Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2011,
sepertinganya dibebkan oleh penyakit infeksi. (Health CareAssociated, 2012) Penyakit infeksi
yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi tuberculosis paru yang saat
ini menduduki urutan ketiga terbanyak didunia, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria
dan diare. Selain itu Indonesia juga menghadapi emerging disease (penyakit yang baru
berkembang) seperti HIV / AIDS dan Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) dan re-
emerging disease (penyakit yang sebelumnya mulai menurun, tetapi menigkat kembali) seperti
demam berdarah dengue (DBD) dan TB Paru. (Indonesia, 2013).
1.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kepada keluarga yang mengalami penyakit
infeksi dan masalah manajemen kesehatan tidak efektif dengan cara memberikan edukasi
kesehatan
1.2.2 Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa kepada keluarga yang mengalami penyakit
infeksi
1.2.3 Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan kepada keluarga yang
mengalami penyakit infeksi
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penyakit infeksi yang dialami oleh keluarga
dan cara penanganan dan pencegahannya
Dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan pengkajian kepada keluarga yang mengalami
penyakit infeksi
Berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Berisi tentang teori dari masalah yang diangkat dan konsep teori keperawatan
1.4.4. Aplikasi asuhan keperawatan berisi Pengkajian keperawatan, Diagnosa keperawatan, dan
Rencana asuhan keperawatan.
Ciri–ciri kehidupan mikroba patogen tersebut di atas, merupakan sifat–sifat spesifik mikroba
patogen dalam upaya mempertahankan hidupnya. Cara mikroba tersebut menyerang /menginvasi
pejamu / manusia adalah melalui tahapan sebagai berikut.
1. Sebelum berpindah ke pejamu (calon penderita), mikroba pathogen tersebut hidup dan
berkembang biak pada reservoir (orang / penderita, hewan, benda–benda lain).
2. Untuk mencapai pejamu (calon penderita), diperlukan adanya suatu mekanisme penyebaran.
3. Untuk masuk ke tubuh pejamu (calon penderita), mikroba pathogen memerlukan pintu masuk
seperti kulit / mukosa yang terluka, hidung, rongga mulut, dan sebagainya.13 Masing-masing
mikroba patogen memiliki jeda waktu yang berbeda dari saat masuknya mikroba pathogen
tersebut melalui jalan masuk sampai timbulnya manifestasi klinis.
4. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat diserang oleh mikroba patogen, namun
kebanyakan mikroba pathogen hanya menyerang organ–organ tubuh tertentu dari pejamu (target
organ) secara selektif.
5. Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis dari mikroba patogen
terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa faktor berikut.
a. Infeksivitas
Besarnya kemampuan yang dimiliki mikroba patogen untuk melakukan invasi, berkembang biak
dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jaringan tubuh pejamu.
b. Patogenitas
Derajat respon / reaksi pejamu untuk menjadi sakit.
c. Virulensi
Besarnya kemampuan yang dimiliki mikroba patogen untuk merusak jaringan pejamu.
d. Toksigenitas
Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan toksin, di mana toksin tersebut akan
berpengaruh bagi tubuh pejamu dalam perjalanan penyakitnya.
e. Antigenitas
Kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (antibody)
pada diri pejamu. Kondisi ini akan mempersulit mikroba patogen itu sendiri untuk berkembang
biak, karena mekanisme tersebut akan memperlemah respon tubuh pejamu untuk menjadi sakit.
Menurut Segitiga Epidemiologi, faktor–faktor agen penyebab penyakit, pejamu, dan lingkungan
saling berinteraksi satu sama lain. Lingkungan sering kali berpengaruh positif terhadap
perkembangbiakan mikroba patogen serta transmisinya ke pejamu, dan tidak jarang pula hal
tersebut akan berpengaruh negatif terhadap pejamu. Hasil akhirnya adalah pejamu menjadi
seorang penderita (sakit) penyakit infeksi. Contoh yang mudah ditemukan adalah lingkungan
rumah sakit. Lingkungan ini sangat berpotensi untuk menyebarkan dan menularkan mikroba
patogen yang berakibat timbulnya kasus–kasus yang disebut infeksi nosokomial.
Selama tahun 1958-1959 Dorothea Orem sebagai seorang konsultan pada bagian
pendidikan Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan dan berpartisipasi dalam suatu
proyek pelatihan peningkatan praktek perawat
(vokasional). Pekerjaan ini menstimulasi Orem untuk membuat suatu pertanyaan : “Kondisi apa
dan kapan seseorang membutuhkan pelayanann keperawatan?” Orem kemudian menekankan ide
bahwa seorang perawat itu adalah “Diri sendiri”.
Ide inilah yang kemudian dikembangkan dalam konsep keperawatannya “Self Care”.
Pada tahun 1959 konsep keperawatn Orem ini pertama sekali dipublikasikan. Tahun 1965 Orem
bekerjasama dengan beberapa anggota fakultas dari Universitas di Amerika untuk membentuk
suatu Comite Model Keperawatan (Nursing Model Commitee).
Tahun 1968 bagian dari Nursing Model Committe termasuk Orem melanjutkan pekerjaan
mereka melalui Nursing Development Conference Group (NDCG). Kelompok ini kemudian
dibentuk untuk menghasilkan suatu kerangka kerja konseptual dari keperawatan dan menetapkan
disiplin keperawatan. Orem Kemudian mengembangkan konsep keperawatanya “ self care” dan
pada tahun 1971 dipublikasikan Nursing; Concepts of Practice. Pada edisi pertama fokusnya
terhadap individu, sedangkan edisi kedua (1980), menjadi lebih luas lagi meliputi multi person
unit (keluarga, kelompok dan masyarakat). Edisi ketiga (1985) Orem menghadirkan General
Theory Keperawatan dan pada edisi keempat (1991) Orem memberikan penekanan yang lebih
besar terhadap anak-anak, kelompok dan masyarakat. Orem mengembangkan teori Self Care
Deficit meliputi 3 teori yang berkaitan yaitu :
3) Nursing system.
Ketiga teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep sentral yaitu; self care, self care
agency, kebutuhan self care therapeutik , self care defisit, nursing agency, dan nursing system ,
serta satu konsep perifer yaitu basic conditioning factor (faktor kondisi dasar).
Postulat self care teori mengatakan bahwa self care tergantung dari prilaku yang telah dipelajari,
individu berinisiatif dan membentuk sendiri untuk memelihara kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya.
1. Teori Self Care
Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami konsep self
care, self care agency basic conditioning factor dan kebutuhan self care therapeutik. Self care
adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk berinisiatif dan membentuk prilaku
mereka dalam memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk
dengan efektif maka hal tersebut akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi
manusia dan erat kaitannya dengan perkembangan manusia. Self care agency adalah kemampuan
manusia atau kekuatan untuk melakukan self care. Kemampuan individu untuk melakukan self
care dipengaruhi oleh basic conditioning faktor seperti; umur, jenis kelamin, status
perkembangan, status kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan
(diagnostik, penatalaksanaan modalitas), sistem keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta
ketersediaan sumber
17 Akses sarana air bersih Sumber : air hujan, kualitas air jernih
Harapan Keluarga :
Keluarga berharap kedepannya bisa menjadi keluarga yang sehat dan hidup sejahtera
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
16 Status Pemberian ASI anak ASI Esklusif sejak lahir, dan diberikan ketika
bayi menangis
17 Akses sarana air bersih Sumber : sumur pribadi
Harapan Keluarga :
Keluarga berharap kedepannya bisa menjadi keluarga yang sehat, selalu menjaga kesehatan baik
dilingkungan maupun di dalam rumah dan pada diri kita sendiri.
16 Status Pemberian ASI anak Diberikan ASI esklusif sejak bayi sampai umur
6 bulan dan diberikan setiap 3 jam
17 Akses sarana air bersih Sumber : sumur pribadi
Harapan Keluarga :
Keluarga sangat berharap semoga kedepannya bisa lebih menjaga kesehatan dan bisa sehat-sehat
selalu pada masa pandemi covid 19.
3 Agama Katolik
4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp 3.500.000/bln
5 Aktivitas rekreasi Keluarga sering ke pantai
6 Alat/media komunikasi Hand Phone
7 Penyakit yang diderita anggota Tuberkulosis
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas, setiap 1 tahun sekali
16 Status Pemberian ASI anak ASI Esklusif sejak lahir, dan diberikan ketika
bayi menangis
17 Akses sarana air bersih Sumber : sumur pribadi
22 Konsumsi sayur dan buah Jenis: sayur kangkung, kol, wortel, daun
singkong, dan buah pisang, pepaya dan apel
frekuensi dalam 1 minggu : setiap hari
23 Konsumsi Rokok Ayah
Harapan Keluarga :
Keluarga berharap kedepannya bisa menjadi keluarga yang sehat, selalu menjaga kesehatan baik
dilingkungan maupun di dalam rumah dan pada diri kita sendiri.
3 Agama Katolik
4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp. 3.000.000
5 Aktivitas rekreasi Refreshing, Pantai, Pantai Paniki
6 Alat/media komunikasi Handphone
7 Penyakit yang diderita anggota Tipes/Demam Tifoid
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas/tidak rutin
9 Jarak pelayanan kesehatan ± 10km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Suntik KB
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntik
23 Konsumsi Rokok -
24 Konsumsi Alkohol 1 liter/ dua kali seminggu
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih
Harapan Keluarga : Menjadi keluarga yang rukun dan bahagia, anggota keluarga sehat. Cita-cita
anak tercapai.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
A. Data Umum
23 Konsumsi Rokok -
24 Konsumsi Alkohol -
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih
Harapan Keluarga : Berharap sehat terus kedepannya dan lancar dalam setiap kegiata tanpa ada
hambatan ataupun terkena penyakit Menjadi keluarga sehat dan bahagia.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Data Umum
Harapan Keluarga : Harapan kedepannya tetap sehat dan terjaga dari virus serta penyakit lainnya
4.1 Analisa Data Komunitas
1. Data objektif :
1) Populasi penduduk
Laki-laki Perempuan
Berdasarkan tabel 1. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan, dengan kelompok umur terbanyak adalah 0-4 tahun.
Gambar 1. Piramida penduduk ini menggambarkan piramida muda atau expansive. Piramida
penduduk muda merupakan pramida dengan bentuk besar pada bagian bawah dan semakin
mengecil ke atas. Piramida ini menggambarkan angka kelahiran tinggi atau tingkat kematian
bayi rendah dan menyebabkan penduduk usia muda lebih banyak dari penduduk usia tua.
2. Pekerjaan penduduk
pekerjaan2
9% PNS
21% Petani
13% Wiraswasta
Pegawai swasta
Pensiunan
Tidak bekerja
17%
29%
11%
Berdasarkan tabel 2 dan gambar 2, dapat dilihat bahwa ada 91% penduduk yang bekerja dan 9%
yang tidak bekerja. Dengan mata pencaharian terbesar adalah petani, yaitu 29%.
Analisa SWOT dx 1
S: agar masyarakat dapat informasi dan memahami bagaimana menjaga kesehatan baik diri
maupun lingkungan
T: pemikiran setiap orang yang berbeda-beda di masyarakat sehingga ada beberapa yang belum
sadar akan pentingnya menjaga kesehatan
Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas