depresi; pada depresi terjadi gangguan pada setiap
77
harus dibatasi dan diawasi dengan cermat, mengingat efek samping yang dapat
ditimbulkannya, oleh karenanya penggunaan obat tersebut harus benar-benar
disesuaikan dengan kebutuhan individual dari pasien.
3.2 KESIMPULAN
Kesimpulan dari refrat ini adalah sebagai berikut:
1. Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan
kelelahan mental
2. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe Rapid Eye Movement (REM) dan
tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
3. Gangguan tidur dapat dibagi menjadi insomnia, hipersomnia, parasomnia
dan gagguan jadwal tidur-bangun
4. Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, yang
merupakan keluhan tidur yang paling lazim ditemui dan dapat bersifat
sementara atau menetap
5. Hipersomnia tampak sebagai tidur yang berlebihan, rasa mengantuk di
siang hari yang berlebihan, atau kadang-kadang keduanya
6. Parasomnia merupakan fenomena yang tidak diinginkan atau yang tidak
biasa yang terjadi tiba-tiba saat tidur atau terjadi pada ambang antara
bangun dan tidur. Parasomnia biasanya terjadi pada tahap 3 dan 4 sehingga
dikaitkan dengan ingatan buruk mengenai gangguan ini
7. Gangguan jadwal tidur-bangun melibatkan pergeseran tidur dari periode
sirkadian yang diinginkan
78
DAFTAR PUSTAKA
2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4 th ed, Text Revision, American
Psychiatric Association, 2000.
3. Setiabudhi, Tony. Gangguan Tidur. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri), cetakan
ke sembilan. Lektor Kepala Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 2010/2011.
6. www.cerminduniakedokteran.com
79
10th ed,