Anda di halaman 1dari 30

Hepatitis

Tantri Analisawati Sudarsono, S.Si., M.Sc


Terminologi
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati
yang disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin
termasuk alkohol.
(Elizabeth J. Corwin. 2000 : 573)

Hepatitis adalah infeksi virus pada hati yang


berhubungan dengan manifestasiklinik berspektrum
luas dari infeksi tanpa gejala, melalui hepatitis ikterik
sampai nekrosis hati. (Sandra M. Nettina. 2001 : 248)
Dari beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit
Hepatitis adalah

peradangan yang terjadi pada hati yang merupakan infeksi sistemik oleh
virus atau oleh toksik termasuk alkohol yang berhubungan dengan
manifestasi klinik berspektrum luas dari infeksi tanpa gejala, melalui
hepatitis ikterik sampai nekrosis hati yang mengkasilkan kumpulan
perubahan klinis, biokimia, dan selular yang khas.
Epidemiologi
 Secara global, lebih dari 350 juta orang terinfeksi Virus Hepatitis B (HBV).
Diperkirakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi HBV.
 Sekitar 5% dari populasi adalah carrier kronis HBV, dan secara umum hampir
25% carrier dapat mengalami penyakit hati yang lebih parah seperti hepatitis
kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler primer.
 Prevalensi nasional di tiap Negara di dunia berkisar antara 0,5% di AS dan
Eropa Utara sampai 10% di daerah Asia.
 Infeksi HBV menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap tahun.
 Pada tahun 2010, prevalensi penyakit infeksi Virus Hepatitis A (HAV) mencapai
angka 9.3% dari total penduduk 237.6 juta jiwa. Di Sumatera Selatan tahun 2007
dengan jumlah penduduk 7.019.964 jiwa, prevalensi Hepatitis A adalah 0.2-
1.9%.
 Indonesia adalah negara dengan prevalensi Hepatitis B dengan tingkat
endemisitas tinggi yaitu lebih dari 8 persen yang sebanyak 1,5 juta orang
Indonesia berpotensi mengidap kanker hati.
 Selama periode itu telah terkumpul 5.870 kasus hepatitis di Indonesia.
 Dari pendataan itu, Depkes memperoleh data kasus Hepatitis C di Indonesia yang
menjadi proyek percontohan menurut umur, yaitu terbanyak pada usia 30-59
tahun dengan puncak pada usia 30-39 tahun yang berjumlah 1.980 kasus.
Di Indonesia
 Jumlah penderita Hepatitis B dan C saat ini diperkirakan mencapai 30 juta orang,
sekitar 15 juta orang dari penderita Hepatitis B dan C berpotensi mengalami
chronic liver disease.
Hasil Riskesdas tahun 2013
 Informasi yang di peroleh dari Riskesdas 2013, prevalensi hepatitis 2013 adalah
1,2 persen, dua kali lebih tinggi dibandingkan 2007.
 Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara
Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%)
dan Maluku (2,3%).
 Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur masih
merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi.
Etiologi
Dalam tinjauan epidemiologi molekuler, HBV sendiri saat ini diklasifikasikan
menjadi 8 genotipe (A sampai H)  mencerminkan distribusi geografis yang
bersifat local specific :
 HBV genotipe A lazim di Eropa, Afrika, dan India dan genotipe HBV B dan
C yang dominan di sebagian besar bagian Asia, termasuk China, Jepang, dan
Indonesia.
 Genotipe D adalah umum di daerah Mediterania, Timur Tengah dan India,
sedangkan E genotipe terlokalisir di sub-Sahara Afrika.
 Genotipe F dan H hanya diidentifikasi di Amerika Tengah dan Selatan.
 Genotip G telah ditemukan di Perancis, Jerman, dan Amerika Serika.
a. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh Virus Hepatitis A (HAV).
VHA termasuk virus picorna (virus RNA) dengan ukuran 27-28 nm.
b. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (HBV) yang terbungkus serta
mengandung genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar.
HBV adalah virus nonsitopatik, yang berarti virus tersebut tidak menyebabkan
kerusakan langsung pada sel hati.
Sebaliknya, adalah reaksi yang bersifat menyerang oleh system kekebalan tubuh
yang biasanya menyebabkan radang dan kerusakan pada hati.
c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh Virus Hepatitis C (HCV).Virus ini dapat
mengakibatkaninfeksi seumur hidup, sirosis hati, kankerhati, kegagalan hati,
dan kematian.
Belum ada vaksin yang dapat melindungi terhadapHCV, dan diperkirakan 3
persenmasyarakat umum di Indonesia terinfeksivirus ini.
Agent
 HBV berupa partikel 2 lapis berukuran 42 nm.
 Lapisan luar virus ini terdiri atas antigent yang disingkat HBs
Ag (Hepatitis B-Surface Antigent)
 Antigent permukaan ini membungkus bagian dalam virus
yang disebut partikel inti atau core.
 Partikel mengandung bahan – bahan sbb:
o Genome virus terdiri atas rantai DNA
o Suatu antigent yang disebut Bepatitis B care Antigen (HBc Ag), suatu
protein yang tidak larut.
o Dalam serum, HBc Ag ini tidak dideteksi karena HBc Ag hanya ada
dalam partikel ini yang selalu diliputi oleh antigen permukaan.
o Antigen e atau HBe Ag, yang merupakan protein yang bisa larut, dan
karena itu dalam serum yang banyak mengandung virus maka deteksi
antigen Hbe ini akan positif.
Kelompok Risiko Tinggi Tertular
 Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.
 Balita yang dalam keseharian berada di penitipan anak atau di perumahan
dengan anak lain di daerah endemik.
 Kontak seksual / kontak rumah tangga dari orang yang terinfeksi.
 Pekerja kesehatan.
 Pasien dan karyawan di tempat hemodialisis.
 Pengguna narkoba suntik yang berbagi jarum tidak steril.
 Penderita yang berbagi peralatan medis atau gigi yang tidak steril.
 Orang memberikan atau menerima akupunktur dan / atau tato dengan peralatan
medis yang tidak steril.
 Orang yang tinggal di daerah atau bepergian ke daerah endemik hepatitis B.
 Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
Kelompok Populasi dengan
Risiko Tertular Tinggi
 Staf serta penderita pada tempat perawatan untuk pasien dengan
lemah mental.
 Penghuni institusi yang besifat tertutup, misalnya penjara.
 pecandu narkotika (terutama pengguna obat suntik).
 Staf dan penderita unit hemodialisis.
 Petugas kesehatan yang sering berhubungan dengan darah maupun
produk yang berasal dari darah.
 penderita yang sering mendapat transfusi darah misal : penderita
thelasemia, hemofilia, dll.
Cara Penularan
Penularan infeksi HBV dapat dibagi menjadi 3 cara, yaitu :
1. cara penularan melalui kulit
 Virus tidak dapat menembus kulit yang utuh  infeksi VHB hanya dapat
terjadi melalui 2 cara, yaitu :
o tembus kulit oleh tusukan jarum atau alat lain yang tercemar oleh bahan yang infektif
apparent perkutaneous inoculations (cara penularan parental)
o kontak antara bahan yang infektif pada kulit dengan kelainan atau lesi (inapparent
percutaneous inculations) (Francis,1981).
2. cara penularan melalui mukosa
 Selaput lendir yang menurut penelitian dapat menjadi port d’entre infeksi
VHB adalah selaput lendir: mulut, mata, hidung, saluran makanan bagian
bawah dan alat kelamin (Frances, dkk, 1981).
3. cara penularan melaui perinatal (penularan vertikal)
Penularan
 Salah satu cara penularan melalui mukosa yang sangat penting  hubungan
kelamin.
42% suami atau istri mendapat penularan. Terbukti pula bahwa hubungan
kelamin dengan banyak pasangan mningkatkan kemungkinan penularan infeksi
HBV.
 Wanita tuna susila pada umumnya menunjukkan prevalensi serologik infeksi
HBV yang relatif tinggi dibandingkan dengan populasi pada umumnya.
 Penularan melalui hubungan seksual ini, bisa juga terjadi pada hubungan kelamin
homoseksual.
 Walaupun hubungan kelamin tidak selalu disertai kontak dengan darah tetapi
pada hubungan tersebut kemungkinan untuk terjadinya pertukaran cairan antara
pasangan seksual sangat besar.
 Didaerah dengan prevalensi infeksi virus B rendah, penularan biasanya terjadi
pada orang dewasa, sedangkan diderah dengan prevalensi tinggi penularan
kebanyakan terjadi pada masa bayi dan anak – anak.
 Makin muda umur seorang anak mendapat infeksi virus B maka makin besar
kemungkinan menjadi persisten.
 Pada orang dewasa yang terkena infeksi virus B kemungkinan persistensi infeksi
hanya 5 – 10%.
 Tetapi pada anak – anak dibawah umur 3 tahun, angka persisten yang timbul
akibat infeksi pada masa bayi dan anak – anak inilah yang banyak menimbulkan
kasus sirosis hati dan hepatoma dikemudian hari.
 Ketersediaan vaksin yang efektif, skrining darah donor yang optimal, serta
prosedur sterilisasi derivat darah yang lebih baik secara substansial telah
menurunkan risiko infeksi.
Faktor yang Mempengaruhi
Efektivitas Penularan

 Konsentrasi virus
 Volume Inoculume
 Lama “exposure”
 Cara masuk VHB ke dalam tubuh
 Kesetaraan individu yang bersangkutan
KONSENTRASI VIRUS
 Indikator VHB yang paling praktis dan paling baik adalah HBe Ag (France, dkk,
1981 ; Dienstag, 1984).
 Bila HBe Ag (+) maka penularan akan terjadi pada 10 – 20% individu
 Bila HBe Ag (-) kemungkinan penularan hanya 1 – 2,5% (Seef dkk, 1978).
 Dalam penularan perinatal:
 Bila HBe Ag ibu (+), maka penularan dpat terjadi pada 90 – 100% bayi yang
dilahirkan.
 Bila HBe Ag ibu (-), maka penularan hanya terjadi pada 10 – 25% bayi yang
dilahirkan.
(Okada, dkk,1976, Stevens dkk, 1976).
VOLUME INOKULUM

 Setelah tranfusi dengan darah yang VHBs Ag Positif kemungkinan untuk


timbulnya infeksi sampai 75%.
 Sedangkan risiko untuk mendapat infeksi VHB setelah suntikan dengan
jarum yang tercemar oleh darah yang HBs Ag Positif adalah kurang dari
15%.
 Makin besar volume inoculume, masa tunas dari penyakit makin pendek dan
gejala klinik makin berat.
LAMA “EXPOSURE”

 Penularan infeksi VHB perinatal melalui tusukan jarum yang tercemar oleh
darah yang HBs Ag dan Hbbe positif hanya menimbulkan infeksi pada 10 –
20%.
 Sedangkan penularan melalui hubungan seksual pada suami istri terjadi pada
23 – 42% dari kasus, (dkk 1977).
 Hal ini dapat diterangkan karena penularan melalui hubungan seksual pada
suami istri terjadi berulang kali dan dalam waktu yang lebih lama (Diestag,
1984).
CARA MASUK HBV KE DALAM TUBUH
 Penularan perkutan HBs Ag bisa Positif dalam waktu 1 minggu dan SGPT
sudah meningkat 6 minggu setelah penularan.
 Penularan peroral HBs Ag baru positif 2 bulan setelah penularan dan SGPT
meningkat dalam 3 bulan.
 Hal tersebut mungkin disebabkan karena perbedaan jumlah virus yang
berhasil masuk kedalam peredaran darah dan mencapai hati.
(Dienstag 1984).
KESETARAAN INDIVIDU YANG BERSANGKUTAN
 Walaupun suatu cara penularan ukup efektif tetapi bila individu
tersebut sudah kebal maka tak akan terjadi penularan.
(Dienstag 1984)
Manifestasi Klinik

Ada tiga manifestasi utama infeksi Virus Heptitis B adalah


 hepatitis akut
 hepatitis kronik
 carrier sehat
Hepatitis Akut :
Perjalanan penyakit dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
 Masa inkubasi berkisar antara 28 – 225 dengan rata – rata 75 hari. Tergantung
pada dosis inokulum yang infektif makin besar dosis makin pendek masa
inkubasi HB.
 Fase pra ikterik : keluhan paling dini adalah malaise disertai anorexia dan
dysgensia (perubahan pada rasa) mual sampai muntah serta rasa tidak enak
pada perut kanan atas. Febris jarang didapatkan dan walaupun ada tinggi. Pada
fase ini dapat terjadi febris, gejala kulit dan anthralgin.
 Fase ikterik : berkisar antara 1 sampai 3 minggu, tetapi juga dapat terjadi hanya
beberapa hari atau selama 6 – 7 bulan.
 Fase penyembuhan
Gejala fisik pada hepatitis akut
 Hepatomegali, biasanya tidak terlalu besar
 Nyeri tekan daerah hati tanpa tanda – tanda
hepatomegali (lebih banyak)
 Splenomegali ringan: 10 – 25% kasus
 Pembesaran kelenjar bening ringan
Laboratorium
o Billirubin serum meningkat.
o Kadar enzim aminotransferase (SGOT & SGPT) meningkat.
o Kadar alfa fetoprotein mencapai 400 ng/l.
o HBs Ag positif  masa tunas sudah positif.
o HBe Ag positif menjadi negatif dengan timbulnya gejala.
o DNA polymerase & DNA VHB positif menjadi negatif dengan timbulnya
gejala.
o Anti – HBc positif sebelum permulaan timbulnya gejala.
o Anti – HBs positif pada fase penyembuhan.
Hepatitis B Kronis :
 keradangan dan nekrosis pada hati yang menetap (persistent) akibat infeksi
Virus Hepatitis B dan gangguan faal hati tetapi terjadi selama lebih dari 6 bulan
 Umumnya penderita menunjukkan keluhan yang ringan dan tidak khas.
Pemeriksaan fisik juga tidak khas.
 Faktor – faktor predisposisi yang mempengaruhi seorang yang menderita
infeksi virus hepatitis B mengalami infeksi VHB akut atau kronik, yaitu:
o umur
o jenis kelamin
o faktor imunologik
 Neonatus : 90 – 100% akan menjadi infeksi kronik, bila infeksi VHB terjadi
saat dilahirkan.
 Bila infeksi HBV terjadi pada anak – anak kecil kemungkinan infeksi
menjadi kronik : 20 – 30%.
 Infeksi HBV pada orang dewasa akan menjadi kronik pada 5 – 10%.
Pencegahan Inveksi HBV
 Pemeriksaan HBs Ag sebelum transfusi darah dan tidak
menggunakan menggunakan darah yang HBs Ag positif.
 Imunisasi (pasif, aktif ,dan gabungan imunisasi pasif dan aktif
 Imunisasi pasif dengan hepatitis B imune globulin (HB Ig).
 Untuk pencegahan infeksi pada lingkungan endemik
 Untuk pencegahan hepatitis pasca transfusi
 Untuk pencegahan infeksi HBV akibat hemodialins
 Untuk pencegahan infeksi HBV akibat hubungan kelamin
 Untuk pencegahan infeksi HBV melalui tusukan jarum
 Untuk pencegahan infeksi HBV parinatal
Program Pemerintah
 Imunisasi merupakan salah satu upaya P3M yang dilakukan untuk mencegah penyakit
hepatitis. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat
dihindari dengan imunisasi yaitu seperti Hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus,
batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
 Hingga saat ini, vaksinasi Hepatitis yang telah menjadi program nasional adalah
program imunisasi Hepatitis B. Imunisasi Hepatitis B masuk dalam program nasional
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan sejak bulan
April 1997.Adapun strategi penggunaan Uniject untuk imunisasi pada bayi baru lahir
dilaksanakan sejak tahun 2003.

Anda mungkin juga menyukai