KELOMPOK 3:
PUTRI 18031040
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini .Shalawat
berserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
sekarang.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik secara langsung
maupun tidak langsung .
Kami juga menyadari bahwa tugasmakalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 Otonomi (Autonomy) vs Malu dan Ragu (Shame and Doubt) (1,5 Tahun)
Anak pada usia 1,5 tahun tumbuh dan berkembang sejalan dengan kemampuan alat
gerak, dan didukung rasa kepercayaan dari ibu dan lingkungan, maka tumbuh kesadaran
bahwa dirinya dapat bergerak dan ingin mendapatkan kepuasan gerak sehingga anak
berbuat sesuai dengan kemauannya. Pada usia ini berkembang rasa otonomi diri bahwa
dirinya dapat menolak ataupun memberi sesuatu pada lingkungannya sesuai dengan
keinginannya tanpa dipengaruhi orang lain. Kemampuan ini penting sebagai dasar
membentuk keyakinan yang kuat dan harga diri seorang anak di kemudian hari. Saat
berhubungan dengan orang lain, anak cenderung egosentrik.Lingkunganpun berperan
dalam membentuk kepribadian anak, sehingga gangguan pada masa ini menyebabkan anak
menjadi pemalu, ragu-ragu, dan cenderung memberi pengekangan pada diri. Gangguan
jiwa yang mungkin timbul yaitu kemarahan, sadistik, keras kepala, menentang, agrasi,
enkopersis, enuresis, obsesi kompulsif, dan paranoid (Yusuf dkk, 2015).
Menurut ki fudyartanta (2012), periode otonomi vs perasaan malu dan keragu-raguan:
2
a. Tuntutan untuk mengontrol dirinya sendiri
Karena bayi sudah bertambah besar dan kuat, yakni telah menjadi kanak-kanak,
maka sudah kodrat bahwa anak-anak mempunyai banyak gerak dan kemauan-
kemauan. Untuk mengendalikan sifat penuh kemauan anak, maka orang tua dan orang
dewasa lainnya bertindak :
e. Tidak boleh terlalu berlebihan dalam menanamkan rasa malu. Hal ini penting
untuk menghindari :
Dalam fase otonomy Vs rasa malu dan ragu, juga berkembang kebebasan
pengungkapan diri dan sifat penuh kasih sayang. Bangkitnya rasa mampu
pengendalian diri pada anak-anak untuk menumbuhkan rasa kemauan baik dan
bangga yang bersifat menetap pada diri anak.
3
Dalam fase maskular-anal ini muncullah nilai kemauan pada anak-anak.
Darimana sumber kemauan anak itu ? sumbernya ialah : kemauan diri yang terlatih
pada anak itu sendiri.
Contoh-contoh kemauan luhur yang diperlihatkan oleh orang lain (dari ibu, ayah,
kakek, nenek dan sebagainya).
a. Anak-anak belajar dari diri sendiri dan orang lain mengenai apa yang diharapkan
dan yang tidak diharapkan.
3. Bahayanya :
4
Sebaliknya, jika anak-anak kehilangan kontrol diri dapat menyebabkan perasaan
malu dan ragu-ragu, yang juga dapat bersifat menetap.
c. Anak mengembangkan kemampuan menghayati suatu rasa benar atau salah pada
tindakan-tindakan dan kata-kat tertentu
d. Hal tersebut menyiapkan anak untuk mengalami perasaan bersalah dalam tahap
berikutnya
e. Anak juga belajar membedakan antara “ jenis kami” dan orang-orang lain yang
dinilai berbeda
f. Orang-orang lain yang tidak sama dengan jenisnya sendiri secara otomatis dinilai
salah atau buruk
Hal tersebut merupakan dasar ontogenese dari keterasingan yang melanda seluruh
dunia yang disebut spesies yang terpecah atau disebut juga oleh erikson sebagai
pseudospesies, yang menjadi sumber prasangkan didalam diri manusia.
Dalam siklus kehidupan, tahap retualisasi bersifat bijaksana pada masa kanak-
kanak menjadi sumber untuk pengadilan pada orang dewasa yang tercermin dalam
pemeriksaan diruang pengadilan dan prosedur-prosedur dengan mana putusan-
putusan salah dan benar ditetapkan.
5. Ritualisme :
Jika terjadi penyimpangan dari ritualisasi tahap kedua ini, ritualismenya disebut
legalisme, yakni :
5
b. Mengutamakan hukuman dari pada balas kasihan
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Umur : 3 tahun RM No :
7
Bila ya jelaskan
Bila ya jelaskan : keterlambatan gangguan tumbuh kembang kognitif, psikomotor dan psikososial
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Jelaskan:
Korban mengalami :
6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural,
8
spiritual):Orangtua memiliki kelainan mental atau kurang kontrol diri dan tidak memahami
tumbih kembang anak.
lain:
Diagnosa Keperawatan:
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:
9
2. Kesadaran
Kwalitatif
3. Disorientasi
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:
Kelambatan:
Peningkatan:
10
5. Afek/ Emosi
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:
6. Persepsi
Macam Halusinasi
Sebutkan:
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:
7. Proses Pikir
Arus Pikir
11
Jelaskan :
Diagnosa keperawatan :
Isi Pikir
sebutkan.........................
( ) kejaran ( ) dosa
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:
Bentuk Pikir
( ) realistik ( ) nonrealistik
( ) autistik ( ) dereistik
8. Memori
( ) gangguan daya ingat jangka panjang ( ) gangguan daya ingat jangka pendek
12
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan:
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan:
13
VI. FISIK
1. Keadaan umum
Jelaskan:
5. Pemeriksaan fisik:
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
1. Makan
2. BAB/BAK
3. Mandi
14
IX. MEKANISME KOPING
Adatif Maladaptif
Diagnosa Keperawatan :
No Data Masalah
1. DS : Pasien mengeluhkan sakit di area Tidak efektifnya koping keluarga;
memar kompromi berhubungan dengan faktor-
faktor yang menyebabkan Child Abuse
DO :
1. Pasien tampak linglung dan was-
was
2. Pasien tampak menjaga jarak
dengan orang sekitar
15
XV. POHON MASALAH
Stress keluarga
Kemiskinan,pengangguranmo
bilitas,perumahan tidak
memadai, hubungan orang tua
anak stress prenatal, anak yang
tidak diharapkan premature
Masalah keluarga
16
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Modifikasi gaya
2. Konsulkan pada pekerja sosial
hidup untuk
dan pelayanan kesehatan pribadi
mengurangi stress
yang tepat mengenai problem
Menyatakan keluarga, tawarkan terapi untuk
penerimaan terhadap individu atau keluarga
situasi
3. Dorong anak dan keluarga
Menyatakan
untuk mengungkapkan perasaan
perasaan akan
tentang apa yang mungkin
kontrol diri
menyebabkan perilaku kekerasan.
17
2. dengan tingkatan meningkatkan perkembangan dari
umurnya penurunan kemampuan kognitif
psikomotor dan psikososial
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Toddler adalah periode dimana anak memiliki rentang usia 12-36 bulan. Masa ini
merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku
tempertantrum, negativisme, dan keras kepala. Masa ini merupakan periode yang sangat
penting untuk pencapaian perkembangan dan pertumbuhan intelektual. Perkembangan
motorik yang dicapai anak usia toddler terbagi menjadi dua meliputi perkembangan motorik
halus dan perkembangan motorik kasar. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu, dilakukan otak kecil, dan memerlukan koordinasi yang cepat,
sedangkan motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh
19
DAFTAR PUSTAKA
20