Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TOODLER”

KELOMPOK 3:

NISA AULIA FITRI 18031001

WAHYU PRABA YUDA 18031010

ALIFIA GUSTI ESTRADA 18031022

MARZIAH USTNA 18031026

INES KURNIASIH 18031027

ARPIDA NINGSIH 18031039

PUTRI 18031040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes HANG TUAH PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini .Shalawat
berserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
sekarang.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik secara langsung
maupun tidak langsung .
Kami juga menyadari bahwa tugasmakalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 13 Juni 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Tujuan Penulisan 1
1.3 Manfaat Penulisan 1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tahap dasar yang akan dilalui pada usia toddler 2


2.2 Otonomi (Autonomy) vs Malu dan Ragu (Shame and Doubt) (1,5 Tahun) 2
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 7
3.2 Diagnosa Keperawatan 16
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Toddler adalah periode dimana anak memiliki rentang usia 12-36 bulan. Masa ini
merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku
tempertantrum, negativisme, dan keras kepala. Masa ini merupakan periode yang sangat
penting untuk pencapaian perkembangan dan pertumbuhan intelektual. Perkembangan
motorik yang dicapai anak usia toddler terbagi menjadi dua meliputi perkembangan
motorik halus dan perkembangan motorik kasar. Motorik halus adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu, dilakukan otak kecil, dan memerlukan
koordinasi yang cepat, sedangkan motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh (Halimsyah, 2008).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Proses percepatan dan perlambatan
perkembangan motorik anak usia toddler adalah faktor herediter, hormonal, dan
lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor 2 yang memegang peranan penting
dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki dan stimulasi
masuk dalam faktor lingkungan yaitu lingkungan pos natal. Keterlambatan perkembangan
pada masa toddler akan berdampak pada perkembangan berikutnya. Terdapat efek negatif
jangka panjang bagi anak-anak yang gagal mengembangkan ketrampilan motorik
dasarnya. Anak-anak tersebut tidak akan dapat bergabung dalam pertandingan kelompok
atau berpartisipasi dalam olahraga selama mereka di bangku sekolah dan pada masa
dewasa. Stimulasi berguna untuk merangsang semua indra (sensorik), gerak (motorik),
komunikasi dan perasaan (emosi). Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi
(Depkes RI, 2010)
1.2 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui konsep dasar pada toodler
- Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa pada toodler
1.3 Manfaat Penulisan
- Untuk memahami konsep dasar pada toodler
- Untuk memahami asuhan keperawatan jiwa pada toodler

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tahap dasar yang akan dilalui pada usia toddler

2.2 Otonomi (Autonomy) vs Malu dan Ragu (Shame and Doubt) (1,5 Tahun)
Anak pada usia 1,5 tahun tumbuh dan berkembang sejalan dengan kemampuan alat
gerak, dan didukung rasa kepercayaan dari ibu dan lingkungan, maka tumbuh kesadaran
bahwa dirinya dapat bergerak dan ingin mendapatkan kepuasan gerak sehingga anak
berbuat sesuai dengan kemauannya. Pada usia ini berkembang rasa otonomi diri bahwa
dirinya dapat menolak ataupun memberi sesuatu pada lingkungannya sesuai dengan
keinginannya tanpa dipengaruhi orang lain. Kemampuan ini penting sebagai dasar
membentuk keyakinan yang kuat dan harga diri seorang anak di kemudian hari. Saat
berhubungan dengan orang lain, anak cenderung egosentrik.Lingkunganpun berperan
dalam membentuk kepribadian anak, sehingga gangguan pada masa ini menyebabkan anak
menjadi pemalu, ragu-ragu, dan cenderung memberi pengekangan pada diri. Gangguan
jiwa yang mungkin timbul yaitu kemarahan, sadistik, keras kepala, menentang, agrasi,
enkopersis, enuresis, obsesi kompulsif, dan paranoid (Yusuf dkk, 2015).
Menurut ki fudyartanta (2012), periode otonomi vs perasaan malu dan keragu-raguan:

1. Kualitas ego yang timbul :

Teori psikososial menamakan tahap perkembangan manusia dengan tahap


maskular-anal dalam tema psikososial, yang intinya adalah tumbuhnya otonomi vs
perasaan malu dan keragu-raguan. Bandingkan dengan teori freudianisme adalah fase
anal. Pada tahap maskular-anal ini anak mempelajari :

a. Apakah yang diharapkan dari dirinya

b. Apakan kewajiban-kewajiban dan hak-haknya

c. Apakah pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya

Dalam masa maskular-anal ini kanak-kanak menghadapi pengalaman-pengalaman


baru dan berorientasi pada kegiatan-kegiatan, maka ada sejenis tuntutan ganda pada
kanak-kanak, yakni :

2
a. Tuntutan untuk mengontrol dirinya sendiri

b. Tuntutan untuk menerima kontrol dari orang lain

Karena bayi sudah bertambah besar dan kuat, yakni telah menjadi kanak-kanak,
maka sudah kodrat bahwa anak-anak mempunyai banyak gerak dan kemauan-
kemauan. Untuk mengendalikan sifat penuh kemauan anak, maka orang tua dan orang
dewasa lainnya bertindak :

a. Akan memanfaatkan kecendrungan universal pada manusia untuk merasa malu.

b. Mendorong anak untuk mengembangkan rasa otonomi dan akhirnya mandri.

c. Dalam mengontrol anak-anak orang-orang dewasa harus benar-benar bersikap


membombong, artinya memberi bimbingan sambil menberi pujian yang
membesarkan hari anak-anak untuk mampu berbuat sesuatu.

d. Mendorong anak-anak untuk mengalami situasi situasi yang menuntut otonomi


dalam melakukan pilihan bebas.

e. Tidak boleh terlalu berlebihan dalam menanamkan rasa malu. Hal ini penting
untuk menghindari :

1) Anak-anak tidak memiliki rasa malu atau memaksanya mencoba melarikan


diri dari hal-hal dengan berdiam diri.

2) Anak-anak tidak berterus terang, tidak suka berbohong.

3) Anak-anak senang bertindak serba diam-diam.

Dalam fase otonomy Vs rasa malu dan ragu, juga berkembang kebebasan
pengungkapan diri dan sifat penuh kasih sayang. Bangkitnya rasa mampu
pengendalian diri pada anak-anak untuk menumbuhkan rasa kemauan baik dan
bangga yang bersifat menetap pada diri anak.

2. Nilai yang menonjol :

3
Dalam fase maskular-anal ini muncullah nilai kemauan pada anak-anak.
Darimana sumber kemauan anak itu ? sumbernya ialah : kemauan diri yang terlatih
pada anak itu sendiri.

Contoh-contoh kemauan luhur yang diperlihatkan oleh orang lain (dari ibu, ayah,
kakek, nenek dan sebagainya).

Bagaimana kemauan anak itu berkembang ? caranya kemauan anak berkembang


ialah:

a. Anak-anak belajar dari diri sendiri dan orang lain mengenai apa yang diharapkan
dan yang tidak diharapkan.

b. Dengan kemauan maka menyebabkan anak secara bertahap mampu menerima


peraturan-peraturan hukum dan kewajiban.

c. Unsur-unsur kemauan bertambah secara berangsur-angsur melalui pengalaman


pengalaman yang melibatkan kesadaran dan perhatian, manipulasi, verbalisasi,
dan gerak atau lokomosi.

Karena kemauan olah (belajar) kemampuan untuk :

1) Membuat pilihan-pilihan bebas.

2) Memutuskan sesuatu dari berbagai pilihan.

3) Bertindak untuk melaksanakan pilihan tadi.

Kemauan untuk memilih, memutuskan dan bertindak itu berkembang terus


meningkat pada tahapan seterusnya. Jadi, inti perkembangan psikososial tahap kedua
adalah, timbulnya rasa kontrol kemauan dan bangga sebagai rasa otonomi, dan
imbangi dengan tumbuhnya rasa malu dan ragu-ragu jika anak-anak kehilangan atau
berkurangnya kontrol, kemauan, kebanggaan dan otonominya. Inilah kualitas ego
baru yang timbul pada fase maskular-anal menurut teori erikson. Lalu tahapannya
disebutnya otonomi Vs rasa malu dan keragu-raguan.

3. Bahayanya :

4
Sebaliknya, jika anak-anak kehilangan kontrol diri dapat menyebabkan perasaan
malu dan ragu-ragu, yang juga dapat bersifat menetap.

4. Ritualisasi tahap kedua :

Erikson menyebut ritualisasi tahap kedua dari perkembangan psikososial anak


adalah bersifat kebajikan atau judicious. Hal ini disebabkan oleh :

a. Anak mulai menilai diri sendiri

b. Anak mulai menilai orang lain

c. Anak mengembangkan kemampuan menghayati suatu rasa benar atau salah pada
tindakan-tindakan dan kata-kat tertentu

d. Hal tersebut menyiapkan anak untuk mengalami perasaan bersalah dalam tahap
berikutnya

e. Anak juga belajar membedakan antara “ jenis kami” dan orang-orang lain yang
dinilai berbeda

f. Orang-orang lain yang tidak sama dengan jenisnya sendiri secara otomatis dinilai
salah atau buruk

Hal tersebut merupakan dasar ontogenese dari keterasingan yang melanda seluruh
dunia yang disebut spesies yang terpecah atau disebut juga oleh erikson sebagai
pseudospesies, yang menjadi sumber prasangkan didalam diri manusia.

Dalam siklus kehidupan, tahap retualisasi bersifat bijaksana pada masa kanak-
kanak menjadi sumber untuk pengadilan pada orang dewasa yang tercermin dalam
pemeriksaan diruang pengadilan dan prosedur-prosedur dengan mana putusan-
putusan salah dan benar ditetapkan.

5. Ritualisme :

Jika terjadi penyimpangan dari ritualisasi tahap kedua ini, ritualismenya disebut
legalisme, yakni :

a. Mengagung-agungkan huruf ketentuan hukum dari pada semangat hukumnya


sendiri

5
b. Mengutamakan hukuman dari pada balas kasihan

6. Karakteristik toddler normal :


a. Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekelilingnya
b. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing terhadap temannya
c. Memperlihatkan minat terhadap apa yang dikerjakan anak lain dan bermain
dengan mereka.
d. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain diluar
keluarganya.
e. Pada usia todler, mereka memperlihatkan ketakutan dan ketidaksukaan kepada
orang yang tidak dikenal dengan menghindar dan menangis jika orang tersebut
mendekati mereka.
f. Todler lebih suka meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa
g. Menciptakan dunianya sendiri
h. Sejak umur 3 sampai 4 tahun anak mulai belajar bermain seara bersama dalam
kelompok, berbicara satu sama lain didalam kelompok

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN

PENGKAJIAN PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT: TANGGAL DIRAWAT / Jam :

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : An. J Tanggal Pengkajian/Jam :

Umur : 3 tahun RM No :

Alamat : Jalan Pattimura

Pekerjaan : tidak ada

Informan : tidak ada

II. ALASAN MASUK

III. FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

RIWAYAT PENYAKIT LALU

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya( ) tidak ( × )

7
Bila ya jelaskan

2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil

3. Pernah mengalami penyakit fisik ( termasuk gangguan tumbuh kembang )


Ya ( × ) tidak ( )

Bila ya jelaskan : keterlambatan gangguan tumbuh kembang kognitif, psikomotor dan psikososial

 RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Pelaku/ usia Korban/ usia Saksi/ usia

1. Aniaya fisik (Ibu/54) (Anak/3) (-)

2. Aniaya seksual (Ayah/56) (Anak/3) (-)

3. Penolakan (-) (-) (-)

4. Kekerasan keluarga (Ayah, ibu) (Anak/3) (-)

5. Tindakan kriminal (Ayah/56) (Anak/3) (-)

Jelaskan:

Korban mengalami :

1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau

2) Gagal tumbuh dengan baik

3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor dan psikososial

4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa

6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural,

8
spiritual):Orangtua memiliki kelainan mental atau kurang kontrol diri dan tidak memahami
tumbih kembang anak.

Diagnosa Keperawatan:Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan


faktor-faktor yang menyebabkan Child Abuse

7. Kesan Kepribadian klien: ( )extrovert ( × ) introvert ( ) lain-

lain:

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? ( )ya ( × ) tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/perawatan

__________________ ______________________ ____________________________

__________________ _______________________ ____________________________

Diagnosa Keperawatan:

V. STATUS MENTAL

1. Penampilan

( × ) tidak rapi ( ) penggunaan pakaian( ) Caraberpakaian seperti tidak sesuai


biasanya

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

9
2. Kesadaran

 Kwantitatif/ penurunan kesadaran]

( × ) compos mentis ( ) apatis/ sedasi ( ) somnolensia

( ) sopor ( ) subkoma ( ) koma

 Kwalitatif

( ) tidak berubah ( × ) berubah

( ) meninggi ( ) gangguan tidur: sebutkan

( ) hipnosa ( ) disosiasi: sebutkan

3. Disorientasi

( ) waktu ( ) tempat ( ) orang

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

4. Aktivitas Motorik/ Psikomotor

Kelambatan:

( ) hipokinesia, hipoaktivitas ( ) sub stupor katatonik

( ) katalepsi ( ) flexibilitas serea

Peningkatan:

( ) hiperkinesia,hiperaktivitas ( ) gaduh gelisah katatonik

( ) TIK ( ) grimase ( ) tremor ( ) gagap

( ) stereotipi ( ) mannarism ( ) katalepsi ( ) akhopraxia

( ) command automatism ( ) atomatisma ( ) nagativisme ( ) reaksi konversi

( ) verbigerasi ( )berjalan kaku ( ) kompulsif ( ) lain-2 sebutkan

10
5. Afek/ Emosi

( ) adequat ( ) tumpul ( )dangkal/ datar ( x ) labil

( ) inadequat ( ) anhedonia ( ) marasa kesepian ( ) eforia

( ) ambivalen ( ) apati ( )marah ( ) depresif/sedih

( ) cemas ( ) ringan ( ) sedang ( ) berat ( ) panik

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

6. Persepsi

( ) halusinasi ( ) ilusi ( ) depersonalisasi ( ) derealisasi

Macam Halusinasi

( ) pendengaran ( ) penglihatan ( ) perabaan

( ) pengecapan ( ) penghidu/ pembauan ( ) lain-lain,

Sebutkan:

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

7. Proses Pikir

 Arus Pikir

( ) koheren ( ) inkoheren ( x ) asosiasi longgar

( ) fligt of ideas ( ) blocking ( ) pengulangan pembicaraan/persevarasi

( ) tangansial ( ) sirkumstansiality ( ) logorea

( ) neologisme ( )bicara lambat ( )bicara cepat ( ) irelevansi

( ) main kata-kata ( ) afasi ( ) assosiasi bunyi ( ) lain2 sebutkan..

11
Jelaskan :

Diagnosa keperawatan :

 Isi Pikir

( ) obsesif ( ) ekstasi ( ) fantasi

( ) bunuh diri ( ) ideas of reference ( ) pikiran magis

( ) alienasi ( ) isolaso sosial ( ) rendah diri

( ) preokupasi ( ) pesimisme ( ) fobia

sebutkan.........................

waham: sebutkan jenisnya

( ) agama ( ) somatik, hipokondrik ( ) kebesaran ( ) curiga

( ) nihilistik ( ) sisip pikir ( ) siar pikir ( ) kontrol pikir

( ) kejaran ( ) dosa

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

 Bentuk Pikir

( ) realistik ( ) nonrealistik

( ) autistik ( ) dereistik

8. Memori

( ) gangguan daya ingat jangka panjang ( ) gangguan daya ingat jangka pendek

( x ) gangguan daya ingat saat ini ( ) amnesia, sebutkan.........................

( ) paramnesia, sebutkan jenisnya........................................................

( ) hipermnesia, sebutkan ...................................................................

12
Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi ( )tidak mampu berhitung


sederhana

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

10. Kemampuan Penilaian

( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

11. Daya Tilik Diri/ Insight

( ) mengingkari penyakit yang diderita ( ) menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan:

12. Interaksi selama Wawancara

( ) bermusuhan ( x ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung

( ) kontak mata kurang ( ) defensif ( ) curiga

Jelaskan:

Diagnosa Keperawatan:

13
VI. FISIK

1. Keadaan umum

2. Tanda vital: TD: 120/80 mmHg N: 90x/menit S: 38˚c P: 18x/menit

3. UKur: TB: 70cm BB: 13kg ( x ) turun ( ) naik

4. Keluhan fisik: ( x ) tidak ( ) ya

Jelaskan:

5. Pemeriksaan fisik:

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan :

VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)

1. Makan

( ) Bantuan minimal ( ) Sebagian ( x ) Bantuan total

2. BAB/BAK

( ) Bantuan minimal ( ) Sebagian ( x ) Bantuan total

3. Mandi

( ) Bantuan minimal ( ) Sebagian ( x ) Bantuan total

14
IX. MEKANISME KOPING

Adatif Maladaptif

( ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum Alkohol

( ) Mampu menyelesaikan masalah ( ) Reaksi lambat / berlebih

( ) Teknik relokasi ( ) Bekerja berlebihan

( ) Aktivitas konstruktif ( x ) Menghindar

( ) Olah raga ( ) Mencederai diri

( ) Lainnya ...................... ( ) Lainnya ......................

Diagnosa Keperawatan :

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-faktor yang


menyebabkan Child Abuse
2. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak
adekuatnya perawatan

XIV. ANALISA DATA

No Data Masalah
1. DS : Pasien mengeluhkan sakit di area Tidak efektifnya koping keluarga;
memar kompromi berhubungan dengan faktor-
faktor yang menyebabkan Child Abuse
DO :
1. Pasien tampak linglung dan was-
was
2. Pasien tampak menjaga jarak
dengan orang sekitar

2. DS : tidak ada Perubahan pertumbuhan dan


perkembangan anak berhubungan dengan
DO : tidak adekuatnya perawatan
1. Pasien tampak sulit berkomunikasi
2. Pasien kesulitan mengikuti
petunjuk

15
XV. POHON MASALAH

Faktor sosial kultural

Stress keluarga

Kemiskinan,pengangguranmo
bilitas,perumahan tidak
memadai, hubungan orang tua
anak stress prenatal, anak yang
tidak diharapkan premature

Masalah keluarga

Penganiayaan, teror mental

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-faktor yang


menyebabkan Child Abuse
2. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak
adekuatnya perawatan

3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

16
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Tidak Mekanisme koping  Mengidentifikasi 1. Identifikasi faktor-faktor yang


efektifnya keluarga menjadi pola koping yang menyebabkan rusaknya
koping
efektif efektif mekanisme koping pada keluarga,
keluarga;
kompromi  Adaptasi perubahan usia orang tua, anak ke berapa
berhubungan hidup dalam keluarga, status sosial
dengan faktor-
 Menggunakan ekonomi terhadap perkembangan
faktor yang
menyebabkan strategi koping yang keluarga, adanya support system
Child Abuse efektif dan kejadian lainnya

 Modifikasi gaya
2. Konsulkan pada pekerja sosial
hidup untuk
dan pelayanan kesehatan pribadi
mengurangi stress
yang tepat mengenai problem
 Menyatakan keluarga, tawarkan terapi untuk
penerimaan terhadap individu atau keluarga
situasi
3. Dorong anak dan keluarga
 Menyatakan
untuk mengungkapkan perasaan
perasaan akan
tentang apa yang mungkin
kontrol diri
menyebabkan perilaku kekerasan.

4. Ajarkan orang tua tentang


perkembangan & pertum-buhan
anak sesuai tingkat umur. Ajarkan
kemampuan merawat spesifik dan
terapkan tehnik disiplin

Perkembangan  Menunjukkan 1. Diskusikan hasil test pada


kognitif anak, keinginan secara orangtua dan anak
psikomotor dan verbal
2. Melakukan aktivitas (seperti,
psikososial dapat  Ekspresif
membaca, bermain sepeda, dll)
disesuai-kan
antara orang tua dan anak untuk

17
2. dengan tingkatan meningkatkan perkembangan dari
umurnya penurunan kemampuan kognitif
psikomotor dan psikososial

Perubahan 3. Tentukan tahap perkembangan


3. pertumbuhan anak seperti 1 bulan, 2 bulan, 6
dan bulan dan 1 tahun
perkembanga
n anak 4. Libatkan keterlambatan per-
berhubungan
kembangan dan pertumbuhan
dengan tidak
adekuatnya yang normal
perawatan

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Toddler adalah periode dimana anak memiliki rentang usia 12-36 bulan. Masa ini
merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku
tempertantrum, negativisme, dan keras kepala. Masa ini merupakan periode yang sangat
penting untuk pencapaian perkembangan dan pertumbuhan intelektual. Perkembangan
motorik yang dicapai anak usia toddler terbagi menjadi dua meliputi perkembangan motorik
halus dan perkembangan motorik kasar. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu, dilakukan otak kecil, dan memerlukan koordinasi yang cepat,
sedangkan motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh

19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak.Jakarta : Gramedia


Halimsyah. (2008).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Ki fudyartanta. (2012).Psikologi keperibadian paradigma filosofis, tipologis, psikodinamik
dan organismik-holistik. Yogyakarta : pustaka pelajar.
Yusuf, Ah., dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai