Anda di halaman 1dari 4

EEG dan Tahapan Tidur

Elektoensefalogi (EEG) adalah merekam aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala


EEG mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak.
Dalam konteks klinis, EEG mengacu kepada perekaman aktivitas elektrik spontan dari otak
selama periode tertentu, biasanya 20-40 menit, yang direkam dari banyak elektroda yang
dipasang di kulit kepala.

Elektroensefalogram (EEG) adalah alat untuk merekam aktivitas listrik dari otak
dengan menggunakan pena yang menulis di atas gulungan kertas. Tes ini mampu
menunjukkan tanda penyakit alzheimer dan epilepsy.1 Sumber lain menjelaskan bahwa EEG
adalah sebuah pemeriksaan penunjang yang berbentuk rekaman gelombang elektrik sel saraf
yang berada di otak yang memiliki tujuan untuk mengetahui adanya gangguan fisiologi
fungsi otak.

Aktivitas otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam melalui kulit kepala,
disebut gelombang EEG (Elektro-Ensefalo-Gram). Amplitudo dan frekuensi EEG bervariasi,
tergantung pada tempat perekaman dan aktivitas otak saat perekaman. Saat subyek santai,
mata tertutup, gambaraan EEG nya menunjukkan aktivitas sedang dengan gelombang sinkron
8-14 siklus/detik, disebut gelombang alfa. Gelombang alfa dapat direkam dengan baik pada
area visual di daerah oksipital. Gelombang alfa yang sinkron dan teratur akan hilang, kalau
subyek membuka matanya atau jika lampu disorotkan dipelupuk matanya yang tertutup.
Gelombanng yang terjadi adalah gelombang beta (>14 siklus/detik). Gelombang beta direkam
dengan baik di regio frontal, merupakan tanda bahwa orang terjaga, waspada dan terjadi
aktivitas mental. Meskia gelombang EEG berasal dari kortek, modulasinya dipengaruhi oleh
formasio retikularis di subkortek.

Pada saat orang santai, menjelang jatuh tertidur, EEG menunjukkan gambaran
gelombang lambat, alfa. Tidur kemudian berlanjut, gelombang makin lambat dan membesar,
diselingi letupan gelombang seperti cepat kumparan. Secara umum, tidur manusia dibagi atas
dua tahap, yakni tidur ortodoks (tidur gelombang lambat) dan tidur paradoks (tidur R[apid]
E[ye] M[ovement]).

Tidur ortodoks mempunyai empat tingkatan 1,2,3 dan 4. Setiap perubahan tingkat
mempunyai gambaran EEG khusus, gerak tubuh dan aktivitas otonom (kecepatan pernafasan
dan debar jantung, pengeluaran keringat, pengeluaran hormon pertumbuhan) tertentu. Pada
stadium 4 tidur ortodoks bergelombang sinkron, besar, dan lambat : gelombang delta
(amplitudo tinggi, 3-4 siklus/detik) adalah stadium tidur paling dalam. Pada stadium ini anak
kecil sering mengompol, dan somnabulisme.2

Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur. Pertama, jenis tidur yang disebabkan
oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis. Jenis tidur tersebut

1
Tim Penyusun, Pustaka Kesehatan Populer Menghindari Penyakit Jantung Terjemahan Bahasa Indonesia, PT
Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2009, hlm 2-3
2
Dr. Ratna Mardiati DSJ, Buku Kuliah Susunan Saraf Otak Manusia Edisi Pertama Cetakan Kedua, CV Sagung
Seto, Jakarta, 2010, hlm 106
disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat, atau
disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh
penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun kegiatan otak mungkin tidak
tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut dengan jenis tidur paradoks atau tidur
rapid eye movement (REM).

1. Tidur gelombang lambat (slow wave sleep)/nonrapid eye movement (NREM). Jenis
tidur ini dikenal dengan tidur dalam, istirahat penuh, dengan gelombang otak yang
lebih lambat, atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah
menyegarkan, tanpa mimpi, atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah
individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi
napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme
turun.
Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi dengan
memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap
tersebut, yaitu: kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berfrekuensi
tinggi dan bervolatase rendah; istirahat tenang yang dapat diperlihatkan pada
gelombang alfa; tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke
jenis beta atau delta yang bervoltase rendah; dan tidur nyenyak gelombang
lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dan berkeceatan 1-2 per-
detik.
Tahapan tidur jenis NREM
a. Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai
berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola
mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit
menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung sekitar 5
menit.
b. Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
dengan ciri sebagai berikut: mata panda umumnya menetap, denyut
jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-15
menit.
c. Tahap III
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas,
dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya dominasi
sistem saraf parasimpatis sehingga sulit untuk bangun.
d. Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan turun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata
cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.
2. Tidur paradoks/tidur rapid eye movement (REM)
Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit,
rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit. Namun
apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini
tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:
a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif
b. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM.
c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
d. Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
e. Pada otot perifer, terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme
meningkat.
g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga baperan dalam belajar,
dan adaptasi.3

Tidur REM/paradoks

Stadium 4 diikuti lanjut dengan tahap tidur paradoks atau tidur REM. Pada masa ini
gelombang EEG menjadi seperti beta : cepat dan tidak sinkron, mirip dengan gelombang saat
amnusai berada dalam fase aktivitas; meski pada kenyataannya ia sangat sulit dibangunkan.
Tonus otot leher dan anggota gerak minimal, bola mata bergerak cepat dibalik pelupuk mata
yang menutup. Mimpi terjadi paling banyak dalam tahap ini.

Pada orang dewasa, setiap 90 menit satu siklus tidur lengkap (stadium 1,2,3 dan 4,
REM) berlangsung. Masa REM merupakan 20% dari jumlah waktu tidur yang delapan jam.
Tidur REM berlangsung paling panjang pada dini hari. Bayi mempunyai kebutuhan tidur
lebih dari 16 jam sehari, 50% nya tidur REM. Pada umur tua, tidur berkurang 1-2 jam sehari
dan stadium 4 menghilang semua. Tidur REM sangat penting, karena kekurangan tidur. REM
akan mengganggu aktivitas harian orang, dan pada malam-malam berikutnya orang
cenderung akan membayar tidut REM yang hilang sebelumnya.

3
Musrifatul Uliyah dan A. Aziz Alimul Hidayat, Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan/Musrifatul Hidayat, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, 2008, hlm 113
DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Untuk Kebidanan/Musrifatul Hidayat. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Niedermeyer E. And da Silva F.L. 2004. Electroencephalography: Basic Priciple,


Clinical Applications, and Related Fields. Lippincot Williams & Wilkins..

Ratna Mardiati DSJ, Dr. 2010. Buku Kuliah Susunan saraf Otak Manusia. Jakarta :
CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai