Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK 4A

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK PRA SEKOLAH”

Nama Anggota Kelompok:


M. Zikri Maarij : 18031013

Shella Noviawati : 18031020

Syarifah Khairun Nadia :18031023

Nindia Trysia Roza : 18031028

Maranatha Yohanna Astri A : 18031033

Indria Syahfitri : 18031035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIkes HANG TUAH PEKANBARU

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Asuhan Keperawatan Jiwa
pada Anak Pra sekolah. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan ibu
Ns. Sekani Niriyah M.Kep dalam mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa 1.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita sekalian.

Pekanbaru,30 mei 2020

Kelompok 4A

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Tujuan Penulisan 4
1.3 Manfaat Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Anak Pra Sekolah 6

2.2 Karakteristik Anak Pra Sekolah 6

2.3 Perkembangan anak pra sekolah 7

2.4 Asuhan keperawatan jiwa anak pra sekolah 8

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Kasus 9
3.2 Diagnosa Keperawatan 10
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 18

DAFTAR PUSTAKA 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak Prasekolah adalah anak yang berusia antara usia 3-6 tahun, serta biasanya sudah
mulai mengikuti program presschool (Dewi, Oktiawati, Saputri, 2015). Pada masa ini anak
sedang menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga
membutuhkan stimulasi yang intensif dari orang di sekelilingnya agar mempunyai
kepribadian yang berkualitas dalam masa mendatang (Muscari, 2005).

Menurut data Kemenkes RI (2014) populasi anak usia 1-4 tahun di Indonesia mencapai
sekitar 19,3 juta. Jumlah tersebut meliputi anak usia balita 1-4 tahun yang Indonesia.
Kedepan anak merupakan calon generasi penerus bangsa, oleh sebab itu kualitas tumbuh
kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus, salah satunya dengan upaya
pembinaan yang tepat akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang
berkualitas salah satunya dengan memberikan stimulasi secara intensif, deteksi dan
intervensi dini sangat tepat di lakukan sedini mungkin untuk mengetahui penyimpangan
pertumbuhan perkembangan balita.

Anak prasekolah memiliki masa keemasan (the golden age) dalam perkembanganya
disertai dengan terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon
dari berbagai aktivitas yang terjadi dilingkunganya. Pada masa ini merupakan waktu yang
tepat untuk mengembangkan berbagai pontensi dan kemampuan antara lain motorik halus
dan kasar, sosial, emosi serta kognitifnya (Mulyasa, 2012). Di samping itu menurut
Gardner dalam buku Yus Anita (2012) masa anak prasekolah masa dimana terjadinya
peningkatan kecerdasan dari 50% menjadi 80%. Peningkatan ini dapat tercapai secara
maksimal bila lingkungan sekitar mampu memberikan rangsangan dan stimulasi yang
tepat kepada anak itu sendiri, tetapi apabila anak tidak mampu memperoleh rangsangan
dan stimulasi dengan tepat maka otak anak tidak akan mampu berkembang dan berfungsi
secara maksimal.

Menurut penelitian yang dilakukan Aquarisnawati (2011), menyampaikan bahwa tidak


terpenuhinya stimulasi atau kegiatan yang bersifat fisik khususnya pada motorik halus di
usia PAUD akan berdampak anak cenderung mengalami gangguan konsentrasi pada saat
anak belajar di bangku sekolah dasar yang di sebabkan karena motorik halus anak belum
matang. Untuk memilih metode pembelajaran yang sekiranya tepat untuk perkembangan

4
motorik halus anak usia dini, orang tua dan guru berperan sebagai pedoman serta pendidik
harus benar-benar mengerti dan menguasai metode yang akan diterapkan dalam proses
pembelajaran sehingga aspek motorik halus dapat terbentuk secara optimal. Pada
umumnya jika perkembangan motorik halus mampu terlewati dengan baik, maka akan
berdampak pada perkembangan kognitif anak, misal anak bisa membaca dengan baik,
menulis dengan baik, dan memiliki konsentrasi yang baik.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk lebih mengetahui tentang konsep anak pra sekolah
2. Untuk mengetahui tentang karakteristik anak pra sekolah
3. Untuk mengetahui perkembangan anak pra sekolah
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa anak pra sekolah

1.3 Manfaat Penulisan


1. Untuk memahami tentang konsep anak pra sekolah
2. Untuk memahami tentang karakteristik anak pra sekolah
3. Untuk memahami tentang perkembangan anak pra sekolah
4. Untuk memahami tentang asuhan keperawatan jiwa anak pra sekolah

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Anak Pra Sekolah
Pra sekolah merupakan priode usia antara 3-6 tahun dimana anak yang
menyempurnakan penguasaan terhadap tubuh dan merasa cemas menunggu awal
pendidikan fornmal. Usia anak pra sekoalah adalah anak yang memiliki karakteristik
tersendiri dalam segi pertumbuhan dan berkembangnya dengan mental,emosional,sosial,
dan fisik.
Anak yang sedang berada pada priode prasekolas ini sensitive atau massa peka yaitu
massa dimana suatu fungsi tertentu perlu di rangsang,diarahkan sehingga tidak terlambat
perkembanganya.
Golden Age adalah istilah yang sering di gunakan bagi anak anak pra sekolah. Hal ini
dikarnakan massa anak merupakan fase penting. Berharga dan sangat fundamental bagi
perkembangan individu, massa perkembangan periode kehidupan manusia serta adanya
peluang sangat besar untuk pembentukan dan perkembangan pribadi seseorang

2.2 Karakteristik Anak Pra Sekolah

Karakteristik yang melatarbelakangi pencapaian kemampuan inisiatif dilihat


berdasarkan usia, jenis kelamin, status pendodokan, urutan kelahiran, jumlah saudara
kandung dan status ekonomi keluarga. Jumlah anak prasekolah dalam rentang umur 3-5
tahun hamir seimbang dan terbanyak adalah umue 3-3, 11 tahun yaitu 38, anggota
kelompok yang didominasi oleh wanita sebanyak 62%. Anak prasekolah yang sekolah
(PAUD/TK) lebih banyak dibandingkan yang tidak bersekolah yaitu sebesar 81%,
sebagian besar anak pra sekolah merupakan anak tengah dengan jumlah saudara kandung
terbanyak 1-2 orang. Rata-rata anak prasekolah berada pada keluarga dengan status
ekonomi menengah dan terdapat 3 keluarga anak prasekolah

2.3 Perkembangan Anak Pra Sekolah


Perkembangan anak prasekolah dapat dikelompokkan dalam delapan aspek
perkembangan yaitu motorik, kongnitif, bahasa, emosi, keperibadian, moral, spiritual, dan
psikososial. Rata-rata pencapaian perkembangan anak prasekolah yang paling rendah
adlah kemampuan bahasa dimana kemampuan untuk menjelaskan alasan dalam bertindak
hanya dimiliki oleh beberapa anak saja. Rata-rata perkembangan anak yang paling banyak
yaitu di spiritual dimana anak sudah dapat beribadah bersama keluarga dan mengikuti

6
kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggalnya. Perkembangan kognitif anak
prasekolah adalah dengan nilai terendah pada kemampuan anak itu sendiri. Rata-rata
perkembangan motorik anak yang masih rendah yaitu motorik harus menuliskan angka
dan huruf, mencocokan dan menghitung angka serta menggambar dengan berbagai sudut
pandang. Perkembangan kepribadian dan moral anak prasekolah semua rata-rata sama,
dimana anak bisa mempresentasikan didepan umum dan kemamouan anak mengkuti
aturan yang ada, dan rata-rata perkembangan emosi anak prasekolah dengan kemampuan
yang masih ada masih rendah adalah kemampuan menunda keinginan yaitu memaksakan
keinginan. Perkembangan psikososial anak mencapai dengan kemampuan yang masih
rendah adalah membiasakan makan bersama keluarga dan bermain peran yang dimiliki
oleh masing-masing anak.

2.4 Asuhan Keperawatan Anak Secara Umum


A. Proses keperawatan

Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibutuhkan
anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Selain mengkaji
keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data
demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan
fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga .
Data demografi Pengkajian data demografi meliputi nama; usia; tempat; dan tanggal
lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu
diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit da pengobatan yang pernah diterima
anak, juga perlu di kaji. Selain itu, aktifitas kehidupan sehari-hari anak meliputi
keadaan gizi termasuk berat badan,jadwal makan, dan minat erhadap makanan
tertentu; tidur termasuk kebiasaan dan masalah kualitas tidur ,eliminasi meliputi
kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi; kecacatan dan keterbatasan
lainnya.

Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga,
hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, muskuloskeletal, dan neurologis anak.
Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh gangguan fisik terhadap prilaku anak. Misalnya, anak yang menderita
diabetes atau asma sering berprilaku merusak dalam usahanya mengendalikan
lingkungan. Selain itu, hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam

7
menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan
bekas penganiayaan yang pernah di alami anak.

Status mental. Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberi gambaran
mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi
ego anak dari waktu kewaktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dikaji setiap
waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak. Menggunakan alat bermain
sangat bermanfaat untuk mengalihkan fokus anak (yang menimbulkan ansietas) ke
karakter yang digunakan dalam permainannya. Data dicatat sesuai dengan perilaku
yang di amati untuk menjaga objektivitas pengkajian, kesan, perasaan, dan pendapat
perawat.Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi
pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bocara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri
atau membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal anak dilihat dalam
hubungannya dengan anak sebayanya yang penting untuk untuk mengetahui
kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika
mengkaji hubungan interpersonal anak, antara lain sebagai berikut:

1. Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan dengan jenis kelamin
tertentu?

2. Apakah anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok?

3. Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan berhubungan dengan


anak lain?

4. Apakah anak mempunyai teman dekat?

Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji untuk
mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak akan dukunga
dan kasih sayang.

Riwayat personal dan keluarga. Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor
pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak, yang biasanya dikumpulkan
oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti prilaku anak dan
membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga
merupakan kebagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak
sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk

8
mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga
untuk menyelesaikan masalah tersebut.

B. Perencanaan

Setelah pengkajian selesai dan masalah utama yang dialami anak telah diidentifikasi,
rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif di susun. Tujuan asuhan
keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi,penyesuaian
sekolah anak dan perubhan lingkungan anak. Tujuan umum untuk anak yang dirawat
di unit perawatan jiwa adalah sebagai berikut.

a. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan dan kebutuhan untuk dihargai

b. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berprilaku defensif

c. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain.

d. Membantu mengembangkan identitas anak

e. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan


perkembangan terdahulu yang belum terselesaikan secara tuntas.

f. Membantu anak berkomunuikasi secara efektif

g. Mencegah anak untuk menyakiti, baik dirinya sendiri maupun diri orang lain

h. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya

i. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat

C. Implementasi

Berbagai bentuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan yang terdiri atas sebagai
berikut:

1. Terapi bermain. Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk
mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk;

2. Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat


dikendalikan sebelumnya;

3. Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari;

9
4. Berkomunikasi dengan orang lain;

5. Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri sendiri, dunia
luar, dan orang lain;

6. Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas.

7. Terapi keluarga. Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi


keluarga. Orang tua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam
permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang
terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk
menyadari bahwa keadaan dalam keluarga terus menimbulkan gangguan pada
anak. Oleh karena itu, perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran
keluarga.

8. Terapi kelompok. Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan
kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk
meningkatkan uji realitas, mengendaikan impuls (dorongan internal),
meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan; kematangan dan
keterampilan sosial anak.

Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya umtuk


menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali.

1. Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalam psikiatrik anak, tatapi
bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas) dan
membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh
dokter dan menggunakan pedoman yang tepat.

2. Terapi individu. Ada berbagai terapi individu, terapi bermain, psikoanalitis,


psikoanalitis berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan
antara anak dengan therapist memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan
pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih
sayang dan uji realitas.

3. Pendidikan pada orang tua. Pendidikan terhadap orang tua merupakan hal yang
penting untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk

10
meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang
tahap tumbuh-kembang abak sehingga orang tua dapat mengetahui prilaku yang
sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian
dan empati antara orang tua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga
diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain, seperti
psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan, juga
diajarkan.

4. Terapi lingkungan. Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam


kehidupan sehari-hari yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang
teratur daan terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari
rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Kegiatan yang
terstruktur secara formal, seperti belajar, terapi kelompok, dan terapi rekreasi.
Kegiatan rutin meliputi bangun pagi hari, makan , dan jam tidur. Program yang
berfokus pada prilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberi umpan balik
terus-menerus kepada anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan.
Untuk perilaku yang baik, mereka menrima pujian, stiker, atau nilai, bergantung pada
tingkat perkembangannya. Sebaliknya, prilaku negatif tidak di toleransi.

D. Evaluasi

Pada umumnyaa fasilitas penyembuhan anak dengan gangguan jiwa mempunyai


program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek
biasanya berkisar antar 2 sampai 4 minggu, dan direncanak untuk diagnosis dan evaluasi,
intervensi krisis, serta perencanaan yang komprehensif.

Apabila gejala telah berkurang dan gambaran klnis anak membaik, serta rencana jangka
panjang telah disusun, anak dikeluarkan dari rumah sakit. Penentuan rencana
pemulangan anak kerumahnya, lebih sulit dilakukan pada anak dengan perawatan jangka
panjang.

Pada umumnya, pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku anak. Apakah
anak menunjukan kesadaran dan penggertian tentang dirinya sendriri melalui refleksi diri
dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusn secara rasional? Anak harus
mulai beradaptasi dengan lingkungan nya dan tidak impulsif. Aspek yang perlu di
evaluasi, anatar lain, sebagai berikut:

11
a. Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku

b. Kemampuan untk berhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan orang tua
secara wajar

c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri

d. Kemampuan untuk menggunakan kegitan program sebagai rekreasi dan proses belajar

e. Respons terhadap peraturan dan rutinitas

f. Status mental secara menyeluruh

g. Koordinasi dan rencana pemulangan

12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
1. Pengkajian
Dilakukan pengkajian pada hari Jumat, 30 Maret 2018 pukul 08.30 WIB. Sumber
data dari klien, keluarga, petugas kesehatan dan rekam medis yang dilakukan
dengan observasi keadaan klien, wawancara dan studi dokumen. Adapun hasil
pengkajian sebagai berikut :
a. Identitas Klien
Klien bernama An.L berusia 4 tahun, beragama islam dan memiliki
pendidikan PAUD, dengan alamat Karangmojo, Gunungkidul. An.L masuk ke
rumah sakit pada tanggal 29 Maret 2018, nomor RM 00634*** yang masuk
dengan diagnosa medis bronkhopnemonia
b. Penanggungjawab/ Keluarga
Penanggung jawab klien bernama Ny.S berusia 42 tahun dengan pendidikan
terakhir sekolah menengah pertama yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
memiliki hubungan sebagai ibu klien.
c. Riwayat Kesehatan Klien
Keluhan utama saat pengkajian ibu klien menyatakan bahwa An.L mengalami
batuk-batuk dan demam pada malam hari sejak 3 hari yang lalu. Kemudian
berobat ke dokter praktik dekat rumahnya dan dirujuk ke RSUD Wonosari.
Riwayat kesehatan sekarang saat pengkajian ibu klien menyatakan bahwa saat
malam hari An.L sudah tidak demam dan batuk sudah berkurang tidak seperti saat
sebelum dibawa ke rumah sakit.
Riwayat kesehatan masa lalu,ibu klien menyatakan saat mengandung An.L
mengalami mual muntah, tidak mengalami demam yang tinggi ataupun
mengalami suatu penyakit. Ibu klien menyatakan An.L adalah anak ke-2, An.L
lahir secara normal per vagina ditolong oleh bidan. BB lahir 3,5 Kg dengan
panjanag 51cm. An.L menangis segera setelah lahir. Ibu klien menyatakan
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pada An.L. ibu klien menyatakan An.L
sering mengalami batuk pilek. dan berobat ke puskesmas.Ny.S menyatakan bahwa
An.L baru pertama kali ini dirawat di rumah sakit, sebelumnya jika sakit hanya
rawat jalan.Ny.S menyatakan bahwa dulu saat usia 3 tahun lebih An.L pernah
terjatuh saat bermain bersama kakaknya. Ny.S menyatakan jika jatuh dari tempat

13
tidur atau tempat yang tinggi dan kecelakaan belum pernah terjadi. Saat
pengkajian pengaman tempat tidur tidak dinaikkan. Saat ditanya Ny.S menyatakan
kadang dinaikkan kadang tidak, karena An.L tidak mau jika dinaikkan.Tidak ada
alergi makanan maupun obat pada An.L. Ny.S menyatakan imunisasi An.L sudah
lengkap diberikan semua.
d. Riwayat Pertumbuhan
Berdasarkan pernyataan Ny.S bahwa An.L riwayat perkembangan dan
pertumbuhan pada usia 4 bulan mengoceh, 6 bulan duduk, 8 bulanmerangkak, 11
bulanberdiri, 12 bulanberjalan, 12-14 bulanberbicara. Saat dirawat di rumah sakit
ini saat bertemu petugas kesehatan dan orang yang asing An.L tampak takut. Ny.S
menyatakan bahwa An.L hanya berada ditempat tidur, kadang An.L bermain
mobil-mobilan yang dibawa dari rumah. Ny.S menyatakan bahwa An.L senang
bermain mobil-mobilan dan lego.
e. Riwayat Sosial
Ny.S menyatakan bahwa setiap hari yang mengasuh An.L adalah beliau
sendiri dan saat dirumah jika sedang ditinggal untuk masak ataupun mencuci An.L
bermain dengan kakaknya dirumah. Ny.S menyatakan bahwa baru pertama kali ini
anaknya dirawat, beliau merasa khawatir dengan kesehatan anaknya, biasanya jika
An.L batuk dan pilek berobat ke puskesmas atau dokter praktik saja tetapi kali ini
harus dirawat.
Ny.S menyatakan bahwa beliau belum mengetahui mengenai penyakit An.L,
beliau menanyakan mengenai penyakit An.L. Ny.S menyatakan bahwa An.L
dekat dengan anggota keluarga, An.L paling dekat dengan ibu dan kakaknya
karena yang setiap hari bersamanya. Ny.S menyatakan bahwa An.L sudah sekolah
PAUD , disekolah anaknya bermain dengan teman-temannya namun terkadang
berebutan mainan. Selain itu saat sore hari An.L bermain dengan anak-anak yang
rumahnya dekat.
Klien berpakaian tampak bersih dan rapi, kondisi badan anak tampak
berkeringat, saat dilakukan pengkajian anak tampak selalu memegang tangan
ibunya yang duduk disampingnya, wajah anak tampak tegang. Hasil dari Faces
Image Scale (FIS) berupa cemas sedang (skor 3).
f. Riwayat Keluarga
Ny.S menyatakan bahwa dirinya sebagai IRT dan suaminya sebagai pegawai
swasta. Penghasilan sebulan sekitar 1-1,5 juta per bulan dan cukup untuk

14
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Keluarga memiliki BPJS sehingga saat
bebrobat dibiayai dengan BPJS Ny.S menyatakan sudah memiliki rumah sendiri,
rumahnya dekat dengan sawah sehingga saat musim panen banyak debu. Lantai
rumah menggunakan keramik tetapi untuk halaman depan rumah masih tanah,
sehingga saat musim kemarau banyak sekali debu. Untuk tempat tidur
menggunakan kasur busa. Ny.S menyatakan bahwa suaminya juga seorang
perokok, saat pulang kerumah suaminya juga merokok di dalam rumah. Ny.S
menyatakan bahwa neneknya dulu mengalami batuk-batuk, tetapi tidak tahu pasti
batuk-batuknya karena apa. Selain itu ayah dari suaminya memiliki hipertensi.
g. Tingkat Perkembangan
Saat ini Personal sosial An.L, Ny.S menyatakan bahwa An.L sudah mampu
untuk mengambil makan, menggosok gigi meskipun belum terlalu bersih, dan
memakai baju sendiri. Untuk ular tangga pernah bermain dengan kakaknya.
Adaptasi motorik halus saat diminta untuk menirukan gambar, An.L mampu
menggambar lingkaran, garis silang dan dapat memilih garis yang lebih panjang.
An.L juga mampu menggambar orang. An.L mampu menyebut 4 warna, bicara
An.L dapat dimengerti, An.L dapat mengartikan 6 kata (meja, rumah, pagar,
pisang, gorden, bola). Berdasarkan laporan Ny.S bahwa An.L sudah mampu
berdiri 1 kaki kira-kira 5 detik.
h. Aspek fisik- biologis
1.Nutrisi
Sebelum sakit makan 3 kali sehari dan makan camilan , makan nasi, sayur,
lauk dan buah, camilan biasanya roti kering, atau jajanan pasar. Saat sakit
Ny.S menyatakan nafsu makan anak menurun sejak 5 hari yang lalu, anak
makan habis ¼ porsi yang diberikan dari rumah sakit., tidak ada mual dan
muntah pada An.L.
2.Cairan
Sebelum sakit minum air putih dan susu formula. Susu formula saat pagi,
siang dan malam hari, satu hari sekitar 600ml. Air putih sekitar 400-500ml per
hari. Saat sakit Ny.S menyatakan bahwa An.L minum 4 gelas dalam waktu 24
jam, minum air putih dan tidak minum susu saat di rumah sakit
3.Aktivitas
Sebelum sakit, Ny.S menyatakan bahwa aktivitas An.L biasanya
bermain dengan teman-teman baik di sekolah maupun di rumah. Saat sakit,
15
Ny.S menyatakan bahwa selama di rumah sakit An.L hanya di tempat tidur,
An.L rewel, sering merengek minta pulang. An.L tampak menghindari orang
lain. Saat anak disapa anak memalingkan wajah dan bersembunyi pada ibunya
4. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit, Ny.S menyatakan bahwa An.L tidur siang jam 12:00
atau jam 13:00, saat malam hari An.L tidur jam 20:00 atau 21:00 sebelum
tidur biasanya An.L minum susu dan BAK terlebih dahulu.Saat sakit, Ny.S
menyatakan kalau siang An.L tidur jam 12 :00 atau 13:00, saat malam hari
sulit untuk tidur tetapi jika sudah tidur tidak sering terbangun, tidur nyenyak.
5.Eliminasi
Sebelum sakit, Ny.S menyatakan bawa An.L BAB 1-2 kali sehari di
kamar mandi dan BAK 6-7 kali sehari di kamar mandi. Saat sakit, Ny.S
menyatakan bahwa An.L BAB 1 kali sehari di kamar mandi dan BAK 3-5 kali
sehari digendong ke kamar mandi.
6.Emosi
Ny.S menyatakaan anak merengak minta pulang, menangis dan
menyembunyikan wajah pada ibunya saat akan dilakukan tindakan dari dokter
maupun perawat seperti saat hendak diberikan injeksi, nebulizer, ataupun saat
hendak diukur vital sign nya
7. Sosial
Ny.S menyataakan An.L sangat dekat dengan beliau, dengan ayahnya
juga dekat tetapi tidak sedekat dengan beliau karena ayahnya bekerja dan
pulang hanya 1 minggu sekali. Saat dirawat yang menunggui An.L adalah
Ny.S.
8.Spiritual
Ny.S menyatakan bahwa saat disekolah An.L diajari doa-doa, selain itu
saat dirumah An.L diajari kakaknya untuk mengaji.

i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tingkat kesadaran: Compos mentis, nadi ;125 kali/ menit,
suhu;37,7oC, RR ;28kali/menit, TD:115/70 mmHg, respon nyeri : tidak ada
nyeri, BB;11kg, TB;97cm , LLA ; 17 cm, LK,: 45cm.

16
2. Kulit : Kulit berwarna sawo matang, tampak berkeringat, tidak terdapat
hiperigmentasi, tidak terdapat jejas, turgor kulit elastis, kulit teraba hangat.
3. Kepala : Bentuk kepala mesochepal, simetris, rambut berwarna hitam, tampak
bersih, tidak terdapat luka, tidak terdapat benjolan.
4. Mata : Mata kiri kanan simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat kotoran mata.
5. Telinga : Telinga kanan kiri simetris, tidak terdapat benjolan, tidak keluar
secret.
6. Hidung : Terdapat secret yang keluar dari hidung, terpasang nassal kanul 2
lpm.
7. Mulut : Mukosa bibir kering, terdapat karies pada gigi seri pada bagian atas,
gigi tampak kotor.
8. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid,
9. Dada : Inspeksi: ekspansi dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan, tidak terdapat jejas. Palpasi: tidak ada nyeri tekan, pergerkan dada
simetris Perkusi: sonor diseluruh lapang paru Auskultasi: suara nafas ronchi,
suara jantung S1,S2, reguler pada jantung
10. Abdomen : Inspeksi: Abdomen simetris, tidak terdapat luka, tidak terdapat
jejas Auskultasi: BU 13 kali/ menit Perkusi:timpani Palpasi:tidak teraba maasa
pada KW 3, tidak terdapat nyeri tekan pada KW 4
11. Ekstremitas : Kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, kekuatan otot ekstremitas
bawah 5/5 , akral hangat, terpasang IV line pada tangan kiri sejak tanggal 25
Mei 2018
12. Muskuleskeletal : Tidak ada kelainan bentuk tulang, tidak ada fraktur

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh gangguan psikososial
ditandai dengan enggan makan
2. Resiko sindrom disuse berhubungan dengan paralisis ditandai dengan nyeri

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masa anak usia sekolah adalah masa dimana anak mulai belajar memasuki dunia
pendidikan mengenal orang tua kedua dan teman sebaya  .karena itu perlunya pemahaman
akan penyesuaian diri dan semakin berkembang menjadi remaja itu seperti apa, sehingga para
anak  tidak langsung stres dan kemudian mengira perkembangan itu membuat mereka takut.
Maka keluargalah yang seharusnya memberikan pemahaman pada anak usia sekolah, supaya
tidak bertambah lagi anak usia sekolah bergaul sembarangan yang ada di Indonesia. Selain
orang tua, Jadi, para anak usia sekolah pun dituntut untuh lebih peka terhadap setiap
pengaruh yang ada. Anakpun harus bisa memilih mana yang baik dari setiap perilaku yang
akan mereka lakukan, agar tidak merugikan dirinya dan orang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Farida,S.R. (2018). Penerapan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan pada
hospitalisasi anak usia pra sekolah di bangsal dahlia rsud wonosari. Karya tulis ilmiah.
Yogyakarta : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Herdman, T.Heather.(2018-2020).Nanda-I Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai