Anda di halaman 1dari 23

Epidemiologi hepatitis

Epidemiologi

l Secara global, lebih dari 350 juta orang terinfeksi virus


hepatitis B. Diperkirakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi virus hepatitis B.
l Prevalensi nasional di tiap Negara di dunia berkisar antara
0,5% di AS dan Eropa Utara sampai 10% di daerah Asia.
l Infeksi HBV menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap
tahun
Epidemiologi

l di seluruh dunia kurang lebih 2 milyar


penduduk dunia pernah terinfeksi oleh Virus
Hepatitis B (HBV)
l sekitar 400 juta orang pengidap kronik
hepatitis di dunia,
l Secara global terdapat 3 kategori daerah atau negara di mana
prevalensi infeksi hepatitis B di daerah tersebut dikategorikan :
– prevalensi tinggi (>8%)
– intermediet (2-8%)
– prevalensi rendah (<2%)
l Daerah yang termasuk endemis tinggi di antaranya adalah Asia
Tenggara (termasuk Indonesia, daerah Pasifik kecuali Jepang),
Australia, dan Selandia Baru, sub sahara di Afrika, sebagian Timur
Tengah, Asia Tengah, dan beberapa negara Eropa Timur.
l Di daerah-daerah ini prevalensi infeksi berkisar antara 70-90% terjadi
pada populasi di bawah 40 tahun, dan 8 hingga 20% populasi menjadi
carrier.
Pendahuluan

l Di Indonesia :
l jumlah penderita Hepatitis B dan C saat ini diperkirakan mencapai 30 juta
orang, sekitar 15 juta orang dari penderita Hepatitis B dan C berpotensi
mengalami chronic liver disease.
Pendahuluan

l Dari angka – angka tersebut Indonesia digolongkan


daerah prevalensi infeksi sedang dan tinggi menurut
klasifikasi WHO (Deinhart dan Gust, 1982).
– prevalensi didaerah pedesaan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan didaerah kota terutama pada
kelompok masyarakat yang terpencil termasuk yang tinggal
di pulau – pulau kecil.
Riskesdas 2007 :
lprevalensi Nasional Hepatitis klinis sebesar 0,6% (rentang 0,2% – 1,9%)
lTercatat 13 provinsi mempunyai prevalensi di atas angka nasional dan
tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur.
lPenderita Hepatitis C sebagaian besar dialami oleh kelompok umur 30-
39 tahun yaitu sekitar 29,6% dan kelompok umur 20-29 tahun yaitu
sekitar 27,0%.
lSelain itu terdeteksi pula bahwa Hepatitis C juga diderita oleh kelompok
umur sangat muda (0-9 tahun) yaitu sekitar 0,2 % dan pada kelompok
usia lanjut ( 70 tahun ke atas) yaitu sekitar 5,4%
l Dalam tinjauan epidemiologi molekuler, HBV sendiri saat ini
diklasifikasikan menjadi 8 genotipe (A sampai H)  mencerminkan
distribusi geografis yang bersifat local specific :
– HBV genotipe A lazim di Eropa, Afrika, dan India dan genotipe
HBV B dan C yang dominan di sebagian besar bagian Asia,
termasuk China, Jepang, dan Indonesia.
– Genotipe D adalah umum di daerah Mediterania, Timur Tengah
dan India, sedangkan E genotipe terlokalisir di sub-Sahara Afrika.
– Genotipe F dan H hanya diidentifikasi di Amerika Tengah dan
Selatan.
– Genotip G telah ditemukan di Perancis, Jerman, dan Amerika
Serika
l Salah satu arti penting dari epidemiologi molekuler HBV ini :
– perbedaan dalam distribusi geografis itu sendiri, ada bukti yang
berkembang bahwa genotipe HBV juga dapat mempengaruhi hasil
klinis dari penyakit hati.
– Di antara pasien Asia yang merupakan sekitar 75% dari pembawa
HBV di seluruh dunia, telah menunjukkan bahwa HBV genotipe C
lebih sering berhubungan dengan penyakit hati yang berat dan
pengembangan sirosis dan kanker hati daripada genotipe VHB B
Agent

l Virus B berupa partikel 2 lapis berukuran 42 nm.


l Lapisan luar virus ini terdiri atas antigent yang disingkat HBs Ag
(Hepatitis B-Surface Antigent)
l Antigent permukaan ini membungkus bagian dalam virus yang disebut
partikel inti atau core.
Cara penularan

l Penularan infeksi HBV dapat dibagi menjadi 3 cara yaitu


– cara penularan melalui kulit
l Virus tidak dapat menembus kulit yang utuh  infeksi VHB melalui
hanya dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:
– tembus kulit oleh tusukan jarum atau alat lain yang tercemar oleh bahan
yang infektif (apparent perkutaneous inoculations (cara penularan
parental)
– kontak antara bahan yang infektif pada kulit dengan kelainan atau lesi
(inapparent percutaneous inculations)(Francis,1981).
– cara penularan melalui mukosa
l Selaput lendir yang menurut penelitian dapat menjadi port d’entre
infeksi VHB adalah selaput lendir: mulut, mata, hidung, saluran
makanan bagian bawah dan alat kelamin (Frances, dkk,1981).
– cara penularan melaui perinatal (penularan vertikal)
Kelompok Risiko Tinggi Tertular

l Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi


l Balita yang dalam keseharian berada di penitipan anak atau di perumahan
dengan anak lain di daerah endemik
l Pekerja kesehatan
l Pengguna narkoba suntik yang berbagi jarum tidak steril
l Penderita yang berbagi peralatan medis atau gigi yang tidak steril
l Orang memberikan atau menerima akupunktur dan / atau tato dengan
peralatan medis yang tidak steril
l Orang yang tinggal di daerah atau bepergian ke daerah endemik hepatitis B
l Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki
Kelompok populasi dengan risiko
tertular yang tinggi

– staf serta penderita pada tempat perawatan untuk Px


dengan lemah mental.
– penghuni institusi yang besifat tertutup, misalnya penjara
dll.
– pecandu narkotika (menggunakan obat suntik)
– petugas kesehatan yang sering berhubungan dengan
darah maupun produk yang berasal dari darah
– penderita yang sering mendapat transfusi darah misal :
penderita thelasemia, hemofilia, dll
Cara penularan

l Salah satu cara penularan melalui mukosa yang sangat penting 


hubungan kelamin. 42% suami atau istri mendapat penularan. Terbukti
pula bahwa hubungan kelamin dengan banyak pasangan mningkatkan
kemungkinan penularan infeksi HBV.
l wanita tuna susila pada umumnya menunjukkan prevalensi serologik
infeksi HBV yang relatif tinggi dibandingkan dengan populasi pada
umumnya
l penularan melalui hubungan seksual ini, bisa juga terjadi pada
hubungan kelamin homoseksual.
l Walaupun hubungan kelamin tidak selalu disertai kontak dengan
darah tetapi pada hubungan tersebut kemungkinan untuk terjadinya
pertukaran cairan antara pasangan seksual sangat besar
Penularan

l Didaerah dengan prevalensi infeksi virus B rendah, penularan


biasanya terjadi pada orang dewasa, sedangkan diderah
dengan prevalensi tinggi penularan kebanyakan terjadi pada
masa bayi dan anak – anak
l Makin muda umur seorang anak mendapat infeksi virus B maka
makin besar kemungkinan menjadi persisten.
l Pada orang dewasa yang terkena infeksi virus B kemungkinan
persistensi infeksi hanya 5 – 10%. Tetapi pada anak – anak
dibawah umur 3 tahun, angka persisten yang timbul akibat
infeksi pada masa bayi dan anak – anak inilah yang banyak
menimbulkan kasus sirosis hati dan hepatoma dikemudian hari.
l ketersediaan vaksin yang efektif, skrining darah donor yang
optimal, serta prosedur sterilisasi derivat darah yang lebih baik
secara substansial telah menurunkan risiko infeksi.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan

l konsentrasi virus
l lama “exposure”
l cara masuk VHB kedalam tubuh
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan

l konsentrasi virus
– indikator VHB yang paling praktis dan paling baik adalah
Hbe Ag (France, dkk,1981, Dienstag, 1984).
– Bila Hbe Ag (+) maka penularan akan terjadi pada 10 –
20% individu
– Bila Hbe Ag (-) kemungkinan penularan hanya 1 – 2,5%
(Seef dkk, 1978).
– dalam penularan perinatal:
l bila Hbe Ag ibu (+), maka penularan dpat terjadi pada 90 –
100% bayi yang dilahirkan.
l Bila Hbe Ag ibu (-), maka penularan hanya terjadi pada 10 –
25% dari bayi yang dilahirkan (Okada, dkk,1976, Stevens
dkk, 1976).
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan

l Volume inokulum
– setelah tranfusi dengan darah yang VHBs Ag Positif
kemungkinan untuk timbulnya infeksi sampai 75%.
– Sedangkan risiko untuk mendapat infeksi VHB setelah
suntikan dengan jarum yang tercemar oleh darahyang HBs
Ag Positif adalah kurang dari 15%
– Makin besar volume inoculume, masa tunas dari penyakit
makin pendek dan gejala klinik makin berat.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan

l lama “exposure”
– penularan infeksi VHB perinatal melalui tusukan jarum
yang tercemar oleh darah yang HBs Ag dan Hbbe positif
hanya menimbulkan infeksi pada 10 – 20%. Sedangkan
penularan melalui hubungan seksual pada suami istri
terjadi pada 23 – 42% dari kasus, (dkk 1977).
– Hal ini dapat diterangkan karena penularan melalui
hubungan seksual pada suami istri terjadi berulang kali
dan dalam waktu yang lebih lama (Diestag, 1984).
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan

l cara masuk VHB kedalam tubuh


– penularan perkutan HBs Ag bisa Positif dalam waktu 1
minggu dan SGPT sudah meningkat 6 minggu setelah
penularan.
– Penularan peroral HBs Ag baru positif 2 bulan setelah
penularan dan SGPT meningkat dalam 3 bulan.
– Hal tersebut mungkin disebabkan karena perbedaan
jumlah virus yang berhasil masuk kedalam peredaran
darah dan mencapai hati (Dienstag 1984).
l kesetaraan individu yang bersangkutan:
– walaupun suatu cara penularan ukup efektif tetapi bila
individu tersebut sudah kebal maka tak akan terjadi
penularan (Dienstag 1984).
Kelompok populasi dengan risiko
tertular yang tinggi

– individu yang sering berganti – ganti pasangan seksual


– pria homo seksual
– suami/istri atau anggota keluarga penderita yang
menderita infeksi VHB kronik
– bayi yang dilahirkan oleh ibu yang HBs Ag positif
– individu – individu yang tinggal didaerah dengan
prevalensi infeksi VHB yang tinggi
– populasi dari golongan sosial – ekonomi rendah yang
tinggal dalam daerah berjejal (crowded) dan higiene
kurang walaupun tinggal didaerah dengan prevalensi
infeksi VHB rendah.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai