PENDAHULUAN
Istirahat dan tidur merupakan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat
berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Pada
kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina
tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Pola istirahat dan tidur
yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan. Namun dalam keadaan
sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk
membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien.
Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Orang yang sakit sering kali memerlukan
istirahat dan tidur lebih banyak dibandingkan biasanya. Sering kali, orang yang lemah karena
sakit menghabiskan sejumlah besar energi untuk kembali sehat atau melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Akibatnya, orang tersebut mengalami keletihan yang meningkat dan
sering serta membutuhkan istirahat dan tidur tambahan. Istirahat memulihkan energi
seseorang, yang memungkinkan orang tersebut untuk menjalankan fungsi dengan optimal.
Apabila waktu istirahat seseorang berkurang, orang tersebut sering kali mudah marah, depresi,
dan lelah, serta memiliki kontrol emosi yang buruk. Menyediakan lingkungan yang tenang
untuk klien merupakan fungsi penting perawat.
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.
Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk
menyegarkan diri atau melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyulitkan bahkan menjengkelkan (Hidayat, 2008).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan
indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal,
tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta
penurunan respon terhadap rangsangan dari luar (Asmadi, 2008).
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur
dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis
yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat
termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat, 2008).
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan
bagian atas pons. Reticular Activating System (RAS) berlokasi pada batang otak
teratas. RAS dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan
tidur. Selain itu, RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan
emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan bangun
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbic.
Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008)
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan mata
cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”,
yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Tidur REM /
Paradoks merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif.
Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap
penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola/tipe tidur ini,
ditandai dengan perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur
NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur
REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya
tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam
ingatan.
2.3.2.1 Mengigau atau bahkan mendengkur
2.3.2.2 Otot-otot kendor (relaksasi total)
2.3.2.3 Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
2.3.2.4 Perubahan tekanan darah
2.3.2.5 Gerakan otot tidak teratur
2.3.2.6 Gerakan mata cepat
2.3.2.7 Pembebasan steroid
2.3.2.8 Sekresi lambung meningkat
2.3.2.9 Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan
terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran,
adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur
nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung
selama 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara
bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.
2.5.4 Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki dan menyiapkan
diri pada waktu periode bangun.
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh manusia
dimana istirahat merupakan keadaan tubuh yang rileks tanpa tekanan dan
kecemasan (ansietas) sedangkan tidur merupakan keadaan tidak sadar sebagai
fungsi protektif tubuh untuk melakukan perbaikan dan pemulihan jaringan
setelah beraktivitas yang dapat dibangunkan kembali.
3.1.2 Fisiologi tidur terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap NREM merupakan tidur yang
dalam dan nyaman dan tahap REM yang merupakan tidur dalam kondisi aktif
atau tidur paradoksial yang bersifat nyenyak sekali.
3.1.3 Kebutuhan istirahat tidur dan pola tidur setiap individu berbeda – beda yang
sangat dipengaruhi oleh umur individu atau orang tersebut.
3.1.4 Fungsi tidur adalah untuk memperbaiki, memulihkan dan menyeimbangkan
kondisi tubuh baik secara fisiologis, biologis ataupun psikologis sehingga
kembali optimal.
3.1.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur meliputi status kesehatan,
lingkungan, stress psikologis, diet/nutrisi, gaya hidup, obat – obatan, dan
motivasi.
3.1.6 Gangguan istirahat dan tidur meliputi insomnia, parasomnia, hipersomnia,
narkolepsi, apnea saat tidur, deprivasi tidur, enuresis, night terror, dan
mendengkur.
3.2 Saran
Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu atau pasien dengan gangguan istirahat dan
tidur sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena itu,
perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan
tidur. Sehingga proses pemulihan pasien dapat berjalan dengan optimal.
Daftar Pustaka
Makalah
Di Susun Oleh :
Program A
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borobudur
2018