Anda di halaman 1dari 38

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang di butuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan.

Pelayanan keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,


keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah
terisolasi, dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia, dan ibu
hamil (Veronica, Nuraeni & Supriyono, 2017). Penyakit infeksi merupakan penyakit yang
menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Hal ini menjadi penyebab
utama meningkatnya angka morbidity dan mortalyti (Purnomo dkk, 2012).

Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2011,
sepertinganya dibebkan oleh penyakit infeksi. (Health CareAssociated, 2012) Penyakit infeksi
yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi tuberculosis paru yang saat
ini menduduki urutan ketiga terbanyak didunia, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria
dan diare. Selain itu Indonesia juga menghadapi emerging disease (penyakit yang baru
berkembang) seperti HIV / AIDS dan Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) dan re-
emerging disease (penyakit yang sebelumnya mulai menurun, tetapi menigkat kembali) seperti
demam berdarah dengue (DBD) dan TB Paru. (Indonesia, 2013). 

Pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standart perawatan komunitas


yang mencangkup berbagai unsur dan komponen. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut bersifat
umum dan komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
yang memiliki kontribusi bagi kesehatan,pendidikan, manajemen serta kondisi dan kontinuitas
pelayanan yang holistic.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kepada keluarga yang mengalami penyakit
infeksi dan masalah manajemen kesehatan tidak efektif dengan cara memberikan edukasi
kesehatan

1.2.2 Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa kepada keluarga yang mengalami penyakit
infeksi
1.2.3 Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan kepada keluarga yang
mengalami penyakit infeksi

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penyakit infeksi yang dialami oleh keluarga
dan cara penanganan dan pencegahannya

1.3.2 Bagi Mahasiswa

Dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan pengkajian kepada keluarga yang mengalami
penyakit infeksi

1.4 Sistematika Penulisan

1.4.1. BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

1.4.2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang teori dari masalah yang diangkat dan konsep teori keperawatan

1.4.3 Kerangka Konsep

Berisi WOC dan aplikasi teori keperawatan dalam asuhan keperawatan

1.4.4. Aplikasi asuhan keperawatan berisi Pengkajian keperawatan, Diagnosa keperawatan, dan
Rencana asuhan keperawatan.

1.4.5 Pembahasan Diagnosa

1.4.6 Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran


BAB II

2.1 Pengertian Infeksi


Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan
bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara
bertahan hidup dengan berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan
mampu mencari reservoir lainnya yang baru dengan cara menyebar atau
berpindah. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi
orang-orang yang dalam kondisi sehat, lebih-lebih bagi orang-orang yang
sedang dalam keadaan sakit.
Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orang yang sedang sakit serta sedang dalam
proses asuhan keperawatan di rumah sakit akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari
penyebaran mikroba patogen ini. Secara garis besar, mekanisme transmisi mikroba patogen ke
pejamu yang rentan (suspectable host) dapat terjadi melalui dua cara.
1. Transmisi langsung (direct transmission)
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu. Sebagai
contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet saat bersin, batuk,
berbicara, atau saat transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi tidak langsung (indirect transmission)
Penularan mikroba pathogen melalui cara ini memerlukan adanya “media perantara” baik berupa
barang / bahan, udara, air, makanan / minuman, maupun vektor.
A. Vehicle-borne
Dalam kategori ini, yang menjadi media perantara penularan adalah barang / bahan yang
terkontaminasi seperti peralatan makan dan minum, instrumen bedah / kebidanan, peralatan
laboratorium, peralatan infus / transfusi.
B. Vector-borne
Sebagai media perantara penularan adalah vector (serangga), yang memindahkan mikroba
patogen ke pejamu dengan cara sebagai berikut.
a. Cara mekanis
Pada kaki serangga yang menjadi vektor melekat kotoran / sputum yang mengandung mikroba
patogen, lalu hinggap pada makanan / minuman, dimana selanjutnya
akan masuk ke saluran cerna pejamu.
b. Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus perkembangbiakan dalam tubuh
vektor / serangga, selanjutnya mikroba berpindah tempat ke tubuh pejamu melalui gigitan.
C. Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang terbukti cukup efektif untuk menjadi saran
penyebaran mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk saluran cerna
D. Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama untuk kebutuhan
rumah sakit, adalah suatu hal yang mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik,
kimiawi, dan bakteriologis, diharapkan telah bebas dari mikroba patogen sehingga aman untuk
dikonsumsi manusia. Jika tidak, sebagai salah satu media perantara, air sangat mudah
menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk saluran cerna maupun pintu
masuk lainnya.
E. Air-borne
Udara bersifat mutlak diperlukan bagi setiap orang, namun sayangnya udara yang telah
terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dapat dideteksi. Mikroba patogen dalam
udara masuk ke saluran napas pejamu dalam bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh
penderita (reservoir) saat batuk atau bersin, bicara atau bernapas melalui mulut atau hidung.
Sedangkan dust merupakan partikel yang dapat terbang bersama debu lantai / tanah. Penularan
melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam
gedung, ruangan / bangsal / kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik. Mekanisme
transmisi mikroba patogen atau penularan penyakit infeksi pada manusia sangat jelas tergambar
dalam uraian di atas, dari reservoir ke pejamu yang peka atau rentan. Dalam riwayat perjalanan
penyakit, pejamu yang peka (suspectable host) akan berinteraksi dengan mikroba patogen, yang
secara alamiah akan melewati 4 tahap.
1. Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih berada dalam kondisi yang relatif sehat, namun kondisi tersebut
cenderung peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit
seperti umur, keadaan fisik, perilaku / kebiasaan hidup, sosial-ekonomi, dan lain-lain. Faktor–
faktor predisposisi tersebut akan mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba
patogen) untuk dapat berinteraksi dengan pejamu.
2. Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba pathogen akan mulai beraksi, namun tanda dan gejala
penyakit belum tampak (subklinis). Saat mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh pejamu
hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit dikenal sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi
satu penyakit berbeda dengan penyakit lainnya; ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula yang
sampai bertahun-tahun.
3. Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi-fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan gejala
(signs and symptomps) dari suatu penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan
secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih
mampu melakukan aktivitas sehari–hari dan masih dapat diatasi dengan berobat jalan. Pada
tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena penyakit bertambah parah
baik secara objektif maupun subjektif. Pada tahap ini penderita sudah tidak mampu lagi
melakukan aktivitas sehari–hari dan jika berobat, umumnya harus melakukan perawatan.
4. Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan semua jenis penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut
dapat berakhir dengan 5 alternatif.
a. Sembuh sempurna
Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi sel / jaringan / organ tubuh
kembali seperti semula saat sebelum sakit.
b. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk
cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
c. Pembawa (carrier)
Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejala
penyakit. Pada tahap ini agen penyebab penyakit masih ada dan masih memiliki potensi untuk
menjadi suatu sumber penularan.
d. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau tidak berubah
e. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi-fungsi organ yang menyebabkan
kematian.

Sifat–Sifat Penyakit Infeksi


Sebagai agen penyebab penyakit (biotis), mikroba patogen memiliki sifat–sifat khusus yang
sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya (abiotis). Sebagai makhluk hidup,
mikroba patogen memiliki ciri–ciri kehidupan, yaitu :
1. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak
2. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya
(habitat–reservoir)
3. Bergerak dan berpindah tempat (dinamis)

Ciri–ciri kehidupan mikroba patogen tersebut di atas, merupakan sifat–sifat spesifik mikroba
patogen dalam upaya mempertahankan hidupnya. Cara mikroba tersebut menyerang /menginvasi
pejamu / manusia adalah melalui tahapan sebagai berikut.
1. Sebelum berpindah ke pejamu (calon penderita), mikroba pathogen tersebut hidup dan
berkembang biak pada reservoir (orang / penderita, hewan, benda–benda lain).
2. Untuk mencapai pejamu (calon penderita), diperlukan adanya suatu mekanisme penyebaran.
3. Untuk masuk ke tubuh pejamu (calon penderita), mikroba pathogen memerlukan pintu masuk
seperti kulit / mukosa yang terluka, hidung, rongga mulut, dan sebagainya.13 Masing-masing
mikroba patogen memiliki jeda waktu yang berbeda dari saat masuknya mikroba pathogen
tersebut melalui jalan masuk sampai timbulnya manifestasi klinis.
4. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat diserang oleh mikroba patogen, namun
kebanyakan mikroba pathogen hanya menyerang organ–organ tubuh tertentu dari pejamu (target
organ) secara selektif.
5. Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis dari mikroba patogen
terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa faktor berikut.
a. Infeksivitas
Besarnya kemampuan yang dimiliki mikroba patogen untuk melakukan invasi, berkembang biak
dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jaringan tubuh pejamu.
b. Patogenitas
Derajat respon / reaksi pejamu untuk menjadi sakit.
c. Virulensi
Besarnya kemampuan yang dimiliki mikroba patogen untuk merusak jaringan pejamu.
d. Toksigenitas
Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan toksin, di mana toksin tersebut akan
berpengaruh bagi tubuh pejamu dalam perjalanan penyakitnya.
e. Antigenitas
Kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (antibody)
pada diri pejamu. Kondisi ini akan mempersulit mikroba patogen itu sendiri untuk berkembang
biak, karena mekanisme tersebut akan memperlemah respon tubuh pejamu untuk menjadi sakit.
Menurut Segitiga Epidemiologi, faktor–faktor agen penyebab penyakit, pejamu, dan lingkungan
saling berinteraksi satu sama lain. Lingkungan sering kali berpengaruh positif terhadap
perkembangbiakan mikroba patogen serta transmisinya ke pejamu, dan tidak jarang pula hal
tersebut akan berpengaruh negatif terhadap pejamu. Hasil akhirnya adalah pejamu menjadi
seorang penderita (sakit) penyakit infeksi. Contoh yang mudah ditemukan adalah lingkungan
rumah sakit. Lingkungan ini sangat berpotensi untuk menyebarkan dan menularkan mikroba
patogen yang berakibat timbulnya kasus–kasus yang disebut infeksi nosokomial.

Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Infeksi


Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah
tindakan yang harus diutamakan. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan
dengan cara memutuskan rantai penularannya. Rantai penularan adalah suatu
rangkaian proses berpindahnya mikroba patogen dari sumber penularan
(reservoir) ke pejamu dengan / tanpa media perantara.14 Jadi, kunci untuk
mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah dengan mengeliminasi
mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati mekanisme
transmisinya, khususnya yang menggunakan media perantara.
Sumber-sumber penularan atau reservoir yang telah diketahui adalah
orang (penderita), hewan, serangga (arthropoda) seperti lalat, nyamuk, kecoa,
yang sekaligus dapat berfungsi sebagai media perantara. Contoh lain adalah
sampah, limbah, ekskreta / sekreta dari penderita, sisa makanan, dan lain–lain.
Apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi budaya dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari–
hari, serta sanitasi lingkungan yang sudah terjamin,
diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi dapat ditekan serendah mungkin

Faktor Yang Mempengaruhi Infeksi :


Beberapa faktor yang dapat berperan dalam terjadinya infeksi dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Faktor intrinsik: seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum, resiko terapi, adanya penyakit
lain, tingkat pendidikan dan lamanya masa kerja.
2. Faktor ekstrinsik: seperti dokter, perawat, penderita lain, bangsal / lingkungan, peralatan,
material medis, pengunjung/keluarga, makanan dan minuman.
3. Faktor keperawatan: lamanya hari perawatan, menurunnya standar perawatan, dan padatnya
penderita.
4. Faktor mikroba patogen: kemampuan invasi / merusak jaringan, dan lamanya paparan. Tingkat
pendidikan merupakan faktor predisposisi seseorang untuk berperilaku, sehingga latar belakang
pendidikan merupakan faktor yang penting untuk mendasari dan memotivasi perilaku atau
memberikan referensi dalam memberikan pengalaman belajar.
2.2 Konsep Teori keperawatan

Selama tahun 1958-1959 Dorothea Orem sebagai seorang konsultan pada bagian
pendidikan Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan dan berpartisipasi dalam suatu
proyek pelatihan peningkatan praktek perawat
(vokasional). Pekerjaan ini menstimulasi Orem untuk membuat suatu pertanyaan : “Kondisi apa
dan kapan seseorang membutuhkan pelayanann keperawatan?” Orem kemudian menekankan ide
bahwa seorang perawat itu adalah “Diri sendiri”.
Ide inilah yang kemudian dikembangkan dalam konsep keperawatannya “Self Care”.
Pada tahun 1959 konsep keperawatn Orem ini pertama sekali dipublikasikan. Tahun 1965 Orem
bekerjasama dengan beberapa anggota fakultas dari Universitas di Amerika untuk membentuk
suatu Comite Model Keperawatan (Nursing Model Commitee).

Tahun 1968 bagian dari Nursing Model Committe termasuk Orem melanjutkan pekerjaan
mereka melalui Nursing Development Conference Group (NDCG). Kelompok ini kemudian
dibentuk untuk menghasilkan suatu kerangka kerja konseptual dari keperawatan dan menetapkan
disiplin keperawatan. Orem Kemudian mengembangkan konsep keperawatanya “ self care” dan
pada tahun 1971 dipublikasikan Nursing; Concepts of Practice. Pada edisi pertama fokusnya
terhadap individu, sedangkan edisi kedua (1980), menjadi lebih luas lagi meliputi multi person
unit (keluarga, kelompok dan masyarakat). Edisi ketiga (1985) Orem menghadirkan General
Theory Keperawatan dan pada edisi keempat (1991) Orem memberikan penekanan yang lebih
besar terhadap anak-anak, kelompok dan masyarakat. Orem mengembangkan teori Self Care
Deficit meliputi 3 teori yang berkaitan yaitu :

1). Self Care

2). Self care defisit dan

3) Nursing system.

Ketiga teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep sentral yaitu; self care, self care
agency, kebutuhan self care therapeutik , self care defisit, nursing agency, dan nursing system ,
serta satu konsep perifer yaitu basic conditioning factor (faktor kondisi dasar).
Postulat self care teori mengatakan bahwa self care tergantung dari prilaku yang telah dipelajari,
individu berinisiatif dan membentuk sendiri untuk memelihara kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya.
1. Teori Self Care
Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami konsep self
care, self care agency basic conditioning factor dan kebutuhan self care therapeutik. Self care
adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk berinisiatif dan membentuk prilaku
mereka dalam memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk
dengan efektif maka hal tersebut akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi
manusia dan erat kaitannya dengan perkembangan manusia. Self care agency adalah kemampuan
manusia atau kekuatan untuk melakukan self care. Kemampuan individu untuk melakukan self
care dipengaruhi oleh basic conditioning faktor seperti; umur, jenis kelamin, status
perkembangan, status kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan
(diagnostik, penatalaksanaan modalitas), sistem keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta
ketersediaan sumber

2. Kebutuhan self care therapeutik


(Therapeutic self acre demand) adalah merupakan totalitas dari tindakan self care yang
diinisiatif dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang
valid yang berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Konsep lain yang berhubungan
dengan teori self care adalah self care requisite. Orem mengidentifikasikan tiga katagori self care
requisite :
a. Universal meliputi; udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan istirahat, solitude dan
interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
b. Developmental, lebih khusus dari universal dihubungkan dengan kondisi yang
meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti; peke rjaan baru, perubahan
struktur tubuh dan kehilangan rambut.
c. Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat terjadinya perubahan
struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk melakukan self care akibat suatu
penyakit atau injury.
2. Teori Self Care Deficit
Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam teori ini
keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau
terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan
merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem
mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam membantu
self care:
a. Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.
b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d. Memberikan dan memelihara lingkungan
yang mendukung pengembangan personal.
e. Pendidikan.
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau semua metode
tersebut dalam memenuhi self care. Orem menggambarkan hubungan diantara konsep yang telah
dikemukakannya. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat pada saat memberikan
pelayanan keperawatan dapat digambarkan sebagi domain keperawatan. Orem (1991)
mengidentifikasikan lima area aktifitas keperawatan yaitu:
1. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan individu, keluarga,
kelompok sampai pasien dapat melegitimasi perencanaan keperawatan.
2. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.
3. Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk kontak
dan dibantu perawat.
4. Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung dalam bentuk
keperawatan.
5. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari
klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan
edukasional yang dibutuhkan atau yang akan diterima.
3. Teory Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan
pasien melakukan self care. Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care
terapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency adalah suatu properti atau atribut
yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang
dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan kebutuhan self
care terapeutik mereka, melalui pelatihan dan pengembangan self care agency

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


A. Data Umum

1. Nama kepala keluarga : Tn. R.M


2. Umur : 32 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Pekerjaan : Petani
7. Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
8. Alamat : Desa Mapanget Kab. Minahasa Utara
9. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak-anak

No N a m a Initial Jenis Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


Kelamin klg terakhir

1 R.M Laki-laki 32 Tahun Suami SMA Petani

2 J.M Perempuan 31 tahun Istri SMA IRT

3 Y.M Laki-laki 9 tahun Anak TK Pelajar

4 E.G.M Perempuan 1 tahun Anak - -

B. Data Kesehatan Keluarga :

No Jenis Data Hasil


1 Tipe Keluarga Keluarga Inti

2 Tingkat kesejahteraan keluarga Keluarga sejahtera III

3 Agama Kristen Protestan


4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp.1.000.000/bln
5 Aktivitas rekreasi Menonton film dirumah
6 Alat/media komunikasi Hand Phone
7 Penyakit yang diderita anggota ISK
keluarga (1 tahun terakhir)

8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas, tidak rutin

9 Jarak pelayanan kesehatan 6 km


10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Jalan kaki/naik motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Imunisasi dan vaksin
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan:
- Kb Implan selama 3 tahun dan akan
segera diganti.

13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS Kesehatan

14 Tempat Persalinan Ibu Dimana : Puskesmas


Profesi yang menolong : Bidan

15 Status Imunisasi anggota keluarga Imunisasi Lengkap

16 Status Pemberian ASI anak Eksklusif

17 Akses sarana air bersih Sumber : air hujan, kualitas air jernih

18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban : Jamban Jongkok


kebersihan jamban: Bersih

19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah : tempat sampah


pengelolaan sampah : dibakar

20 Jenis hewan Jenis hewan : Anjing

21 Aktivitas fisik Pergi ke kebun


22 Konsumsi sayur dan buah Jenis: Sayuran hijau seperti (kangkung, bayam,
kol, buah seperti pisang dan pepaya
frekuensi dalam 1 minggu : 2 kali dalam
seminggu

23 Konsumsi Rokok frekuensi : Perokok aktif, biasanya sehari 5


batang
24 Konsumsi Alkohol Tidak

25 Kebersihan lingkungan dan rumah Kebersihan lingkugan bersih


Kebersihan Rumah bersih

Harapan Keluarga :

Keluarga berharap kedepannya bisa menjadi keluarga yang sehat dan hidup sejahtera
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Data Umum

1. Nama kepala keluarga : C.B


2. Umur : 45 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
8. Alamat : Desa Mapanget Kab. Minahasa Utara
9. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan
anak-anak

No N a m a Initial Jenis Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


Kelamin klg terakhir

1 C.B Laki-laki 45 Tahun Suami SMA Wiraswasta

2 Y.T Perempuan 43 tahun Istri SMP PNS

3 M.B Laki-laki 17 tahun Anak SMP Pelajar

4 C.B Perempuan 8 tahun Anak TK Pelajar

5 A.B Perempuan 1 tahun Anak - -

B. Data Kesehatan Keluarga :

No Jenis Data Hasil


1 Tipe Keluarga Keluarga Inti

2 Tingkat kesejahteraan keluarga Keluarga sejahtera II

3 Agama Kristen Protestan


4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp 3.500.000/bln
5 Aktivitas rekreasi Keluarga sering ke pantai
6 Alat/media komunikasi Hand Phone
7 Penyakit yang diderita anggota ISPA
keluarga (1 tahun terakhir)

8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas, setiap 1 tahun sekali

9 Jarak pelayanan kesehatan 6 km


10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Naik motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Imunisasi, Vaksinasi Covid 19
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan:
- Menggunakan Pil KB

13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS Kesehatan

14 Tempat Persalinan Ibu Dimana : Rumah Sakit


Profesi yang menolong : Dokter

15 Status Imunisasi anggota keluarga Imunisasi Lengkap dari bayi

16 Status Pemberian ASI anak ASI Esklusif sejak lahir, dan diberikan ketika
bayi menangis
17 Akses sarana air bersih Sumber : sumur pribadi

18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban : Jamban jongkok


kebersihan jamban: Bersih
19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah : tempat sampah
pengelolaan sampah : dibakar

20 Jenis hewan Jenis hewan : Anjing

21 Aktivitas fisik Keluarga sering berolahraga seperti jogging di


pagi dan sore hari
22 Konsumsi sayur dan buah Jenis: sayur kangkung, kol, wortel, daun
singkong, dan buah pisang, pepaya dan apel
frekuensi dalam 1 minggu : 3 kali dalam
seminggu

23 Konsumsi Rokok Tidak ada

24 Konsumsi Alkohol Tidak ada

25 Kebersihan lingkungan dan rumah Kebersihan lingkugan bersih


Kebersihan Rumah bersih

Harapan Keluarga :

Keluarga berharap kedepannya bisa menjadi keluarga yang sehat, selalu menjaga kesehatan baik
dilingkungan maupun di dalam rumah dan pada diri kita sendiri.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


A. Data Umum

1. Nama kepala keluarga : Tn. F.A


2. Umur : 56 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Pekerjaan : PNS
7. Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
8. Alamat : Desa Mapanget Kab. Minahasa Utara
9. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan
anak-anak

No N a m a Initial Jenis Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


Kelamin klg terakhir

1 F.A Laki-laki 56 Tahun Suami SMA PNS

2 I.K Perempuan 55 tahun Istri SMA PNS

3 F.A Perempuan 16 tahun Anak SMP Pelajar

4 S.A Perempuan 14 tahun Anak SD Pelajar

B. Data Kesehatan Keluarga :

No Jenis Data Hasil


1 Tipe Keluarga Keluarga Inti

2 Tingkat kesejahteraan keluarga Keluarga sejahtera III

3 Agama Kristen Protestan


4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp 5.400.000 /bln
5 Aktivitas rekreasi Keluarga sering jalan-jalan ke pantai
6 Alat/media komunikasi Hand Phone
7 Penyakit yang diderita anggota Pneumonia
keluarga (1 tahun terakhir)

8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas, setiap 5 bulan sekali

9 Jarak pelayanan kesehatan 6 km


10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Jalan kaki/naik motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Imunisasi
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan:
- Menggunakan KB Pil

13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS Kesehatan

14 Tempat Persalinan Ibu Dimana : Puskesmas


Profesi yang menolong : Bidan dan Perawat

15 Status Imunisasi anggota keluarga Imunisasi Lengkap

16 Status Pemberian ASI anak Diberikan ASI esklusif sejak bayi sampai umur
6 bulan dan diberikan setiap 3 jam
17 Akses sarana air bersih Sumber : sumur pribadi

18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban : Jamban jongkok


kebersihan jamban: Bersih

19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah : tempat sampah


pengelolaan sampah : dibakar

20 Jenis hewan Jenis hewan : Anjing, ayam, dan kucing

21 Aktivitas fisik Jalan sehat


22 Konsumsi sayur dan buah Jenis: Bayam, wortel, sawi, sayur paku, terong,
buah pisang, pepaya, apel
frekuensi dalam 1 minggu : 3 kali dalam
seminggu

23 Konsumsi Rokok frekuensi : sedang, biasanya sehari 4 batang

24 Konsumsi Alkohol Jarang mengkonsumsi alkohol

25 Kebersihan lingkungan dan rumah Kebersihan lingkugan bersih


Kebersihan Rumah bersih

Harapan Keluarga :

Keluarga sangat berharap semoga kedepannya bisa lebih menjaga kesehatan dan bisa sehat-sehat
selalu pada masa pandemi covid 19.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


A. Data Umum

1. Nama kepala keluarga : F.L


2. Umur : 50 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Katolik
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Pekerjaan : Swasta
7. Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
8. Alamat : Desa Mapanget Kab. Minahasa Utara
9. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak

No N a m a Initial Jenis Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


Kelamin klg terakhir

1 F.L Laki-laki 50 Tahun Suami SMA Swasta

2 Y.T Perempuan 47 tahun Istri SMA Wirausuha

3 M.L Perempuan 21 tahun Anak SMA Pelajar

B. Data Kesehatan Keluarga :

No Jenis Data Hasil


1 Tipe Keluarga Keluarga Inti

2 Tingkat kesejahteraan keluarga Keluarga sejahtera II

3 Agama Katolik
4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp 3.500.000/bln
5 Aktivitas rekreasi Keluarga sering ke pantai
6 Alat/media komunikasi Hand Phone
7 Penyakit yang diderita anggota Tuberkulosis
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas, setiap 1 tahun sekali

9 Jarak pelayanan kesehatan 4 km


10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Naik motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Imunisasi, Vaksinasi Covid 19
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan:
- Menggunakan Pil KB

13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS Kesehatan

14 Tempat Persalinan Ibu Dimana : Rumah Sakit


Profesi yang menolong : Dokter

15 Status Imunisasi anggota keluarga Imunisasi Lengkap dari bayi

16 Status Pemberian ASI anak ASI Esklusif sejak lahir, dan diberikan ketika
bayi menangis
17 Akses sarana air bersih Sumber : sumur pribadi

18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban : Jamban jongkok


kebersihan jamban: Bersih

19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah : tempat sampah


pengelolaan sampah : dibakar

20 Jenis hewan Jenis hewan : Anjing dan Kucing

21 Aktivitas fisik Berolahraga seperti jogging di pagi hari

22 Konsumsi sayur dan buah Jenis: sayur kangkung, kol, wortel, daun
singkong, dan buah pisang, pepaya dan apel
frekuensi dalam 1 minggu : setiap hari
23 Konsumsi Rokok Ayah

24 Konsumsi Alkohol Tidak ada

25 Kebersihan lingkungan dan rumah Kebersihan lingkugan bersih


Kebersihan Rumah bersih

Harapan Keluarga :

Keluarga berharap kedepannya bisa menjadi keluarga yang sehat, selalu menjaga kesehatan baik
dilingkungan maupun di dalam rumah dan pada diri kita sendiri.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


A. Data Umum

1. Nama kepala keluarga : D.D


2. Umur : 28 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Katolik
5. Pendidikan terakhir : S1
6. Pekerjaan : Honorer
7. Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
8. Alamat : Desa Mapanget Kab.Minahasa Utara
9. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu,
dan anak
No N a m a Initial Jenis Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan
Kelamin klg terakhir

1 Tn. D. D Laki-laki 28 Tahun Suami S1 Honorer

2 Ny. N.B Perempuan 29 Tahun Istri SMA IRT

3 An. G.F.D Laki-laki 10 Tahun Anak SD Siswa

B. Data Kesehatan Keluarga :

No Jenis Data Hasil


1 Tipe Keluarga Keluarga Inti

2 Tingkat kesejahteraan keluarga Keluarga sejahtera II

3 Agama Katolik
4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp. 3.000.000
5 Aktivitas rekreasi Refreshing, Pantai, Pantai Paniki
6 Alat/media komunikasi Handphone
7 Penyakit yang diderita anggota Tipes/Demam Tifoid
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas/tidak rutin
9 Jarak pelayanan kesehatan ± 10km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Suntik KB
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntik

13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS

14 Tempat Persalinan Ibu Puskemas/Bidan


15 Status Imunisasi anggota keluarga Lengkap : Campak,polio, Hepatitis
16 Status Pemberian ASI anak Eksklusif
17 Akses sarana air bersih Sumur bor, kualitas air bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat Leher angsa, bersih
19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah : Tempat sampah
Pengelolaan : Dibakar
20 Jenis hewan -
21 Aktivitas fisik Jenis, berapa lama
22 Konsumsi sayur dan buah Jenis, frekuensi dalam 1 minggu

23 Konsumsi Rokok -
24 Konsumsi Alkohol 1 liter/ dua kali seminggu
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih

Harapan Keluarga : Menjadi keluarga yang rukun dan bahagia, anggota keluarga sehat. Cita-cita
anak tercapai.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Data Umum

1. Nama kepala keluarga : N.P


2. Umur : 49 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
8. Alamat : Desa Mapanget Kab. Minahasa Utara
9. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu,
dan anak
No N a m a Initial Jenis Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan
Kelamin klg terakhir

1 Tn. N.P Laki-laki 49 Tahun Suami SMA Wiraswasta

2 Ny. Y.T Perempuan 47 Tahun Istri SMA IRT

3 D.P Laki-laki 27 Tahun Anak S1 Pegawai

4 I.P Perempuan 20 Tahun Anak SMA Pelajar

5 D.P Laki-laki 11 Tahun Anak SD Pelajar

B. Data Kesehatan Keluarga :

No Jenis Data Hasil


1 Tipe Keluarga Keluarga Inti

2 Tingkat kesejahteraan keluarga Keluarga sejahtera III

3 Agama Kristen Protestan


4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp. 4.000.000
5 Aktivitas rekreasi Ke tempat wisata
6 Alat/media komunikasi Handphone
7 Penyakit yang diderita anggota Covid-19
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas/tidak rutin
9 Jarak pelayanan kesehatan 17 km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Mobil/Motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Imunisasi, vaksinasi, suntik KB
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntik

13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS

14 Tempat Persalinan Ibu Rumah sakit/Dokter


15 Status Imunisasi anggota keluarga Lengkap
16 Status Pemberian ASI anak Eksklusif
17 Akses sarana air bersih Air dari Sumur, kualitas air bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban : jongkok, duduk
Kebersihan jamban : bersih

19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah : lubang tempat


pembuangan sampah
Pengelolaan : Dibakar/di timbun
20 Jenis hewan Anjing, Kucing, ayam, bebek
21 Aktivitas fisik Senam
22 Konsumsi sayur dan buah Sayur-sayuran (kangkung, kentang, wortel,
labu, buncis, dll), buah pisang, papaya,
semangka. 2-3x dalam 1 minggu
23 Konsumsi Rokok Mengonsumsi rokok
24 Konsumsi Alkohol Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah sedikit
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih

Harapan Keluarga : Menjadi keluarga sehat dan bahagia.


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Data Umum

1. Nama kepala keluarga : D.L


2. Umur : 48 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan terakhir : S1
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
8. Alamat : Desa Mapanget Kab. Minahasa Utara
9. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu,
dan anak
No N a m a Initial Jenis Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan
Kelamin klg terakhir

1 Tn. D.L Laki-laki 48 Tahun Suami S1 Wiraswasta

2 Ny. N.S Perempuan 46 Tahun Istri S1 IRT

3 R.L Perempuan 18 Tahun Anak SMA Belum


Bekerja

B. Data Kesehatan Keluarga :

No Jenis Data Hasil


1 Tipe Keluarga Keluarga Inti

2 Tingkat kesejahteraan keluarga Keluarga sejahtera III

3 Agama Kristen Protestan


4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp. 4.000.000
5 Aktivitas rekreasi Kumpul bersama keluarga
6 Alat/media komunikasi Handphone
7 Penyakit yang diderita anggota Covid-19
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas/tidak rutin
9 Jarak pelayanan kesehatan 6 km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Mobil
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Imunisasi, vaksin, Suntik KB
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntik

13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS

14 Tempat Persalinan Ibu Rumah sakit/Dokter


15 Status Imunisasi anggota keluarga Lengkap
16 Status Pemberian ASI anak Eksklusif
17 Akses sarana air bersih Sumur pribadi , kualitas air bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban : jongkok,
Kebersihan jamban : bersih

19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah : Tempat sampah


Pengelolaan : Dibakar
20 Jenis hewan Anjing dan Kucing
21 Aktivitas fisik Jogging
22 Konsumsi sayur dan buah Sayur-sayuran (kangkung, kol, wortel, dll),
buah pisang, papaya, apel. 4x dalam 1 minggu

23 Konsumsi Rokok -
24 Konsumsi Alkohol -
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih

Harapan Keluarga : Berharap sehat terus kedepannya dan lancar dalam setiap kegiata tanpa ada
hambatan ataupun terkena penyakit Menjadi keluarga sehat dan bahagia.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Data Umum

1. Nama kepala keluarga : M.L


2. Umur : 39 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan terakhir : S1
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
8. Alamat : Desa Mapanget Kab. Minahasa Utara
9. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti yang terdiri dari Ayah, Ibu,
dan anak
No N a m a Initial Jenis Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan
Kelamin klg terakhir

1 Tn. D.L Laki-laki 48 Tahun Suami S1 Wiraswasta

2 Ny. J.S Perempuan 46 Tahun Istri S1 IRT

3 A.L Laki-laki 7 Tahun Anak TK Belum


Bekerja

4 B.L Perempuan 3 Tahun Anak - Belum


Bekerja

B. Data Kesehatan Keluarga :

No Jenis Data Hasil


1 Tipe Keluarga Keluarga Inti

2 Tingkat kesejahteraan keluarga Keluarga sejahtera III

3 Agama Kristen Protestan


4 Status Sosial ekonomi: Penghasilan Penduduk : Rp. 3.000.000
5 Aktivitas rekreasi Pergi ke pantai
6 Alat/media komunikasi Handphone
7 Penyakit yang diderita anggota Covid-19, batuk pilek, hipertensi
keluarga (1 tahun terakhir)
8 Tempat Pelayanan kesehatan Puskesmas/tidak rutin
9 Jarak pelayanan kesehatan 10 km dari rumah
10 Cara mencapai pelayanan kesehatan Motor
11 Jenis pelayanan kesehatan yang Imunisasi, vaksin, Suntik KB
pernah diterima
12 Mengikuti Program KB Jenis pelayanan: Suntik

13 Memiliki Asuransi kesehatan Jenis asuransi kesehatan : BPJS

14 Tempat Persalinan Ibu Rumah sakit


15 Status Imunisasi anggota keluarga Lengkap
16 Status Pemberian ASI anak Eksklusif
17 Akses sarana air bersih Sumur pribadi , kualitas air bersih
18 Mempunyai Jamban Sehat Jenis jamban : jongkok,
Kebersihan jamban : bersih

19 Manajemen sampah Tempat pembuangan sampah : Tempat sampah


Pengelolaan : Dibakar
20 Jenis hewan Anjing, ayam, dan bebek
21 Aktivitas fisik Senam pagi
22 Konsumsi sayur dan buah Sayur-sayuran (kangkung, brokoli, buncis, dll),
buah pisang, nanas, apel. 2-3x dalam 1 minggu

23 Konsumsi Rokok Merokok


24 Konsumsi Alkohol Mengonsumsi alkohol
25 Kebersihan lingkungan dan rumah Bersih

Harapan Keluarga : Harapan kedepannya tetap sehat dan terjaga dari virus serta penyakit lainnya
4.1 Analisa Data Komunitas

1. Data objektif :

1) Populasi penduduk

Tabel 1. frekuensi umur dan jenis kelamin penduduk desa

Umur Laki-laki Perempuan


0-4 93 89
5-9 90 84
10-14 84 81
15-19 81 92
20-24 76 80
25-29 73 76
30-34 69 74
35-39 65 68
40-44 63 65
45-49 59 61
50-54 57 55
55-59 51 49
60-64 48 47
65-69 44 38
70-74 38 29
75+ 30 22
Jumlah 1.021 1.010

Gambar 1. Piramida penduduk desa


Chart Title
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Laki-laki Perempuan

Berdasarkan tabel 1. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan, dengan kelompok umur terbanyak adalah 0-4 tahun.

Gambar 1. Piramida penduduk ini menggambarkan piramida muda atau expansive. Piramida
penduduk muda merupakan pramida dengan bentuk besar pada bagian bawah dan semakin
mengecil ke atas. Piramida ini menggambarkan angka kelahiran tinggi atau tingkat kematian
bayi rendah dan menyebabkan penduduk usia muda lebih banyak dari penduduk usia tua.

2. Pekerjaan penduduk

Tabel 2. Frekuensi pekerjaan penduduk desa

Pekerjaan Frekuensi Persen

PNS 133 21%


Petani 180 29%
Wiraswasta 66 11%
Pegawai swasta 107 17%
Pensiunan 80 13%
Tidak bekerja 55 9%
Total 621 100

pekerjaan2

9% PNS
21% Petani
13% Wiraswasta
Pegawai swasta
Pensiunan
Tidak bekerja
17%
29%
11%

Berdasarkan tabel 2 dan gambar 2, dapat dilihat bahwa ada 91% penduduk yang bekerja dan 9%
yang tidak bekerja. Dengan mata pencaharian terbesar adalah petani, yaitu 29%.

Musyawarah Masyarakat Desa


NO DAFTAR BESAR TINGKAT MUDAH PERHATIAN TOTAL NO.
MASALAH MASALAH KEPARAHAN DIATASI MASYARAKAT PRIORITA
KESEHATAN MASALA
KOMUNITAS
1. Tuberkulosis 70% cukup Cukup tinggi 10
(sedang) orang
2 Lingkungan 25%(sedikit) Sangat Rata-rata 4
tempat tinggal mudah keluarga
yang kotor

4.3 Diagnosa Keperawatan Komunitas


Hari/tgl : Kelompok : 6 Desa:

No Diagnosa Keperawatan Komunitas

1. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kurangnya terpapar


informasi

4.4 Rencana Asuhan Keperawatan

Hari/Tanggal : Kelompok : 6 Nama Desa :

No. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


Ndx
1. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

Analisa SWOT dx 1

S: agar masyarakat dapat informasi dan memahami bagaimana menjaga kesehatan baik diri
maupun lingkungan

W: membahas tentang cara menjaga kesehatan secara umum

O: diharapkan keterlibatan dari masyarakat dan pemerintah desa setempat

T: pemikiran setiap orang yang berbeda-beda di masyarakat sehingga ada beberapa yang belum
sadar akan pentingnya menjaga kesehatan
Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas

Hari/tgl : Jumat, 20-05-2022 Kelompok : 6 Desa : Mapanget

N Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Pj


o

Manajem Setelah dilakukan Observasi Masyar 15.00 Desa Rp. Ir


en tindakan -Identifikasi akat Mapang 100.0 e
kesehatan keperawatan 3x24 kesiapan dan et 0 n
jam diharapakan kemampuan
Tidak e
manajemen menerima
efektif kesehatan informasi P
meningkat dengan -Identifikasi o
kriteria hasil faktor-faktor yang nt
-Melakukan dapat o
tindakan untuk meningkatan dan h
mengurangi faktor menurunkan
resiko meningkat motivasi perilaku
-Menerapkan hidup bersih dan
program sehat
perawatan Terapeutik
meningkat -Sediakan materi
-Aktivitas hidup dan media
sehari-hari efektif pendidikan
memenuhi tujuan kesehatan
kesehatan -Jadwalkan
meningkat pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
-Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
-Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
-Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
-Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

Anda mungkin juga menyukai