Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN POLA TIDUR

Disusun Oleh :

DIAN PUSPITA SIDIK

433131420117094

PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316

2022
LAPORAN PENDAHULUAN 

I. Definisi Tidur dan Istirahat


Turpin (1986) dalam Leahy & Kizilay (1998, p. 700) mendefinisikan
tidur sebagai suatu keadaan dimana organisme secara reguler,
berulang, dan mudah kembali lagi (reversible) ditandadi oleh keadaan
yang relatif diam/tanpa gerak dan meningkatnya ambang respon
terhadap stimuli eksternal.

Adapula pendapat lain yang mendefinisikan tidur sebagai perubahan


keadaan kesadaran yang terjadi secara terus-menerus dan berulang
untuk menyimpan energi dan kesehatan (Potter & Perry, 1993, p.
1146).

II. Fisiologi Tidur


Fisiologi tidur yaitu bioritme, pengaturan tidur, macam dan tahapan
tidur serta siklus tidur.
 Bioritme dan Tidur
Setiap kehidupan manusia merupakan rangkaian irama (rhythms)
yang mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologi dan respon
perilaku (Potter & Perry, 1993). Bioritmologi, mempelajari ritme
biologik tubuh. Bioritme (ritme/irama biologik) terdapat pada
tumbuhan, hewan dan manusia.

Pada manusia dikontrol dari dalam tubuh dan disikronkan dengan


faktor-faktor lingkungan seperti stimuli terang dan gelap, gravitasi
dan elaktromagnetik. Bioritme yang lebih kita kenal adalah
sirkadian ritme (circadian rhythm). Istilah sirkadian berasal dari
bahasa Latin “circa dies” yang berarti “tentang hari”. Yang
dimaksud adalah siklus dalam 24-jam atau siklus siang-malam.
Tidur merupakan contoh dari sirkadian ritme. Siklus tidur-terjaga
setiap hari, yang termasuk ke dalam sirkadian ritme, dipengaruhi
oleh pencahayaan dan temperatur (Potter & Perry, 1993). Lebih
lanjut, menurut keduanya sirkadian ritme yang juga disebut sebagai
jam biologis dipengaruhi pola oleh aktivitas sosial dan rutinitas
kerja. Oleh karenanya beberapa individu dapat tidur pada jam 8
malam, sedangkan yang lainnya baru dapat tidur pada tengah
malam atau dini hari. Horne dan Ostberg (1976) dalam Potter dan
Perry (1993) mengklasifikasikan orang kedalam dua kelompok,
yaitu orang dengan tipe pagi (morning type) dan tipe sore (evening
type). Dijelaskan bahwa orang yang tidur dan kemudian bangun
pada dini hari, dan penampilannya terbaik pada saat pagi hari
termasuk kedalam tipe pagi. Sedangkan  orang yang tidur dan
kemudian bangun pada sore hari  serta berfungsinya terbaik pada
sore hari termasuk kedalam tipe sore.

Irama biologi tidur seringkali diselaraskan dengan fungsi tubuh


lainnya. Perubahan temperatur, sebagai contohnya berkorelasi
dengan suhu tubuh. Normalnya, suhu tubuh berada pada puncaknya
di sore hari, menurun secara bertahap dan kemudian menurun
dengan tajam setelah seseorang jatuh tidur (Potter & Perry, 1993).

 Pengaturan Tidur
Kontrol dan regulasi tidur tergantung pada interrelasi antara dua
mekanisme serebral yang bekerja saling berlawanan antara yang
satu dengan lainnya. Keduanya secara intermiten mengaktivasi dan
mensupresi pusat luhur di otak yang mengontrol tidur dan terjaga.
Satu mekanisme menyebabkan individu terjaga, sedangkan
mekanisme lainnya menyebabkan individu tertidur.

Sistem pengaktipan reticular (reticular activating system/RAS)


terletak dalam batang otak atas (upper brainstem). RAS diyakini
mengandung sel-sel khusus yang mempertahankan keadaan siaga
dan terjaga. RAS menerima input rangsang sensori visual, auditori
dan nyeri serta rangsang taktil. Aktivitas dari serebral kortek
(seperti emosi dan proses berfikir) juga menstimulasi RAS. Studi
yang dilaporkan oleh Canavan (1984) dan Chuman (1983) dalam
Potter & Perry (1993) meyakini bahwa keadaan terjaga merupakan
akibat dari neuron-neuron yang ada dalam RAS melepaskan
katekolamin seperti hormon norepineprin.

Tidur dapat juga ditimbulkan oleh pelepasan serotonin dari sel


khusus dalam raphe sleep system pada pons dan bagian medial dari
otak depan. Area otak ini disebut juga sebagai regio pengsinkronan
bulbar (bulbar synchronizing region/BSR). Bagaimana seseorang
dapat mempertahankan keadaan terjaga atau keadaan tidur
bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat-
pusat luhur (seperti, berfikir); reseptor sensori perifer seperti
stimuli bunyi dan cahaya; dan sistem limbik atau emosi (Potter &
Parry,1993).

Seorang yang mencoba untuk tidur, akan menutupkan matanya dan


mengatur posisinya sehingga rilek. Stimulus pada RAS menjadi
menurun. Jika ruangan digelapkan dan tenang, maka aktivasi RAS
akan semakin menurun. Pada suatu saat BSR akan mengambil alih,
sehingga menyebabkan individu menjadi tertidur (Potter & Perry,
1993).

 Macam dan Tahapan Tidur


Terdapat dua macam tidur yang dapat diidentifikasi, yaitu
tidur nonrapid eye movement/NREM (Non REM) dan tidur rapid
eye movement (REM).

 Tidur NREM

Tidur NREM juga disebut sebagai tidur gelombang lambat,


karena gelombang otak orang yang tidur lebih lambat dari
pada gelombang alpha dan beta orang yang terjaga atau
bangun. Kebanyakan selama tidur malam merupakan tidur
NREM. Merupakan tidur yang dalam, tidur tenang dan
menururt Kozier (1995) menyebabkan penurunan beberapa
fungsi fisiologis, seperti penurunan tekanan darah arteri,
penurunan denyut nadi, dilatasi pembuluh darah perifer,
aktifitas saluran pencernaan meningkat, otot rangka relaksasi,
dan laju metabolic basal menurun 10% – 30%.

Kozier (1995) menjelaskan tidur NREM dibagi kedalam 4


tahap, yaitu :

o Tahap 1
Merupakan tahap tidur yang sangat ringan. Selama tahap
ini orang merasa mengantuk dan relak, mata
berputar/bergerak dari samping ke samping, denyut
jantung dan pernafasan sedikit menurun. Orang dapat
dengan mudah dibangunkan dan tahap ini hanya
beberapa menit.

o Tahap 2
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dimana selama
tidur beberapa proses tubuh secara perlahan menurun.
Mata umumnya tenang. Denyut jantung dan respirasi
menurun sedikit dan demikian pula suhu tubuh. Tahap 2
ini berlangsung sekitar  10-15 menit.

o Tahap 3
Selama tahap ini denyut jantung dan respirasi seperti
juga proses tubuh lainnya, lebih perlahan lagi karena
dominasi sistem saraf parasimpatis. Individu menjadi
lebih sukar dibangunkan. Tidak terganggu dengan
rangsang sensori, otot skeletal sangat relaksasi, reflek
terbatas dan mungkin mendengkur.

o Tahap 4
Tahap ini merupakan tanda tidur dalam, dengan
karakteristik seperti pada tabel 1. Denyut jantung dan
respirasi menurun 20-30% lebih rendah dibandingkan
ketika terjaga. Individu sangat relak, jarang bergerak,
dan sukar dibangunkan. Selama tahap ini mata biasanya
berputar dan dapat terjadi mimpi.

Tabel 1  Karakteristik Tidur NREM

Taha Karakteristik
p

Taha  Relak dan mengantuk


p  Sangat tenang
1

 Biasanya hanya beberapa menit


Taha  Rasa mengambang/melayang
p
2

 Mata berputar dari samping ke samping

Taha
p
3
 Tidur ringan
 Mudah dibangunkan
Taha  Merupakan 40-45% total waktu tidur
p
 Kurang mudah dibangunkan
4
 Tidur medium-dalam
 Otot secara total relak
 Tekanan darah rendah
 Tahap tidur dalam
 Jarang bergerak
 Otot secara lengkap relak
 Sukar dibangunkan
 Terjadi 30-40 menit mengikuti onset
tidur

 Tidur REM.
Tidur REM merupakan 25% tidur orang dewasa muda.
Biasanya berulang kurang lebih setiap 90 menit selama 5-
30 menit. Tidur REM tidak seperti tenangnya tidur
NREM. Selanjutnya mimpi biasanya dingat karena
tergabung dalam memori (Guyton, 1991, dalam Kozier,
1995).
Selama tidur REM, otak sangat aktif dan metabolisme
otak dapat meningkat mencapai 20%. Tidur tipe ini juga
disebut sebagai tidur paradoks (paradoxical sleep) karena
tampak seperti berlawanan, dimana individu untuk
beberapa hal menjadi lebih aktif. Adapun karakteristik
tidur REM adalah

Karakteristik tidur REM


o Terjadi mimpi aktif, dan mimipi dapat diingat
o Sukar dibangunkan atau dapat bangun secara
spontan
o Depresi tonus otot.
o Denyut jantung dan respirasi seringkali ireguler
o Terjadi gerakan otot ireguler-terutama pergerakan
mata yang cepat (rapid eye movement)
o Metabolisme otak meningkat
o Rahang bawah relaksasi

Bila seseorang sangat lelah atau letih, maka durasi


setiap tidur REM menjadi sangat pendek atau
bahkan tidak terjadi tidur REM. Orang yang lebih
banyak istirahat atau tidur malam hari, maka durasi
tidur REM meningkat (Guyton, 1991, dalam Kozier,
1995).

 Siklus Tidur
Selama satu siklus tidur, orang akan melewati 4 tahap tidur
NREM, biasanya selama kurang lebih 1 jam pada orang
dewasa. Orang yang tidur (sleeper) dimulai dari tahap 1
tidur NREM kemudian ke tahap 2 – 3 dan 4 selama kurang
lebih 20-30 menit. Tahap 4 memerlukan waktu sekitar 30
menit. Setelah tahap 4 kemudian kembali ketahap 3
selanjutnya tahap 2. Setelah itu memasuki tahap tidur REM,
kurang lebih selama 10 menit. Urutan tersebut merupakan
siklus tidur pertama yang lengkap (Lihat gambar 1,
halaman 17). Biasanya sleeper mengalami 4-6 siklus tidur
selama 7-8 jam. Setiap siklus lamanya sekitar 70 menit
(Kozier, 1995) sampai dengan 90 menit (Wong, 1995).
Orang tidur yang terbangun selama tahapan tidur ini akan
memulai tidur kembali pada tahap 1 tidur NREM dan
kemudian diikuti oleh tahapan lainnya serta tidur REM.
Semakin tenang seseorang, siklus tidur menjadi panjang.

Durasi tahap tidur NREM dan tidur REM bervariasi selama


8 jam periode tidur. Dengan semakin larutnya malam orang
yang tidur menjadi berkurang kelelahannya dan rentang
waktu tidur tahap 3 dan 4 NREM juga berkurang.
Sementara itu, tidur REM meningkat dan mimipi cenderung
memperpanjangnya. Jika orang yang tidur sangat kelelahan,
siklus REM sering kali menjadi pendek. Sebelum tidur
berakhir, terjadi periode mendekati terjaga dan tahap 1 dan
2 NREM serta tidur REM mendominasi (Kozier, 1995).

III. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system tidur


Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur menurut Kozier
(1993) adalah faktor usia, lingkungan, kelelahan (fatigue), gaya hidup,
stres psikologis, alkohol dan stimulant, diet, merokok, motivasi, sakit,
dan medikasi. Sedangkan menurut Potter dan Perry (1993) faktor yang
mempengaruhi tidur individu meliputi keadaan sakit fisik, obat dan
zat, gaya hidup, pola tidur, stres emosional, lingkungan, latihan dan
kelelahan, dan asupan kalori. Sementara itu menurut Craven dan
Hirnle (2000) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tidur
individu meliputi kebutuhan (need); lingkungan (termasuk kebisingan,
pencahayaan/ penerangan (light) dan temperatur), hubungan, kerja sif,
nutrisi dan metabolisme, pola eliminasi, latihan dan termoregulasi,
kewaspadaan (vigilance), kebiasaan dan gaya hidup, sakit, medikasi
dan zatkimia, dan kondisi alam perasaan (mood).

IV. Macam – Macam gangguan yang mungkin terjadi pada system tid
ur
 Insomnia, merupakan suatu keadaan di mana seseorang sulit
untuk memulai atau mempertahankan keadaan tidurnya.
 Narkolepsi, merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang
sulit mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita
akan sering mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba.
 Somnabulisme atau disebut tidur berjalan.
 Nocturia, merupakan suatu keadaan di mana klien sering
terbangun pada malam hari untuk buang air kecil/ BAK.
 Apnea/tidak bernapas dan Mendengkur.
 Delirium/Mengigau. 
 Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety
dan dispneu.
 Nightmares dan  Nightterros (mimpi buruk)

A. Rencana Asuhan Klien dengan gangguan Kebutuhan Tidur


o Pengkajian
 Riwayat keperawatan
1. Sifat dari masalah: beritahu saya jenis masalah tidur apa yang d
ialami. Beritahu saya mengapa anda beranggapan anda tidur tid
ak adekuat. Jelaskan karakteristik tidur malam anda. Sebarapa j
auh perbadaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?

2. Tanda dan Gejala: apa anda mengalami kesulitan untuk tidur, te


tap tidur, atau untuk bangun? Pernahkah anda diberi tahu bahw
a anda mendengkur dengan keras? Apakah anda mengalami sak
it kepala saat bangun

3. Awitan dan Durasi: kapan pertama kali anda menyadari masala


h ini? Sudah berapa lama masalah ini terjadi?

4. Keparahan: berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk terti


dur? Seberapa sering dalam seminggu anda mengalami kesulita
n tidur? Berapa jam tidur malam yang anda lakukan minggu ini
bandingkan dengan jam tidur anda yang biasa. Apa yang anda
lakukan ketika terjaga saat tidur?

5. Faktor pencetus: apa yang anda lakukan saat tidur? Apa baru-b
aru ini anda mengalami perubahan ditempat kerja atau dirumah?
Obat apa yang digunakan secara teratur? Sudah berapa lama an
da menggunakan obat trsbt. Apakah anda menderita penyakit fi
sik yang dapat mengganggu tidur anda? Apakah anda mengkon
sumsi makanan (mis. Makanan berminyak) atau minuman (bera
lkohol) yang mengganggu tidur anda?

6. Efek pada klien: bagaimana pengaruh kurang tidur ini bagi and
a (tanyakan pada orang terdekat anda apa mengalami perubaha
n perilaku sejak masalah tidur terjadi?). Apakah anda merasa k
antuk berlebihan, sensitive, atau sulit konsentrasi saat terjaga?
Pernahkah tertidur disaat yang tidak tepat?
o Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan pola tidur
 Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.

 Peneybab:
- Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan se
kitar, suhu, lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau ti
dak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
- Kurang control tidur
- Kurang privasi
- Restrain fisik
- Ketiadaan teman tidur
- Tidak familiar dengan peralatan tidur

 Gejala dan Tanda Mayor:


Subjek
 Mengeluh sulit tidur
 Mengeluh sering terjaga
 Mengeluh tidak puas tidur
 Mengeluh pola tidur berubah
 Mengeluh istirahat tidak cukup
Objek
 (tidak tersedia)

 Gejala dan Tanda Mayor


Subjek
 Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objek
 (tidak tersedia)
 Kondisi Klinis Terkait
 Nyeri / kolik
 Hipertirodisme
 Kecemasan
 Penyakit paru obstruktif kronis
 Kehamilan
 Periode pasca partum
 Kondisi pasca operasi

 Intervensi Gangguan Pola Tidur


 Dukungan Tidur
 Edukasi Aktivitas / Istirahat

No Diagnosa Kriteria dan Hasil Intervensi


Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Tidur
Pola Tidur tindakan keperawatan 1 x Tindakan
24 jam diharapkan Observasi
tingkat pola tidur  Identifikasi pola
membaik dengan kriteria aktivitas dan tidur
hasil :  Identifikasi faktor
pengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur
(fisik dan/ atau
(5)
psikologis)
2. Keluhan sering
 Identifikasi makanan
terjaga (5)
dan minuman yang
3. Keluhan tidak puas
mengganggu tidur
tidur (5)
(mis. Kopi, teh,
4. Keluhan pola tidur
alcohol, makan
berubah (5)
mendekati waktu
5. Keluhan istirahat
tidur, minuman
tidak cukup (5)
banyak air sebelum
tidur)
 Identifikasi obat
tidur yang
dikonsumsi

Terapeutik
 Modifikasi
lingkungan (mis.
Pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras dan tempat
tidur)
 Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
 Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
 Tetapkan jadwal
tidur rutin
 Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.
Pijat,pengaturan
posisi,terapi
akupresur)
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidur terjaga

Edukasi
 Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
 Anjurkan
menghindari
makann/minuman
yang mengganggu
tidur
 Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
 Ajarkan factor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis
pisikologis, gaya
hidup, sering
berubah shif kerja)
 Anjurkan relaksasi
otot autogenic atau
cara nonfarmalogi
lainny)

Edukasi Aktivitas /
Istirahat
Tindakan
Observasi
 Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi\

Terapeutik
 Sediakan materi dan
media pengaturan
aktivitas dan
istirahat
 Jadwalkan
pemberian
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan
kepada pasien dan
keluarga untuk
bertanya

Edukasi
 Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara
rutin
 Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok, aktivitas
bermain atau
aktivitas lainnya,
 Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
 Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
(mis. Kelelahan,
sesak nafas saat
aktivitas)
 Ajarkan cara
mengidentifikasi
target dan jenis
aktivitas sesuai
kemampuan
Daftar pustaka
https://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-gagal-
jantung.html#.XRZLKT8za00
https://bangsalsehat.blogspot.com/
https://askepterkini.blogspot.com/2014/05/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan_9395.html
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesi.
jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai