REM
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat elektroensefalogram (EEG), elektro-
okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye
movement(NREM) dan rapid eye movement (REM).
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh
orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar.
Tidur kemudian berlanjut, gelombang makin lambat dan memperbesar, diselingi letupan gelombang
seperti cepat kumparan. Secara umum, tidur manusia dibagi atas dua tahap, yakni tidur ortodoks (tidur
gelombang lambat) dan tidur paradoks [(tidur R(apid) E(ye) M(ovement)]. Pada tidur NON REM terjadi
penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh
Tahap 1:
Tahap 2
Relaksasi
Mudah terbangun
10-20 menit
Tahap 3
Sulit dibangunkan
Otot-otot relaksasi
15-30 menit
Tahap 4
Tidur dalam
Sulit dibangunkan
15-30 menit
Sekresi lambung
Setiap perubahan tingkat mempunyai gambaran EEG khusus, gerak tubuh dan aktivitas otonom
(kecepatan pernafasan dan debar jantung, pengeluaran keringat, pengeluaran hormon pertumbuhan)
tertentu. Pada stadium 4 tidur ortodoks bergelombang sinkron, besar, dan lambat : gelombang delta
(amplitudo tinggi, 3-4 siklus/detik) adalah stadium tidur paling dalam. Pada stadium ini anak kecil sering
mengompol dan somnabulisme.
Stadium 4 diikuti lanjut dengan tahap tidur paradoks atau tidur REM. Pada masa ini gelombang EEG
menjadi seperti beta : cepat dan tidak sinkron, mirip dengan gelombang saat manusia berada dalam fase
aktivitas, meski pada kenyataannya ia sangat sulit dibangunkan. Tonus otot leher dan anggota gerak
minimal, bola mata bergerak cepat dibalik pelupuk mata yang menutup. Mimpi terjadi paling banyak
dalam tahap ini.
Selama tidur REM,otak cenderung aktif dan metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap
individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot
terdepresi,sekresi lambung meningkat,dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur.
90 menit
Terjadi pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung, dan kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan
darah
Jika stimulasi sensorik berkurang orang cenderung masuk kedalam stadium tidur, suatu fenomena
pasif. Pusat formasion retikular di bagian bawah mempunyai peran aktif dalam menginduksi tidur dan
mengatur stadiumnya. Jadi, sekresi seretonin dari neuron nuklei raphe di formasio retikular pontis akan
meningkatkan gelombang lambat. Penglepasan norepinefrin dari neuron yang berasal dari lokus seruleus
(bagian dari formasio retikular medula) dapat meningkatkan tidur REM. Lesi spesifik area ini akan secara
selektid mempengaruhi kedua tahap tidur. Beberapa area hipotalamus tertentu mempunyai aktivitas
mempromosi tidur. Obat yang menurunkan aktivitas norepinefrin otak, dapat menyebabkan insomnia;
obat yang meningkatkan kadar seretonin otak, akan menyebabkan tidur. Beberapa protein pendorong
tidur terakumulasi selama masa jaga, terutama dalam cairan serebrospinal, dan menginduksi tidur bila
mencapai kadar tinggi.
Pusat tidur formasion retikular bagian bawah dan pusat jaga midbrain (ARAS) di formasio retikular
bagian atas, saling berinteraksi untuk mengatur tidak hanya setiap tahap tidur, tetapi juga seluruh siklus
tidur-jaga.
Umur
1. Tingkat Perkembangan
0 - 1 bulan
14 - 18 jam/hr
2. Masa bayi
3. Masa anak
4. Masa prasekolah
5. Masa sekolah
6 tahun - 12 tahun 10 jam/ hari
6. Masa remaja
7. Masa dewasa
18 - 40 tahun 7 - 8 jam/hari
INSOMNIA
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik
atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.
2.Insomnia intermiten yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
3.Insomnia terminal yaitu bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
PARASOMNIA
Bruksisme
Enuresis
HYPERSOMNIA
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita dianggap memiliki gangguan jiwa atau
malas. Para penderita hypersomnia membutuhkan waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran normal.
Meskipun penderita tidur melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa letih dan lesu
sepanjang hari. Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan dapat diatasi sendiri oleh penderita
dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen diri.
SLEEP APNEA
APNEA OBSTRUKTIF
Terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorok rileks pada saat tidur. Jalan nafas atas
menjadi tersumbat, dan aliran udara pada hidung berkurang atau berhenti. Individu masih berusaha
untuk bernafas karena gerakan dada dan abdomen terus terjadi, yang seringkali menyebabkan bunyi
dengkuran atau dengusan yang keras.
APNEA SENTRAL
Melibatkan disfungsi pada pusat pengendalian pernafasan di otak. Impuls untuk bernafas sementara
berhenti, dan aliran udara pada hidung dan gerakan dinding dada juga terhenti. Saturasi oksigen dalam
darah juga menurun. Kondisi ini terjadi pada klien yg mengalami cedera batang otak
APNEA CAMPURAN
NARKOLEPSI
Disfungsi mekanisme yg mengatur keadaan bangun dan tidur. Suatu kondisi yg dicirikan oleh
keinginan yg tidak terkendali utk tidur.
Orang yg menderita narkolepsi boleh dikatakan dapat tidur diwaktu sedang berdiri, tengah
mengemudikan kendaraan, tidur di tengah-tengah suatu pembicaraan atau selagi berenang
DAFTAR PUSTAKA
vhttp://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/89-tidur-nyenyak-di-malam-
hari.html.
vDSJ Mardiati Ratna. Dr. 1996. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak Manusia. Jakarta: CV. Infomedika.
vPerry, A.G & Potter, P.A. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
Gunkz Toyor di 06.02