Anda di halaman 1dari 4

Jurusan/Prodi : Tasawuf Psikoterapi

Hari/Tanggal : Selasa, 26-10-2021


Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Bobot SKS : 2 sks.
Tahun Akademik : 2020/2021.
Semester/Kelas : Tasawuf & Psikoterapi 3-C
Dosen : Drs. Muhtar Gojali, M.Ag.

Nama Mahasiswa : Muhamaad Salwa Gurda


NIM : 1201040103

UJIAN TEMGAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021


SOAL :

1. Perkembangan yang terjadi pada manusia memilki tahapan-tahapan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Coba anda jelaskan tahapan perkembangan beserta dengan faktor-
faktornya!
2. Dalam psikologi perkembangan terdapat teori-teori yang menjelaskan psikologi perkembangan
itu sendiri. Coba sebutkan dan jelaskan teori-teori psikologi perkembangan!
3. Tugas perkembangan pada manusia harus dapat diselesaikan dengan baik. Namun beberapa
individu juga tidak dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik dan tuntas. Coba
anda jelaskan apa yang menjadi faktor tugas perkembangan itu tidak terselesaikan, serta
analisalah isu-isu yang ada sekarang dengan permasalahan tugas perkembangan tersebut!

Jawaban

1. Terdapat banyak teori tentang tahapan dari para ahli psikologi, psikoanalisis, atau bidang
lainnya. Diantaranya ialah teori tahapan perkembangan menurut Sigmund Freud yang terbagi
ke dalam 5 tahapan/fase, yaitu:
1) Fase oral, usia 0-18 bulan.
2) Fase anal, usia 18 bulan-3 tahun
3) Fase falis, usia 4-6 tahun
4) Fase laten, usia 6 sampai pubertas
5) Fase genital, sejak individu masuk pubertas hingga seterusnya.
Dapat diidentifikasi dari gagasan Freud, bahwa ia tidak mendeskripsikan pubertas pada usia
yang spesifik. Karena pubertas setiap individu memiliki waktunya masing-masing. Hal itu
bergantung pada gen dan lingkungannya. Selanjutnya berdasarkan teori Santrok dan Yussen,
tahapan perkembangan manusia (sebelum dewasa) terbagi menjadi 5 fase, yaitu:
1) Fase pranatal (dalam kandungan), periode sebelum masa kelahiran. Pada periode ini terjadi
pertumbuhanpesat dari satu sel menjadi satu organisem makhluk hidup yang lengkap. Faktor
nutrisi yang didapatkan melalui sang ibu pada masa ini sangat penting, faktor psikologis ibu
juga mempengaruhi tumbuh kembang janin di dalam kandungan.
2) Fase bayi, dimulai sejak manusia lahir hingga usia 18 tau 23 bulan. masa yang sangat
bergantung pada orang tua atau orang di sekitarna. Perhatian dan kasih sayang orang
tua/orang sekitar menjadi faktor penting pada periode ini.
3) Fase kanak-kanak, fase yang dimlai sejak masa bayi sampai 5-6 tahun. Fase ini adalah fase
penting untuk belajar kemandirian dalam tugas harian seperti toilet training dan sanitasi,
Kemampuan verbal pun meningkat di usia ini, pembentukan bahasa ibu mulai mengental dan
penambahan kosakata serta kemampuan retorika yang meningkat.
4) Fase kanak-kanak tengah dan akhir, dimulai dari usia 6 tahun sampai 11 tahun. Keterampilan
calistung mulai meningkat dan secara formal anak-anak mulai memasuki dunia yang lebih
luas dengan budayanya masing-masing.
5) Fase remaja, transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, dimulai kira-kira mur 10-
12 tahun hingga usia 18-22 tahun. Pada fase ini terjadi perubahan fisik sebagai ciri pubertas,
seperti membesarnya payudara pada wanita, dan suara yang bertambah berat pada laki-laki.
Pada fase ini pula dilakukan upaya-upaya mandiri untuk mandiri dan pencarian identitas diri.
Pemikiran lebih logis, abstrak, dan idealis.
Seorang psikoanalisa sekaligus pendidik, Erik H. Erickson mengemukakan bahwa
tahapan perkembangan manusia terbagi ke dalam 8 tahap. Kedelpan tahap tersebut ialah:
1) Usia 0-1 tahun, fase trust v.s. mistrust. Kasih sayang orang disekitar bayi yang baru lahir
akan memengaruhi kehidupannya. Jika ia mendapat cukup kasih sayang maka bayi akan
merasa aman dan percaya terhadap orang di sekitarnya. Jika bayi tidak mendapat kasih
sayang yang semestinya maka ia akan merasakan takut dan muncul ketidakpercayaan
dalam dirinya. Perasaan-perasaan tersebut, baik aman maupun tidak aman akan terbawa
pada tingka-tingkat perkembangan berikutnya.
2) Usia 1-3 tahun, fase autonomy v.s. shame and doubt. Orang dewasa perlu menyadari
bahwa pada fase ini anak-anak perlu ruang untuk melakukan beberapa hal sendiri.
Sehingga akan muncul perasaan berdaya atas dirinya. Sebaliknya, jika anak terlalu
dilindungi dan dibantu, atau dicaci karena ketidak berdayaannya, maka akan timbul rasa
malu dan ragu sehingga ia akan kesulitan untuk mengatur dirinya di tahap selanjutnya.
3) Usia 3-5 tahun, fase initiative vs guilt. Anak yang diberi kebebasan dan kesempatan untuk
berinisiatif dalam bermain, bertanya, atau mencari jawaban maka inisiatifnya akan
berkembang. Sebaliknya jika ia tidak diberi kesempatan dan selalu disalahkan atas inisiatif
yang ia lakukan maka ia akan menumbuhkan rasa bersalah atas setiap apa yang
dilakukannya.
4) Usia 6-11 tahun, fase industry vs inferiority. Fase dimana mulai berpikir dedduktif, bermain
dan belajar menurut apa yang ia pelajari. Anak tidak hanya berinteraksi dengan keluarga
di rumah namun juga dengan orang dewasa di lingkungannya. Membiarkan anak
melakukan dan mengerjakan sesuatu dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan sikap
industry anak tersebut. Sebaliknya, jika tidak terpenuhi maka akan menimbulkan rasa
inveriority atau tidak mampu.
5) Usia 12-18 tahun, fase identity vs role confusion. Pada fase ini seseorang mulai
merasakan sesuatu tentang identitasnya sendiri. Seseorang mulai menyadari perannya
dalam masyarakat merencanakan apa yang ingin dilakukannya di masa depan, menyadari
kesukaan dan ketidak sukaannya, dan sejenisnya. Jika ia dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut maka ia akan sampai pada sikap mengenali dirinya sendiri.
Sebaliknya, jika kebutuhan-kebutuhan di usia initidak terpenuhi, maka akan timbul sikap
kebingungan akan identitas diri.
6) Usia 19-25 tahun, fase intimacy vs isolation. Pada fase ini seseorang akan
mengorientasikan diri pada pekerjaan dan teman hidupnya. Pada fase ini pula, menurut
Erikson, seseorang akan menumbuhkan kemampuan dan kesediaannya untuk
meleburkan diri dengan orang lain. Dan jika tidak memenuhinya akan timbul sikap tertutup
atau isolasi diri.
7) Usia 26-45 tahun, fase generativity vs self absorption. Pada masa ini seseorang akan
mulai menunjukan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, priduk, dan
keadaan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan genereasi-generasi mendatang.
Sebaliknya, jika tidak muncul sikap-sikap tersebut, maka muncul sikap stagnasi. Seorang
individu hanya memikirkan kepuasan dan kesenangan dirinya saja.
8) Usia 45- … tahun, fase integrity vs despair. Pada fase ini seseorang mulai memasuki
tahap kepuasan atau penyesalan dalam menjalani hidupnya.

Menurut V. Gotsky interaksi sosial memegang faktor penting dalam perkembangan. Teori
perkembangan kognitif pun menunjukan bahwa interaksi anak
dengan lingkungan dan pengorganisasian kognitif dari pengalamanlah yang menghasilkan
kecerdasan. Beranjak dari pendapat V.Gotsky dan pemaparan para ahli sebelumnya yang
sudah saya cantumkan di atas, dapat diambil benang merah bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi perkembangan ialah:
1) Biologis atau genetika, yang kemudian berperan dalam proses biologis.
2) Lingkungan, yang kemudian berperan dalam proses sosial.
3) Kognitif, perubahan-perubahan dalam diri individu yang dipengarhi oleh genetika dan
lingkungan, kunci dalam proses kognitif manusia.

2. Untuk teori atas dasar perkembangan itu sendiri, Carol Getswicki mengemukakan beberapa
prinsip dasar perkembangan. Prinsip-prinsip tersebut ialah:
1) Hukum konvergensi. Perkembangan merupakan hasil interaksi faktor-faktor biologis dan
faktor-faktor lingkungan.
2) Hukum tempo perkembangan. Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi
perkembangan berikutnya.
3) Hukum masa peka. Terdapat waktu-waktu optimal dalam perkembangan.
4) Hukum Rekapitulasi. Stanley Hall berpendapat bahwa perilaku dan perkembangan
merupakan rekapitulasi dari evolusi manusia.
5) Perkemangan maju berkelanjutan merupkan kesatuan yang saling berhubungan antara
aspek-aspkek fisik, kognitif, emosional, dan sosial yang saling memengaruhi satu sama
lain.
6) Setiap individu memiliki masa perkembangannya masing-masing.
7) Terdapat pola perkembangan yang dapat diramalkan.
Sementara untuk teori dalam perkembangan itu sendiri, terdapat banyak teori. Diantaranya
ialah: teori kognitif oleh Jean Piaget, teori interaksi sosial oleh Lev V. Gotsky, dan teori belajar
sosial dari Albert Bandura.
Pertama, teori perkembangan kognitif. Teori ini menunjukan bahwa kecerdasan dihasilkan dari
interaksi anak dengan lingkungan dan pengaturan kognitif dari pengalaman.
Kedua, teori interaksi sosial oleh Lev V. Gotsky. Senada dengan Jean Piaget, menurutnya
interaksi sosial memiliki peran penting dalam belajar.
Terakhir, teori belajar sosial oleh Albert Bandura. Ia mengemukakan bahwa banyak perilaku
yang dipelajari berkembang dan berasal dari reaksi serta interpretasi individu terhadap situasi.

3. Jika meninjau dari teori-teori yang sudah saya cantumkan pada nomor sebelumnya, diketahui
bahwa tidak optimalnya faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan (biologis, lingkungan,
emosi dan kognitif) dapat menghambat lajunya tugas perkembangan. Kemudain berdasar pada
hukum perkembangan gagasan Carol Getswicki, bahwa pekembangan pada suatu tahap
merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya. Maka, jika suatu tugas perkembangan
tidak terpenuhi pada suatu tahap perkembangan maka akan memengaruhi pada tahap
perkembangan selanjutnya.
Sebagai contoh kasus dari faktor biologis yang tidak berfungsi optimal sehingga menghambat
perkembangan ialah: tunarungu. Kebanyakan kasus tunarungu ialah faktor genetik, dan
karenanya anak yang normalnya berusia 3 tahun sudah bisa berucap banyak kata, anak
tunarungu karena tidak bisa mendengar, ia tidak bisa mengucapkan kata-kata seperti anak
normal.
Contoh lainnya, kasus dari faktor lingkungan yang mengintrupsi tugas perkembangan ialah
orang tua yang terlalu protektif dalam mengasuh anaknya. Tak sedikit anak-anak zaman
sekarang yang takut untuk mencoba hal baru karena pada masa kecil -terutama di usia 3-5
tahun, masa initiative vs guilt <merujuk ada teori Erik H. Erickson>- ia terlalu banyak dilarang
oleh orangtuanya ketika berinisiatif melakukan sesuatu. Alhasil, -kembali merujuk pada hukum
perkembangan- tugas yang tak terpenuhi tersebut memengaruhi kehidupan anak di periode
perkembangan selanjutnya. Anak bisa tidak tampil percaya diri dan banyak merasa ragu ketika
akan memulai sesuatu atau merasa bersalah setiap melakukan inisiatif. Masih banyak contoh
kasus permasalahan tugas perkembangan lain yang terjadi di sekitar kita, contohnya speech
delay karena kurangnya stimulasi dari orang tua, ketidakstabilan emosi karena luka keluarga
yang broken home atau neglected children, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai